Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1
ISSN : 1907 – 6037 e-ISSN : 2502 – 3594
1Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta, Jakarta 13220,
Indonesia
2Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Insitut Pertanian Bogor,
*) E-mail: rahma88hrp@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik dan tugas perkembangan keluarga terhadap
kepuasan perkawinan ibu yang baru memiliki anak pertama. Desain penelitian ini menggunakan cross sectional
yang dilakukan pada 120 ibu dari keluarga yang baru memiliki anak pertama usia di bawah dua tahun. Data
dianalisis menggunakan regresi linier berganda. Capaian keseluruhan dari tugas perkembangan keluarga yaitu
67,30 yang menunjukkan bahwa tugas perkembangan keluarga telah cukup dipenuhi. Hasil menunjukkan bahwa
semakin tinggi pendapatan per kapita keluarga dan semakin bertambah usia ayah maka semakin baik tugas
perkembangan dimensi orang tua. Sementara itu, semakin bertambah usia ibu dan usia ayah serta usia
pernikahan yang lebih lama maka semakin baik tugas perkembangan keluarga pada dimensi anak. Selain itu,
semakin tinggi pendidikan ibu, usia pernikahan yang semakin lama, dan semakin baik tugas perkembangan
keluarga (baik pada dimensi orang tua maupun anak) maka kepuasan perkawinan semakin tinggi. Kepuasan
perkawinan dipengaruhi oleh tugas perkembangan keluarga. Penelitian ini menegaskan kembali perlunya
keluarga untuk dapat memenuhi tugas perkembangannya sesuai dengan tahapan keluarga yang sedang dilalui.
Kata kunci: anak pertama, dimensi anak, dimensi orang tua, kepuasan perkawinan, tugas perkembangan
keluarga
Abstract
This study aimed to analyze the influence of family characteristics and family developmental tasks on marital
satisfaction of first-time mothers. This was a cross-sectional study involving 120 first-time mothers with a child
aged less than two years old. Data were analyzed using multiple linear regression. The average scores of the
overall family developmental task were 67,30, indicating that the developmental task of the family has been
adequately fulfilled. The results showed that the increase in a family per capita income and age of the father, the
better the developmental task, specifically on parents dimension. Meanwhile, a family with older mother and
father was associated with a higher score of child dimension of the family developmental task. Moreover, the
increase in mother's education level, the longer the marriage duration, and the higher score of the family
developmental task (on both parents and child dimensions), were associated with higher marital satisfaction.
Marital satisfaction was influenced by the developmental task of the family. This research reaffirms the need for
families to be able to fulfill their developmental task in accordance with their developmental stages.
Keywords: first child, the child dimension, the parent dimension, marital satisfaction, developmental task of family
perkawinan antara suami dan istri. Kepuasan orang tua (ibu dan ayah), fokus keluarga,
perkawinan merefleksikan secara umum perawatan bayi serta penyesuaian peran baru
kebahagiaan dan keberfungsian dalam sebagai orang tua, sehingga pertumbuhan dan
pernikahan seseorang (Schoen et al., 2002). perkembangan anak dapat tercapai secara
Hawkins (1968) menjelaskan bahwa kepuasan optimal. Pada tahap ini banyak ibu baru yang
perkawinan adalah perasaan subjektif yang merasa tidak mampu mengerjakan banyak hal
dirasakan pasangan suami atau istri. Kepuasan dan akan merasa tertekan, serta ingin lari dari
perkawinan merupakan bentuk persepsi kenyataan. Apabila keluarga tidak berhasil
terhadap kehidupan pernikahan seseorang memenuhi tugas perkembangannya maka akan
yang diukur dari besar dan kecilnya berdampak pada ketidakbahagiaan dan
kesenangan yang dirasakan dalam jangka kesulitan dalam menjalankan tugas
waktu tertentu (Roach, Frasier, & Bowten, perkembangan pada tahap selanjutnya. Selain
1981). Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh itu, pandangan dan sikap yang sama dari ibu
Zainah et al. (2012) menemukan bahwa dan pasangan terhadap tumbuh kembang anak
pasangan dengan lama pernikahan lebih dari dapat memengaruhi kepuasan perkawinan ibu.
