Anda di halaman 1dari 104

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pemerintah Daerah merupakan entitas pelaporan yang mempunyai kewajiban

untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam

pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan.

Dalam rangka menciptakan tata kelola yang baik (good governance), Pemerintah

Indonesia terus melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan transparansi dan

akuntabilitas pengelolaan keuangan negara. Sebagai upaya untuk meningkatkan

transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara salah satunya adalah

dengan melakukan pengembangan kebijakan akuntansi pemerintah berupa standar

akuntansi pemerintahan (SAP) yang bertujuan untuk memberikan pedoman pokok

dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah baik pemerintah

pusat maupun pemerintah daerah. SAP merupakan persyaratan yang mempunyai

kekuatan hukum dalam upaya peningkatan kualitas laporan keuangan pemerintah di

Indonesia. Pemerintah selanjutnya mengamanatkan tugas penyusunan standar tersebut

kepada suatu komite standar independen yang ditetapkan dengan suatu keputusan

presiden tentang komite standar akuntansi pemerintahan.

Penggunaan basis akuntansi akrual yang menjadi tren di berbagai negara saat

ini tentu sangat terkait dengan tujuan dan manfaat dari penggunaanya itu sendiri.

Penggunaan basis akrual merupakan salah satu ciri dari praktik manajemen

keuangan modern (sektor publik) yang bertujuan untuk memberikan informasi yang

lebih transparan mengenai biaya (kos) pemerintah dan meningkatkan kualitas


2

pengambilan keputusan di dalam pemerintah dengan menggunakan informasi yang

diperluas, tidak sekedar basis kas. Secara umum, basis akrual telah diterapkan di

negara-negara yang lebih dahulu melakukan reformasi manajemen publik.

Tujuan kuncinya adalah untuk meminta pertanggungjawaban para manajer dari

sisi keluaran (output) dan/atau hasil (outcome) dan pada saat yang sama melonggarkan

kontrol atas masukan (input). Dalam konteks ini, para manajemer diminta agar

bertanggung jawab untuk seluruh biaya yang berhubungan dengan output/outcome

yang dihasilkannya, tidak sekedar dari sisi pengeluaran kas. Karena itu, hanya basis

akrual yang memungkinkan untuk mengakui semua biaya, dengan demikian

dapat mendukung pengambilan keputusan oleh para manajer secara efisien dan efektif

(OECD-PUMA/SBO, 2002/9).

Selain itu, ketentuan dalam undang-undang nomor 17 tahun 2003 pasal 36

ayat (1) tentang keuangan negara, mengamanatkan penggunaan basis akrual dalam

pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja, yang berbunyi : Ketentuan

mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 13,14,15 dan 16 undang-undang ini

dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun. Selama pengakuan dan

pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan digunakan

pengakuan dan pengukuran berbasis kas. Untuk melaksanakan ketentuan tersebut,

KSAP telah menyusun standar akuntansi pemerintahan (SAP) berbasis akrual yang

ditetapkan dengan PP nomor 71 tahun 2010 menggantikan PP nomor 24 tahun 2005.

Dengan ditetapkannya PP nomor 71 tahun 2010 maka penerapan standar akuntansi

pemerintahan berbasis akrual telah mempunyai landasan hukum. Dan hal ini berarti
3

juga bahwa pemerintah mempunyai kewajiban untuk dapat segera menerapkan SAP

yang baru yaitu SAP berbasis akrual. Dalam PP nomor 71 tahun 2010.

Undang-undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara mensyaratkan

pemerintah untuk menerapkan system akuntansi berbasis akrual paling lambat 5

tahun sejak diterbitkannya Undang-undang tersebut. Kemudian sebagai pedoman

pelaksanaannya terbit pula Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2005 tentang Standar

Akuntansi Pemerintahan, namun hingga batas waktu yang ditetapkan, pemerintah

belum berhasil menerapkan system akuntansi yang baru. Hingga terbit Peraturan

Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan untuk

mengganti PP No.24 Tahun 2005. Pada PP No.71 Tahun 2010 menjelaskan bahwa :

a) Penerapan SAP Berbasis Akrual dapat dilaksanakan secara bertahap dari

penerapan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual menjadi penerapan SAP Berbasis

Akrual

b) Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap

pada pemerintah pusat diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

c) Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap

pada pemerintah daerah diatur dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri.

Pada tahun 2013 terbitlah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun

2013 tentang Penerapan SAP Berbasis Akrual di Pemerintah Daerah. Peraturan

Menteri ini menjadi pedoman bagi pemerintah daerah dalam melaksanakan akuntansi

berbasis akrual secara penuh paling lambat tahun anggaran 2015.

Perubahan basis akuntansi yang digunakan tentunya akan membawa dampak

bagi entitas pelaporan maupun terhadap laporan keuangan yang akan disajikan. Pada

basis akuntansi kas menuju akrul (Cash towards accrual) yang digunakan oleh
4

Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2014 yang lalu maka

komponen laporan keuangan yang disusun terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran

(LRA), Neraca, Laporan Arus Kas (LAK), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) dan

Catatan atas Laporan Keuangan (CALK). Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok

Barat sesuai dengan yang telah diamanatkan dalam undang-undang, maka pada

Tahun Anggaran 2015 ini harus menerapkan Akuntansi berbasis akrual penuh (Full

Accrual) dalam pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanjanya. Sehingga

dengan ketetapan tersebut terdapat perubahan komponen atas laporan keuangan

yang dibuat yaitu terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran (budgetary reports),

laporan finansial dan CaLK. Laporan pelaksanaan anggaran terdiri dari Laporan

Realisasi Anggaran (LRA) dan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan

Perubahan SAL). Laporan finansial terdiri dari Neraca, Laporan Operasioal (LO),

Laporan Arus Kas (LAK), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) dan Catatan atas

Laporan Keuangan (CALK).

Menurut Kusuma (2013), dalam penelitiannya ditemukan bahwa terdapat

banyak faktor yang mempengaruhi tingkat penerapan akuntansi akrual pada

pemerintah, seperti tingkat pendidikan staf keuangan, adanya pelatihan staf

keuangan, kualitas teknologi informasi dan dukungan konsultan. Menurut Setiawati

kusuma (2013) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa entitas pelaporan dalam

hal ini Pemerintah Daerah siap melaksankan APBA namun kurangnya perangkat

lunak yang memadai dalam mendukung akuntansi tersebut. Sedangkan menurut

Damayanti (2012) menyimpulkan bahwa Pemrintah Daerah sudah mulai menerapkan

basis akrual secara bertahap dalam mengimplementasikan PP Nomor 71 Tahun 2010


5

yakni dengan menerapkan Standar CTA untuk menggantikan Basis kas yang dinilai

kurang dapat diandalkan.

Penelitian Permadi (2013) menyimpulkan bahwa penerapan sitem akuntansi

keuangan pemerintah daerah berpengaruh terhadap kualitas laporan pemerintah

daerah, begitu juga dalam penelitian Nurlaila (2014) menyimpulkan hal yang sama,

akan tetapi selain efektifitas penerapan standar akuntansi pemerintahan, kualitas

laporan keuangan pemerintah daerah juga dipengaruhi oleh factor-faktor lain diluar

hal tersebut.

Jadi dapat disimpulkan bahwa penerapan Sistem akuntansi Pemerintahan jika

dilaksanakan dengan baik akan berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan

pemerintah daerah. Akan tetapi bagaimana dengan penerapan Standar Akuntansi

Pemerintahan yang baru yaitu SAP Berbasis Akrual apakah berdampak yang sama

tehadap penelitian yang dilakukan sebelumnya, mengingat bahwa SAP ini tergolong

baru dan dilaksanakan secara penuh pada tahun 2015. Oleh karena itu dari uraian

latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian “

ANALISIS IMPLEMENTASI AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS

AKRUAL DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENYAJIAN LAPORAN

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

TAHUN ANGGARAN 2014”. Dimana untuk Pemerintah Kabupaten Lombok

Barat pelaksanaan pelaporan keuangannya dilaksanakan oleh bidang akuntansi pada

Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKD) Kabupaten Lombok

Barat.
6

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut :

1. Apakah implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual berdampak

terhadap penyajian laporan keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok

Barat pada Tahun Anggaran 2014?

2. Bagaimana implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual pada

Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Barat?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan

sebelumnya ,maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui dampak penerapan akuntansi pemerintahan berbasis akrual terhadap

penyajian laporan keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Barat pada

Tahun Anggaran 2014.

2. Mengetahui tentang implementasi akuntansi Pemerintahan berbasis Akrual pada

Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Barat?

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1) Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi orang-orang yang berminat

mengkaji standar akuntansi pemerintahan, dan penelitian ini dapat menjadi

rujukan bagi penelitian selanjutnya.


7

2) Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan standar

akuntansi pemerintahan, khususnya dalam mengimplementasi basis akrual.

3) Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini adalah memberikan masukan kepada Pemerintah

dalam menerapkan akuntansi pemerintahan berbasis akrual secara maksimal.

Secara umum Penelitian ini juga diharapkan dapat meningkatkan kinerja

SKPD selaku entitas pelaporan dalam penyajian laporan keuangannya.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LANDASAN TEORI

2.1.1 Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SPAD) adalah rangkaian sistematik

dari prosedur, penyelenggara, peralatan, dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi

akuntansi sejak analisis transaksi sampai dengan pelaporan keuangan di lingkungan

organisasi pemerintah Daerah. Dalam Pemerintah Daerah Sistem Akuntansi

Pemerintah Daerah dilaksanakan oleh PPKAD dan Sistem akuntansi SKPD

dilaksanakan oleh PPK-SKPD.

2.1.1.1 Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan

1) Peranan Pelaporan Keuangan

Menurut Nordiawan dkk (2010:41-43), Laporan keuangan disusun untuk

menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh

transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan.

Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan,

belanja, transfer dan pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai

kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan,

serta membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.

Setiap entitas pelaporan wajib melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan,

serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur

pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan berikut :


9

1. Akuntanbilitas
Memepertanggung jawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan pada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan secara periodik.
2. Manajemen
Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas
pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan,
pengelolaaan dan pengendalian atas selruh asset, kewajiban, serta ekuitas dana
pemerintah untuk kepentingan masyarakat.
3. Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat
berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat berhak mengetahui secara terbuka
dan menyeluruh atas pertanggung jawaban pemerintah dalam pengelolaan
sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan
perundang-undangan.
4. Keseimbangan antar generasi (intergenerational equity)
Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah
pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan
dan apakah generasi mendatang diasumsikan akan ikut menanggung beban
pengeluaran tersebut.

2) Tujuan Pelaporan Keuangan

Menurut Nordiawan dkk (2010:41-43), pelaporan keuangan pemerintah

seharusnya menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai

akuntanbilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, social, maupun

politik dengan cara-cara berikut :

1. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk


membiayai seluruh pengeluaran.
2. Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber daya
ekonomi dan alokasinya dengan anggaran ditetapkan dan peraturan perundang-
undangan.
3. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan
dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai.
4. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh
kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya.
5. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan
berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun
jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman.
6. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisis keuangan entitas pelaporan,
apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang
dilakikan selama periode pelaporan.
10

2.1.1.2 Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan

Entitas akuntansi merupakan unit pada pemerintahan yang mengelola

anggaran, kekayaan dan kewajiban yang menyelenggarakan akuntansi dan

menyajikan laporan keuangan atas dasar akuntansi yang diselenggarakannya. Entitas

pelaporan merupakan unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas

akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyajikan

laporan pertanggung jawaban berupa laporan keuangan yang terdiri dari Pemerintah

Daerah dan satuan kerja perangkat daerah dilingkungan Pemerintah Daerah atau

organisasi lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi

dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.

Dalam penetapan entitas pelaporan, perlu dipertimbangkan syarat pengelolaan,

pengendalian, dan penguasaan suatu entitas pelaporan terhadap asset, yurisdiksi, tugas

dan misi tertentu, dengan bentuk pertanggung jawaban dan wewenang yang terpisah

dari entitas pelaporan lainnya. (Peraturan Bupati Lombok Barat Nomor : 25 Tahun

2014 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah)

2.1.1.3 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Menurut Nordiawan dkk (2010:44-45), Karakteristik kualitatif laporan

keuangan adalah ukuran-ukuran normative yang perlu diwujudkan dalam informasi

akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Agar dapat memenuhi kualitas yang

dikehendaki, laporan keuangan pmerintah harus memenuhi empat karakteristik

berikut :

1) Relevan
2) Andal
3) Dapat dibandingkan
4) Dapat dipahami
11

Untuk lebih jelasnya berikut diuraikan 4 karakteristik kualitatif laporan keuangan

yaitu :

1. Relevan

Laporan keuangan dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di

dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka

mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, memprediksi masa depan

(predictive value), dan menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di

masa lalu (feedback value).

Informasi yang relevan adalah informasi dengan ciri-ciri sebagai berikut :

a) Memiliki manfaat umpan balik (feedback value), artinya bahwa laporan

keuangan Pemerintah Daerah harus memuat informasi yang memungkinkan

pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi ekspektasi mereka di masa

lalu.

b) Memiliki manfaat prediktif (predictive value), artinya bahwa laporan

keuangan Pemerintah Daerah harus memuat informasi yang dapat

membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang

berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.

c) Tepat waktu, artinya bahwa laporan keuangan harus disajikan tepat waktu

sehingga dapat berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan.

d) Lengkap, artinya bahwa laporan keuangan Pemerintah Daerah harus

memuat informasi akuntansi keuangan Pemerintah Daerah selengkap

mungkin, mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi

pengambilan keputusan dengan memperhatikan kendala yang ada.

Informasi yang melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat


12

dalam laporan keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam

penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.

2. Andal

Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan

kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi.

Penggunaan informasi yang relevan, tetapi hakikat atau penyajiannya tidak

dapat diandalkan, maka informasi secara potensial dapat menyesatkan.

Informasi yang andal memenuhi karakteristik berikut :

a) Penyajian Jujur, artinya bahwa laporan keuangan Pemerintah Daerah harus

informasi yang menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa

lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan

untuk disajikan.

b) Dapat Diverifikasi (verifiability), artinya bahwa laporan keuangan

Pemerintah Daerah harus memuat informasi yang disajikan dapat diuji, dan

apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda,

hasilnya tetap menunjukkan kesimpulan yang tidak berbeda jauh.

c) Netralitas, artinya bahwa laporan keuangan Pemerintah Daerah harus

memuat informasi yang diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak

berpihak pada kebutuhan pihak tertentu.

3. Dapat dibandingkan

Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat

dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau lapooran

keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan

secara internal dan ekseternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila
13

suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun.

Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas yang

diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama.

4. Dapat dipahami

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh

pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan

batas pemahaman para pengguna.

2.1.1.4 Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Keuangan

Dalam bukunya Nordiawan dkk (2010:45-46), menyebutkan bahwa ada

delapan prinsip yang digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah

antara lain :

1) Basis akuntansi
2) Prinsip Nilai Historis (historical cost)
3) Prinsip Realisasi (realization)
4) Prinsip Substansi Mengungguli Bentuk Formal (Substance Over form)
5) Prinsip Periodistitas (periodicity)
6) Prinsip Konsistensi (consistency)
7) Prinsip Pengungkapan Lengkap (full disclosure)
8) Prinsip penyajian wajar (fair presentation)

Untuk lebih jelasnya berikut diuraikan prinsip-prinsip akuntansi dan pelaporan

pemerintah yaitu :

1. Basis Akuntansi

Basis akuntnasi yang digunakan dalam laporan keuangan Pemeriantah Daerah

adalah basis kas dan basis akrual. Basis Kas digunakan untuk pengakuan

pendapatan-LRA, belanja, transfer dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi

Anggaran. Basis Akrual untuk pengakuan pendapatan-LO, beban dan pos-pos

luar biasa dalam Laporan Operasional, asset, kewajiban dan ekuitas dalam
14

Neraca. Basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran berarti bahwa pendapatan-

LRA diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum Daerah atau oleh

entitas pelaporan dan belanja serta transfer diakui pada saat kas dikeluarkan dari

Rekening Kas Umum Daerah atau entitas pelaporan. Penetuan sisa pembiayaan

anggaran baik lebih ataupun kurang untuk setiap periode tergantung pada selisih

realisasi penerimaan dan pengeluaran.

Basis akrual untuk laporan operasional bahwa pendapatan-LO diakui pada saat

hak untuk memperoleh pendapatan telah terpenuhi walaupun kas belum diterima

di Rekening Kas Umum Daerah atau oleh entitas pelaporan dan beban diakui

pada saat kewajiban yang mengakibatkan penurunan nilai kekayaan bersih telah

terpenuhi walaupun kas belum dikeluarkan dari rekeing Kas Umum Daerah atau

entitas pelaporan. Sedangkan basis akrual untuk Neraca,berarti bahwa asset,

kewajiban dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau

pada keuangan Pemerintah Daerah, tanpa memperhatikan saat kasa atau setara

kas diterima atau dibayar.

2. Prinsip Nilai Historis (historical cost)

Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayar atau sebesar

nilai wajar dari imbalan (consideration) untuk memperoleh asset tersebut pada

saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan setara kas yang

diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dimasa yang akan

datang dalam pelaksanaan kegiatan Pemerintah Daerah.

Nilai historis lebih dapat diandalkan dari pada penilaian yang lain karena lebih

obyektif dan dapat diverifikasi. Dalam hal tidak terdapat nilai historis, dapat

digunakan nilai wajar asset atau kewajiban terkait.


15

3. Prinsip Realisasi (realization)

Bagi Pemerintah Daerah, pendapatan yang tersedia yang telah diotorisasikan

melalui anggaran Pemerintah Daerah selama suatu periode akuntansi akan

digunakan untuk membayar utang dan belanja dalam periode tersebut. Prinsip

layak temu biaya-pendapatan (matching-cost against revenue principle) dalam

akuntansi pemerintah tidak mendapat penekanan sebagaimana dipraktikkan

dalam akuntansi komersial.

