Anda di halaman 1dari 11

PROBLEM EKONOMI DI DAERAH PERBATASAN DAN ANCAMAN EMIGRASI

DALAM NOVEL KIDUNG RINDU DI TAPAL BATAS


KARYA AGUK IRAWAN MN

ARTIKEL

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

oleh:
LINDA WAHYU WULANDARI (1401040076)
EKO SRI ISRAHAYU (2160096)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
TAHUN 2019
PROBLEM EKONOMI DI DAERAH PERBATASAN DAN ANCAMAN EMIGRASI
DALAM NOVEL KIDUNG RINDU DI TAPAL BATAS
KARYA AGUK IRAWAN

Linda Wahyu Wulandari


Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Wulandarilinda13@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian yang berjudul Problem Ekonomi di Daerah Perbatasan dan Ancaman
Emigrasi dalam Novel Kidung Rindu Di Tapal Batas Karya Aguk Irawan MN bertujuan
mendeskripsikan problem ekonomi di daerah perbatasan dan ancaman emigrasi yang terdapat
dalam novel. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini
adalah kalimat-kalimat yang mengandung problem ekonomi di daerah perbatasan dan ancaman
emigrasi. Sumber datanya yaitu berupa novel Kidung Rindu Di Tapal Batas karya Aguk Irawan
MN. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah menggunakan sosisologi sastra. Proses
penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap, yaitu (a) tahap penyediaan data, menggunakan teknik
baca dan catat, (b) tahap penganalisisan data ; reduksi data, sajian data, verifikasi dan simpulan.
Hasil analisis tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, problem ekonomi di daerah perbatasan
yang terdapat dalam novel Kidung Rindu Di Tapal Batas karya Aguk Irawan MNmeliputi (1)
kemiskinan, (2) kesenjangan ekonomi, dan (3) pengangguran. Kedua, ancaman emigrasi yang
terdapat dalam novel Kidung Rindu Di Tapal Batas karya Aguk Irawan MNyang ditemukan
adalah (1)ancaman emigrasi faktor ekonomi, dan (2) ancaman emigrasi faktor cinta.

Kata kunci: problem ekonomi, daerah perbatasan, emigrasi

PENDAHULUAN
Permasalahan ekonomi merupakan salah satu permasalahan sosial yang seringkali
meliputi kehidupan sehari-hari manusia. Faktor ekonomi menjadi faktor penting karena segala
kebutuhan dapat tercukupi apabila keadaan ekonomi suatu individu maupun masyarakat
memadai. Namun sayangnya, permasalahan ekonomi kian hari semakin kompleks.
Ketidakseimbangan antara kebutuhan dan pendapatan menjadi salah satu faktornya .
Permasalahan ini menyebabkan adanya ketidaksesuaian antara harapan dan cita-cita kelompok
bersama maupun masyarakat.
Kidung Rindu Di Tapal Batas karya Aguk Irawan MN adalah sebuah novel etnografi
yang menceritakan mengenai kehidupan warga di desa Jagoi Babang wilayah Entikong provinsi
Kalimantan yang berbatasan dengan wilayah Serawak negara Malaysia. Dalam novel ini
pengarang banyak menceritakan kesulitan-kesulitan di bidang ekonomi yang dialami oleh
masyarakat daerah perbatasan. Daerah perbatasan digambarkan sangat jauh dari kata
kemakmuran dan kesejahteraan sebagai bagian dari wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) hingga akhirnya menimbulkan disintegrasi bangsa yang berupa ancaman
emigrasi. Ancaman emigrasi diutarakan oleh sebagian warga di desa Jagoi Babang dengan
berniat berpindah kewarganegaraan ke Malaysia.

Ancaman emigrasi timbul sebagai akibat dari permasalahan ekonomi yang terjadi di
Jagoi Babang hingga kurangnya perhatian pemerintah terhadap masyarakat daerah perbatasan.
Mereka menganggap negara lain yaitu Malaysia lebih baik dalam hal memperhatikan warganya.
Kesulitan-kesulitan hidup yang dialami oleh masyarakat justru bersumber dari negaranya dan
mereka justru mendapatkan kemudahan-kemudahan di negara tetangga. Apabila keadaan tersebut
terus terjadi, maka bukan hal yang tidak mungkin jiwa nasionalisme yang selama ini ada dalam
diri masyarakat semakin lama akan luntur.