sepuluh tahun memiliki kepuasan yang lebih Dengan demikian, penting melakukan
tinggi. penelitian untuk melihat pengaruh tugas
perkembangan keluarga terhadap kepuasan
Berkurangnya kepuasan perkawinan antara perkawinan ibu yang baru mempunyai anak
suami dan istri juga dapat disebabkan hadirnya pertama usia di bawah dua tahun.
anak di tengah-tengah pasangan yang baru
membentuk sebuah keluarga. Kehadiran anak Di Indonesia, penelitian terkait kepuasan
dapat menambah sekaligus mengurangi perkawinan sudah beberapa dilakukan.
keharmonisan suami-istri, yang mengubah Penelitian Meliani, Sunarti, & Krisnatuti (2014)
hubungan yang bersifat dwitunggal menjadi menunjukkan bahwa kepuasan perkawinan
tritunggal (Hurlock, 1999). Keluarga yang dipengaruhi secara signifikan negatif oleh
sedang mengalami masa transisi menjadi konflik antara pekerjaan dan keluarga. Hanya
orang tua dengan anak pertama usia di bawah saja belum ada penelitian yang mengaitkan
dua tahun merupakan masa yang paling kritis antara kepuasan perkawinan, khususnya
dan rentan karena para orang tua akan sadar, kepuasan perkawinan ibu, dengan tugas
mereka harus mengubah pola makan, pola perkembangan keluarga baik yang dilihat dari
tidur serta pola hubungan suami-istri. Tuntutan dimensi orang tua maupun dimensi anak. Oleh
sebagai ayah dan ibu akan dirasa semakin karenanya, penelitian ini bertujuan untuk
berat apabila ayah dan ibu tidak dapat mengidentifikasi karakteristik keluarga, tugas
menyesuaikan peran dan tugas perkembangan perkembangan keluarga, dan kepuasan
keluarganya. Hal ini didukung dengan hasil perkawinan ibu yang baru memiliki anak
penelitian yang menyatakan bahwa keterlibatan pertama. Selain itu, penelitian ini juga
suami/ayah dalam pekerjaan rumah tangga dan menganalisis hubungan antarvariabel penelitian
pengasuhan anak dapat memberikan pengaruh dan menganalisis pengaruh karakteristik
yang positif terhadap kepuasan perkawinan ibu keluarga dan tugas perkembangan keluarga
(Forste & Fox, 2008). Hal tersebut terhadap kepuasan perkawinan ibu yang baru
menunjukkan bahwa pemenuhan tugas memiliki anak pertama.
perkembangan keluarga memerlukan
dukungan baik dari segi materi maupun METODE
nonmateri.
Penelitian ini dilakukan menggunakan desain
Tugas perkembangan yang terpenuhi pada cross sectional. Penelitian ini dilakukan di
tahapan awal membangun keluarga akan Kecamatan Cipayung, Kota Depok, Provinsi
mengarahkan pada tugas-tugas perkembangan Jawa Barat. Kota Depok merupakan salah satu
selanjutnya dan mengarahkan pada kota yang cukup maju dan merupakan salah
kebahagiaan serta kesuksesan keluarga. satu kota penyangga ibu kota. Hanya saja,
Tugas perkembangan bagi keluarga yang baru Kecamatan Cipayung dipilih karena
mempunyai anak pertama merupakan tahap berdasarkan BPS Kota Depok (2011)
kedua dari delapan tahapan keluarga menurut merupakan kecamatan dengan Indeks
Duvall (1971). Pada tahap kedua ini ada Pembangunan Manusia terendah di Kota
masalah yang harus dihadapi oleh keluarga Depok yang mengindikasikan adanya
yang baru mempunyai anak pertama yang permasalahan pada pembangunan manusia,
terdiri atas dua dimensi yaitu dimensi anak dan termasuk kehidupan keluarga. Penelitian ini
dimensi orang tua. Masalah yang harus dilaksanakan pada bulan April sampai dengan
dihadapi meliputi pendidikan tentang menjadi bulan Oktober tahun 2014.