4. Prinsip Substansi Mengungguli Bentuk Formal (Substance Over form)

Informasi dimaksdukan untuk menyajikan dengan wajar transaksi serta peristiwa

lain yang seharusnya disajikan, maka transaksi atau peristiwa lain tersebut perlu

dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, dan bukan

hanya aspek formalitasnya. Apabila substansi transaksi atau peristiwa lain tidak

konsisten/berbeda dengan aspek formalaitasnya, maka hal tersebut harus

diungkapkan dengan jelas dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

5. Prinsip Periodistitas (periodicity)

Kegiatan akuntansi dan pelaporan entitas pelaporan perlu dibagi menjadi periode-

periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat diukur dan posisi sumber daya

yang dimilikinya dapat ditentukan. Periode utama yang digunakan adalah

tahunan.

6. Prinsip Konsistensi (consistency)

Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang serupa dari period

ke periode oleh suatu entitas pelaporan (prinsip konsistensi internal). Hal ini

tidak berarti bahwa tidak boleh terjadi perubahan dari satu metode akuntansi ke

metode akuntansi yang lain. Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan
16

syarat bahwa metode yang baru diterapkan mampu memberikan informasi yang

lebih baik disbanding metode lama. Pengaruh atas perubahan penerapan metode

ini diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

7. Prinsip Pengungkapan Lengkap (full disclosure)

Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan oleh

pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan dapat

ditempatkan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan atau Catatan atas

Laporan Keuangan.

8. Prinsip penyajian wajar (fair presentation)

Laporan keuangan menyajikan dengan wajar Laporan Realisasi Anggaran,

Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional,

Laporan Arus kas, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan atas Laporan

Keuangan. Dalam rangka penyajian wajar, faktor pertimbangan sehat bagi

penyusun laporan keuangan diperlukan ketika menghadapi ketidakpastian

peristiwa dan keadaan terentu. Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-

hatian pada saat melakukan prakiraan dalam kondisi ketidakpastian sehingga

asset atau pendapatan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban tidak

dinyatakan terlalu rendah.

2.1.1.5 Kendala Informasi akuntansi yang relevan dan andal

Menurut Nordiawan dkk (2010:46-47), kendala informasi akuntansi dan

laporan keuangan adalah setiap keadaan yang tidak memungkinkan terwujudnya

kondisi yang ideal dalam mewujudkan informasi akuntansi dan laporan keuangan

yang relevan dan andal akibat keterbatasan (limitations) atau karena alasan-alasan
17

kepraktisan. Tiga hal yang menimbulkan kendala dalam informasi akuntansi dan

laporan keuangan Pemerintah Daerah, yaitu :

1) Materialitas
2) Pertimbangan Biaya dan Manfaat
3) Keseimbangan Antar Karakteristik Kualitatif

Adapun kendala dalam informasi akuntansi dan laporan keuangan Pemerintah Daerah

dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Materalitas

Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk mencatumkan atau

kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan

ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan. Walaupun idealnya

memuat segala informasi, laporan keuangan Pemerintah Daerah hanya diharuskan

memuat informasi yang memenuhi kriteria materialitas.

2. Pertimbangan Biaya dan Manfaat

Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya melebihi biaya penyusunannya.

Oleh karena itu, laporan keuangan Pemerintah Daerah tidak semestinya

menyajikan segala informasi yang manfaatnya lebih kecil dari biaya

penyusunannya.

3. Keseimbangan Antar Karakteristik Kualitatif

Keseimbangan antar karakteristik kualitatif diperlukan untuk mencapai suatu

keseimbnagan yang tepat di antara berbagai tujuan normative yang diharapkan

dipenuhi oleh laporan keuangan Pemerintah Daerah. Kepentingan relative antar

karakteristik dalam berbagai kasus berbeda, terutama antara relevansi dan

keandalan. Penentuan tingkat kepentingan antara dua karakteristik kualitatif

tersebut merupakan masalah pertimbangan professional.


18

2.1.2 Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual

2.1.2.1 Akuntansi Basis Akrual

Basis akuntansi akrual, seperti yang telah disimpulkan oleh KSAP (2006:3),

adalah suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi dan peristiwa lainnya

diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya

transaksi tersebut, tanpa memerhatikan waktu kas atau setara kas diterima atau

dibayarkan. Selanjutnya, dalam makalah yang sama, KSAP menyatakan bahwa

dalam akuntansi berbasis akrual, waktu pencatatan (recording) sesuai dengan saat

terjadinya arus sumber daya, sehingga dapat menyediakan informasi yang paling

komprehensif karena seluruh arus sumber daya dicatat. Halim dan Kusufi

(2012:53) menyimpulkan bahwa basis akrual mampu memenuhi tujuan pelaporan

yang tidak dapat dipenuhi oleh basis kas, tujuan pelaporan tersebut adalah tujuan

manajerial dan pengawasan.

Dari pemaparan pengertian akuntansi basis akrual di atas, dapat disimpulkan

bahwa akuntansi basis akrual merupakan basis akuntansi di mana hak dan kewajiban

atas suatu transaksi atau peristiwa ekonomi lainnya diakui pada saat terjadinya

peristiwa, tanpa melihat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan. Selain itu,

basis akrual mampu memenuhi tujuan pelaporan yang tidak dapat dipenuhi

oleh basis kas antara lain tujuan manajerial dan pengawasan.

2.1.2.2 Tujuan dan manfaat basis akrual

Menurut ACCRUAL ACCOUNTING AND BUDGETING, Key Issues and

Recent Developments dalam penelitian Widjajarso (2010), dikatakan bahwa

penerapan akuntansi berbasis akrual ditujukan untuk mengatasi ketidakcukupan basis kas
19

untuk memberikan data yang lebih akurat. Dalam presentasinya, Heather Thompson,

Project Manager dari Transition from Cash to Accrual Accounting Project, Public

Expenditure Management, pemerintah BARBADOS, menyampaikan beberapa

tujuan penggunaan basis akrual yakni sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem keuang an

(penganggaran, akuntansi dan pelaporan) dalam sektor publik.

2. Untuk meningkatkan pengendalian fiskal, manajemen aset dan budaya sektor

public.

3. Untuk meningkatkan akuntabilitas dalam program penyediaan barang dan jasa oleh

pemerintah

4. Menyediakan informasi yang lebih lengkap bagi pemerintah untuk

pengambilan keputusan.

5. Untuk mereformasi sistem anggaran belanja (apropriasi).

6. Untuk mencapai transparansi yang lebih luas atas biaya pelayanan yang dilakukan

oleh pemerintah.

Dengan demikian, tujuan penerapan basis akuntansi akrual pada dasarnya untuk

memperoleh informasi yang tepat atas jasa yang diberikan pemerintah dengan lebih

transparan. Manfaat-manfaat penerapan basis akrual, menurut Heather Thompson,

mencakup hal-hal dibawah ini:

1. Menyediakan gambaran yang utuh atas posisi keuangan pemerintah seperti transaksi

non kas - untuk pengambilan keputusan ekonomi misalnya informasi tentang hutang

dan piutang.

2. Menunjukkan bagaimana aktivitas pemerintah dibiayai dan bagaimana

pemerintah dapat memenuhi kebutuhan kasnya.


20

3. Menyediakan informasi yang berguna tentang tingkat yang sebenarnya kewajiban

pemerintah

4. Meningkatkan daya pengelolaan asset dan kewajiban pemerintah.

5. Basis akrual sangat familiar pada lebih banyak orang dan lebih

komprehensif dalam penyajian informasinya misalnya penghapusan hutang yang

tidak ada pengaruhnya di laporan berbasis kas.

6. Prinsip dan standar yang dapat diterima umum membentuk basis transaksi pelaporan.

7. Menyediakan data yang lebih meningkat ketika pemerintah melakukan kegiatan

perencanaan dan pengambilan keputusan ekonomi.

8. Secara signifikan memperkuat pengelolaan dan pengembangan anggaran khususnya

melalui pengakuan dan pengendalian asset dan kewajiban pemerintah.

9. Statistik Keuangan Pemerintah (GFS) yang dipraktekkan secara internasional

berbasis akrual.

2.1.2.3 Kelemahan dan kelebihan Basis Akrual

Secara sederhana, dikatakan bahwa penerapan akuntansi berbasis akrual

ditujukan untuk mengatasi ketidakcukupan basis kas untuk memberikan data yang

lebih akurat. Menurut KSAP (2006:1), secara konseptual akuntansi berbasis

akrual dipercaya dapat menghasilkan informasi yang lebih akuntabel dan transparan

dibandingkan dengan akuntansi berbasis kas. Akuntansi berbasis akrual mampu

mendukung terlaksanakannya perhitungan biaya pelayanan publik dengan lebih

wajar. Nilai yang dihasilkan mencakup seluruh beban yang terjadi, tidak hanya

jumlah yang telah dibayarkan. Dengan memasukkan seluruh beban, baik yang sudah

dibayar maupun yang belum dibayar, akuntansi berbasis akrual dapat menyediakan
21

pengukuran yang lebih baik, pengakuan yang tepat waktu, dan pengungkapan

kewajiban di masa mendatang. Dalam rangka pengukuran kinerja, informasi berbasis

akrual dapat menyediakan informasi mengenai penggunaan sumber daya ekonomi

yang sebenarnya. Oleh karena itu, akuntansi berbasis akrual merupakan salah satu

sarana pendukung yang diperlukan dalam rangka transparansi dan akuntabilitas

pemerintah.

Menurut Bastian (2006:118-119), keuntungan basis akrual dapat

diperinci sebagai berikut:

a. bahwa penerimaan dan pengeluaran dalam laporan operasional berhubungan


dengan penerimaan dan pemasukannya, yang berarti bahwa basis akrual
memberikan alat ukur untuk barang dan jasa yang dikonsumsi, diubah, dan
diperoleh.
b. basis akrual menunjukkan gambaran pendapatan. Perubahan harga, pendapatan
yang diperoleh dalam basis akrual, dan besarnya biaya historis adalah alat ukur
kinerja yang dapat diterima.
c. basis akrual dapat dijadikan sebagai alat ukur modal.

Kemudian menurut Bastian (2006:120), beberapa masalah aplikasi basis

akrual yang dapat diidentifikasikan antara lain:

a. penentuan pos dan besaran transaksi yang dicatat dalam jurnal dilakukan oleh
individu yang mencatat.
b. relevansi akuntansi akrual menjadi terbatas ketika dikaitkan dengan nilai historis
dan inflasi.
c. dalam pembandingan dengan basis kas, penyesuaian akrual membutuhkan
prosedur administrasi yang lebih rumit, sehingga biaya admnistrasi menjadi
lebih mahal.
d. peluang manipulasi keuangan yang sulit dikendalikan.

2.1.3 Pengertian Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual

Ruang lingkup pengaturan yang terdapat dalam peraturan pemerintah nomor

71 tahun 2010, meliputi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual dan standar

akuntansi pemerintahan berbasis kas menuju akrual. Standar akuntansi pemerintahan


22

berbasis akrual terdapat pada lampiran I dan berlaku sejak tanggal ditetapkan dan

dapat segera diterapkan oleh setiap entitas.

Peraturan pemerintah nomor 71 tahun 2010 pasal 1 ayat (8)

menyatakan bahwa Standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual adalah standar

akuntansi pemerintahan yang mengakui pendapatan, beban, aset, utang, dan

ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan,

belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis

yang ditetapkan dalam APBN/APBD. Pendapat lainnya dikemukakan oleh Ritonga

(2010) yang menyatakan bahwa apabila Standar Akuntansi Pemerintahan

menggunakan basis akrual, maka pendapatan, belanja, pembiayaan, aset, kewajiban,

dan ekuitas diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat

kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa

memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.

Menurut kedua pengertian di atas, dapat dinyatakan bahwa dalam peraturan

pemerintah nomor 71 tahun 2010 memiliki pengertian yang berbeda. Dalam standar

akuntansi pemerintahan jika menggunakan basis akrual, di mana dalam peraturan

pemerintah tersebut mengindikasikan adanya penerapan dua basis yang berbeda (kas

dan akrual) dalam dua pelaporan yang berbeda (pelaporan finansial dan pelaporan

pelaksanaan anggaran).

2.1.3.1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010

Didalam PP Nomor 71 Tahun 2010 termuat tentang standar akuntansi

Pemerintahan bebasis akrual. Standar Akuntansi Pemerintahan dinyatakan dalam

bentuk Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) dan dilengkapi dengan


23

kerangka konseptual (KK). SAP yang dinyatakan dalam 12 PSAP memuat tentang

hal-hal sebagai berikut :

PSAP 01 : Penyajian Laporan Keuangan

Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur penyajian laporan keuangan untuk
tujuan umum (general purpose financial statements) dalam rangka meningkatkan
keterbandingan laporan keuangan baik terhadap anggaran, antar periode, maupun
antar entitas.
Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan termasuk lembaga
legislative sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

Didalam PSAP 01 terdapat beberapa pernyataan antara lain :

1) Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah yaitu basis
akrual.
2) Komponen-komponen yang terdapat dalam satu set laporan keuangan terdiri dari
laporan pelaksanaan anggaran (budgetary reports) dan laporan finansial, sehingga
seluruh komponen menjadi sebagai berikut:
- Laporan Realisasi Anggaran;
- Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih;
- Neraca;
- Laporan Operasional;
- Laporan Arus Kas;
- Laporan Perubahan Ekuitas;
- Catatan atas Laporan Keuangan.
Komponen-komponen laporan keuangan tersebut disajikan oleh setiap entitas
pelaporan, kecuali:
(a) Laporan Arus Kas yang hanya disajikan oleh entitas yang mempunyai
fungsi perbendaharaan umum;
(b) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang hanya disajikan oleh
Bendahara Umum Negara dan entitas pelaporan yang menyusun laporan
keuangan konsolidasiannya.
3) Laporan keuangan disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. Dalam
situasi tertentu, tanggal laporan suatu entitas berubah dan laporan keuangan
tahunan disajikan dengan suatu periode yang lebih panjang atau lebih pendek
dari satu tahun, entitas pelaporan mengungkapkan informasi berikut:
a) alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun,
b) fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif untuk laporan tertentu seperti arus
kas dan catatan-catatan terkait tidak dapat diperbandingkan.

PSAP 02 : Laporan Realisasi Anggaran (LRA) berbasis kas

Laporan Realisasi Anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan pemerintah


pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap APBN/APBD.
24

Di dalam PSAP 02 terdapat pernyataan sebagai berikut :


1) Laporan Realisasi Anggaran menyajikan sekurang-kurangnya unsur-unsur
sebagai berikut:
a. Pendapatan-LRA;
b. belanja;
c. transfer;
d. surplus/defisit-LRA;
e. pembiayaan;
f. sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran.
2) Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran
dengan realisasinya dalam satu periode pelaporan.

PSAP 03 : Laporan Arus kas

Laporan Arus Kas menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan


kas dan setara kas selama satu periode akuntansi, dan saldo kas dan setara kas pada
tanggal pelaporan. Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas
operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris.
Aktivitas operasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan
untuk kegiatan operasional pemerintah selama satu periode akuntansi.
Aktivitas investasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan
untuk perolehan dan pelepasan aset tetap serta investasi lainnya yang tidak termasuk
dalam setara kas.
Aktivitas pendanaan adalah aktivitas penerimaan kas yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran kas yang akan diterima kembali yang
mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi utang dan piutang jangka
panjang.
Aktivitas Transitoris adalah aktivitas penerimaan atau pengeluaran kas yang tidak
termasuk dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.

PSAP 04 : Catatan atas laporan keuangan

Catatan atas Laporan Keuangan disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam Laporan
Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan
Operasional, Laporan Arus Kas, danLaporan Perubahan Ekuitas harus mempunyai
referensi silang dengan informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Agar dapat digunakan oleh pengguna dalam memahami dan membandingkannya
dengan laporan keuangan entitas lainnya, Catatan atas Laporan Keuangan biasanya
disajikan dengan susunan sebagai berikut:
(a) Informasi Umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi;
(b) Kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro;
(c) Ikhtisar pencapaian target keuangan berikut hambatan dan kendalanya;
(d) Kebijakan akuntansi yang penting:
i. Entitas pelaporan;
25

ii. Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan;


iii. Basis pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan;

iv Kesesuaian kebijakan-kebijakan akuntansi yang diterapkan dengan


ketentuan-ketentuan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan oleh suatu
entitas pelaporan;
v. Setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk memahami laporan
keuangan.
(e) Penjelasan pos-pos Laporan Keuangan:
i. Rincian dan penjelasan masing-masing pos Laporan Keuangan;

ii. Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi


Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka Laporan Keuangan.
(f) Informasi tambahan lainnya yang diperlukan.

PSAP 05 : Akuntansi persediaan

1) Persediaan dapat dinilai dengan menggunakan:


a. Metode sistematis seperti FIFO atau rata-rata tertimbang
b. Harga pembelian terakhir apabila setiap unit persediaan nilainya tidak
material dan bermacam-macam jenis.
2) Persediaan diakui (a) pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh
pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal, (b)
pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/ atau kepenguasaannya
berpindah.

PSAP 06 : Akuntansi investasi

Pengeluaran kas dan/atau aset, penerimaan hibah dalam bentuk investasi dan
perubahan piutang menjadi investasi dapat diakui sebagai investasi apabila memenuhi
kriteria sebagai berikut :
(a) Kemungkinan manfaat ekonomi dan manfaat sosial atau jasa potensial di masa
yang akan datang atas suatu investasi tersebut dapat diperoleh pemerintah;
(b) Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai (reliable).
Pelepasan investasi pemerintah dapat terjadi karena penjualan, pelepasan hak karena
peraturan pemerintah, dan lain sebagainya. Perbedaan antara hasil pelepasan investasi
dengan nilai tercatatnya harus dibebankan atau dikreditkan kepada keuntungan/rugi
pelepasan investasi. Keuntungan/rugi pelepasan investasi disajikan dalam
laporan operasional.

PSAP 07 : Akuntansi Aset Tetap

Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan
menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan
pada nilai wajar pada saat perolehan
Aset tetap yang diperoleh dari sumbangan (donasi) harus dicatat sebesar nilai wajar
pada saat perolehan
26

Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap yang dapat
disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset yang bersangkutan.
Nilai penyusutan untuk masing-masing periode diakui sebagai pengurang nilai
tercatat aset tetap dalam neraca dan beban penyusutan dalam laporan operasional.