Daerah perbatasan yang seharusnya menjadi garda depan sebuah negara justru jauh dari
kata sejahtera. Hidup di bawah garis kemiskinan dan sulitnya mendapat pekerjaan hingga
akhirnya masyarakat harus menjadi tenaga kerja ilegal di perkebunan karet milik warga Malaysia
menjadi permasalahan ekonomi yang tidak kunjung terselesaikan. Problem atau masalah
ekonomi adalah masalah yang menyangkut persoalan manusia dalam memenuhi segala
kebutuhan hidupnya (Ramonalisa dkk, 2017 : 417). Faktor ekonomi menjadi sangat vital bagi
manusia, karena keberlangsungan hidup dapat berjalan dengan baik apabila faktor ekonomi
mendukung. Namun, semakin kompleksnya kebutuhan yang harus dipenuhi membuat
masyarakat sulit dalam memenuhinya. Akibatnya terjadi kesenjangan di mana-mana, terlebih
didaerah-daerah terpencil yang jauh dari kota-kota besar khususnya di daerah perbatasan. Daerah
perbatasan merupakan daerah yang selama ini kurang diperhatikan oleh pemerintah, khususnya
dalam bidang perekonomian.
Problem ekonomi yang sering diungkap dalam karya sastra meliputi kemiskinan,
kesenajngan ekonomi, pengangguran, dan sebagainya. Kemiskinan diartikan sebagai suatu
keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf
kehidupan kelompok (Soekanto, 2014 :319). Kemiskinan misalnya, masih menjadi masalah yang
tidak kunjung selesai terlebih di negara-negara berkembang. Dalam upaya mengentaskan
kemiskinan harus dilakukan tindakan secara komprehensif. Pemerintah Indonesia harus terus
membina masyarakat miskin untuk dapat mengelola sumber-sumber ekonomi agar dapat
meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat (Dewi, 2017 : 7). Masalah lain yang
ditimbulkan dari problem ekonomi di daerah perbatasan yaitu ancaman emigrasi. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Emigrasi adalah perpindahan dari tanah air ke negera
lain untuk tinggal menetap di sana. Emigrasi sendiri merupakan bagian dari migrasi.

Emigrasi di daerah perbatasan dapat memberikan ancaman bagi negara karena dapat
memberikan keuntungan bagi negara lain. Keuntungan tersebut misalnya saja karena kurangnya
perhatian pemerintah, banyak warga yang menginginkan untuk menjadi warga migran di negara
tetangga kemudian tanpa di sadari hal tersebut dapat melunturkan jiwa nasionalisme masyarakat
perbatasan. Hal ini didukung pernyataan Siburian (2012 : 63) dalam penggunaan uang sebagai
transaksi misalnya, Sebatik sebagai daerah perbatasan menggunakan dua mata uang sekaligus.
Hal ini dapat mengakibatkan ringgit lebih dikenal dibanding dengan rupiah terlebih nilai nominal
ringgit yang lebih tinggi dibanding rupiah. Dengan demikian jika problem ekonomi terus
menerus dibiarkan negara lainlah yang mendapat keuntungan, sementara di negara sendiri terjadi
berbagai konflik dan disintegrasi.