Vol. 9, 2016 KEPUASAN PERKAWINAN IBU YANG BARU MEMILIKI ANAK PERTAMA 3
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu Instrumen tugas perkembangan keluarga
dari keluarga yang memiliki anak pertama usia dalam peneliian ini dikembangkan oleh peneliti
di bawah dua tahun di kedua kelurahan terpilih. melalui pendekatan teori perkembangan
Penelitian ini melibatkan 120 ibu yang dipilih keluarga Duvall (1971). Instrumen dimensi
dari populasi penelitian yang dipilih secara acak orang tua terdiri atas 19 pertanyaan dengan
sebagai responden penelitian. Data primer nilai Cronbach’s alpha 0,660. Sementara itu,
dalam penelitian ini diperoleh melalui instrumen dimensi anak terdiri atas 16
wawancara langsung terhadap responden pertanyaan dengan nilai Cronbach’s alpha
dengan menggunakan alat bantu kuesioner. 0,832. Secara keseluruhan dengan
Data primer yang dikumpulkan meliputi menggabungkan kedua dimensi tersebut maka
karakteristik keluarga (usia ayah, usia ibu, usia diperoleh nilai Cronbach’s alpha tugas
menikah ayah, usia menikah ibu, usia ibu saat perkembangan keluarga sebesar 0,784. Setiap
melahirkan anak pertama, pendidikan ayah, pertanyaan mempunyai empat pilihan rentang
pendidikan ibu, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, jawaban dari 1=tidak pernah, 2=kadang-
lama pernikahan, pendapatan keluarga, dan kadang, 3=sering, dan 4=selalu. Selanjutnya,
pendapatan per kapita keluarga), tugas total nilai yang diperoleh kemudian dihitung
perkembangan keluarga, dan kepuasan indeksnya sehingga diperoleh skor minimum
perkawinan. adalah nol dan skor maksimum adalah 100,0.
Pengkategorian data yang digunakan adalah
Dalam penelitian ini, tugas perkembangan interval kelas dengan tiga kategori, yaitu
keluarga didefinisikan sebagai serangkaian kategori rendah (0,0-59,0), sedang (60,0-80,0),
kewajiban yang harus dipenuhi oleh keluarga dan tinggi (81,0-100,0).
selama kehidupannya. Tugas perkembangan
keluarga tahap kedua (keluarga dengan anak Selanjutnya, kepuasan perkawinan dalam
pertama masih di bawah dua tahun) diukur penelitian ini merupakan perasaan subjektif
dengan dua dimensi, yaitu dimensi orang tua yang dirasakan oleh ibu terhadap
dan dimensi anak sesuai konsep Duvall (1971). perkawinannya. Instrumen kepuasan
Dimensi orang tua merujuk pada tugas perkawinan terdiri atas sepuluh dimensi, yaitu
perkembangan yang harus dipenuhi oleh kedua masalah kepribadian, kesetaraan peran,
orang tua (ayah dan ibu). Dimensi ini terdiri komunikasi, penyelesaian konflik, pengelolaan
atas beberapa indikator, yaitu rekonsiliasi keuangan, aktifitas bersama, relasi seksual,
penyesuaian peran, menerima dan anak dan pernikahan, keluarga dan teman, dan
menyesuaikan tuntutan sebagai ibu muda, orientasi religius. Instrumen kepuasan
belajar merawat bayi dengan kompeten, perkawinan yang digunakan dalam penelitian
membangun dan mempertahankan rutinitas ini menggunakan alat ukur ENRICH (Evaluation
keluarga yang sehat, memberikan kesempatan and Nurturing Relationship Issues,
penuh untuk perkembangan anak, berbagi Communication and Happiness) Marital
tanggung jawab orang tua dengan suami, Satisfaction (EMS) dari Fower dan Olson
mempertahankan hubungan yang romantis (1993). Instrumen ini terdiri atas 15 pertanyaan
dengan suami, membuat penyesuaian yang dan memiliki nilai Cronbach’s alpha sebesar
memuaskan dengan realitas kehidupan, 0,885. Setiap pertanyaan mempunyai lima
menjaga kehidupan ibu muda melalui otonomi pilihan rentang jawaban dari 1=sangat tidak
pribadi, dan mengeksplorasi dan setuju, 2=tidak setuju, 3=biasa saja, 4=setuju,
mengembangkan rasa memuaskan menjadi dan 5=sangat setuju. Selanjutnya, total nilai
keluarga. yang diperoleh dihitung indeksnya dan
dikategorikan berdasarkan cut off point menjadi
Sementara itu, dimensi anak merujuk pada tiga kategori, yaitu rendah (0,0-59,0), sedang
tugas perkembangan yang seharusnya (60,0-80,0), dan tinggi (81,0-100,0).