PSAP 08 : Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan

Konstruksi dalam pengerjaan adalah aset-aset tetap yang sedang dalam


proses pembangunan. Konstruksi Dalam Pengerjaan dicatat denga biaya perolehan
Suatu benda berwujud harus diakui sebagai Konstruksi Dalam Pengerjaan jika:
(a) besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa yang akan datang berkaitan
dengan aset tersebut akan diperoleh;
(b) biaya perolehan tersebut dapat diukur secara andal; dan
(c) aset tersebut masih dalam proses pengerjaan.
Konstruksi Dalam Pengerjaan biasanya merupakan aset yang dimaksudkan digunakan
untuk operasional pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat dalam jangka
panjang dan oleh karenanya diklasifikasikan dalam aset tetap.

PSAP 09 : Akuntansi Kewajiban

Pengakuan kewajiban :
Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya ekonomi
akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai saat pelaporan, dan
perubahan atas kewajiban tersebut
mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal.
Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima oleh pemerintah atau dikeluarkan
oleh kreditur sesuai dengan kesepakatan, dan/atau pada saat kewajiban timbul.

Pengukuran kewajiban :
Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam mata uang asing
dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing
menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.

PSAP 10 : Akuntansi koreksi kesalahan, perubahan kebijakan akuntansi,

perubahan estimasi akuntnasi dan operasi yang tidak dilanjutkan

Kesalahan adalah penyajian akun/pos yang secara signifikan tidak sesuai dengan yang
seharusnya yang mempengaruhi laporan keuangan periode berjalan atau periode
sebelumnya.
Koreksi adalah tindakan pembetulan secara akuntansi agar akun/pos yang tersaji
dalam laporan keuangan entitas menjadi sesuai dengan yang seharusnya.
Dalam mengoreksi suatu kesalahan akuntansi, jumlah koreksi yang berhubungan
dengan periode sebelumnya harus dilaporkan dengan menyesuaikan baik Saldo
Anggaran Lebih maupun saldo ekuitas. Koreksi yang berpengaruh material pada
periode berikutnya harus diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan.
27

PSAP 11 : Laporan Keuangan Konsoliasian

Laporan keuangan konsolidasian terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Laporan


Perubahan SAL, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan
Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Konsolidasi yang dimaksud oleh Pernyataan Standar ini dilaksanakan dengan cara
menggabungkan dan menjumlahkan akun yang diselenggarakan oleh entitas
pelaporan dengan entitas pelaporan lainnya, atau yang diselenggarakan oleh entitas
akuntansi dengan entitas akuntansi lainnya, dengan mengeliminasi akun timbal balik.

PSAP 12 : Laporan Operasional (LO)

Penyusunan Laporan Operasional :


Laporan Operasional disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. Dalam
situasi tertentu, apabila tanggal laporan suatu entitas berubah dan Laporan
Operasional tahunan disajikan dengan suatu periode yang lebih pendek dari satu
tahun, entitas harus mengungkapkan informasi sebagai berikut:
(a) alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun;
(b) fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif dalam Laporan Operasional dan catatan-
catatan terkait tidak dapat diperbandingkan.

Informasi dalam Laporan Operasional :


Entitas pelaporan menyajikan pendapatan-LO yang diklasifikasikan menurut sumber
pendapatan. Rincian lebih lanjut sumber pendapatan disajikan pada Catatan atas
Laporan Keuangan.Entitas pelaporan menyajikan beban yang diklasifikasikan
menurut klasifikasi jenis beban. Beban berdasarkan klasifikasi organisasi dan
klasifikasi lain yang dipersyaratkan menurut ketentuan perundangan yang berlaku,
disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

2.1.4 Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

2.1.4.1 Kebijakan akuntansi LKPD Kabupaten Lombok Barat

Dalam Peratuaran Bupati Lombok Barat Nomor 25 Tahun 20014 Tentang

Kebijakan akuntansi Pemerintah Daerah (hal 19-20) ada beberapa pengakuan

akuntansi yang diperlukan antara lain :

1. Pengakuan Aset
2. Pengakuan Kewajiban
3. Pengakuan pendapatan
4. Pengakuan Beban dan Belanja
28

Berikut dijabarkan tentang pengakuan akuntansi pada pemerintah Kabupaten Lombok

Barat yaitu :

1) Pengakuan Aset

Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh oleh

Pemerintah Daerah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.

Sejalan dengan penerapan basis akrual, asset dalam bentuk piutang atau beban dibayar

dimuka diakui ketika hak klaim untuk mendapatkan arus kas masuk atau manfaat

ekonomi lainnya dari entitas lain telah atau tetap masih terpenuhi, dan nilai klaim

tersebut dapat diukur atau diestimasi.

Aset dalam bentuk kas yang diperoleh Pemerintah Daerah antara lain

bersumber dari pajak, bea masuk, cukai, penerimaan bukan transfer dan setoran lain-

lain, serta penerimaan pembiayaan, seperti hasil pinjaman. Proses pemungutan setiap

unsur penerimaan tersebut sangat beragam dan melibatkan banyak pihak atau instansi.

Dengan demikian, titik pengakuan penerimaan kas oleh Pemerintah Daerah untuk

mendapatkan pengakuan akuntnasi memerlukan pengaturan yang lebih rinci,

termasuk pengaturan mengenai batasan waktu sejak uang diterima sampai

penyetorannya ke Rekening Kas Umum Daerah. Aset tidak diakui jika pengeluaran

telah terjadi dan manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin diperoleh Pemerintah

Daerah setelah periode akuntansi berjalan.

2) Pengakuan Kewajiban

Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya

ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai saat

pelaporan, dan perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang
29

dapat diukur dengan andal. Sejalan dengan penerapan basis akrual, kewajiban diakui

pada saat dana pinjaman diterima atau pada saat kewajiban timbul.

3) Pengakuan pendapatan

Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya ha katas pendapatan tersebut atau

ada aliran masuk sumer daya ekonomi. Pendapatan-LRA diakui pada saat kas

diterima di Rekening Kas Umum Daerah atau entitas pelaporan.

4) Pengakuan Beban dan Belanja

Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban, terjadinya konsumsi asset atau

terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dan belanja diakui

berdasarkan terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah atau entitas

pelaporan.

Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat

pertanggung jawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh PPK pada SKPD.

2.1.4.2 Jenis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Perbandingan komponen laporan keuangan antara basis kas menuju akrual

dengan basis akrual dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 2.1.4 Perbandiangan komponen laporan keuangan


Cash Towards Accrual dengan Full Accrual

Komponen laporan keuangan basis kas Komponen laporan keuangan basis akrual,
menuju akrual, terdiri dari : terdiri dari :
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) 1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
2. Neraca 2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran
3. Laporan Arus Kas (LAK) Lebih
4. Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK) 3. Neraca
4. Laporan Operasional
5. Laporan Arus Kas (LAK)
6. Laporan Perubahan Ekuitas
7. Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK)
Sumber : PP 24/2005 & PP 71/2010
30

Dalam Peraturan Bupati Lombok Barat Nomor 25 tahun 2014 (hal 13-17) diuraikan

tentang 7 (tujuh) unsur laporan keuangan basis akrual antara lain :

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

Menurut Tulis S. Meliala,et.al (hal 25).:“Laporan realisasi anggaran

menyajikan sumber pendapatan, alokasinya, dan menggambarkan perbandingan

antara anggaran dan alokasinya dalam satu periode.”

Darise menyatakan bahwa :

Laporan realisasi anggaran pemerintah daerah merupakan laporan yang


menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber alokasi dan
pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah daerah, yang
menggambarkan perbandingan antara anggaran dan relisasi dalam suatu
periode pelaporan.

Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan

pemakaian sumber daya keuangan yang dikelola oleh Pemerintah Daerah, yang

menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode

pelaporan. Unsur yang dicakup secara langsung oleh LRA terdiri dari :

a. Pendapatan-LRA adalah penerimaan Bendahara Umum Darah atau oleh entitas

Pemerintah Daerah lainnya yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam

periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak Pemerintah Daerah,

dan tidak perlu dibayar kembali oleh Pemerintah Daerah.

b. Belanja adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum Daerah yang

mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang

bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh

Pemerintah Daerah.
31

c. Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uanga oleh suatu entitas pelaporan

dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi

hasil.

d. Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan/pengeluaran yang tidak

berpengaruh pada kekayaan bersih entitas yang perlu dibayar kembali dan / atau

akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-

tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran Pemerintah Daerah

terutama dimaksudkan untuk menutup defisi atau memanfaatkan surplus

anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman dan

hasil divestasi. Pengeluran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran

kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan

penyertaan modal oleh Pemerintah Daerah.

2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL)

Menurut SAP PP Nomor 71 Tahun 2010 bahwa : “Laporan Perubahan Saldo

Anggaran Lebih menyajikan informasi kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran

Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya”.

3. Neraca

Bastian menyatakan bahwa: “Laporan posisi keuangan, atau disebut juga dengan

neraca ataupun laporan aktiva dan kewajiban, adalah laporan keuangan yang

menyajikan posisi aktiva, hutang dan modal pemilik pada satu saat tertentu.”

Menurut Jumingan :

Neraca adalah suatu laporan yang sistematis tentang aktiva (assets), utang
(liabilities), dan modal sendiri (owners’ equity) dari suatu perusahaan pada
tanggal tertentu. Biasanya pada saat buku ditutup yakni akhir bulan, akhir
triwulan, atau akhir tahun.
32

Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai asset,

kewajiban dan ekuitas pada tanggal tertentu. Unsur yang dicakup oleh neraca terdiri

dari :

a. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh

Pemerintah Daerah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana

manfaat ekonomi dan/atau social di masa depan diharapatkan dapat diperoleh,

baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,

termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi

masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan

sejarah dan budaya.

Aset diklasifikasikan ke dalam asset lancar dan non lancar. Aset lancar meliputi

kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang dan persediaan. Sedangkan

asset non lancar meliputi investasi jangka panjang, asset tetap, dana cadangan

dan asset lainnya.

b. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang

peyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi Pemerintah

Daerah. Kewajiban dikelompokkan menjadi kewajiban jangka pendek dan

kewajiban jangka panjang.

c. Ekuitas adalah keakayaan bersih pemerintah daerah yang merupakan selisih

antara asset dan kewajiban Pemerintah Daerah pada tanggal laporan. Saldo

ekuitas di Neraca berasal dari saldo achier ekuitas pada Laporan Perubahan

Ekuitas.
33

4. Laporan Operasional (LO)

Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang

menambah ekuitas dan penggunaanya yang dikelola oleh Pemerintah Daerah untuk

kegiatan penyelenggaraan pemrintahan dalam satu periode pelaporan.

Unsur yang dicakup langsung dalam Laporan Operasional terdiri dari :

a. Pendapatan-LO adalah Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah nilai

kekayaan.

b. Beban adalah kewajiban Pemerintah Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai

kekayaan bersih.

c. Transfer adalah hak penerimaan atau kewajiban pengeluaran uang dari/oleh suatu

entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan

dan dana bagi hasil.

d. Pos Luar Biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa yang terjadi

karena kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi biasa, tidak

diharapkan sering atau rutin terjadi, dan berada di luar kendali atau pengaruh

entitas bersangkutan.

5. Laporan Arus kas (LAK)

Bastian menyatakan bahwa :

Laporan arus kas menyajikan informasi tentang penerimaan dan pengeluaran kas
selama satu periode tertentu.Penerimaan dan pengeluaran kas diklasifikasikan
menurut kegiatan operasi, kegiatan pendanaan, dan kegiatan investasi.
Menurut Darise :

Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan,


perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi, dan saldo kas dan
setara kas pada tanggal pelaporan.
34

Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas

operasi, investasi, pendanaan dan transitoris yang menggambarkan saldo awal,

penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir kas Pemerintah Daerah selama periode

tertentu. Unsur yang dicakup dalam Laporan Arus Kas terdiri dari penerimaan dan

pengeluaran kas, yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke Bendahara Umum

Daerah

b) Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari Bendahara Umum

Daerah.

6. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)

Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas

tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

7. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)

Menurut Adanan Silaban dan Hamonangan Siallagan, “Catatan atas laporan

keuangan berisi informasi yang tidak dapat diungkapkan dalam keempat laporan

keuangan, yang mengungkapkan seluruh prinsip, prosedur,metode, dan teknik yang

diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan tersebut .”

Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari

angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL,

Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca dan Laporan Arus Kas.

Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi

yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan

dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi Pemerintahan serta


35

ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan

keuaangan secara wajar.

Catatan atas Laporan Keuangan mengungkapkan/menyajikan/menyediakan hal-hal

sebagai berikut :

a. Mengungkapkan informasi umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas

Akuntansi;

b. Menyajikan informasi tentang kebijakan fiscal/keuangan dan ekonomi makro;

c. Menyajikan ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan berikut

kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;

d. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan

kebijakan-kebijakan akuntansi yan dipilih untuk diterapkan atas transaksi-

transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya.;

e. Menyajikan rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada

lembar muka laporan keuangan;

f. Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi

Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan;

g. Menyediakan informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar,

yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.

2.2 HASIL PENELITIAN TERDAHULU

Sebelumnya telah banyak dilakukan penelitian tentang akuntansi

pemerintahan berbasis akrual ini, diantaranya penelitian Damayanti (2012) berjudul “

Analisis Implementasi Basis Akrual pada Laporan Keuangan Pemerintah Kota

Berbasis Cash Towards Accrual Tahun Anggaran 2007-2009” menyimpulkan bahwa


36

pemerintah memutuskan untuk mengadopsi basis akrual secara bertahap yaitu basis

CTA (Cash Towards Accrual) untuk menggantikan basis kas yang dinilai kurang

dapat dapat diandalkan. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 mengenai

Standar Akuntansi Pemerintahan mengatakan bahwa dalam basis CTA, pendapatan,

belanja dan pembiayaan dicatat dengan basis kas, sedangkan asset, kewajiban, dan

ekuitas dicatat dengan basis akrual.

Selain itu penelitian berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi

tingkat akuntansi akrual pada Pemerintah” ditulis oleh Kusuma (2013) dalam

penelitiannya ditemukan bahwa terdapat banyak factor yang mempengaruhi

tingkat penerapan akuntansi akrual pada pemerintah seperti tingkat pendidikan

staf keuangan, adanya pelatihan staf keuangan, kualitas teknologi informasi,

dukungan konsultan.

Faradillah (2013) dalam penelitiannya berjudul “Analisis Kesiapan

Pemerintah Daerah Dalam menerapkan Standar Akuntansi Pemerintahan ( Peraturan

Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010)” menunjukkan bahwa kesiapan pemerintah Kota

Makassar dalam implementas standar akuntansi pemerintahan (SAP) berbasis akrual

merupakan refleksi dari suatu formalitas. Hal tersebut didukung dengan adanya

peraturan pemerintah yang mewajibkan untuk semua pemerintah daerah termasuk

pemerintah Kota Makassar dalam menerapkan SAP berbasis akrual.

Kusuma (2013) dalam penelitannya berjudul “Analisis Kesiapan Pemerintah

Dalam Menerapkan Standar Akuntansi Berbasis Akrual (Kasus Pada Pemerintah

Kabupaten Jember)” menyimpulkan bahwa Pemerintah Kabupaten Jember siap

melaksankan akuntansi akrual akan tetapi masih terdapat kendala yaitu kurangnya

perangkat lunak yang memadai dalam mendukung akuntansi tersebut.


37

Penelitian Permadi (2013) berjudul “Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi

Keuangan Pemerintah Daerah Terhadap Kulitas Laporan Keuangan Pemerintah

Dearah (Studi kasus pada Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Barat) menyimpulkan

bahwa penerapan system akuntansi keuangan berpengaruh terhadap kualitas laporan

keuangan pemerintah daerah.

Selain itu pendapat Nurlaila (2014) dalam penelitiannya “Pengaruh

Efektifitas Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Terhadap Kualitas Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah (Studi pada Pemerintah Kabupaten Enrekang)

menyimpulkan bahwa penerapan standar akuntansi pemerintahan yang efektif

berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah walaupun

terdapat juga factor-faktor lain yang mempengaruhinya.

Dari beberapa penelitian di atas, terdapat perbedaan dengan penelitian yang

diajukan saat ini diantaranya dalam penelitian Kusuma (2013) khusus menganalisis

khusus tentang factor-faktor yang mempengaruhi tingkat penerapan akuntansi akrual

pada pemerintah secara eksternal dan internal baik itu sumber daya manusia, factor

teknologi maupun kesiapan pimpinan daerah itu sendiri. Dalam penelitian Faradillah

(2013) menganalisis tentang kesiapan pemerintah daerah dalam menerapkan PP

Nomor 71/2010 baik itu tentang pengetahuan entitas pelaporan tentang PP itu sendiri

maupun aspek-aspek apa saja yang harus dipersiapkan dalam menerapkan PP Nomor

71/2010 tersebut. Tidak jauh berbeda dalam penelitian Setiawati Kusuma (2013) juga

dalam penelitiannya menganalisis hal yang sama dengan Faradillah (2013) namun

obyek yang dipilih berbeda yaitu di Pemerintah Kabupaten Jember.

Dalam penelitian Permadi (2013) dan Nurlaila (2014) memiliki kesamaan

yaitu meneliti tentang pengaruh SAP jika diterapkan pada Pemerintah Daerah namun
38

obyek yang diteliti berbeda. Namun dalam penelitian Damayanti (2012) yang

berjudul “Analisis Implementasi Basis Akrual pada Laporan Keuangan Pemerintah

Berbasis Cash Towards Accrual Tahun Anggaran 2007-2009” memiliki kesamaan

dengan penelitian yang dilakukan saat ini yakni sama-sama menganalisis tentang

bagaimana implementasi SAP pada Entitas Pelaporan (Pemerintah Daerah) tetapi

obyek dan SAP yang digunakan berbeda, penelitian sebelumnya membahas tentang

SAP Cash Towards Accrual sedangkan penelitian yang dilakukan saat ini fokus

terhadap implementasi SAP Berbasis Akrual (Full Accrual). Selain itu peneliti juga

bermaksud menganalisis tentang bagaimana dampak yang ditimbulkan terhadap

penyajian laporan keuangan pemerintah daerah (entitas pelaporan) nantinya dengan

telah diterapkannya SAP berbasis akrual tersebut.