Berbagai persoalan dalam karya sastra menyiratkan sastra mempunyai fungsi sosial yang
tidak sepenuhnya bersifat pribadi. Permasalahan studi sastra menyiratkan masalah-masalah sosial
seperti tradisi, konvensi, norma, jenis sastra (Genre), simbol, dan mitos (Wellek dan Warren,
1995 : 109). Dalam karya sastra terdapat pesan yang menggambarkan dan memperjuangkan
nilai-nilai tertentu, sehingga aspirasi masyarakat tercermin dalam karya sastra tersebut. Dengan
adanya sastra, pemikiran dan gagasan manusia dapat diolah sehingga menimbulkan efek pesan
tersirat bagi pembaca dan penikmatnya yang berguna bagi kehidupannya. Sastra dapat menjadi
alat yang membawa pada kemajuan bangsa karena memuat kritikan yang dapat membangun
terhadap nilai-nilai sosial dan moral demi kehidupan yang lebih baik.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Seperti
yang dikemukakan oleh Moleong (2010 : 6) Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian,
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan secara holistik. Cara pendeskripsiannya
berupa kata-kata atau kalimat.
Objek penelitian ini adalah problem ekonomi di daerah perbatasan dan ancaman emigrasi
dalam novel Kidung Rindu Di Tapal Batas Karya Aguk Irawan MN. Kemudian pendekatan yang
digunakan adalah sosiologi sastra. Pendekatan sosiologis bertolak dari asumsi bahwa sastra
merupakan pencerminan kehidupan masyarakat (Semi, 2012 : 92). Pendekatan sosiologi sastra
digunakan oleh peneliti untuk membahas novel Kidung Rindu Di Tapal Batas dengan
pertimbangan isi novel tersebut menyiratkan berbagai problem ekonomi. Problem ekonomi
tersebut menandakan adanya hubungan tentang manusia dalam masyarakat yang digambarkan
melalui sebuah karya sastra.
Teknik pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik baca dan
catat. Untuk memperoleh data yang terdapat dalam novel Kidung Rindu Di Tapal Batas, penulis
membaca terlebih dahulu secara keseluruhan teks yang terdapat di dalam novel. Teknik
selanjutnya yaitu teknik catat, penulis mencatat hal-hal yang penting mengenai problem ekonomi
di daerah perbatasan dan ancaman emigrasi yang terdapat dalam novel. Langkah selanjutnya data
diklasifikasikan berdasarkan pembahasannya masing-masing. Dalam penelitian ini, analisis data
dilakukan dengan teknik analisis deskriptif kualitatif. Pada atahap analisis data, peneliti
melakukan tahap-tahap berupa Reduksi Data, Sajian Data, dan Verifikasi (Sangidu, 2004 : 73).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Problem Ekonomi di Daerah Perbatasan dalam Novel Kidung Rindu Di Tapal Batas
Karya Aguk Irawan MN

Dalam proses analisis yang telah dilakukan, peneliti menemukan beberapa problem
ekonomi atau masalah ekonomi yang terdapat dalam novel Kidung Rindu Di Tapal Batas karya
Aguk Irawan MN. Novel Kidung Rindu Di Tapal Batas karya Aguk Irawan MN memuat hal
yang berkaitan dengan problem ekonomi. problem ekonomi yang ditemukan dalam novel yaitu
(1) kemiskinan, (2) kesenjangan ekonomi antara Indonesia dan Malaysia, (3) pengangguran,.
Berikut pemaparan hasil penelitian mengenai problem ekonomi yang peneliti temukan beserta
data yang terdapat dalam novel Kidung Rindu Di Tapal Batas.
1. Kemiskinan
Masyarakat di wilayah perbatasan khususnya Jagoi Babang mengalami kesengsaraan hidup yang
bisa dikatakan jauh dari kata layak dan cukup. Berikut kutipan yang terdapat di dalam novel.

25
“ Garuda di dada kami.... tetapi harimau di perut kami.” (KRDTB : 19)
Kutipan di atas merupakan ungkapan yang selalu dipakai di kalangan masyarakat Jagoi Babang.
Ungkapan tersebut memiliki arti negara Indonesia berada di hati mereka, namun untuk urusan
kebutuhan hidup mereka bertumpu pada negara tetangga yaitu Malaysia.

Hal yang sama juga diceritakan dalam kutipan selanjutnya. Meskipun Indonesia
merupakan rumah bagi masyarakat, namun segala aktivitas pemenuhan kebutuhan sehari-hari
ada di negara tetangga. Berikut kutipan yang terdapat dalam novel.

“Kita memang tinggal di bumi Indonesia, tetapi kita hidup dari bumi Malaysia. Tempat
mukim memang di negeri sendiri, tapi tempat makan ada di negeri orang.” (KRDTB : 20)

Kutipan di atas menjelaskan bagaimana hidup di antara dua negara merupakan sebuah dilema.
Disatu sisi tempat tinggal dan jiwa mereka di Indonesia, namun dilain sisi Malaysialah tempat
untuk mempertahankan hidupnya dari rasa lapar. Jika persoalan tersebut terus menerus dibiarkan,
maka bukan hal yang tidak mungkin jika jiwa nasionalisme yang mereka punya gadaikan demi
kualitas hidup yang lebih baik.