dituntaskan oleh anak, terdiri atas beberapa
indikator, yaitu: mencapai keseimbangan Analisis data yang digunakan dalam penelitian
fisiologis setelah kelahiran, belajar untuk ini yaitu analisis deskriptif dan inferensial.
mendapatkan kepuasan akan makanan, belajar Analisis deskriptif digunakan untuk meng-
mengetahui kapan, dimana dan bagaimana identifikasi karakteristik keluarga, tugas
BAK dan BAB, belajar untuk mengelola tubuh perkembangan keluarga dimensi anak dan
secara efektif, belajar menyesuaikan dengan dimensi orang tua, dan kepuasan perkawinan
orang lain, belajar untuk menyayangi dan ibu. Analisis inferensial yang digunakan dalam
disayangi, mengembangkan sistem penelitian ini meliputi uji hubungan dan analisis
komunikasi, belajar untuk mengekspresikan regresi linear berganda. Uji hubungan
dan mengendalikan perasaan, dan digunakan untuk melihat hubungan antar-
menempatkan dasar untuk kesadaran diri. variabel. Sementara itu, analisis regresi linear
4 RAHMAITA, KRISNATUTI, & YULIATI Jur. Ilm. Kel. & Kons.
Tabel 1 Nilai rata-rata dan standar deviasi Tabel 2 Nilai rata-rata dan standar deviasi
tugas perkembangan keluarga capaian kepuasan perkawinan ibu
Rata-rata + Rata-rata ± Standar
Tugas Perkembangan Keluarga Kepuasan Perkawinan
Standar deviasi deviasi
a. Rekonsiliasi penyesuaian 73,20 + 21,26 Masalah kepribadian 62,60 ± 22,11
peran Kesetaraan peran 71,30± 26,85
b. Menerima dan menyesuaikan 69,30 + 24,27 Komunikasi 63,00 ± 18,89
tuntutan sebagai ibu muda Penyelesaian konflik 66,00 ± 31,88
c. Belajar merawat bayi dengan 57,80 + 26,76 Pengelolaan keuangan 52,00 ± 29,15
kompeten
Aktifitas bersama 68,50 ± 32,49
d. Membangun dan 60,40 + 27,40
Relasi seksual 69,00 ± 29,88
mempertahankan rutinitas
keluarga yang sehat Anak dan pernikahan 61,90 ± 22,33
e. Memberi kesempatan penuh 56,80 + 29,21 Keluarga dan teman 54,00 ± 33,21
untuk perkembangan anak Orientasi religious 75,20 ± 26,22
f. Berbagi tanggung jawab 80,00 + 23,71 Kepuasan perkawinan total 63,10 ± 12,65
sebagai orang tua dengan
suami
g. Mempertahankan hubungan 41,70 + 41,66 Dimensi kepuasan perkawinan dengan skor
yang romantis dengan suami rata-rata yang paling tinggi capaiannya adalah
h. Membuat penyesuaian yang 60,80 + 30,64 orientasi religius yaitu ibu merasa senang
memuaskan dengan realitas tentang bagaimana keluarga mempraktikkan
kehidupan keyakinan agama dan nilai-nilai dalam sebuah
i. Menjaga kehidupan ibu muda 46,50 + 29,91 keluarga (75,20). Sementara itu, capaian
melalui otonomi pribadi terendah (52,00) adalah pengelolaan keuangan
j. Mengeksplorasi dan 62,40 + 33,19 yang dapat dikatakan ibu masih kurang
mengembangkan rasa bahagia dengan posisi keuangan keluarga dan
memuaskan menjadi keluarga cara ibu dan ayah dalam membuat keputusan
Dimensi orang tua total 61,90 +13,75 keuangan. Selain itu, rata-rata terendah (54,00)
0–1 1–2 juga berkaitan dengan kebutuhan yang tidak
tahun tahun terpenuhi dalam hubungan dengan keluarga
a. Mencapai keseimbangan 76,12+ 81,00+ dan teman.
fisiologis setelah kelahiran 27,35 30,05
b. Belajar untuk mendapatkan 67,88+ 84,71+ Tabel 3 menunjukkan bahwa skor indeks
kepuasan akan makanan 29,48 18,91 kepuasan perkawinan minimum adalah 30,00
c. Belajar mengetahui 81,40+ 88,58+ dan skor maksimum adalah 88,00. Apabila
bagaimana, dimana dan 27,48 23,47 kepuasan perkawinan dinilai berdasarkan
kapan terjadi eliminasi
kategori cut-off point ditemukan bahwa sekitar
d. Belajar untuk mengelola 64,05+ 77,92+
tiga dari sepuluh ibu tingkat kepuasan
tubuh secara efektif 28,94 22,39
perkawinannya berada pada kategori rendah.