2.3 RERANGKA KONSEPTUAL DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.3.1 RERANGKA KONSEPTUAL

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat digambarkan melalui rerangka konseptual

sebagai berikut :
Dikeluarkan PP Nomor 39
24 Tahun 2005 Direvisi
dengan PP Nomor 71
Tahun 2010 tentang
SAP Berbasis Akrual

MEWAJIBKAN :
Pemerintah Daerah (Entitas Pelaporan)

Implementasi SAP
Berbasis akrual penuh
(Full Accrual) di Tahun
Anggaran 2015

KUALITAS LAP
KEU (Y) :
TERWUJUDNYA
LAP KEU PP 71/2010 IMPLEM - RELEVAN AKUNTABILITAS
(accrual) : LRA, LP ENTASI - ANDAL &TRANSPARANSI
SAL, NERACA, SAP (X) - DAPAT KEUANGAN
LO,LAK,LPE, CALK DIBANDINGKAN DAERAH
- DIPAHAMI

2.3.2 PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Keberhasilan pengelolaan keuangan daerah mempunyai dampak langsung

terhadap keberhasilan otonomi daerah dan sumbangan yang besar dalam upaya

mewujudkan akuntabilitas. Untuk itu dalam rangka akuntabilitas setiap pejabat yang

menyajikan laporan keuangan diharuskan memberi pernyataan tanggungjawab atas

laporan keuangan Gubernur/Bupati/Walikota/Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah

harus secara jelas menyatakan bahwa laporan keuangan telah disusun berdasarkan system

inten yang memadai dan informasi yang termuat pada laporan keuangan telah disajikan

sesuai dengan Stadar Akuntansi Pemrintah (SAP), (Darise, 2008: 2).

Penerapan sistem akuntansi akrual diterapkan secara bertahap, dalam

penjelasan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010, SAP berbasis akrual harus

segera diterapkan oleh setiap entitas. Namun, bagi entitas yang belum siap untuk

menerapkan SAP Berbasis Akrual dapat menggunakan SAP Berbasis Kas Menuju

Akrual hingga batas waktu penerapan basis akrual secara penuh, yaitu tahun 2015.
40

Satuan kerja dengan pengalaman menjalankan basis kas menuju akrual, atau yang

terlebih dahulu menerapkan sistem akuntansi berbasis akrual diharapkan

akan mencapai level pemahaman dan penerapan yang lebih baik dalam adopsi

dan implementasi sistem yang baru. Menurut Christiaens, (1999) organisasi

dengan pengalaman jangka panjang dalam menerapkan akuntansi akrual

diharapkan akan mencapai tingkat kepatuhan akuntansi yang lebih baik.

Penelitian sebelumnya oleh Kusuma (2013) memperlihatkan bahwa

kepatuhan terhadap penerapan SAP berpengaruh terhadap laporan keuangan

Pemerintah Daerah.Begitu pula dalam penelitian Permadi (2013) dan Nurlaila

(2014) menyimpulkan bahwa penerapan SAP yang efektif dalam Pemerintah

Daerah berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan yang dihasilkan. Oleh

karena itu, penulis ingin menguji kembali hubungan kedua variabel tersebut dan

mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H0 : Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual tidak

berdampak terhadap penyajian laporan keuangan pada Pemerintah

Kabupaten Lombok Barat.

Ha : Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual berdampak

terhadap penyajian laporan keuangan pada Pemerintah Kabupaten Lombok

Barat.
41

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 JENIS PENELITIAN

Untuk mengetahui implementasi SAP berbasis akrual maka jenis penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan

pendekatan kuantitatif yang menggunakan data satu waktu (cross-sectional).

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk mengetahui nilai

variable mandiri, baik satu variable atau lebih (independen), tanpa membuat

perbandingan, atau menghubungkan antara variable satu dengan variable yang lain

(Sugiyono,2003). Hartoto (2009) mengatakan bahwa peneltian deskriptif

meruapakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterprestasi

objek sesuai dengan keadaan sebenarnya. Tujuan utama dari penelitian deskriptif

menurut Arikunto (2005) ialah untuk membuat penjelasan secara sistematis, factual

dan akurat mengenai fakta-fakta dan populasi atau daerah tertentu. Dalam pengertian,

penelitian deskriptif sebenarnya tidak memerlukan pengujian hubungan atau objek

penelitian sehingga juga tidak memerlukan hipotesis.

Namun demikian, dalam perkembangannya selain menjelaskan sesuatu atau kejadian

yang sudah berlangsung, penelitian deskriptif juga dirancang untuk membuat

komparasi maupun untuk mengetahui hubungan atas satu variabel dengan variabel

lainnya. Oleh karena itu dalam penelitian ini juga dimaksudkan untuk mengetahui

dampak implementasi SAP berbasis akrual terhadap penyajian laporan keuangan

Pemerintah Daerah sehingga dibuat hipotesis yang mengubungkan antara variabel

independen dengan variabel dependen.


42

3.2 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatka n data. Menurut

Sugiyono (2010:63) terdapat beberapa teknik pengumpulan data yang dapat

dilakukan, diantaranya adalah dengan observasi (pengamatan), dokumentasi dan

dengan menggunakan angket/kuisioner. Dalam penelitian ini teknik penelitian yang

digunakan hanya dengan mengguakan dokumentasi, angket/kuisioner dan

wawancara.

1) Dokumentasi.

Sugiyono (2010:82) menyatakan bahwa dokumen merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-

karya monumental dari seseorang. Studi dokumen ini merupakan pelengkap

dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kuantitatif.

Metode ini juga merupakan suatu proses untuk memperoleh data -data yang terkait

dengan implementasi SAP berbasis akrual penuh pada Pemerintah Kabupaten

Lombok Barat.

2) Angket/kuisioner

Kuisioner adalah sejumlah pernyataan yang digunakan untuk memperoleh

informasi dan responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal lain yang

ia ketahui. Sugiyono (2009).

3.3 POPULASI

Menurut Sugiyono (2014:80), populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
43

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam

penelitian yang ini yang menjadi populasi adalah obyek/subyek yang berhubungan

langsung dengan proses penerapan SAP berbasis akrul dan pelaporan keuangan

Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Barat yaitu beberapa bidang yang ada pada

Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah diantaranya bidang akuntansi,

bidang Anggaran, bidang Verifikasi dan bidang permbendaharaan.

3.1 Tabel obyek penelitian pada Dinas Pendapatan dan Pengeloaan Keuangan
Daerah (DPPKD) Kabupaten Lombok Barat
NO. Jabatan Banyaknya
1 Kepala Bidang Pengelola Keuangan DPPKD Kabupaten Lombok 1 orang
Barat.
2 Kepala Bidang Akuntansi dan Pelaporan DPPKD Kabupaten Lombok 1 orang
Barat
3 Kepala Seksi Anggaran Bidang Pengelola Keuangan DPPKD 1 orang
Kabupaten Lombok Barat.
4 Kepala Seksi Verifikasi Bidang Pengelola Keuangan DPPKD 1 orang
Kabupaten Lombok Barat.
5 Kepala Seksi Perbendaharaan Bidang Pengelola Keuangan DPPKD 1 orang
Kabupaten Lombok Barat.
6 Kasi di bidang akuntansi dan Pelaporan pada DPPKD Kabupaten 1 orang
Lombok Barat
7 Kasi Pelaporan bidang akuntansi dan Pelaporan pada DPPKD 1 orang
Kabupaten Lombok Barat
8 Staf bidang Akuntansi dan Pelaporan DPPKD Kabupaten Lombok 8 orang
Barat
9 Staf Seksi Anggaran Bidang Pengelola Keuangan DPPKD Kabupaten 2 orang
Lombok Barat.
10 Staf Seksi Verifikasi Bidang Pengelola Keuangan DPPKD Kabupaten 8 orang
Lombok Barat.
11 Staf Seksi Perbendaharaan Bidang Pengelola Keuangan DPPKD 5 orang
Kabupaten Lombok Barat.
Total 30 orang
Sumber : olahan

3.4 JENIS DAN SUMBER DATA

Jenis data yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder. Menurut Sugiyono (2010:137) data primer adalah sumber data yang

langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data primer d a l a m


44

penelitian ini yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli. Data

primer yang diperoleh adalah hasil pengisian kuesioner oleh responden.

Sedangkan data Sekunder adalah sumber yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau

lewat dokumen, (Sugiyono,2010:137). Dan data skunder dalam penelitian

ini adalah dokumen-dokumen, literature yang berhubungan dengan

laporan keuangan pemerintah kabupaten Lombok Barat.

3.5 IDENTIFIKASI DAN DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

Variabel penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel dependen dan

variabel independen seperti dijelaskan sebagai berikut :

1) Variabel Bebas (independen) adalah Standar akuntansi Pemerintah

Variabel independen adalah merupakan variabel yang mepengaruhi atau menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat), Sugiyono (2010:39).

Dalam penelitian ini adalah tingkat penerapan akuntansi akrual sesuai Standar

Akuntansi Pemerintahan (SAP). Standar Akuntansi Pemerintah adalah prinsip-

prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan Laporan

Keuangan Pemerintah, yang terdiri atas laporan keuangan pemerintah pusat

(LKPP) dan laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD), dalam rangka

transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan akuntansi pemerintahan, serta

peningkatan kualitas LKPP dan LKPD, (Tanjung,2012)

2) Variabel Dependen adalah Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah

Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas, Sugiyono (2010:39). Dalam penelitian ini
45

yang menjadi variabel dependen adalah kualitas laporan keuangan pemerintah.

Menurut Hariadi dkk (2010:125) karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah

ukuran-ukuran normative yang diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga

dapat memenuhi tujuannya.

Untuk lebih jelasnya definisi operasional variabel, dimensi serta penyebaran

indikator dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 3.2

Jenis Konsep variable Dimensi Indikator Skala


variabel
Variabel Standar Akuntansi 1) PSAP No.01 1) Basis akrual Ordinal
Independen = Pemerintah (SAP) adalah Penyajian Laporan 2) Komponen Laporan
Standar prinsip-prinsip akuntansi Keuangan Keuangan
akuntansi yang diterapkan dalam 3) Periode Pelaporan
Pemerintah menyusun dan 2) PSAP No.02 Laporan 4) Penyajian Laporan Ordinal
(SAP) (X) menyajikan Laporan Realisasi Anggaran realisasi anggaran
Keuangan Pemerintah, Berbasis Kas 5) Anggaran berbasis kas
yang terdiri dari atas
Laporan Keuangan 3) PSAP No.03 Laporan 6) Aktivitas operasi Ordinal
Pemerintah Pusat (LKPP) Arus Kas 7) Aktivitas investasi
dan laporan keuangan 8) Aktivitas pendanaan
pemerintah daerah 9) Aktivitas transitoris
(LKPD), dalam rangka 4) PSAP No.04 Catatan 10) Penyajian CaLK Ordinal
transparansi dan atas Laporan 11) Susunan dalam CaLK
akuntabailitas Keuangan
penyelenggaraan 5) PSAP No.05 12) Penilaian persediaan Ordinal
akuntansi pemerintahan, Akuntansi Persediaan 13) Pengakuan persediaan
serta peningkatan 6) PSAP No.06 14) Pengakuan investasi Ordinal
kualitas LKPP dan Akuntansi Investasi 15) Pelepasan dan
LKPD, (Tanjung,2012). pemindahan investasi
7) PSAP No.07 16) Pengukuran asset Ordinal
Akuntansi Aset Tetap tetap
17) Aset Donasi
18) Pengakuan
Penyusutan
8) PSAP No.08 19) Perlakuan akuntansi Ordinal
Akuntansi Kontruksi kontruksi
Pengerjaan
9) PSAP No.09 20) Perlakuan akuntansi Ordinal
Akuntansi Kewajiban kewajiban
21) Pengakuan kewajiban
22) Pengukuran
kewajiban
10)PSAP No.10 Koreksi 23) Perlakuan akuntani Ordinal
kesalahan koreki kesalahan
46

11)PSAP No.11 Laporan 24) Konsep penyajian Ordinal


keuangan konsolidasi laporan keuangan
konsolidasi
12)PSAP No.12 Laporan 25) Penyusunan Laporan Ordinal
Operasional Operasional
26) Informasi dalam
laporan operasional
Sumber PP 71 2010 dan Sumber PP 71 2010 dan
Tanjung (2012) Tanjung (2012)

Variabel Karakteristik kualitatif 1. Relevan 1. Memiliki manfaat Ordinal


dependen = laporan keuangan adalah umpan balik
Kualitas ukuran-ukuran normative 2. Memiliki manfaat
Laporan yang diwujudkan dalam prediktif
Keuangan informasi akuntansi 3. Tepat waktu
Daerah (Y) sehingga dapat memenuhi 4. Lengkap
tujuannya. Hariadi dkk 2. Andal 5. Penyajian jujur Ordinal
(2010) 6. Dapat diverifikasi
7. Memenuhi unsur
netralitas
3. Dapat dibandingkan 8. Dapat dibandingkan Ordinal
4. Dapat dipahami 9. Dapat dipahami Ordinal
penggunaannya

Sumber: SAP (2010) dan Sumber: SAP (2010) dan


Hariadi (2010) Hariadi (2010)
Sumber : Olahan 2015

Berdasarkan tabel operasional di atas, maka pengukuran dan ukuran skala yang

digunakan untuk pembuatan item kusioner adalah menggunakan skala Guttman ,

dengan skala pengukuran ini akan didapat jawaban yang tegas terhadap pernyataan

yang diajukan. Dalam kusioner data angket hanya ada dua interval jawaban yaitu

“ya” atau “Tidak”. Untuk jawaban Ya diberi skor tertinggi “1” dan Tidak diberi skor

“0”, (Sugiyono,2014:96).

3.6 MODEL ANALISIS DATA

Langkah-langkah yang penulis lakukan dalam menganalisis data adalah

sebagai berikut:
47

1. Melakukan pengumpulan data yang diperoleh dari kuisioner yang telah ditelah

diberikan kepada responden yang berisi pertanyaan untuk variabel untuk

variabel X dan variabel Y.

2. Setelah semua kuisioner terkumpul, data tersebut dikelompokkan menurut

kelompok variabel masing-masing, lalu dilanjutkan dengan memberikan skor

untuk jawaban dari setiap pertanyaan yang diajukan.

3. Untuk memperoleh data tentang Pengaruh Efektivitas Penerapan Standar

Akuntansi Pemerintahan terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah

Daerah, dibuat pertanyaan-pertanyaan dengan menggunakan skala. Guttman ,

dengan skala pengukuran ini akan didapat jawaban yang tegas terhadap

pernyataan yang diajukan. Dalam kusioner data angket hanya ada dua interval

jawaban yaitu “Ya” atau “Tidak”. Untuk jawaban Ya diberi skor tertinggi “1”

dan Tidak diberi skor “0”, (Sugiyono,2014:96).

3.6.1 Analisis deskriftif

Dalam penelitian ini data dianalisis dengan menggunakan alat statistik yaitu statistik

deskriptif untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden, seperti usia,

pendidikan dan lama bekerja di bidangnya dan deskripsi mengenai hasil jawaban responden.

3.6.2 Uji Validitas

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan

kuisioner sehingga diperlukan pengujian validitas untuk mengetahui keabsahan suatu

hasil penelitian. Suatu penelitian dikatakan valid bila terdapat kesamaan antara data

yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek peneliti. Dalam

penelitian ini adalah rumus yang cocok untuk uji validitas dengan skalla guttman
48

yaitu rumus koefisien reprodusibilitas dan koefisien skalabilitas, Singarimbun dan

effendi (2011:118-119).

Rumus koefisien Reprodusibilitas

Kr = 1-(e/n)

Keterangan :
e = jumlah kesalahan / nilai error
n = jumlah pernyataan dikali jumlh responden

Syarat penerimaan nilai koefisien reprodusibilitas yaitu apabila koefisien

reprodusibilitas memiliki nilai >0.90

.Rumus koefisien skalabilitas

Ks = 1-(e/x)

Keterangan :
e = jumlah kesalahan / nilai error
x = 0,5 ( jumlah pernyataan dikali jumlh responden-jumlah jawaban”setuju”)

Syarat penerimaan nilai koefisien yaitu apabila koefisien skalabilitas memiliki nilai

>0.60. Uji ini dilakukan dengan menggunakan microsof excel.

3.6.3 Uji Reabilitas

Pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan kuisioner juga

memerlukan pengujian reliabilitas untuk mengetahui keandalan dari instrumen yang

digunakan. Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau

temuan. Dalam pandangan positivistik (kuantitatif), suatu data dinyatakan reliabel

apabila dua atau lebih peneliti dalam obyek yang sama menghasilkan data yang sama,

atau peneliti yang sama dalam waktu berbeda menghasilkan data yang sama, atau

sekelompok data bila dipecah menjadi dua menunjukkan data yang tidak berbeda

(Sugiyono, 2011:268). Dengan kata lain, jika ada peneliti lain mengulangi atau

mereplikasi penelitian pada obyek yang sama dengan menggunakan metode yang
49

sama akan menghasilkan data yang sama. Suatu data yang reliabel atau konsisiten

akan cenderung valid, walaupun belum tentu valid.

Untuk uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Kuder

Richardson 20 atau sering disebut sebagai KR 20, karena rumus ini cocok untuk

pilihan jawaban yang sifatnya dikotomi (“setuju” atau “tidak setuju”). Adapun rumus

lengkapnya :

K M- (k-M)
r11= ( )(1- )
k–1 kVt

(Simamora, 2002:75)
Keterangan :
r11 = realibilitas instrument
k = banyaknya butir soal atau pernyataan
M = rata-rata skor total
Vt = varians total

Suatu variabel dikatakan reliable jika nilai KR yang dihasilkan lebih besar

(>)0.60, (Priyatno, 2010:98). Uji ini dilakukan dengan menggunakan Microsof excel.

3.6.4 Uji Hipotesis

3.6.4.1 Analisis koefisien korelasi rank spearman

Untuk menguji hipotesis tentang ada tidaknya pengaruh positif antara

Implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan terhadap Kualitas Laporan Keuangan

pemerintah daerah, digunakan hipotesis statistik dalam bentuk matematis adalah

sebagai berikut :

H0:ρ< 0, Implementsi Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual tidak

berdampak terhadap Kualitas Laporan Keuangan.

H0:ρ ≥ 0, Implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual berdampak

positif terhadap Kualitas Laporan Keuangan.


50

Teknik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah dengan menggunakan

Rank Spearmen memiliki rumus sebagai berikut :

1-6∑d2
rs=
n(n2-1)

(kriyantono, 2009:176)
Keterangan :
Rs = koefisien korelasi rank
Angka 1= angka 1, yaitu bilangan konstan
6 = angka 6, yaibu bilangan kosnta
D = perbedaan antara pasangan jenjang
∑ = jumlah
n = jumlah individu dalam sampel

Adapun pedoman untuk memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

menurut sugiyono (2011:184) sebagai berikut:

Tabel 3.3 Pedoman Pemberian Interpretasi Koefisien Korelasi

Pedoman Pemberian Interpretasi Tingkat Hubungan


Koefisien Korelasi Interval Koefisien
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,499 Sedang
0,50 – 0,599 Kuat
0,60 – 0,699 Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono (2011: 184)

Apabila hasil perhitungan koefisien Rank Spearman (ρ) memiliki nilai

positif, maka artinya variabel yang diteliti memiliki hubungan positif. Dengan kata

lain H0 ditolak, yang artinya menolak dugaan yang menyatakan bahwa Implementasi

Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual tidak berpengaruh pada Kualitas

Laporan Keuangan Pemerintahan Daerah.

3.6.4.2 Analisis Data Logistic regression

Alat analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah logistic

regression untuk memprediksi besarnya variabel tergantung yang berupa data jenis
51

nominal dengan dua kriteria saja (variabel binary) dengan menggunakan data ariabel

bebas yang sudah diketahui besarnya. Model logit (log dari probabilitas) merupakan

fungsi linear dari variabel bebas dan ekivalen dengan persamaan multiple regression

dengan log dari probabilitas sebagai variabel terikat. Oleh karena itu log dari

probabilitas sering disebut logit maka persamaan regresinya disebut multiple logistic

regression atau logistic regression (Ghozali, 2001).

Menurut Sansaloni (2005) binomial (binary) logistic regression adalah suatu

bentuk regresi yang digunakan ketika variabel dependen berbentuk dikotomi atau

kategorial yang memiliki nilai 1 dan 0. Logistic regression dapat digunakan untuk

memprediksi variabel dependen berdasarkan variabel independen dengan

menggunakan estimasi maximum likelihood. Dengan menggunakan logistic

regression kita mengestimasi kemungkinan terjadinya suatu peristiwa. Regresi

logistik sangat popular sebagian disebabkan oleh longgarnya asumsi yang mendasari

alat uji tersebut:

1. Regresi logistik tidak mengasumsikan adanya hubungan linear antara

dependen dan independen variabel.

2. Variabel dependen tidak harus terdistribusi normal, tidak harus

homoskedastisitas.

3. Error tidak harus terdistribusi normal.

4. Pengkodean harus memiliki arti regresi logistik akan sulit diinterprestasikan

apabila tidak dikodekan dengan baik.

5. Residual error diasumsikan independen (tidak terjadi autokorelasi)

6. Bebas multikolinearitas.
52

Menurut Gujarati (1995) tujuan estimasi dengan model logit ini adalah menemukan

nilai terbaik dari masing-masing koefisien. Ciri utama model logit:

1. Karena nilai P berada antara 0 dan 1, maka nilai logit tidak terbatas.

2. L linear dalam X, namun probabilitas P tidak.

3. Koefisien b mengukur seberapa jauh perbedaan L akibat perubahan X sebesar

satu unit.

Persamaan logistic regression dapat dinyatakan sebagai berikut:

Log ( Pi /1-Pi ) = â0 + â1 X1
Dimana:
P = Probabilitas variabel dependen yang mampu dijelaskan oleh variabel
independen
â0 = Konstanta
â1 = Koefisien regresi 1
X1 = Variabel independen pada tahun ke n

Menurut Ghozali (2013) analisis pengujian dengan logistic regression perlu

memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

3.6.4.2.1 Menilai kelayakan model regresi

Perhatikan output dari Hosmer and Lemeshow dengan hipotesis :

H0 = model yang dihipotesakan fit dengan data

H1 = Model yang dihipotesakan tidak fit dengan data

Dasar pengambilan keputusan adalah dengan memperhatikan nilai goodness of

fit yang diukur dengan nilai Chi-Square pada bagian bawah uji Hosmer and

Lemeshow dimana, jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima sedngkan jika

probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak (Ghozali,2013).

3.6.4.2.2 Menilai keseluruhan model (overall model fit)

Perhatikan angka -2 Log Likelihood (LL) pada awal (block number = 0) dan

angka -2 Log Likelihood pada block number = 1. Jika terjadi penurunan angka -2
53

Log Likelihood (block number = 0 – block number = 1) menunjukkan model regresi

yang baik. Log Likelihood pada logistic regression mirip dengan pengertian ”sum of

squared error” pada model regresi sehingga penurunan Log Likelihood menunjukkan

model regresi yang baik (Ghozali,2013)

3.6.4.2.3 Menguji koefisien regresi

Logit coefficients, juga disebut dengan unstandardized logistic regression

coefficients atau effect coefficients, mirip dengan koefisien b dalam regresi kuadrat

terkecil (OLS). Logits adalah logaritma natural dari peluang. Koefisien logit dalam

persamaan regresi logistik digunakan untuk mengestimasi (memprediksi) log

kemungkinan bahwa nilai variabel dependen 1. Koefisien logistik mengukur

perubahan log peluang variabel dependen, bukan perubahan dalam dependen variabel

itu sendiri seperti regresi OLS. Dalam SPSS, koefisien logit diberi label B. Untuk

menguji koefisien regresi dapat dilihat pada bagian akhir output yaitu Variabel In The

Equation. Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai signifikansi masing-masing

variabel independen. dalam uji koefisien regresi adalah tingkat signifikan yang

digunakan adalah sebesar 5%. Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis) > 5%,

maka hipotesis alternative ditolak. Sebaliknya, jika p-value < 5%, maka hipotesis

alternative diterima (Ghozali,2013).

3.6.4.2.4 Menilai ketepatan prediksi

Keakurasian prediksi ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar akurasi

suatu model secara keseluruhan dalam melakukan prediksi yang dapat dilihat dari

Classification Table dengan melhat skema probability cut off (0,5;0,5) yang

dihasilkan suatu model. Semakin besar nilai prosentasenya atau nilai keakurasian

prediksi model (Pr >0,5) atau mendekati 100% maka semakin besar pula keakurasian
54

model dalam melakukan prediksi. Sebaliknya semakin kecil nilai prosentase yang

dihasilkan (Pr < 0,5) maka semakin rendah pula kemampuan model dalam melakukan

prediksi atau tidak akurat.


55

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENELITIAN

4.1.1 Deskripsi data lokasi dan responden

Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Barat berdiri pada tanggal 17 April

1959 dengan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. UP7/14/34 dengan ibu kota

Giri Menang Gerung, Pada tanggal 30 Desember 2008, secara administrasi

pembentukan Kabupaten Lombok Utara (KLU) sudah resmi, sehingga Kabupaten

Lombok Barat yang sebelumna mewilayai 15 Kecamatan, kini menjadi 10 (sepuluh)

Kecamatan, 88 desa dan 657 Dusun.

Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Barat sejak dibentuk sesuai Undang-

Undang Nomor : 69 Tahun 1958 telah dipimpin oleh 10 (sepuluh) Bupati sampai

dengan sekarang dipimpin oleh Dr.H.Zainy Arony-H. Fauzan Khalid,S.Ag.M.Si.

Seiring dengan perkembangannya Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok terus

mengalami peningkatan baik itu pembangunan maupun dibidang Keuangan Daerah,

hal ini dibuktikan dengan untuk pertama kalinya pada akhir tahun 2014, Pemerintah

Daerah Kabupaten Lombok Barat mendatkan Opini Wajar Tanpa Pengecualian

(WTP) dalam penyajian Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2014.

Dengan menggunakan basis Cash Towards Accrual (CTA) Pemerintah Daerah

Kabupaten mendapatkan opini WTP , hal itu berarti memperlihatkan bahwa penyajian

laporan keuangan Tahun Anggaran 2014 sudah memperlihatkan kesesuaian terhadap

Standar Akuntansi Pemerintahan yang telah ditetapkan.


56

Penelitian ini pada mengambil 30 responden pada Dinas PPKAD Kabupaten

Lombok Barat. Penyebaran dan pengumpulan kuisioner dilakukan mulai tanggal 15

Juni 2015 sampai dengan tanggal 30 Juni 2015. Dan ternyata dari 30 kuisioner yang

disebar, kembali sebanyak 25 kuisioner. Untuk menjelaskan latar belakang responden

yang menjadi sampel penelitan ini maka berikut ditampilkan karakteristik responden

berdasarkan usia, pendidikan dan lamanya bekerja.

Tabel 4.1
Usia Responden
No Usia Frekuensi Percent
1 25 - 30 3 12 %
2 31 - 35 10 40 %
3 36 - 50 12 48 %
Total 25 100 %
Sumber : data primer diolah 2015

Dari tabel diatas, menunjukkan bahwa responden terbanyak berusia 36 – 50

tahun, yaitu sebanyak 12 orang dan sebanyak 10 orang yang berusia 31 - 35 dan yang

berusia 25 – 30 orang sebanyak 3 orang yang semuanya itu berada di Dinas PPKD

Kabupaten Lombok Barat yang berhubungan langsung dalam proses akuntansi dan

penyelenggaraan keuangan daerah.

Tabel 4.2
Pendidikan Responden
No Pendidikan Frekuensi Percent
1 D3 6 24 %
2 S1 13 52 %
3 SMA 6 24 %
Total 25 100 %
Sumber : data primer diolah
57

Dari tabel pendidikan di atas, menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai

yang menangani bagian pengelolaan keuangan daerah memiliki kemampuan yang

kompeten mengingat pendidikannya sebagaian besar adalah D3 dan S1.

Tabel 4.3 Lama Bekerja Responden

No Lama Bekerja Frequency Percent


1 4 - 10 th 12 48 %
2 11 - 15 th 8 32 %
3 16 - 25 th 5 20 %
Total 25 100 %
Sumber : data primer diolah

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa orang-orang yang menangani bidang

pengelolaan keuangan daerah di Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Barat sudah

mempunyai pengalaman yang banyak mengingat lamanya bekerja setiap responden

diatas 3 tahun.

4.1.2 Deskripsi data

Data yang ditabulasi adalah semua tanggapan atau jawaban responden atas

setiap pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Kusioner terdiri dari 2 variabel yaitu

tentang Implementasi SAP Berbasis Akrual Pada Pemerintah Kabupaten Lombok

Barat yang terdiri dari 28 butir pertanyaan dan Variabel tentang Kualitas Laporan

Keuangan yang terdiri dari 9 butir pertanyaan. Berikut adalah hasil diskripsi data

variabel implemtasi SAP berbasis akrual dan kualitas Laporan Keuangan Daerah.

Tabel 4.4 Deskripsi Data


N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

SAP 25 20.00 28.00 27.2400 1.98494


KLap 25 6.00 9.00 8.7600 .72342
Valid N (listwise) 25

Sumber : output SPSS 21, 2015


58

Berdasarkan data diatas jawaban responden atas Implemtasi SAP Berbasis

Akrual (X1) atas implementasi SAP Berbasis akrual paling rendah adalah 20, artinya

bahwa ada responden yang menjawab tidak setuju dengan 8 pernyataan tentang

implementasi PSAP 1 – PSAP 12. dan yang paling tinggi 28. Rata-rata jawaban

responden atas SAP Berbasis akrual adalah 27,240, hal ini berarti bahwa

implementasi SAP berbasis akrual di Pemerintah Kabupaten Lombok Barat sudah

dilaksanakan Standar deviasi menunjukkan angka 1,98494 artinya variansi data relatif

lebih kecil karena standar deviasi lebih kecil dari mean.

Jawaban responden atas Kualitas Laporan Keuangan (Y) atas kualitas laporan

keuangan paling rendah adalah 6 dan yang paling tinggi 9. Rata-rata jawaban

responden atas kualitas laporan keuangan adalah 8,7600, hal ini berarti bahwa kualitas

laporan keuangan tergolong berkualitas setelah mengimplentasikan SAP berbasis

akrual.Standar deviasi menunjukkan angka 0,72342 artinya variansi data relatif lebih

kecil karena standar deviasi lebih kecil dari mean.

4.1.3 Analisis Data

4.1.3.1 Hasil uji validitas

Dalam penelitian ini adalah rumus yang cocok untuk uji validitas dengan

skalla guttman yaitu rumus koefisien reprodusibilitas dan koefisien skalabilitas,

Singarimbun dan effendi (2011:118-119).

Rumus koefisien Reprodusibilitas variabel X

Krx = 1-(e/n)

Krx = 1- (28/(28x25) = 1- (28/700) = 1- 0,04 = 0.96

Rumus koefisien skalabilitas variabel X


59

Ks = 1-(e/x)

Ksx = 1 – (28/(0,5 x700)) = 1 – 0,08 = 0,92

Dari hasil perhitungan di atas dapat kita lihat bahwa nilai koefisien reprodusibilitas

0,96 > 0.90, dan nilai koefisein skalabilitas 0,92>0,60, hal ini berarti instrument

variabel X yang terdiri dari 28 pernyataan adalah valid.

Rumus koefisien Reprodusibilitas varibel Y

Kry = 1-(e/n)

Kry = 1- (6/(9x25) = 1- (6/225)

= 1- 0,026 = 0.973

Rumus koefisien skalabilitas variabel Y

Ks = 1-(e/x)

Ksy = 1 – (6/(0,5 x225)) = 1 – 0,053 = 0,946

Dari hasil perhitungan di atas dapat kita lihat bahwa untuk variabel X nilai koefisien

reprodusibilitas 0,96 > 0.90, dan nilai koefisein skalabilitas 0,92>0,60, hal ini berarti

instrument variabel X yang terdiri dari 28 pernyataan adalah valid.

Sedangkan hasil perhitungan variabel Y nilai koefisien reprodusibilitas 0,973 > 0.90,

dan nilai koefisein skalabilitas 0,946>0,60 ,hal ini berarti instrument variabel Y yang

terdiri dari 9 pernyataan adalah valid.

4.1.3.2 Hasil uji realibilitas

Pengujian reliabilitas untuk masing-masing variabel yaitu

denganmenggunakan rumus Kuder Richarson 20 :

r11= k M- (k-M)
( )(1- )
60

k-1 kVt

28 1- 0,909
rX= ( )( ) = 0,850
28 - 1 5.040

9 1- 0,22720
rY= ( )( ) = 0,61624
9-1 0,50240

Dari hasil perhitungan di atas kita dapat melihat bahwa nilai pengujian

realibilitas untuk variabel sebesar 0,850 >0,60 dan nilai realibilitas untuk variabel Y

sebesar 0,61624 > 0,60, itu artinya bahwa kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini

untuk variabel X dan Variabel Y sudah realibel (dapat diandalkan).

4.1.3.3 Uji Hipotesis

4.1.3.3.1 Analisis koefisien korelasi rank spearman

Analisis ini mengukur kuat lemahnya hubungan dan arahnya variabel

independen (variabel bebas) dengan variabel dependen (variabel terikat). Kedua

variabel tersebut diukur dengan skala ordinal.

Tabel 4.5
analisis koefisien korelasi rank spearman
Correlations

Rank of X Rank of Y

Spearman's rho Correlation Coefficient 1.000 .287

Rank of X Sig. (2-tailed) . .124

N 30 30

Correlation Coefficient .287 1.000

Rank of Y Sig. (2-tailed) .124 .

N 30 30

Sumber :output SPSS 21,2015


61

Dari tabel 4.5 diatas diketahui nilai koefisien korelasi Rank Spearman sebesar

0,287 nilai koefisien ini menunjukkan bahwa nilai rs 0,287 memiliki tingkat hubungan

yang rendah dimana hasil berada diantara 0,20 < 0,287 < 0,399 serta nilai positif

menunjukkan peningkatan searah jika variabel X maka Y naik atau sebaliknya

(Sugiyono:2005).

4.1.3.3.2 Analisis Regression Logistic

4.1.3.3.2.1 Menilai kelayakan model regresi dengan pengujian Hosmer and

Lemeshow

Penilaian kelayakan model regresi ini dilihat dari tabel Hosmer and

Lemeshow’s Goodness of Fit Test pada nilai chi-square. Penilaian kelayakan model

regresi ini bertujuan untuk menguji apakah data empiris yang ada cocok atau sesuai

dengan model, tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat

dikatakan fit. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan maka didapat nilai statistik

chi-square yang dapat dilihat pada tabel 4.6 :

Tabel 4.6
Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square Df Sig.

1 2.276 1 .131

Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan

signifikan antara model dengan nilai observasinya karena nilai Hosmer and

Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih dari 0,05 yaitu 0.131 sehingga Goodnessof Fit

Test model baik karena dapat memprediksi nilai observasinya sehinggadapat dipakai

untuk analisis selanjutnya (Ghozali,2013).

Kesimpulan : dengan tingkat keyakinan 95% dapat diyakini bahwa model regresi

logistic yang digunakan telah cukup mampu menjelaskan data/sesuai.


62

4.1.3.3.3 Menilai keseluruhan model (overall model fit)

Untuk mengetahui apakah suatu model dikatakan fit atau tidak terhadap data

maka dilakukan pengujian Overall Model Fit. Statistik yang digunakan berdasarkan

pada fungsi likelihood, yaitu dengan membandingkan –2 log likelihood pada awal

(block number = 0) dengan –2 log likelihood pada akhir (block number = 1).

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan maka didapat nilai keseluruhan model

pada awal dan akhir yang dapat dilihat pada tabel 4.7 :

Tabel 4.7
Overall Model Fit
Block Number = 0 Block Number = 1
-2 Log likelihood
18.346 14.671
Sumber : lampiran 5

Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa nilai –2 log likelihood pada

awal (block number = 0) adalah sebesar 18.346 dimana nilai ini lebih besar dari nilai

–2 log likelihood pada akhir (block number = 1) yaitu sebesar 17.177 atau dengan

terjadinya penurunan angka -2 Log Likelihood (block number = 0 – block number =

1) menunjukkan model regresi yang baik (Ghozali,2013).

4.1.3.3.4 Menguji koefisien regresi

Pengujian koefisien regresi ini dapat dilihat pada tabel variable in the equation

dengan melihat nilai signifikansi masing-masing variabel independen. Berdasarkan

hasil pengujian yang dilakukan maka didapat nilai signifikansi masing-masing

variabel independen yang dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut :

Tabel 4.8
Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

a
SAP 2.539 1.373 3.418 1 .054 12.667
Step 1
Constant .405 .913 .197 1 .657 1.500

a. Variable(s) entered on step 1: SAP.


63

Berdasarkan tabel 4.8 diatas dapat dilihat bahwa tidak variabel independen

(SAP) nilai signifikansinya sama dengan 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa

variabel independen tersebut layak digunakan untuk memprediksi variabel dependen

dan dapat dimasukkan dalam model, sehingga menolak hipotesis H0. Hal ini

menunjukkan bahwa SAP memberikan pengaruh parsial yang signifikan terhadap

kualitas laporan keuangan. Variabel X (SAP) dengan Exp (B) 12.667 maka kualitas

laporan keuangan (kode 1 variabel independen), memberikan pengaruh sebanyak

12.667 terhadap kualitas laporan keuangan.

4.1.3.3.5 Menilai ketetapan prediksi

Ketepatan prediksi digunakan untuk mengetahui seberapa kuat ebenaran

prediksi. Uji ketepatan prediksi ini dilihat pada Classification Table yaitu dengan

melihat prosentase kebenaran secara keseluruhan. Berdasarkan hasil pengujian yang

dilakukan maka didapat nilai ketepatan prediksi pada tabel 4.8 berikut :

Tabel 4.9
a
Classification Table

Observed Predicted

Kualitas Laporan Keuangan Percentag

tidak berkulitas berkualitas e Correct

tidak berkulitas 0 3 .0
Kualitas Laporan Keuangan
Step 1 Berkualitas 0 22 100.0

Overall Percentage 88.0

a. The cut value is .500


Berdasarkan tabel 4.8 diatas dapat dijelaskan bahwa:

1. Pada tabel terdapat 22 responden yang menyatakan laporan keuangan

berkualitas dan 3 responden yang tidak berkualitas.


64

2. Dari 25 responden yang laporan keuangan berkualitas hanya 22 yang

memprediksi kualitas laporan keuangan berkualitas dan memprediksi dengan

tepat dan sisanya 0 responden diprediksi dengan tidak tepat sehingga

prosentase kebenaran untuk prediksi kualitas laporan keuangan berkualitas

adalah 22/25=100%

3. Dari 25 responden yang memprediksi kualitas laporan keuangan tidak

berkualitas hanya 3 responden yang mampu diprediksi dengan tepat sehingga

prosentase kebenaran untuk prediksi kualitas laporan keuangan tidak

berkualitas adalah 3/25=1,2 %

Tabel 4.10
Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Nagelkerke R


Square Square
a
1 14.671 .137 .263

a. Estimation terminated at iteration number 6 because


parameter estimates changed by less than .001.

Dari tabel 4.10 diatas dapat dilihat nilai koefisien dari Nagelkerke R Square

dalam penelitian ini adalah sebesar 0.263 atau 26,3%. Jadi dapat ditarik kesimpulan

bahwa variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu

Implementasi SAP berbasis Akrual sebesar 26,3.% sedangkan sisanya 73,7%

dijelaskan oleh faktor lain diluar variabel independen yang digunakan dalam

penelitian ini.
65

4.1.4 PEMBAHASAN

4.1.4.1 Dampak implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual

terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.

Berdasarkan hasil uji binary Logistic Regression yang dilakukan antara

implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan sebagai Variabel X terhadap kualitas

laporan keuangan Pemerintah Daerah sebagai variabel Y menunjukkan bahwa nilai

signifikansi wald 0,05<0.05 atau chi-square hitung 3,87 > Chi-Square 3,84 dapat

dilihat dalam tabel Omnibus Tests of Model Coefficients, hal ini menunjukkan bahwa

variabel X memberikan dampak terhadap variabel Y secara sigifikan.

Nilai koefisien dari Nagelkerke R Square dalam penelitian ini adalah sebesar 0.263

atau 26,3%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel dependen yang dapat dijelaskan

oleh variabel independen yaitu Implementasi SAP berbasis Akrual sebesar 26,3.%

sedangkan sisanya 73,7% dijelaskan oleh faktor lain diluar variabel independen yang

digunakan dalam penelitian ini.

Hasil Uji Analisis rank spearman dimana analisis ini mengukur kuat lemahnya

hubungan dan arahnya variabel independen (variabel bebas) dengan variabel

dependen (variabel terikat), yang aman kedua variabel tersebut diukur dengan skala

ordinal. Hasil uji koefisien korelasi Rank Spearman ini yaitu sebesar 0,287 nilai

koefisien ini menunjukkan bahwa nilai rs 0,287 memiliki tingkat hubungan yang

rendah dimana hasil berada diantara 0,20 < 0,287 < 0,399 serta nilai positif

menunjukkan peningkatan searah jika variabel X maka Y naik atau sebaliknya

(Sugiyono:2005).

Dari kedua hasil uji di atas maka hasil penelitian ini konsisten dengan

penelitian Permadi (2013) dan Nurlaila (2014) yang menyimpulkan bahwa penerapan
66

sistem akuntansi keuangan pemerintah daerah berpengaruh terhadap kualitas

pemerintah daerah. Selain itu dalam penelitiannya Kusuma (2013) juga menemukan

bahwa terdapat banyak factor yang mempengaruhi tingkat penerapan akuntansi akrual

pada pemerinta seperti tingkat pendidikan staf keuangan, adanya pelatihan staf

keuangan, kualitas teknologi informasi, dukungan konsultan.

Jadi dapat disimpukan bahwa dengan mengimplementasikan Standar

Akuntansi Pemerintah (SAP) secara keselurahan maka akan memberikan pengaruh

yang signifikan terhadap kualitas laporan keaungan karena laporan keuangan yang

dihasilkan menjadi lengkap dan sistematis, selain itu juga entitas pelaporan akan lebih

mudah dan lebih terarah dalam membuat laporan keuangan sehingga kualitas laporan

yang dihasilkan juga baik.

4.1.4.2 Implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada

Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Barat.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan atas Implementasi Penerapan

Standar Akuntansi Pemerintahan Daerah Kabupaten Lombok Barat dengan jumlah 25

responden yang berhubungan langsung dengan pengelolaan keuangan pada

Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Barat, dapat disimpulkan bahwa secara

keseluruhan implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual berada

dalam kategori sangat baik. Hal ini terlihat dari tanggapan responden mengenai

implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis akrual yang terbagi dalam 12

indikator yaitu terkait tentang pengimplemtasian Pernyataan Standar Akuntansi

Pemerintahan (PSAP) 1 sampai dengan 12 dengan 28 pernyataan memperoleh nilai

yang sangat baik dengan rata-rata sebesar 27,24.


67

Selain itu juga berdasarkan hasil observasi dokumentasi terdapat kesesuaian

pengimplematasian PP Nomor 71 Tahun 2010 yang dinyatakan dalam Pernyataan

Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) 01 s/d 12 hal ini dibuktikan dengan hal-hal

sebagai berikut :

PSAP 01 : Penyajian Laporan Keuangan

Dalam PP Nomor 71 Tahun 2010 terdapat beberapa pernyataan antara lain :

a) Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah yaitu basis

akrual

b) Komponen-komponen yang terdapat dalam satu set laporan keungan yaitu LRA,

Laporan Perubahan SAL, Neraca,Laporan operasional, Laporan Arus Kas, LPE

dan Catatan atas laporan keuangan.

c) Laporan keuangan disajikan sekurang-kuranya sekali dalam setahu.

Di Pemerintah Kabupaten Lombok Barat per 1 Januari 2015 telah menggunakan basis

akuntansi akrual (full akrual) yang pada tahun anggaran sebelumnya menggunakan

Cash Towards Accrual (CTA), dengan adanya perubahan basis akuntansi yang

digunakan maka komponen laporan yang dilaporkan juga mengalami perubahan

antara lain :

- Komponen Laporan Keuangan yang disajikan oleh PPKAD terdiri atas : LRA,

Laporan Perubahan SAL, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas,

Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan Atas Laporan Keuangan.

- Sedangkan kompeonen Laporan Keuangan yang disajikan oleh SKPD adalah :

LRA, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekutas dan Catatan Atas

Laporan Keuangan.
68

Penyajian Laporan Keuangan pada Pemerintah Kabupaten Lombok Barat disajikan

secara lengkap pada periode akuntansi (satu tahun). Akan tetapi tiap bulannya SKPD

mengirimkan LRA secara tepat waktu dan membuat laporan prognosis untuk tiap

semester.

PSAP 02 : Laporkan Realisasi Anggaran (LRA) berbasis kas

Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Pemerintah Kabupaten Lombok Barat Berbasis

Kas ini, hal ini terlihat dari komponen yang termuat dalam LRA meliputi pendapatan

LRA, Belanja, Transfer, surflus/deficit LRA, pembiayaan dan SILPA.

Pemerintah Kabupaten Lombok Barat menyelenggarakan akuntansi anggaran

pada saat anggaran disahkan dan anggaran dialokasikan hal ini ditunjukkan dengan

diterbitkannya Peraturan Bupati Lombok Barat Nomor 48 tahun 2014 tentang

penjabaran APBD, atas dasar Perbup itulah semua Entitas Pelaporan melaksanakan

fungsi anggarannya.

Akuntansi pendapatan LRA diakui pada saat diterima Rekening Kas Umum

Daerah. Pelaksanaan anggaran pendapatan daerah Kabupaten Lombok Barat

dilaksanakan melalui mekanisme:

a) Wajib pajak daerah dan atau wajib pajak retribusi daerah /pengelola retribusi

langsung meyetor ke Rekening Kas Umum Daerah,

Maka oleh PPK SKPD berdasarkan nota kredit dari Bank akan mejurnal :

Jurnal LO dan Neraca

Tanggal Nomor Kode Rek Uraian Debit Kredit


Bukti
Nota 3.3.3.01.01 RK PPKD 2.500.000
14-7-15
kredit 1.1.3.01.15 Piutang PBB 2.500.000
69

Jurnal LRA

Tanggal Nomor Kode Rek Uraian Debit Kredit


Bukti
Nota 3.3.3.01.01 Perubahan SAL 2.500.000
14-7-15
kredit 1.1.3.01.15 Pendapatan PBB_LRA 2.500.000

b) Wajib pajak daerah dan atau wajib pajak retribusi daerah /pengelola retribusi

langsung meyetor ke rekening bank bendahara penerimaan, selanjutnya

bendahara penerimaan menyetorkan kembali ke rekening kas umum daerah.

Akuntansi Belanja Pemerintah Kabupaten Lombok Barat diakui pada saat

terjadinya Pengeluaran Rekening Kas Umum Daerah. Pelaksanaan anggaran belanja

daerah dilaksanakan melalui mekanisme pembayaran langsung (LS) dan mekanisme

pembayaran menggunakan Uang Persediaan (UP). Mekanisme pembayaran langsung

(LS) ditandai dengan penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana Langsung (SP2D-LS)

oleh Bendahara Umum Daerah (BUD). Sedangkan mekanisme pembayaran

menggunakan uang persediaan diawali dengan penerbitan SP2D Uang Persediaan

oleh BUD dan penggantian atau pengisian uang persediaan uang persediaaan ditandai

dengan Surat Perintah Pencairan Dana Ganti Uang Persediaan (SP2D-GU) oleh BUD.

Dan pada akhir tahun anggaran uang persediaaan harus dilakukan penutupan.

Penutupan uang persediaan dilaksanakan dengan penerbitan SP2D Ganti Uang

Persediaan Nihil (SP2D GU Nihil) oleh BUD.

Dari uraian diatas maka dapat membuktikan bahwa Laporan Realisasi Anggaran

Pemerintah Kabupaten Lombok Barat sudah diimplementasikan sesuai dengan PP

Nomor 71 Tahun 2010 yaitu PSAP 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran Berbasis

Kas.
70

PSAP 03 : Laporan Arus Kas

Dalam basis akrual Pemerintah pusat dan daerah menyusun Laporan Arus

Kas. Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi,

investasi, pendanaan dan transitor.

Pada Pemerintah Kabupaten Lombok Barat aktivitas operasi dilihat dari

aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan untuk kegiatan operasional

daerah seperti penerimaan kas seperti pendapatan pajak dan pengeluaran kas yaitu

belanja operasional yang meliputi belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja

bunga, subsidi, hibah dan bansos.

Adanya aktivitas investasi pada implementasi PSAP 03 pada Pemerintah

Kabupaten Lombok Barat diperlihatkan dengan adanya akuntansi investasi untuk

setiap perolehan dan pelepasan asset tetap serta investasi lainnya yang tidak termasuk

dalam setara kas seperti perolehan investasi jangka pendek, investasi jangka panjang

non permanen dan investasi jangka panjang permanen. Selain itu juga terdapat

akuntansi untuk pengakuan hasil investasi, dana bergulisr serta pelepasan dan

pemindahan investasi.

Implementasi Laporan arus kas Pemerintah Kabupaten Lombok Barat sudah

memperlihatkan aktivitas pendanaan dengan adanya akuntansi terhadap penerimaan

pinjaman kepada pemerintah daerah dan pembayaran pokok pinjaman.

Implementasi Laporan arus kas Pemerintah Kabupaten Lombok Barat

memperlihatkan aktivitas transitor seperti transaksi pengembalian uang persediaan

dari Bendahara Pengleuaran, adanya potongan perhitungan Fihak Ketiga (PFK)

seperti taspen dan askes.


71

PSAP 04 : Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan disajikan secara sistemasis. Pada Pemerintah

Kabupaten Lombok Barat CaLK biasanya disajikan pada akhir periode akuntansi.

CaLK berisi tentang gambaran umum entitas pelaporan dan entitas akuntansi,

kebijakan fiscal, ikhitar pencapaian target dari realisasi setiap kegiatan, kebijakan

akuntasi yang penting serta penjelasan pos-pos laporan keuangan. Selain itu juga

CaLK menyajiakan informasi tambahan lainnya yang diperlukan seperti penjelasan-

penjelasan alasan terjadinya SILPA .. Jadi saat penelitian ini dilakukan penyampaian

CaLK oleh masing-masing entitas pelaporan belum dilaksanakan mengingat Untuk

tahun Anggaran 2015 CaLK disusun per 31 Desember 201.

PSAP 05 : Akuntansi Persediaan

Akuntansi persediaan Pemerintah Kabupaten Lombok Barat dicatat oleh

SKPD maupun PPKD ketika ada bukti belanja persediaan, Berita Acara Serah Terima

Barat, Berita Acara Pemeriksaan Persediaan dan dikeluarkannya SP2D LS.

Persediaan dicatat sesuai dengan biaya perolehan. Untuk SKPD biasanya pencatatan

dengan pembayaran melalui Uang Persediaan. Pengakuan persediaan dengan

menggunakan pendekatan beban. Jadi ketika ada pembelian persediaan SKPD

maupun PPKD mencatat dengan jurnal sebagai berikut :

Jurnal LO dan Neraca

Tanggal Nomor Kode Rek Uraian Debit Kredit


Bukti
0.1.2.01.01 Beban persediaan ATK 1..250.000
1-2-15 1/BB/2015 0.0.0.00.00 Kas di bendahara 1.250.000
pengeluaran
72

Jurnal LRA

Tanggal Nomor Kode Rek Uraian Debit Kredit


Bukti
0.1.2.01.01 Belanja ATK 1..250.000
1-2-15 1/BB/2015
0.0.0.00.00 Perubahan SAL 1.250.000

Pada akhir periode (semesteran) sebelum menyusun laporan keuangan bagian

gudang atau bendahara barang melakukan stock opname untuk mengetahui sisa

persediaan yang dimiliki. Dan berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Barang maka

akan dibuat jurnal untuk menyesuaikan sisa persediaan yang ada.

PSAP 06 : Akuntansi Investasi

Akuntansi investasi pada Pemerintah Kabupaten Lombok Barat hanya dicatat

oleh pihak-pihak terjadi dalam system akuntansi investasi antara lain Pejabat

Penatausahaan Keuangan (PPK-PPKD) dan PPKD. Dokumen-dokumen terkait

dengan system akuntansi investasi PPKD yaitu sertifikat/Nota kredit/dokumen yang

dipersamakan atau dikeluarkannya SP2D LS.

PSAP 07 : Akuntansi Aset Tetap

Asset etap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dan sifat atau fungsinya

dalam aktivitas operasi entitas antara lain Tanah, Peralatan dan Mesin, Gedung dan

Bangunan, Jalan,irigasi dan Jaringan, asset tetap lainnya dan Konstruksi Dalam

Pengkerjaan. Akuntansi asset tetap mengacu pada dokumen-dokumen antara lain

bukti belanja, BAST Barang/Pekerjaan, SP2D LS, Surat permohonan kepala SKPD

tentang penghapusan asset tetap, surat Keputusan Kepala Daerah tentang

penghapusan asset dan Berita Acara Pemeriksaan Kemajuan Pekerjaan.


73

Dalam akuntansi asset tetap di Pemerintah Kabupaten Lombok Barat asset

tetap dinilai dengan biaya perolehan, akan tetapi apabila penilaian menggunakan

biaya perolehan tidak memungkinkan, maka digunakan nilai wajar saat perolehan.

Untuk asset donasi (sumbangan) maka dicatat sebesar nilai wajar pada saat perolehan

dan diakui sebagai pendapatan operasional.

Pada tahun 2014 dengan dikeluarakannya Peraturan Bupati Lombok Barat

Nomor 36.A Tahun 2014 tentang Penyusutan barang milik daerah berupa asset tetap

maka seluruh entitas pelaporan yang ada di lingkup Pemerintah Kabupaten Lombok

Barat sudah memberlakukan penyusutan asset tetap dengan metode garis lurus. Untuk

pencatatan besarnya nilai penyusutan dicatat per 31 Desember 2015.