Pengabaian pemerintah atas nasib rakyatpun menjadikan kemiskinan semakin meningkat.


Problem ekonomi kemiskinan ini dilihat melalui cerita masyarakat Jagoi Babang dan para tentara
yang mengalami kesulitan dalam pemenuhan segala kebutuhannya, seperti pemenuhan
kebutuhan pangan. Untuk mendapat makan, masyarakat kerapkali berhutang dan para tentara
sebagai abdi negarapun terkadang rela memakan nasi busuk demi mempertahankan hidupnya.
Berikut kutipan yang terdapat dalam novel.

Kami, di perbatasan, selalu mengalami kesulitan keuangan. Kau sudah beberapa hari
tinggal di sini, kau tahu sendiri. Hampir tiap hari kita makan mie. Nasi busuk pun kadang
harus kita makan...” (KRDTB : 119)

2. Kesenjangan Ekonomi
Kesenjangan ekonomi merupakan perbedaan ekonomi antara individu satu dengan individu
lain, kelompok satu dengan kelompok lain, maupun negara satu dengan negara yang lainnya.
Kesenjangan taraf hidup antara negara Indonesia dan Malaysia juga menjadi sorotan dalam
novel. Kesenjangan ekonomi antara Indonesia dan Malaysia yang terjadi sudah dirasa
memprihatinkan bagi masyarakat daerah perbatasan. Masyarakat merasa Indonesia jauh lebih
tertinggal dengan Malaysia kendatipun dua negara ini dijuluki negara serumpun.
“ Sungguh tak bisa dibandingkan dengan saat ia menjadi buruh bangunan atau
tukang bersih-bersih di kota Mataram. Kalau di Lombok jadi buruh tani seharian
dari pagi sampai petang upahnya paling tinggi hanya Rp 30.000, tetapi di
perkebunan sawit ini, ia bisa mengumpulkan Rp 124.000,00-Rp 155.000,00 !”
(KRDTB : 52)

Kutipan di atas menunjukan kesenjangan yang signifikan antara Indonesia dan Malaysia dalam
masalah upah pekerja. Dalam sehari penuh bekerja di kota kota besar misalnya Lombok,
masyarakat yang bekerja dibayar dengan upah yang rendah itupun tidak cukup untuk kebutuhan
hidup mereka yang serba mahal. Dibandingkan dengan bekerja di perkebunan sawit milik
Malaysia upah yang dibayarkan lebih tinggi dan setidaknya bisa untuk mencukupi kebutuhan
sehari-hari.

Kesenjangan-kesenjangan yang terjadi dan dibiarkan secara terus menerus akan dapat
melunturkan jiwa nasionalisme masyarakat. Di negaranya sendiri mereka hanya mendapat
kesulitan-kesulitan, sedangkan di negara tetangga mereka mendapat kemudahan-kemudahan
yang sama sekali tidak dapat di dapatkan di negaranya. Berikut kutipan yang terdapat di dalam
novel.

“...rupiah tidak laku!..uang ya ringgit tak ada rupiah.” (KRDTB : 81)

Kutipan di atas diungkapkan oleh tokoh Nanjan yang menganggap mata uang rupiah tidak laku.
Mata uang rupiah nilainya lebih kecil dibandingkan dengan mata uang ringgit milik Malaysia.
Segala kebutuhan yang ada di sana lebih mudah didapatkan dengan ringgit bahkan di dalam
novel Kidung Rindu Di Tapal Batas ada sebagian warga yang tidak mengenal rupiah, keseharian
mereka hanya menggunakan ringgit untuk kebutuhan jual beli mengingat aktivitas mereka lebih
banyak bersentuhan dengan negara tetangga.

3. Pengangguran

Problem ekonomi pengangguran terjadi kaena sempitnya lapangan pekerjaan dan


kurangnya keahlian individu menyebabkan semakin banyaknya pengangguran. Pengangguran
juga disebabkan dari ledakan penduduk yang kian hari kian meningkat. Dalam novel Kidung
Rindu Di Tapal Batas pengangguran menyebabkan masyarakat bekerja menjadi tenaga kerja
ilegal di perkebunan sawit milik Malaysia.