e. Belajar menyesuaikan 67,28+ 77,98+
dengan orang lain 25,25 20,24
Hasil lain juga menunjukkan bahwa enam dari
f. Belajar untuk menyayangi 63,47+ 81,69
sepuluh ibu telah mencapai kepuasan
dan disayangi 23,61 +18,61 perkawinan kategori sedang. Hasil ini
g. Mengembangkan sistem 61,98+ 78,73+ menunjukkan bahwa lebih dari separuh jumlah
komunikasi 22,63 19,93 ibu (60,8%) telah merasa cukup terhadap
h. Belajar untuk 57,45+ 80,15+ kepuasan perkawinan ibu dengan suami
mengekspresikan dan 30,29 21,53 walaupun baru memiliki anak pertama yang
mengendalikan perasaan berusia di bawah dua tahun. Hanya saja,
i. Memiliki kemampuan 60,40+ 74,47+ penelitian ini hanya menemukan 7,5 persen ibu
terhadap kesadaran diri 32,69 26,32 yang memiliki kepuasan perkawinan yang tinggi
Dimensi anak total 64,93+ 79,85+ atau baik.
17,09 12,03
Tugas perkembangan keluarga 67,30 + 11,20 Tabel 3 Sebaran kategori kepuasan
total perkawinan ibu
Kategori Kepuasan Perkawinan n %
Kepuasan Perkawinan Rendah (0,0-60,0) 38 31,7
Sedang (61,0-80,0) 73 60,8
Hasil analisis variabel kepuasan perkawinan Tinggi (81,0-100,0) 9 7,5
responden yang ditunjukkan pada Tabel 2 Total 120 100,0
bahwa rata-rata capaian keseluruhan dari Minimum-maksimum 30,00 – 88,00
kepuasan perkawinan yaitu sebesar 63,10. Keterangan: n = jumlah, %=persentase
6 RAHMAITA, KRISNATUTI, & YULIATI Jur. Ilm. Kel. & Kons.
Hubungan Karakteristik Keluarga dan Tugas Pengaruh Karakteristik Keluarga dan Tugas
Perkembangan Keluarga dengan Kepuasan Perkembangan Keluarga terhadap
Perkawinan Kepuasan Perkawinan Ibu
Hasil uji hubungan menunjukkan bahwa tugas Hasil uji analisis regresi menunjukkan nilai
perkembangan keluarga dimensi orang tua Adjusted R Square sebesar 0,247. Hasil ini
mempunyai hubungan positif dengan berarti bahwa model ini mampu menjelaskan
pendapatan per kapita dan usia ayah. Artinya, pengaruh karakteristik keluarga dan tugas
semakin tinggi pendapatan per kapita keluarga perkembangan keluarga (dimensi orang tua
dan semakin tinggi usia ayah maka semakin dan dimensi anak) terhadap kepuasan
baik tugas perkembangan keluarga dimensi perkawinan ibu sebesar 24,7 persen.
orang tua. Sementara itu, tugas perkembangan Sementara itu, sisanya sebanyak 75,3 persen
keluarga dimensi anak berhubungan positif dipengaruhi variabel lain yang tidak terdapat
signifikan dengan usia ibu, usia ayah, dan lama dalam model. Hasil analisis juga menunjukkan
pernikahan. Hasil ini dapat diartikan bahwa bahwa tugas perkembangan dimensi orang tua
semakin tinggi usia ibu dan ayah serta semakin berpengaruh positif dan signifikan terhadap
lama pernikahan maka semakin baik pula tugas kepuasan perkawinan (β=0,364, p=0,000). Hal
perkembangan anaknya. ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan
capaian tugas perkembangan dimensi orangtua
Selain itu, usia ibu, usia ayah, pendidikan ibu, menyebabkan peningkatan tingkat kepuasan
dan lama pernikahan mempunyai hubungan perkawinan yang dimiliki ibu. Selain itu, tugas
positif terhadap kepuasan perkawinan. Artinya, perkembangan dimensi anak juga berpengaruh
semakin tinggi usia ayah dan ibu, pendidikan terhadap kepuasan perkawinan ibu (β=0,224,
ibu, dan semakin lama pernikahan maka p=0,026). Hal ini menunjukkan bahwa semakin
kepuasan perkawinan juga semakin meningkat baik capaian tugas perkembangan dimensi
atau baik. Hasil analisis juga menunjukkan anak, maka tingkat kepuasan perkawinan ibu
terdapat hubungan yang positif signifikan akan semakin meningkat. Hasil analisis
antara tugas perkembangan keluarga dimensi pengaruh karakteristik keluarga dan tugas
orang tua dan dimensi anak dengan kepuasan perkembangan keluarga terhadap kepuasan
perkawinan. Temuan tersebut menegaskan perkawinan disajikan pada Tabel 5.
bahwa semakin baik tugas perkembangan
keluarga baik dari dimensi orang tua maupun Tabel 5 Hasil uji pengaruh karakteristik
anak maka semakin tinggi kepuasan keluarga dan tugas perkembangan
perkawinan yang dirasakan oleh ibu (Tabel 4). keluarga terhadap kepuasan
perkawinan
Tabel 4 Hasil uji hubungan karakteristik Kepuasan perkawinan
keluarga, tugas perkembangan Variabel β
keluarga, dan kepuasan perkawinan B Sig.
(Beta)
Tugas Konstanta 16,598 0,044
Perkembangan Usia ibu (tahun) 0,285 0,103 0,249
Kepuasan
Variabel Keluarga Pendidikan ibu
Perkawinan 0,705 0,131 0,156
Dimensi Dimensi (tahun)
Status bekerja ibu
orang tua Anak 0,075 0,003 0,975
(1=bekerja, 0=tidak)
Usia ibu 0,162 0,316** 0,269** Usia anak (tahun) -0,298 -0,149 0,139
Pendidikan ibu 0,117 0,036 0,203* Pendapatan per
Status 0,168 -0,083 0,076 -2,113 -0,009 0,929
kapita (Rp/bulan)
Bekerja ibu Lama pernikahan
0,748 0,118 0,201
Usia ayah 0,192* 0,387** 0,285** (tahun)
Pendidikan 0,142 -0,011 0,161 Tugas
ayah perkembangan 0,335 0,364 0,000**
dimensi orang tua
Pendapatan 0,267** -0,074 0,133
Tugas
per kapita perkembangan 0,173 0,224 0,026*
Lama 0,138 0,288** 0,185* dimensi anak
pernikahan F 5,872
Dimensi - 0,250** 0,443** Sig. 0,000
orang tua R Square 0,297
Dimensi anak - - 0,313** Adjusted R Square 0,247
Keterangan: *signifikan pada p<0,05; **signifikan pada Keterangan: *signifikan pada p<0,05; **signifikan pada
p<0,0 p<0,01
Vol. 9, 2016 KEPUASAN PERKAWINAN IBU YANG BARU MEMILIKI ANAK PERTAMA 7
dalam suatu hubungan. Beberapa studi juga lebih tinggi dibandingkan dengan yang menikah
telah banyak menyebutkan bahwa adanya di atas lima tahun. Hal ini mungkin dapat
hubungan yang positif antara religiusitas disebabkan pasangan yang baru menikah di
dengan kepuasan perkawinan (Dudley & bawah usia pernikahan lima tahun masih
Kosinski, 1990; Filsinger & Wilson, 1984; berada pada tahap awal perkawinan. Penelitian
Oluwole & Adebayo, 2008; Ardhianita & lebih awal menunjukkan bahwa kepuasan
Andayani, 2004). Hal ini juga didukung perkawinan memperlihatkan hasil yang tidak
Mahoney (1999) diacu dalam Bradburry, konsisten, maka masih ada hal-hal yang
Fincham, dan Beach (2000) yang menyatakan diperdebatkan dalam literatur-literatur tersebut
adanya korelasi positif antara kepuasan (Clements & Swensen, 2000). Penelitian yang
perkawinan dengan partisipasi religius. dilakukan Burr (1970) menunjukkan bahwa
Kepuasan perkawinan dapat diprediksi dengan pada saat mengalami penurunan dalam masa
semakin baiknya ibadah keluarga, orientasi dua puluh tahun pertama setelah perkawinan
religius yang sesuai dengan pasangan, dan kemudian akan meningkat kembali di tahun-
kedatangan ke tempat ibadah. tahun berikutnya mengikuti kurva U. White,
Booth, dan Edwards (1985) juga menemukan
Selanjutnya, rata-rata capaian kepuasan dalam penelitian mereka bahwa kepuasan
perkawinan ibu yang juga tinggi yaitu perkawinan dialami paling tinggi pada saat awal
kesetaraan peran. Hal ini sesuai dengan pernikahan, lalu menurun secara bertahap di
pernyataan istri yang merasakan kepuasan tahun-tahun selanjutnya. Penelitian Vaillant dan
adalah apabila istri dapat memenuhi perannya Vaillant (1993) juga menunjukkan bahwa
dalam mengerjakan tugas rumah tangga, dan lamanya pernikahan tidak cukup prediktif bagi
di lain pihak suami juga berpartisipasi dalam munculnya kebahagiaan perkawinan yang
mengerjakan tugas rumah tangga (Khwaja & dirasakan oleh para istri.
Habib, 2007). Kesetaraan peran dapat
berlangsung dengan baik apabila ada Hasil uji hubungan juga menemukan bahwa
pembagian peran di dalam keluarga. Sesuai pasangan yang berpendidikan cenderung
dengan pernyataan Puspitasari, Puspitawati, menciptakan equalitarian marriage, yaitu
dan Herawati (2013) bahwa pembagian peran menciptakan kesempatan yang sama antara
dan kotribusi anggota keluarga sangat suami dan istri untuk bertanggung jawab. Hal
dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan ini sejalan dengan penelitian Glenn dan
dalam menjalankan fungsi keluarga menuju Weaver (1988), yang menjelaskan bahwa
terwujudnya tujuan keluarga. Suami dan istri perbedaan tingkat pendidikan memengaruhi
bersepakat dalam membagi peran dan tugas kemampuan individu dalam memenuhi
sehari-hari, bertanggung jawab terhadap peran kebutuhan, keinginan, dan aspirasinya. Hal ini
dan tugasnya masing-masing, dan saling berarti semakin tinggi pendidikan ibu semakin
menjaga komitmen. Hal ini sejalan dengan jelas wawasannya sehingga persepsi terhadap
Saginak (2005) yang menyatakan kepuasan diri dan kehidupan pernikahannya menjadi
perkawinan berhubungan dengan cara semakin baik.
pasangan bernegosiasi untuk membagi tugas
pekerjaan rumah, mencari nafkah, dan Sejalan dengan hasil uji hubungan, hasil uji
tanggung jawab antara suami dan istri. regresi pada penelitian ini juga menegaskan
pengaruh yang nyata dari tugas perkembangan
Hasil analisis hubungan menemukan bahwa keluarga yang terpenuhi dengan baik, baik
bahwa semakin lama pernikahan ayah dan ibu pada dimensi anak dan orang tua, terhadap
maka semakin baik tugas perkembangan kepuasan perkawinan ibu. Hasil ini sesuai
keluarga. Hasil lain menemukan bahwa dengan pernyataan Kapinus dan Johnson
semakin lama pernikahan yang telah dijalani (2003) yang menyatakan bahwa pemenuhan
maka kepuasan perkawinan semakin tugas perkembangan keluarga berhubungan
meningkat. Hal ini sejalan dengan penelitian positif dengan kepuasan perkawinan. Artinya,
Glenn dan Weaver (1990) yang menemukan peningkatan tugas perkembangan keluarga
bahwa lama pernikahan memengaruhi yang dijalankan akan menyebabkan
kepuasan perkawinan seseorang. Penelitian peningkatan kepuasan perkawinan dalam
Greenstein (1996) menemukan bahwa wanita keluarga. Hal ini juga didukung oleh Rostami
yang masa pernikahannya semakin lama maka (2013) yang menyebutkan bahwa pemenuhan
pernikahannya semakin stabil. Hasil penelitian tugas perkembangan keluarga yang baik
ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang berhubungan dengan kepuasan perkawinan,
dilakukan oleh Rini & Retnaningsih (2007) dan kepuasan perkawinan yang baik akan
bahwa pasangan yang menikah di bawah lima memengaruhi kualitas hidup. Dalam penelitian
tahun memiliki kepuasan perkawinan yang ini tidak ada satupun dari variabel karakteristik
Vol. 9, 2016 KEPUASAN PERKAWINAN IBU YANG BARU MEMILIKI ANAK PERTAMA 9