PSAP 08 : Akuntansi Konstruksi dalam pengerjaan

Perlakukan akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan (KDP) pada pemerintah

kabupaten Lombok Barat seudah diimplementasikan hal ini tercermin dari adanya

Pencatatan akuntansi KDP pada setiap transaksinya. Suatu entitas harus

mengungkapkan informasi mengeni KDP pada akhir periode akauntansi antara lain :

- Rincian kontrak konstruksi dalam pengerjaaan berikut tingkat penyelesaian dan

jangka waktu penyelesaiannya;

- Nilai konstrruksi dan sumber pendanaannya;

- Jumlah biaya yang telah dikeluarkan dan yang masih harus dibayar

- Uang muka pengerjaan yang diberikan;

- Retensi.

Berikut contoh jurnal yang dibuat untuk megakui konstruksi dalam pengerjaan dan

realisasi anggaran pada tahun 2015.


74

Jurnal LO dan Neraca

Tanggal Nomor Kode Rek Uraian Debit Kredit


Bukti
1.3.6.01.01 Konstruksi dalam 5.000.000.000
10-8-15 BAST pekerjaan stadium
3.1.3.01.01 RK PPKL 5.000.000.000

Jurnal LRA

Tanggal Nomor Kode Rek Uraian Debit Kredit


Bukti
1.3.6.01.01 Belanja Modal 5.000.000.000
10-8-15 BAST Pengadaan Stadium
3.1.3.01.01 Perubahan SAL 5.000.000.000

Penyajian konstruksi dalam pengerjaan sebagai asset tetap disajikan sebagai

bagian dari Asset.

PSAP 09 : Akuntansi Kewajiban

Kewajiban dikategorikan berdasarkan waktu jatuh tempo penyelesaiannya yaitu

kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Kewajiban jangka pendek

meliputi utang perhitungan Fihak Ketiga (PFK), utang bung, bagian lancr utang

jangka panjang, pendapatan diterima dimuka, utang belanja dan utang jangka pendek

lainnya. Sedangka untuk kewajiban jangka panjanga meliputi utang dalam negeri dan

utang jangka panjang lainnya.

Sistem akuntansi kewajiban menggunakan dokumen-dokumen berikut:

- Peraturan Kepala Daerah tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah;

- Nota Pesanan

- Berita Acara Serah Terima;

- Kuitansi;

- Surat Perjanjian Kerja;


75

- SP2D UP/GU/TU;

- SP2D LS

- Surat pernyataan Pengguna Anggaran (PA) tentang tanggung jawab terhadap

keuangan SKPD.

Pengakuan terjadinya utang pada saat pengadaan/pembelian dilakukan dengan

menggunakan pendekatan beban. Berikut jurnal yang dibuat oleh entitas akuntansi :

Jurnal LO dan Neraca

Tanggal Nomor Kode Rek Uraian Debit Kredit


Bukti
9.1.2.01.01. Beban ATK 5.000.000
9-4- 9/BA/IV
2.1.5.02.09 Utang belanja 5.000.000
2015 /2015
Bahan Habis Pakai

Jurnal LRA

Jurnal ini dibuat disaat pelunasan hutang

Tanggal Nomor Kode Rek Uraian Debit Kredit


Bukti
2.1.5.02.09 Utang Belanja BHP 5.000.000
9-4- 9/BA/IV
1.1.1.03.01 Kas di bendahara 5.000.000
2015 /2015
Pengeluaran
9-4- 9/BA/IV 5.1.2.01.01 Belanja ATK 5.000.000
2015 /2015 0.0.0.00.00 Perubahan SAL 5.000.000

PSAP 10 : Akuntansi Koreksi KesalahanPerubahan Kebijakan Akuntansi,

Perubahan estimasi akuntansi dan operasi yang tidak dilanjutkan

Akuntansi koreksi kesalahan diimplementasikan oleh Pemerintah Daerah

dengan mencatat sesuai jurnal koreksi ketika ada kesalahan baik itu kesalahan tidak

berulang maupun kesalahan tidak berulang. Pihak-pihak terkait akuntansi koreksi

kesalahan di SKPD terdiri atas PPK SKPD dan Penguasa Anggaran sedangkan di

PPKD pihak terkait koreksi kesalahan terdiri atas Fungsi Akuntansi PPKD dan PPKD.
76

Dokumen yang digunakan dalam system akuntansi koreksi kesalahan antara

lain.

- Peraturan Kepala Daerah tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah

- Bukti Memorial/dokumen lain yang dipersamakan

- SP2D.

Koreksi kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode berjalan baik

yang mempengaruhi posisi kas maupun tidak, dilakukan dengan pembetulan pada

akun yang bersangkutan dalam periode berjalan. Baik pada akun pendapatan LRA,

belanja, pendapatan LO, maupun beban contohnya : pengembalian pendapatan hibah

yang diterima pada tahun berjalan kepada pemerintah pusat karena terjadi kesalahan

pengiriman pusat.

Koreksi kesalahan tidak berlulang yang terjadi pada periode sebelumnya

namn laporan keuangan belum diterbitkan dan yang tejadi setelah laporan keuangan

diterbitkan memiliki perlakuan yang berbeda. Apabila laporan keuangan belum

diterbitkan, maka dilakukan dengan pembetulan akun yang bersangkutan contohnya

pengembalian belanja pegawai tahun lalu karena salah perhitungan jumlah gaji.

Jurnal semula

Jurnal LO dan Neraca

Tanggal Nomor Kode Rek Uraian Debit Kredit


Bukti
xxxx Beban Pegawai-LO xxxx
xxx xxx
xxxx RK PPKD xxxxx

Jurnal LRA

Tanggal Nomor Kode Rek Uraian Debit Kredit


Bukti
xxxx Belanja Pegawai-LRA xxxx
xxx xxx
xxxx Perubahan SAL xxxxx
77

Jurnal Koreksi

Jurnal LO dan Neraca

Tanggal Nomor Kode Rek Uraian Debit Kredit


Bukti
xxxx RK PPKD xxxx
xxx xxx
xxxx Pendapatan Lainnya_LO xxxxx

Jurnal LRA

Tanggal Nomor Kode Rek Uraian Debit Kredit


Bukti
xxxx Perubahan SAL xxxx
xxx xxx
xxxx Pendapatan Lainnya_LRA xxxxx

Sedangkan jika laporan keuangan sudah diterbitkan jika terjadi kesalahan atas

pengeluaran belanja yang tidak berulang pada periode sebelumnya dan menambah

posisi kas maka dilakukan dengan pembetulan pada akun pendapatan lain-lain LRA.

Dan jika daalam hal ini mengakibatkan pengurangan kas dilakukan dengan

pembetulan pada akunt Saldo Anggaran Lebih.

Jurnal semula

Jurnal LO dan Neraca

Tanggal Nomor Kode Rek Uraian Debit Kredit


Bukti
xxxx Beban Pegawai-LO xxxx
xxx xxx
xxxx Kas di bend. Pengeluaran xxxxx

Jurnal LRA

Tanggal Nomor Kode Rek Uraian Debit Kredit


Bukti
xxxx Belanja Pegawai-LRA xxxx
xxx xxx
xxxx Perubahan SAL xxxxx
78

Jurnal Koreksi

Jurnal LO dan Neraca

Tanggal Nomor Kode Rek Uraian Debit Kredit


Bukti
xxxx RK PPKD xxxx
xxx xxx
xxxx Ekuitas xxxxx

Jurnal LRA

Tanggal Nomor Kode Rek Uraian Debit Kredit


Bukti
xxxx Perubahan SAL xxxx
xxx xxx
xxxx Surplus/deficit LRA xxxxx

Untuk tahun anggaran 2015 kesalahan jenis ini belum ada terjadi.

PSAP 11 : Laporan Keuangan Konsolidasian

Laporan keuangan konsolidasian adalah laporan keuangan gabungan dari

seluruh laoran keuangan PPKD dan laporan keuangan SKPD menjadi satu laporan

keuangan entitas tunggal dalam hal ini adalah laporan keuangan pemerintah daerah

sebagai entitas pelaporan. Proses penyusunan laporan keungan konsolidasi pada

Pemerintah Kabupaten Lombok Barat melauui 2 (dua) tahapan yaitu tahap

penyusunan kertas kerja (Worksheet) konsolidasi dan tahap penyusunan laporan

keuangan gabungan pemerintah daerah.

Aktivitas utama fungsi akuntasni PPKD selaku entitas pelaporan keuangan

pemerintah daerah dalam penyusunan kertas kerja konsolidasi dibagi kedalam 3

bagian yaitu :

1. Menyusun worksheet LRA yaitu dengan cara menggabungkan akun-akun pada

kode 4, 5, 6 dan 7 dari seluruh SKPD dan PPKD untuk mendaapatkan LRA

Gabungan.
79

2. Menyusun worksheet LO yaitu dengan menggabungkan akun-akun pada kode 8

dan 9 dari seluruh SKPD dan PPKD utnuk mendapatkan LO Gabungan.

3. Menyusun worksheet Neraca yaitu dengan cara menggabungkan akun-akun pada

koe 1, 2 dan 3 dari seluruh SKPD dan PPKD untuk mendapatkan Neraca

Gabungan. Namun khusus untuk penggabungan Neraca lebih dulu harus dibuat

jurnal eliminasi barulah kemudian dibuat Neraca Gabungan.

4. Melakukan jurnal eliminasi yaitu jurnal yang dibuat untuk meng-nol-kan RK

PPKD dan RK SKPD yang merupakan akun reciprocal yang bersifat sementara

di tingkat Pemda (entitas pelaporan). Akun ini akan dieliminasi dengan jurnal

eliminasi pada akhir periode. Namun jurnal eliminasi tidak dilakukan

pemostingan ke buku besar masing-masing akun sehingga akun RK PPKD dan

akun RK SKPD di neraca tetap hidup.

Adapun jurnal eliminasi sebagai berikut :

Uraian Debit Kredit


RK PPKD Xxx
RK SKPD xxxx

PSAP 12 : Laporan Operasioanal

Setelah menerapkan SAP Berbasis akrual pada tahun anggaran 2015 maka

terdapat penambahan komponen laporan keuangan yaitu Laporan Operasional.

Laporan Operasional merupakan laporan yang menyajikan informasi realisasi

pendapatan LO dan beban yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya

dalam satu periode. Laporan Operasional dihasilkan dari LO konsolidasi yaitu dengan

mengambil data akun-akun kode rekening 8 (pendapatan-LO) dan 9 (Beban).


80

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan data penelitian yang telah diperoleh dari Dinas Pendapatan dan

Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKAD) Kabupaten Lombok Barat melalui

observasi dan penyebaran kusioner, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai

berikut :

1) Hasil uji binary Logistic Regression yang dilakukan antara implementasi

Standar Akuntansi Pemerintahan sebagai Variabel X terhadap kualitas laporan

keuangan Pemerintah Daerah sebagai variabel Y menunjukkan bahwa nilai

signifikansi wald 0,05<0.05 atau chi-square hitung 3,87 > Chi-Square 3,84 dapat

dilihat dalam tabel Omnibus Tests of Model Coefficients, hal ini menunjukkan

bahwa variabel X memberikan dampak terhadap variabel Y secara signifikan.

Nilai koefisien dari Nagelkerke R Square dalam penelitian ini adalah

sebesar 0.263 atau 26,3%. Menunjukkan bahwa variabel dependen yang dapat

dijelaskan oleh variabel independen yaitu Implementasi SAP berbasis Akrual

sebesar 26,3.% sedangkan sisanya 73,7% dijelaskan oleh faktor lain diluar

variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini.

Hasil Uji Analisis rank spearman dimana analisis ini mengukur kuat

lemahnya hubungan dan arahnya variabel independen (variabel bebas) dengan

variabel dependen (variabel terikat), yang aman kedua variabel tersebut diukur

dengan skala ordinal. Hasil uji koefisien korelasi Rank Spearman ini yaitu

sebesar 0,287 nilai koefisien ini menunjukkan bahwa nilai rs 0,287 memiliki
81

tingkat hubungan yang rendah dimana hasil berada diantara 0,20 < 0,287 <

0,399 serta nilai positif menunjukkan peningkatan searah jika variabel X maka

Y naik atau sebaliknya (Sugiyono:2005).

2) Implementasi Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual pada Kabupaten

Lombok Barat sudah diimplementasikan, hal ini dilihat dari 28 item pernyataan

rata-rata jawaban responden mencapai nilai 27,24 dari skor tertinggi 28. Selain

kegiatan-kegiatan akuntansi seperti diuraikan di atas sudah dilaksanakan oleh

entitas pelaporan sampai dengan periode per juni 2015 sudah mencerminkan

implementasi PSAP 01 s/d PSAP 12.

5.2 SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti dapat memberikan

saran-saran sebagai berikut :

1. Penelitian ini hanya menggunakan satu variabel saja yaitu SAP bagi peneliti

selanjutnya agar bisa menambahkan variabel lain seperti Sistem informasi

Teknologi, Sumber Daya Manusia, Kinerja Pegawai atau variabel lain yang

dapat mempengaruhi kualitas laporan keuangan Pemerintah Daerh.

2. Untuk hasil yang maksimal sampel yang diteliti sebaiknya menggunakan

seluruh SKPD hal ini bisa memperkuat hasil penelitian.

3. Konstruk pernyataan pertanyaan untuk masing-masing variabel sebaiknya

diperbanyak (lebih dari 3 pernyataan) hal ini juga untuk bias memperkuat hasil

penelitian.

4. Pemilihan skala penilaian pernyataan juga harus diperhatikan karena hal ini juga

mempengaruhi output penelitian.


82

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,S.(2005).Manajemen penelitian.(7thed). Jakarta : Rineka Cipta

Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Damayanti, Etrin, 2012. Analisis implementasi Basis Akrual Pada Laporan


Keuangan Pemerintah Kota Berbasis Cash Towards Accrual Tahun Anggaran
2007-2009. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Darise Nurlan. 2008. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta : PT. Indeks

Dwi Permadi,Angga (2013). Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan


Pemerintah Daerah terhadap kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(studi kasus pada Dinas Bina Marga Prov Jabar). Skripsi. Fakultas Ekonomi.
Universitas Widyatama Bandung.

Faradillah,Andi. 2013. Analisis Kesiapan Pemerintah Daerah Dalam Menerapkan


Standar Akuntansi Pemerintahan (Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2010). Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin Makasar.

Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM 21


SPSS.-update PLS Regresi, Semarang, Penerbit : Badan Penerbit Unversitas
Diponegoro.

Halim, Abdul dan Kusufi, M.S. 2012. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi
Keuangan Daerah Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.

Hartoto.(11 April 2009).Penelitian deskriptif. 12 November 2011. http://www.penalaran-


umm.org

Indra Yudha Kusuma, Muhamad, 2013. Analisis Faktor-faktor yang meempengaruhi


tingkat penerapan akuntansi akrual pada Pemerintah. Skripsi. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin Makasar

KSAP. 2006. Memorandum Pembahasan Penerapan Basis Akrual Dalam Akuntansi


Pemerintahan Di Indonesia. Bahan Bahasan Untuk Limited Hearing.
Jakarta. (http://ksap.org/memorandum). Diakses tanggal 9 April 2012.

KSAP. 2010. Implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual


pada Pemerintah Daerah. Makalah disajikan dalam Seminar Pentahapan
Implementasi SAP Akrual Pemda, Jakarta, 25 Maret.

Nordiawan Deddi, Iswahyudi Sandi Putra, Maulidah Rahmawati. 2007. Akuntansi


Pemerintahan. Jakarta: Salemba Empat
Nordiawan, Deddi. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.
83

Nordiawan,Deddi dkk.2010.Akuntansi Sektor Publik. Edisi 2. Jakarta : Salemba


Empat.

Nurlaila (2014). Pengaruh Efektifitas Penerapan Standar Akuntasni Pemerintahan


terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (studi pd
pemerintah kabupaten Enrekang). Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin Makasar.

Peraturan Pemerintah Nomor 2 4 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi


Pemerintahan.

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi


Pemerintahan. 2010. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia

Peraturan Bupati Nomor 25 Tahun 2014 Tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah


Daerah.

SAP. 2010. Peraturan pemerintah No 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi


Pemerintahan. Fokus Media Bandung. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta

Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono.(2003).Metode Penelitian Administrasi.Bandung : Alfabetha

Tanjung, Abdul Hafiz, 2008. Akuntansi Pemerintahan daerah, Konsep dan Aplikasi,
Cetakan Kedua, Alfabeta Bandung.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan Negara

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

Widjajarso, Bambang. 2009. Penerapan Basis Akrual pada Akuntansi


Pemerintah Indonesia: Sebuah Kajian Pendahuluan.
http://Sutaryofe.staff.uns.ac.id/files/2011/10/akuntansi-berbasis-akrual-pdf.
Diakses tanggal 9 April 2012.
84

LAMPIRAN
85
Lampiran I. Kuisioner Penelitian

Mataram, Juni 2015


Kepada Yth.
Bapak/Ibu
Di tempat.

Dengan hormat,
Bersama ini saya :
Nama : Ely Nurmayani
NPM : 11.0642.SA
Status : Mahasiswi program Strata 1 (S1) STIE AMM Mataram Jurusan
Akuntansi.
Dalam rangka penelitian skripsi program sarjana S1 (S1) , saya memerlukan
informasi untuk mendukung penelitian yang saya lakukan dengan judul
“Implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual dan Dampaknya
Terhadap Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok
Barat Tahun Anggaran 2014”.
Sehubungan dengan hal tersebut, saya mohon Bapak/Ibu berkenan
meluangkan waktu untuk mengisi angket ini sesuai dengan kenyataan yang
sebenarnya. Kesediaan Bapak/Ibu mengisi kusioner ini sangat menentukan
keberhasilan penelitian yang saya lakukan.
Perlu Bapak/Ibu ketahui sesuai dengan etika dalam penelitian, data yang saya
peroleh akan dijaga kerahasiannya dan digunakan semata-mata untuk kepentingan
penelitian.
Atas kesediaan dan bantuan Bapak/Ibu untuk mengisi angket ini dengan
sejujurnya, saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya

ELY NURMAYANI
86

Lanjutan

IDENTITAS RESPONDEN
( Mohon diisi untuk keperluan analisis data )

Nama : ________________________________
Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan(*coret yang tidak perlu)
Usia : ………….. Tahun
Pendidikan terakhir/jurusan : ________________________________
Bidang : ________________________________
________________________________
Lama bekerja : ________________________________
Lama menjabat sebagai kepala bagian : ________________________________

Cara pengisian kusioener :


Bapak/ibu cukup memberikan tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang tersedia
sesuai dengan pendapat Bapak/ibu. Setiap pernyataan mengharapkan hanya ada satu
jawaban. Setiap angka akan mewakili tingkat kesesuaian dengan pendapat Bapak/ibu.
Skor /Nilai jawaban adalah sebagai berikut :

Skor/Nilai “ 1 ” : Ya
Skor/Nilai “ 0 “ : Tidak
87
Lanjutan

Keterangan : berilah tanda ( X ) pada setiap jawaban yang menurut anda sesuai.
Silang (X) pada kolom (S) jika anda setuju dengan pernyataan tersebut dan pada
kolom (TS) jika anda tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
No. Pernyataan Jawaban
Ya Tidak
Pernyataan mengenai Analisis Implementasi SAP Berbasis Akrual
Dalam SAP PP No. 71 Tahun 2010 terdiri dari kerangka konseptual (KK)
Akuntansi Pemerintahaan dan 12 Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
(PSAP) yang diterapkan oleh Entitas Pelaporan .

Bagaimana pendapat Bapak/Ibu terhadap pernyataan berikut?


PSAP NO. 01 : Penyajian Laporan Keuangan Ya Tidak
1. Apakah dalam menyajikan Laporan Keuangannya semua
SKPD (Entitas pelaporan) tahun anggaran 2015 sudah
menggunakan Basis Akrual secara full?
2. Apakah Komponen Laporan Keuangan yang disajikan Entitas
Pelaporan adalah LRA, Laporan Perubahan SAL, Neraca,
Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, LPE dan CaLK?
3. Apakah Periode Pelaporan Entitas Pelaporan (SKPD)
dilaksanakan tepat waktu (sesuai periode akuntansi)?

PSAP NO. 02 : Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas Ya Tidak


4. Apakah Laporan realisasi anggaran sudah menyajikan unsur
pendapatan-:RA, belanja, transfer, surflus/deficit-LRA,
pembiayaan dan SILPA ?
5. Apakah Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas?

PSAP NO. 03 : Laporan Arus Kas Ya Tidak


6. Apakah dalam Laporan Arus Kas sudah memperlihatkan
aktivitas operasi?
7 Apakah dalam Laporan Arus Kas sudah memperlihatkan
aktivitas investasi?
8 Apakah dalam Laporan Arus Kas sudah memperlihatkan
aktivitas pendanaan?
9 Apakah dalam Laporan Arus Kas sudah memperlihatkan
aktivitas transitor?

PSAP NO. 04 : Catatan Atas Laporan Keuangan Ya Tidak


10 Apakah CaLK (Catatan atas Laporan Keungan) disajikan
sistematis?
11 Apakah Susunan dalam CaLK (Catatan atas Laporan
Keungan) sudah sesuai dengan SAP berbasis akrual?
PSAP 05 : Akuntansi Persediaan Ya Tidak
12 Apakah Persediaan dinilai dengan biaya perolehan terakhir?
13 Apakah pengakuan persediaan pada saat diterima atau hak
kepemilikannya?
88
89

No. Pernyataan Jawaban


Ya Tidak
Pernyataan mengenai Analisis Implementasi SAP Berbasis Akrual
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu terhadap pernyataan berikut?

PSAP No. 06 : Akuntansi Investasi Ya Tidak


14 Apakah Pengakuan persediaan pada saat potensi ekonomi
masa depan diperoleh pemerintah daerah?
15 Apakah Investasi diakui saat terdapat pengeluaran kas?

PSAP No. 07 : Akuntansi Aset Tetap Ya Tidak


16 Apakah Jika terjadi perbedaan Pada Pelepasan dan
pemindahan investasi dengan nilai tercatatnya maka harus
dibebankan kepada keuntungan/rugi pelepasan investasi?
17 Apakah Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan?
18 Apakah Aset donasi dinilai wajar saat perolehan?
19 Apakah Penyusutan aset tetap sudah diberlakukan?

PSAP No. 08 : Akuntansi Konstruksi Pengerjaan Ya Tidak


20 Apakah tedapat perlakuan akuntansi konstruksi terhadap
(KDP) Konstruksi Dalam Pengerjaan?

PSAP No. 09 : Akuntansi Kewajiban Ya Tidak


21 Apakah terdapat perlakuan akuntansi kewajiban pada tahun
anggaran berjalan?
22 Apakah Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima
oleh pemerintah atau dikeluarkan oleh kreditur sesuai dengan
kesepakatan paa saat kewajiban timbul?
23 Apakah Kewajiban diukur/dicatat sebesar nilai nominalnya?
PSAP No. 10 : Koreksi kesalahan Ya Tidak
24 Apakah terdapat perlakuan akuntansi koreksi kesalahan ketika
kesalahan tidak berulang?
25 Apakah terdapat perlakuan akuntansi koreksi kesalahan ketika
kesalahan berulang?
PSAP No. 11 : Laporan Keuangan Konsolidasi Ya Tidak
26 Apakah terdapat konsep penyajian laporan keuangan
konsolidasi?

PSAP No. 12 : Laporan Operasional Ya Tidak


27 Apakah setelah menerapkan SAP berbasis akrual terdapat
penyusunan Laporan Operasional?
28 Apakah informasi dalam Laporan Operasional dapat
memberikan informasi yang sesuai?
90

Pernyataan mengenai dampak Penyajian Laporan Keuangan


Menurut Hariadi dkk(2010) bahwa penyajian laporan keuangan yang
berkualitas harus memuat 4 karakteristik kualitatif laporan keuangan yaitu :
Relevan, Andal , dapat dibandingkan dan dapat dipahami.

Bagaimana pendapat Bapak/Ibu terhadap pernyataan berikut?

Karakteristik Kualitatif Laporan keuangan bersifat Relevan Ya Tidak


1 Apakah setelah menerapkan SAP berbasis akrual laporan
keuangan yang disajikan dapat memiliki manfaat umpan
balik?
2 Apakah setelah menerapkan SAP berbasis akrual laporan
keuangan yang disajikan dapat memiliki manfaat prediktif?
3 Apakah setelah menerapkan SAP berbasis akrual laporan
keuangan dapat disajikan tepat waktu?
4 Apakah setelah menerapkan SAP berbasis akrual laporan
keuangan dapat disajikan secara lengkap?

Karakteristik Kualitatif Laporan keuangan bersifat Andal Ya Tidak


5 Apakah setelah menerapkan SAP berbasis akrual laporan
keuangan disajikan sesuai dengan yang sebenarnya?
6 Apakah setelah menerapkan SAP berbasis akrual laporan
keuangan yang disajikan dapat diverifikasi?
7 Apakah setelah menerapkan SAP berbasis akrual laporan
keuangan yang disajikan memenuhi unsur netralitas?

Karakteristik Kualitatif Laporan keuangan bersifat dapat Ya Tidak


dibandingkan
8 Apakah setelah menerapkan SAP berbasis akrual laporan
keuangan yang disajikan dapat dibandingkan?

Karakteristik Kualitatif Laporan keuangan bersifat dapat Ya Tidak


dipahami penggunaannya.
9 Apakah setelah menerapkan SAP berbasis akrual laporan
keuangan yang disajikan dapat dipahami penggunaannya?

Gerung,…………………..

Responden
Lampiran 2. Hasil Jawaban Responden

Variabel X Variabel Y
(Implementasi SAP Berbasis Akrual) (Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah )
No DPT DPT
PSAP PSAP PSAP PSAP PSAP PSAP PSAP PSAP PSAP PSAP PSAP PSAP
TOTAL RELEVAN ANDAL DIBANDI DIPAH TOTAL
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12
NGKAN AMI
1 3 2 4 2 2 2 4 1 3 2 1 2 28 4 3 1 1 9
2 3 2 4 2 2 2 4 1 3 2 1 2 28 4 3 1 1 9
3 3 2 4 2 2 2 4 1 3 2 1 2 28 4 3 1 1 9
4 3 2 4 2 2 2 4 1 3 2 1 2 28 4 3 1 1 9
5 3 1 4 2 1 1 4 0 3 1 1 2 23 4 2 1 1 8
6 2 1 4 1 2 1 4 1 3 1 0 2 22 4 3 1 1 9
7 3 2 4 2 2 2 4 1 3 2 1 2 28 4 3 1 1 9
8 3 2 4 2 2 2 4 1 3 2 1 2 28 4 3 1 1 9
9 3 2 4 2 2 2 4 1 3 2 1 2 28 4 3 1 1 9
10 3 2 4 2 2 2 4 1 3 2 1 2 28 4 2 0 1 7
11 2 2 3 1 1 1 3 1 2 2 1 1 20 4 3 1 1 9
12 3 2 4 2 2 2 4 1 3 2 1 2 28 4 3 1 1 9
13 3 2 4 2 2 2 4 1 3 2 1 2 28 4 3 1 1 9
14 3 2 4 2 2 2 4 1 3 2 1 2 28 4 3 1 1 9
15 3 2 4 2 2 2 4 1 3 2 1 2 28 4 3 1 1 9
16 3 2 4 2 2 2 4 1 3 2 1 2 28 4 3 1 1 9
17 3 2 4 2 2 2 4 1 3 2 1 2 28 4 3 1 1 9
18 3 2 4 2 2 2 4 1 3 2 1 2 28 4 3 1 1 9
19 3 2 4 2 2 2 4 1 3 2 1 2 28 4 3 1 1 9
Variabel X Variabel Y
(Implementasi SAP Berbasis Akrual) (Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah )
No DPT DPT
PSAP PSAP PSAP PSAP PSAP PSAP PSAP PSAP PSAP PSAP PSAP PSAP
TOTAL RELEVAN ANDAL DIBANDI DIPAH TOTAL
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12
NGKAN AMI
20 3 2 4 2 2 2 4 1 3 2 1 2 28 4 3 1 1 9
21 3 2 4 2 2 2 4 1 3 2 1 2 28 4 3 1 1 9
22 3 2 4 2 2 2 4 1 3 2 1 2 28 4 3 1 1 9
23 3 2 4 1 2 2 4 1 3 2 1 2 27 3 3 0 0 6
24 3 2 4 2 2 2 4 1 3 2 1 2 28 4 3 1 1 9
25 3 2 4 2 2 2 1 1 3 2 1 0 23 4 3 1 1 9
TOTAL 675 TOTAL 219
Lampiran 3. Deskripsi data

3.1 Deskripsi data responden


3.1.1 Usia Responden

No Usia Frekuensi Percent


1 25 – 30 3 12 %
2 31 – 35 10 40 %
3 36 – 50 12 48 %
Total 25 100 %
Sumber : data primer diolah 2015

3.1.2 Pendidikan Responden


No Pendidikan Frekuensi Percent
1 D3 6 24 %
2 S1 13 52 %
3 SMA 6 24 %
Total 25 100 %
Sumber : data primer diolah 2015

3.1.3 Lama Bekerja Responden

No Lama Bekerja Frequency Percent


1 4 - 10 th 12 48 %
2 11 - 15 th 8 32 %
3 16 - 25 th 5 20 %
Total 25 100 %
Sumber : data primer diolah 2015

3.2 Deskripsi jawaban responden

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

SAP 25 20.00 28.00 27.0000 2.29129


KLap 25 6.00 9.00 8.7600 .72342
Valid N (listwise) 25

Sumber : hasil output SPSS 21,2015


Lampiran 4. Uji Kualitas Data
4.1 Hasil Uji Validitas

4.1.1 Tabel guttman untuk skala variabel X

PERNYATAAN Jumlah
Total
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Error

ID_1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 0
ID_2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 0
ID_3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 0
ID_4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 0
ID_5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 23 8
ID_6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 22 8
ID_7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 0
ID_8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 0
ID_9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 0
ID_10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 0
ID_11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 20 6
ID_12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 0
ID_13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 0
ID_14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 0
ID_15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 0
ID_16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 0
ID_17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 0
ID_18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 0
ID_19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 0
95

ID_20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 0
ID_21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 0
ID_22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 0
ID_23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27 2
ID_24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 0
ID_25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 23 4
∑ 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 24 25 24 25 24 23 24 25 25 22 23 22 22 25 22 23 24 23 675 28

Catatan : tabel diatas urutan pernyataan sesuai dengan tingkat kesukarannya

4.1.2 Tabel guttman untuk skala variabel Y

PERNYATAAN Jumlah
Responden Total
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 error
ID_1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 0
ID_2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 0
ID_3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 0
ID_4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 0
ID_5 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 2
ID_6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 0
ID_7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 0
ID_8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 0
ID_9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 0
ID_10 1 1 0 1 1 1 1 0 1 7 2
96

ID_11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 0
ID_12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 0
ID_13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 0
ID_14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 0
ID_15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 0
ID_16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 0
ID_17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 0
ID_18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 0
ID_19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 0
ID_20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 0
ID_21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 0
ID_22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 0
ID_23 1 1 1 0 1 1 0 1 0 6 2
ID_24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 0
ID_25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 0
∑ 25 25 24 24 25 25 25 22 24 219 6
97

4.2 Uji Realibilitas


4.2.1 Kuder and Richardson Formula 20 dan 21 variabel X

Item Soal
No
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 A14 A15 A16 A17 A18 A19 A20 A21 A22 A23 A24 A25 A26 A27 A28 Total
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 23
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 22
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 20
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28
18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28
19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28
20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28
21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28
22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28
23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28
25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 23
Total 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 24 25 24 25 24 23 24 25 25 22 23 22 22 25 22 23 24 23 675
98

p 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0.96 1.00 0.96 1 0.96 0.92 0.96 1 1 0.88 0.92 0.88 0.88 1.00 0.88 0.92 0.96 0.92
q 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.04 0.00 0.04 0 0.04 0.08 0.04 0 0 0.12 0.08 0.12 0.12 0.00 0.12 0.08 0.04 0.08
pq 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.04 0.00 0.04 0 0.04 0.07 0.04 0 0 0.11 0.07 0.11 0.11 0.00 0.11 0.07 0.04 0.07

k 28.0
Σpq 0.909
var 5.040
Mean 27.00
ρ (KR
0.850
20)
ρ (KR
0.839
21)

4.2.2 Kuder and Richardson Formula 20 dan 21 variabel Y


Item Soal
No
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 Total
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
5 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
10 1 1 0 1 1 1 1 0 1 7
99

11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
23 1 1 1 0 1 1 0 1 0 6
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
Total 25 25 24 24 25 25 24 23 24 219
p 1.00000 1.00000 0.96000 0.96000 1.00000 1.00000 0.96000 0.92000 0.96000
q 0.00000 0.00000 0.04000 0.04000 0.00000 0.00000 0.04000 0.08000 0.04000
pq 0.00000 0.00000 0.03840 0.03840 0.00000 0.00000 0.03840 0.07360 0.03840
k 9
Σpq 0.22720
var 0.50240
Mean 8.76000
ρ (KR 20) 0.61624
ρ (KR 21) 0.60191
Lampiran 5. Uji Hipotesis

1. Analisis koefisien korelasi rank spearman

Correlations

Rank of X Rank of Y

Correlation Coefficient 1.000 .287

Rank of X Sig. (2-tailed) . .124

N 30 30
Spearman's rho
Correlation Coefficient .287 1.000

Rank of Y Sig. (2-tailed) .124 .

N 30 30

2. Analisis Logistic Regression

Case Processing Summary


a
Unweighted Cases N Percent

Included in Analysis 25 100.0

Selected Cases Missing Cases 0 .0

Total 25 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 25 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number


of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

tidak berkulitas 0
berkualitas 1
101

Block 0: Beginning Block

a,b,c
Iteration History

Iteration -2 Log likelihood Coefficients

Constant

1 19.010 1.520

2 18.359 1.924

Step 0 3 18.346 1.991

4 18.346 1.992

5 18.346 1.992

a. Constant is included in the model.


b. Initial -2 Log Likelihood: 18.346
c. Estimation terminated at iteration number 5
because parameter estimates changed by less than
.001.

a,b
Classification Table

Observed Predicted

Kualitas Laporan Keuangan Percentage

tidak berkulitas berkualitas Correct

tidak berkulitas 0 3 .0
Kualitas Laporan Keuangan
Step 0 berkualitas 0 22 100.0

Overall Percentage 88.0

a. Constant is included in the model.


b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant 1.992 .615 10.480 1 .001 7.333

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Variables SAP 4.640 1 .031


Step 0
Overall Statistics 4.640 1 .031
102

Block 1: Method = Enter

a,b,c,d
Iteration History

Iteration -2 Log likelihood Coefficients

Constant SAP

1 16.449 .400 1.400

2 14.833 .405 2.149

3 14.674 .405 2.480


Step 1
4 14.671 .405 2.537

5 14.671 .405 2.539

6 14.671 .405 2.539

a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 18.346
d. Estimation terminated at iteration number 6 because
parameter estimates changed by less than .001.

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 3.876 1 .055

Step 1 Block 3.876 1 .055

Model 3.876 1 .055

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Nagelkerke R


Square Square
a
1 14.671 .137 .263

a. Estimation terminated at iteration number 6 because


parameter estimates changed by less than .001.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 2.276 1 .131
103

a
Classification Table

Observed Predicted

Kualitas Laporan Keuangan Percentage

tidak berkulitas berkualitas Correct

tidak berkulitas 0 3 .0
Kualitas Laporan Keuangan
Step 1 berkualitas 0 22 100.0

Overall Percentage 88.0

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

a
SAP 2.539 1.373 3.418 1 .054 12.667
Step 1
Constant .405 .913 .197 1 .657 1.500

a. Variable(s) entered on step 1: SAP.


Step number: 1

Observed Groups and Predicted Probabilities

20 + b +
I b I
I b I
F I b I
R 15 + b +
E I b I
Q I b I
U I b I
E 10 + b +
N I b I
C I b I
Y I b I
5 + b b +
I b b I
I t b I
I t t I
Predicted ---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------+----------
Prob: 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1
Group: ttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb

Predicted Probability is of Membership for berkualitas


The Cut Value is .50
Symbols: t - tidak berkulitas
b - berkualitas
Each Symbol Represents 1.25 Cases.

Anda mungkin juga menyukai