“Seandainya dia bisa menghidupi anak dan istrinya dengan pekerjaan yang bisa ia
peroleh di kampungnya, tentu dia tidak akan pernah meninggalkan negeri
Indonesia” (KRDTB : 107)

Kutipan di atas bercerita mengenai Hasyim yang berasal dari NTB yang terpaksa menjadi tenaga
kerja ilegal di Malaysia demi mendapat pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya
karena di negaranya ia tidak dapat mendapat pekerjaan. Hal serupa dialami oleh warga di Jagoi
Babang, masyarakat sulit mendapatkan pekerjaan dan banyak dari mereka yang akhirnya
mneganggur.
Menjadi tenaga kerja ilegal bukan hanya dilakukan oleh Hasyim namun juga banyak
masyarakat di Jagoi Babang, bahkan sebagian besar dari mereka hidup dari pekerjaan yang
ditawarkan oleh warga di Malaysia yang dekat dengan daerah perbatasan sebagai akibat dari
pengangguran di Jagoi Babang. Pembangunan yang dilakukan lebih merata dan tidak hanya
berpusat di kota sehingga masyarakat tidak kesulitan mendapat pekerjaan di negerinya sendiri
sekaligus mengurangi banyaknya pengangguran.

B. Ancaman Emigrasi yang Terdapat dalam Novel Kidung Rindu Di Tapal Batas
Ancaman emigrasi yang terdapat dalam novel dilakukan oleh tokoh bernama Nanjan dan
teman-temannya serta sebagian masyarakat Jagoi Babang. Ancaman emigrasi yang dilakukan
disebabkan karena problema ekonomi atau faktor ekonomi yang tidak kunjung terselesaikan di
Jagoi Babang. Kesenjangan ekonomi antara Indonesia-Malaysia membuat masyarakat ingin
melakukan emigrasi sebagai bagian dari perbaikan hidupnya. Selain faktor ekonomi, faktor cinta
juga menyebabkan tokoh Hamdan berkeinginan untuk pindah kewarganegaraan.

1. Ancaman Emigrasi Faktor Ekonomi


Ancaman emigrasi dalam novel diserukan oleh beberapa tokoh remaja seperti Nanjan dan
teman-temannya. Berawal dari pemikiran-pemikiran atas kondisi yang terjadi, para tokoh di
dalam novel mengemukakan adanya keinginan untuk beremigran. Berikut kutipan yang terdapat
di dalam novel.
“Memang pilihannya bagi kita hanya satu: pindah secepatnya, atau bertahan selamanya
dalam kondisi yang seperti ini” (KRDTB : 110)
Kutipan di atas merupakan pernyataan dari tokoh Mamut yang mendukung dan berkeinginan
untuk pindah ke negara Malaysia dengan alasan segala kemudahan akan didapatnya di sana.
Baginya, tidak ada pilihan lain selain pindah dari negara yang memberikan segala keruwetan
hidup. Dalam pernyataan di atas menyiratkan penderitaan yang dialami di Jagoi Babang sudah
tidak dapat ditahan lagi oleh tokoh-tokoh yang menginginkan beremigrasi.

Problem ekonomi membuat Nanjan tidak mempedulikan anggapan-anggapan orang


tentang dirinya. Baginya, hidupnya harus berubah, ia tak mau menjadi masyarakat yang terus
menerus menderita, sementara di depan sana ada masa depan yang cerah untuk hidupnya.
Berikut kutipan yang terdapat dalam novel.

“Aku tak peduli dicap penghianat bangsa. Dianggap tak cinta negeri sendiri. Aku tak mau
mati kelaparan. Lebih baik menjadi warga negara Malaysia daripada mati di sini.”
(KRDTB : 178)

Pada kutipan di atas, tergambar jelas bagaimana kecintaan pada negeri tidak membuat seseorang
berhenti berusaha untuk mendapat hidup yang lebih baik. Bagi Nanjan masalah kecintaan pada
negeri bukan berarti mengesampingkan masalah kebutuhan hidup yang jelas-jelas tidak
didapatkan di negerinya sendiri.

2. Ancaman Emigrasi Faktor Cinta

Selain problem ekonomi, masalah percintaan juga menjadi dasar keinginan Hamdan yang
juga teman Nanjan bersemangat untuk pindah kewarganegaraan. Kecintaannya pada gadis
bernama Siti asal Malaysia membuatnya semakin yakin berpindahnya ia ke Malaysia akan
memiliki kehidupan yang bahagia. Siti merupakan Gadis Malaysia yang tidak boleh dinikahi
oleh orang berkewarganegaraan lain oleh orang tuanya. Sehingga, sebagai bnetuk rasa cintanya
Hamdan berkeinginan untuk berpindah kewarganegaraan Malaysia demi dapat menikahi Siti.
Berikut kutipan yang terdapat dalam novel.

“Doakan aku dan teman-temanku. Kami akan segera pindah. Kami memilih menjadi
warga negerimu..” (KRDTB : 246)

Kutipan di atas menggambarkan bagaimana semangat Hamdan untuk segera berpindah


kewarganegaraan. Pengarang dalam hal ini ingin menyampaikan pesan bahwa sekarang bukan
merupakan hal tabu lagi jika warga negara Indonesia melakukan perkawinan dengan warga
negara asing. Zaman yang semakin terbuka membuat seseorang tidak segan untuk beremigrasi
untuk mengikuti keinginan pasangannya untuk hidup menetap di negaranya.

PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa di dalam novel
Kidung Rindu Di Tapal Batas karya Aguk Irawan MN terdapat problem ekonomi di daerah
perbatasan dan ancaman emigrasi. Problem ekonomi di daerah perbatasan yaitu (1) kemiskinan
sebanyak 20 data (2) kesenjangan ekonomi sebanyak 8 data, dan (3) pengangguran sebanyak 1
data. Gambaran problem ekonomi di daerah perabatasan dalam novel mencerminkan bagaimana
sulitnya kehidupan yang dialami oleh masyarakat. Kesulitan hidup bahkan dialami pula oleh
prajurit yang menjaga daerah perbatasan. Problem ekonomi di daerah perbatasan yang paling
banyak terdapat di dalam novel yaitu persoalan kemiskinan.
Ancaman Emigrasi yang dilakukan oleh tokoh dalam novel merupakan bentuk
perlawanan sebagian masyarakat Jagoi Babang yang terus menuerus di bawah tekanan kesulitan
hidup. Sementara di sisi lain, negara lain justru memberikan tawaran berbagai kemudahan-
kemudahan. Selain problem ekonomi, faktor cinta juga memepengaruhi seseorang melakukan
emigrasi. Ancaman emigrasi dalam novel yang disebabkan oleh faktor ekonomi sebanyak 8 data.
Sedangkan faktor cinta sebanyak 1 data. Faktor ekonomi masih menjadi faktor pendorong
terkuat individu atau suatu kelompok untuk melakukan suatu emigrasi.

B. Saran
Dari simpulan di atas, maka dapat disampaikan saran sebagai
berikut.
1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya,
53
khususnya penelitian bidang sastra mengenai problem ekonomi dan ancaman emigrasi
2. Peneliti berharap untuk penelitian selanjutnya mampu mengembangkan penelitian mengenai
problem ekonomi dan ancaman emigrasi di hasil karya sastra lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Wa Ode Sintia dan La Ode Balawa. 2017. Kritik Sosial Dalam Novel Surat Cinta Untuk
Kisha Karya Bintang Berkisah. Jurnal Bastra (Bahasa dan Sastra), 1 (4), 1-13.
Moleong, Lexy. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya

Ramonalisa, Mohd Harum, dan Yusri Yusuf. 2017. Kritik Sosial Dalam Kumpulan Cerpen
Pembunuh Ketujuh Karya Herman R.N. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Jurusan PBSI, 2 (4),
413-422.

Sangidu. 2004. Metode Penelitian Sastra, Pendekatan Teori, Metode dan kiat. Yogyakarta :
UGM

Semi, Atar. 2012. Metode Penelitian Sastra. Bandung : CV Angkasa

Siburian, Robert. 2012. Pulau Sebatik : Kawasan Perbatasan Indonesia Beraroma Malaysia.
Jurnal Masyarakat dan Budaya, 14 (1), 53-76

Soekanto, Soerjono. 2014. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1995. Teori Kesusastraan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai