Anda di halaman 1dari 20

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan

Makhluk Sosial.
Manusia Sebagai Makhluk Individu
Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in salah satunya mengandung pengertian tidak,
sedangkan devided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau satu kesatuan. Dalam bahasa latin
individu berasal dari kata individium yang berarti yang tak terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat
dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan tak terbatas.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan
jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya.
Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individi
ada unsur jasmani dan rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya.
Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang persis sama. Dari sekian
banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Seorang individu adalah perpaduan
antara faktor fenotip dan genotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan
faktor keturunan, dibawa individu sejak lahir. Kalau seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat
yang dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor
lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang
khas dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Ligkungan fisik
seperti kondisi alam sekitarnya. Lingkungan sosial, merujuk pada lingkungan di mana eorang individu
melakukan interaksi sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan anggota keluarga, dengan teman, dan
kelompok sosial yang lebih besar.
Karakteristik yang khas dari seeorang dapat kita sebut dengan kepribadian. Setiap orang memiliki kepribadian
yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan genotip)dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling
berinteraksi terus-menerus.
Menurut Nursid Sumaatmadja (2000), kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu yang merupakan hasil
interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fiskal (fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian
situasi lingkungan, yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mental psikologisnya, jika
mendapat rangsangan dari lingkungan. Dia menyimpulkan bahwa faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan
dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seeorang.

Manusia Sebagai Makhluk Sosial


Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang
berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia
sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang
dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya
manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga
karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain,
manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia.
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang
lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh
potensi kemanusiaannya.
DAPAT DISIMPULKAN, BAHWA MANUSIA DIKATAKAN SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL, KARRENA BEBERAPA ALASAN, YAITU:
a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
B. Interaksi Sosial dan Sosialisasi
1. Interaksi Sosial
Kata interaksi berasal dari kata inter dan action. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik saling
mempengaruhi antara individu, kelompok sosial, dan masyarakat.
Interaksi adalah proses di mana orang-oarang berkomunikasi saling pengaruh mempengaruhi dala pikiran
danb tindakana. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam kehidupan sehari-hari tidaklah lepas dari
hubungan satu dengan yang lain.
Interaksi sosial antar individu terjadi manakala dua orang bertemu, interaksi dimulai: pada saat itu mereka
saling menegeur, berjabat tangan, saling berbicara, atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas
semacam itu merupakan bentuk-bentuk dari interaksi sosial.
INTERAKSI SOSIAL TERJADI DENGAN DIDASARI OLEH FAKTOR-FAKTOR SEBAGAI BERIKUT
1. Imitasi adalah suatu proses peniruan atau meniru.
2. Sugesti adalah suatu poroses di mana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau peduman-
pedoman tingkah laku orang lain tanpa dkritik terlebih dahulu. Yang dimaksud sugesti di sini adalah
pengaruh pysic, baik yang datang dari dirinya sendiri maupuhn dari orang lain, yang pada umumnya diterima
tanpa adanya kritik. Arti sugesti dan imitasi dalam hubungannya, dengan interaksi sosial adalaha hampir sama.
Bedanya ialah bahwa imitasi orang yang satu mengikuti salah satu dirinya, sedangkan pada sugesti seeorang
memberikan pandangan atau sikap dari dirinya, lalu diterima oleh orang lain di luarnya.
3. Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identi (sama) dengan orang lain, baik secara
lahiriah maupun batiniah.
4. Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Simpati timbul tidak atas dasar
logis rasional, melainkan berdasarkan penilain perasaan seperti juga pada proses identifikasi.

Pengembangan Manusia Sebagai


Makhluk Individu, Sosial, Susila, dan
Religius Dalam Bingkai Pendidikan
Manusia sebagai makhluk Tuhan adalah makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial, susila, dan religius. Sifat
kodrati manusia sebagai makhluk pribadi, sosial, susila, dan religii harus dikembangkan secara seimbang,
selaras, dan serasi. Perlu disadari bahwa manusia hanya mempunyai arti dalam kaitannya dengan manusia lain
dalam masyarakat. Manusia mempunyai arti hidup secara layak jika ada diantara manusia lainnya. Tanpa ada
manusia lain atau tanpa hidup bermasyarakat, seseorang tidak dapat menyelenggarakan hidupnya dengan
baik.
Guna meningkatkan kualitas hidup, manusia memerlukan pendidikan, baik pendidikan yang formal, informal
maupun nonformal. Dalam kenyataannya, manusia menunjukkan bahwa pendidikan merupakan
pembimbingan diri sudah berlangsung sejak zaman primitif. Kegiatan pendidikan terjadi dalam hubungan
orangtua dan anak.
John A. Laska, mengemukakan pengertian pendidikan sebagai berikut :
Education is one of the most important activities in which human beings engange. It is by
means of the educative process and its role intransmitting the cultural heritage from one
generation to the next that human societies are able to meintein their existence. But
education does more than just help us to keep the kind of society we already have; it is also
one of the major ways in which people try to change or improve their societies…..

A. Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Individu


Sebagai makhluk individu yang menjadi satuan terkecil dalam suatu organisasi atau kelompok, manusia harus
memiliki kesadaran diri yang dimulai dari kesadaran pribadi di antara segala kesadaran terhadap segala
sesuatu. Kesadaran diri tersebut meliputi kesadaran diri di antara realita, self-respect, self-narcisme, egoisme,
martabat kepribadian, perbedaan dan persamaan dengan pribadi lain, khususnya kesadaran akan potensi-
potensi pribadi yang menjadi dasar bagi self-realisation.
Sebagai makhluk individu, manusia memerlukan pola tingkah laku yang bukan merupakan tindakan instingtif
belaka. Manusia yang biasa dikenal dengan Homo sapiens memiliki akal pikiran yang dapat digunakan untuk
berpikir dan berlaku bijaksana. Dengan akal tersebut, manusia dapat mengembangkan potensi-potensi yang
ada di dalam dirinya seperti, karya, cipta, dan karsa. Dengan pengembangan potensi-potensi yang ada,
manusia mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia seutuhnya yaitu makhluk ciptaan Tuhan yang
paling sempurna.
Perkembangan manusia secara perorangan pun melalui tahap-tahap yang memakan waktu puluhan atau
bahakan belasan tahun untuk menjadi dewasa. Upaya pendidikan dalam menjadikan manusia semakin
berkembang. Perkembangan keindividualan memungkinkan seseorang untuk mengmbangkan setiap potensi
yang ada pada dirinya secara optimal.
Sebagai makhluk individu manusia mempunyai suatu potensi yang akan berkembang jika disertai dengan
pendidikan. Melalui pendidikan, manusia dapat menggali dan mengoptimalkan segala potensi yang ada pada
dirinya. Melalui pendidikan pula manusia dapat mengembangkan ide-ide yang ada dalam pikirannya dan
menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari yang dapat meningkatkan kualitas hidup manusia itu sendiri.

B. Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Sosial


Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan untuk
bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia adalah selalu ingin berhubungan
dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi yang interdependensi. Di dalam kehidupan manusia
selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga suatu kesatuan hidup, warga masyarakat, dan warga negara. Hidup
dalam hubungan antaraksi dan interdependensi itu mengandung konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam
arti positif maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus watak
manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi antarindividu. Tiap-tiap pribadi harus rela
mengorbankan hak-hak pribadi demi kepentingan bersama Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang
luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Pada zaman modern
seperti saat ini manusia memerlukan pakaian yang tidak mungkin dibuat sendiri.
Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai perasaaan emosional yang ingin
diungkapkan kepada orang lain dan mendapat tanggapan emosional dari orang lain pula. Manusia
memerlukan pengertian, kasih saying, harga diri pengakuan, dan berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan
emosional tersebut hanya dapat diperoleh apabila manusia berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain
dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat.
Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas yang dapat menjadikannya lebih baik.
Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang khas yang dimiliki oleh manusia. Imanuel Kant
mengatakan, "manusia hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan". Jadi jika manusia tidak dididik maka
ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas dan dibenarkan oleh
hasil penelitian terhadap anak terlantar. Hal tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan
kontribusi bagi pembentukan pribadi seseorang.
Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa disamping manusia hidup bersama demi
memenuhi kebutuhan jasmaniah, manusia juga hidup bersama dalam memenuhi kebutuhan rohani.

C. Pengembangan manusia sebagai makhluk Susila


Aspek kehidupan susila adalah aspek ketiga setelah aspek individu dan sosial. Manusia dapat menetapkan
tingkah laku yang baik dan yang buruk karena hanya manusia yang dapat menghayati norma-norma dalam
kehidupannya.
Dalam proses antar hubungan dan antaraksi itu, tiap-tiap pribadi membawa identitas dan kepribadian masing-
masing. Oleh karena itu, keadaan yang yang cukup bermacam-macam akan terjadi berbagai konsekuensi
tindakan-tindakan masing-masing pribadi.
Kehidupan manusia yang tidak dapat lepas dari orang lain, membuat orang harus memiliki aturan-aturan
norma. Aturan-aturantersebut dibuat untuk menjadikan manusia menjadi lebih beradab. Menusia akan lebih
menghargai nilai-nilai moral yang akan membawa mereka menjadi lebih baik.
Selain aturan-aturan norma, manusia juga memerlukan pendidikan yang dapat digunakan sebagai sarana
mencapai kemakmuran dan kenyamanan hidup. Pendidikan dapat menjadikan manusia seutuhnya. Dengan
pendidikan, manusia dapat mengerti dan memahami makna hidup dan penerapannya.
Melalui pendidikan kita harus mampu menciptakan manusia yang bersusila, karena hanya dengan pendidikan
kita dapat memanusiakan manusia. Melalui pendidikan pula manusia dapat menjadi lebih baik daripada
keadaan sebelumnya. Dengan pendidikan ini, manusia juga dapat melaksanakan dengan baik norma-norma
yang ada dalam suatu masyarakat. Manusia akan mematuhi norma-norma yang ada dalam masyarakat jika
diberikan pendidikan yang tepat.
Dengan demikian, kelangsungan kehidupan masyarakat tersebut sangat tergantung pada tepat tidaknya suatu
pendidikan mendidik seorang manusia mentaati norma, nilai dan kaidah masyarakat. Jika tidak maka manusia
akan melakukan penyimpangan terhadap norma-norma yang telah disepakati bersama oleh masyarakat.

D. Pengembangan Manusia Sebagai Mahluk Religius


Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Kuasa di muka bumi ini sebagai makhluk yang paling sempurna
dibandingkan dengan makhluk lain. Melalui kesempurnaannya itu manusia bisa berpikir, bertindak, berusaha,
dan bisa menentukan mana yang benar dan baik. Di sisi lain, manusia meyakini bahwa dia memiliki
keterbatasan dan kekurangan. Mereka yakin ada kekuatan lain, yaitu Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta. Oleh
sebab itu, sudah menjadi fitrah manusia jika manusia mempercayai adanya Sang Maha Pencipta yang
mengatur seluruh sistem kehidupan di muka bumi.
Dalam kehidupannya, manusia tidak bisa meninggalkan unsur Ketuhanan. Manusia selalu ingin mencari
sesuatu yang sempurna. Dan sesuatu yang sempurna tersebut adalah Tuhan. Hal itu merupakan fitrah manusia
yang diciptakan dengan tujuan untuk beribadah kepada Tuhannya.
Oleh karena fitrah manusia yang diciptakan dengan tujuan beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk
beribadah kepada Tuhan pun diperlukan suatu ilmu. Ilmu tersebut diperoleh melalui pendidikan. Dengan
pendidikan, manusia dapat mengenal siapa Tuhannya. Dengan pendidikan pula manusia dapat mengerti
bagaimana cara beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Melalui sebuah pendidikan yang tepat, manusia akan menjadi makhluk yang dapat mengerti bagaimana
seharusnya yang dilakukan sebagai seorang makhluk Tuhan. Manusia dapat mengembangkan pola pikirnya
untuk dapat mempelajari tanda-tanda kebesaran Tuhan baik yang tersirat ataupu dengan jelas tersurat dalam
lingkungan sehari-hari.
Maka dari keseluruhan perkembangan itu menjadi lengkap dan utuh dalam setiap sisinya, baik dari sisi
individu, sosial, susila, maupun religius. Keutuhan dari setiap sisi tersebut dapat menjadikan manusia menjadi
makhluk yang lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan makhluk-makhluk Tuhan yang lain.
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU

Pengertian Individu
Individu berasal dari kata latin individuum yang artinya tidak terbagi.. individu menekankan penyelidikan
kepada kenyataan-kenyataan hidup yang istimewa dan seberapa mempengaruhi kehidupan manusia (Abu
Ahmadi, 1991: 23). Individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tidak dapat dibagi,
melainkan sebagi kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia perseorangan.

Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas di dalam lingkungan
sosialnya,malainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Terdapat tiga aspek
yang melekat sebagai persepsi terhadap individu, yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis-rohaniah, dan
aspek-sosial yang bila terjadi kegoncangan pada suatu aspek akan membawa akibat pada aspek yang lainnya.
Individu dalam tingkah laku menurut pola pribadinya ada 3 kemungkinan: pertama menyimpang dari norma
kolektif kehilangan individualitasnya, kedua takluk terhadap kolektif, dan ketiga memengaruhi masyarakat
(Hartomo, 2004: 64).

Individu tidak akan jelas identitasnya tanpa adanya suatu masyarakat yng menjadi latar belakang
keberadaanya. Individu berusaha mengambil jarak dan memproses dirinya untuk membentuk perilakunya
yang selaras dengan keadaan dan kebiasaan yang sesuai dengan perilaku yang telah ada pada dirinya.

Manusia sebagai individu salalu berada di tengah-tengah kelompok individu yang sekaligus mematangkannya
untuk menjadi pribadi yang prosesnya memerlukan lingkungan yang dapat membentuknya pribadinya. Namun
tidak semua lingkungan menjadi faktor pendukung pembentukan pribadi tetapi ada kalanya menjadi
penghambat proses pembentukan pribadi.
Perkembangan Individu

Manusia pada waktu lahir tampaknya sangat lemah namun bayi mempunyai banyak kemungkinan untuk
berkembang. Bayi berproses menjadi anak dan anak akan berkembang menjadi dewasa. Prinsip-prinsip
perkembangan pada manusia adalah sebagai berikut:

1) Perkembangan mengikuti pola-pola tertentu dan berlangsung secara teratur.


2) Perkembangan menuju diferensiasi dan integrasi dari gerakan-gerakan yang bersifat masal menuju gerakan-
gerakan khusus.

3) Pertumbuhan dan perkembangan tidak terjadi secara tiba-tiba tetapi berlangsung secara berangsur-angsur
secara teratur dan terus-menerus.
4) Suatu tingkat perkembangan dipengaruhi oleh sifat perkembangan sebelumnya.
5) Perkembangan antara anak satu berbeda dengan anak lain, baik dalam perkem-bangan masing-masing
aspek kejiwaannya maupun cepat atau lambatnya perkembangan tersebut (Hartomo, 2004: 69).

Pengaruh lingkungan masyarakat terhadap individu dan khususnya terhadap pembentukan individualitasnya
adalah besar, namun sebaliknya individu pun berkemampuan untuk mempengaruhi masyarakat. Kemampuan
individu merupakan hal yang utama dalam hubungannya dengan manusia.
Secara kodrati, manusia tidak bisa terlepas dari dunia egoisitasnya,yang kemudian lebih lanjut menjadikan
manusia sebagai makhlukindividu. Dalam dunia individu ini, manusia terdiri dari dua dimensi,yaitu: fisik dan
psikis. Secara fisik, manusia adalah makhluk kasat matayang tidak bisa terlepas dari penglihatan manusia
lainnya. Sehinggamanusia perlu menunjukkan sikap-sikap individual yang terpuji sehinggadapat menjadikan
orang lain bahagia dalam bersanding dengannya. Meskisecara fisik, manusia perlu faktor-faktor penunjang
seperti Sandang,Pangan dan Papan.38 Akan tetapi itu bukanlah sepenuhnya menjadiukuran, karena selain sisi
fisik, manusia juga dilengkapi dengan dimensipsikis.Dalam sisi psikis manusia, terbekali dengan cipta, rasa
dankarsa.39 Inilah yang menjadikan kebebasannya untuk berkreatif sesuaidengan kehendak egoisitasnya.
Akan tetapi kebebasan individual jugaterhalangi oleh kebebasan individua lainnya. Ciri psikologis individual
iniadalah ciri kepribadian yang khas, unik dan hanya terdapat pada diriindividu itu sendiri dan tidak terdapat
pada individu lainnya. Ciriindividual itu berupa isi atau proses kejiwaan yang actual seperti kualitas dan
intensitas rasa ke-Tuhanan, isi pikiran dan buah pikiran seseorangpada saat tertentu. Sudah menjadi keyakinan
semua orang bahwa masing-masingindividu memiliki karakteristik yang berbeda. Dalam dunia pendidikanjuga
berlaku pernyataan seperti ungkapan di atas, sebab menurut tinjauanpsikologis setiap anak memiliki
perbedaan dengan yang lainnya. “Tak adadua orang di dunia ini yang benar-benar sama dalam segala hal,
sekalipunmereka kembar”. Tidak heran bila seseorang yang menyatakan bahwa “anak kembaritu serupa tapi
tak sama”. Artinya, dalam hal-hal tertentu anak kembarmemiliki kesamaan dan perbedaan.”Individu disini,
mempunyai pengertian yaitu suatu kesatuan yangmasing-masing memiliki ciri khasnya, dan karena itu tidak
ada duaindividu sama, satu dengan yang lainnya berbeda.Individu sebagaimanusia, merupakan orang-orang
yang memiliki pribadi/ jiwa sendiri.44Perbedaan individu dapat dilihat dari dua segi, yakni. Segihorizontal dan
segi vertikal. Dari segi horizontal, setiap individu berbedadengan individu lainnya dalam aspek mental, seperti:
tingkat kecerdasan Abilities, minat, ingatan, emosi, kemauan dan sebagainya. Dari segivertikal, tidak ada dua
individu yang sama dalam aspek jasmani sepertibentuk ukuran, kekuatan, dan daya tahan tubuh.Perbedaan itu
masing-masing memiliki keuntungan dankelemahan. Ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya
perbedaanindividu, yaitu:1) Faktor warisan keturunan.Keturunan merupakan faktor pertama yang
mempengaruhiperkembangan individu. Dalam hal ini keturunan diartikan sebagai“Totalitas karakteristik
individu yang diwariskan orang tua kepadaanak, atau segala potensi, baik fisik, maupun psikis yang dimiliki
sejakmasa konsepsi (masa pembuahan ovum oleh sperma) sebagaipewarisan dari pihak orang tua melalui gen-
gen.”KH. E. Z Muttaqin, mengatakan bahwa anak harus diberikanpendidikan sedini mungkin, bahkan sejak
kedua orang tuanyamemasuki jenjang perkawinan, harus sudah mengkalkulasikanbagaimana anak-anak yang
akan mereka lahirkan nanti. Ketika suamiistri bergaul sudah diawali dengan do’a agar dengan do’a itu
setantidak ikut campur (ovum/mani) yang disimpan dalam rahin istri bukanterdiri dari bahan-bahan jasmaniah
semata, tetapi juga terkandung benih watak dan tabiat calon anak. Makanan ibu yang mengandungakan
vitamin anak. Demikian juga kelakuan ibu dan bapak akanmenjadi vitamin juga calon anak.2) Faktor pengaruh
lingkunganLingkungan adalah segala hal yang mempengaruhi individu,sehingga individu itu ikut terlibat atau
terpengaruh karenanya.Semenjak masa konsepsi dan masa-masa selanjutnya, perkembanganindividu
dipengaruhi oleh mutu makanan yang diterimanya,temperatur udara sekitarnya, suasana dalam lingkungan,
sikap-sikaporang sekitar, hubungan dengan sekitarnya, suasana dalam lingkungan,sikap-sikap orang sekitar,
hubungan dengan sekitarnya, suasanapendidikannya (informal, formal, nonformal). Dengan kata lain,individu
akan menerima pengaruh dari lingkungan, memberi contohkepada lingkungan, mencontoh atau belajar
tentang berbagai hal darilingkungan.
Lingkungan terbagi menjadi tiga bagian, meliputi:a) Lingkungan KeluargaKeluarga memiliki peranan yang
sangat penting dalammengembangkan pribadi anak. Perawatan orang tua yang penuhkasih sayang, dan
pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baikagama maupun sosial budaya yang diberikan merupakan faktor
yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dananggota masyarakat yang sehat.b) Lingkungan
SekolahSekolah merupakan lembaga pendidikan formal yangsecara sistematik melaksanakan program
bimbingan, pengajaran,dan pelatihan dalam membantu siswa agar mampumengembangkan potensinya, baik
yang menyangkut aspek moral,spiritual, intelektual, emosional ataupun sosial.Mengenai peranan sekolah
dalam mengembangkankepribadian anak, Hurlock mengemukakan bahwa sekolahmerupakan faktor penentu
bagi perkembangan kepribadian (anak)siswa, baik dalam cara berfikir, bersikap maupun berperilaku.Sekolah
berperan sebagai subtitusi keluarga, dengan subtitusiorang tua.Ada beberapa alasan, mengapa sekolah
memainkanperanan yang berarti bagi perkembangan kepribadian anak, yaitu:· Para siswa harus hadir di
sekolah· Sekolah memberikan pengaruh kepada anak secara dini, seiringdengan masa perkembangan “konsep
dirinya”.· Anak-anak banyak menghabiskan waktunya di sekolah daripada di tempat lain di luar rumah.50·
Sekolah memberikan kesempatan kepada siswa untuk meraihsukses.· Sekolah memberikan kesempatan
pertama kepada anak untukmenilai dirinya, dan kemampuannya secara realistik.c) Lingkungan teman
sebayaKelompok teman sebaya sebagai lingkungan sosial remaja,(siswa) mempunyai peranan yang cukup
penting bagiperkembangan kepribadiannya. Di sini, sosok teman adalahseseorang yang juga memiliki peranan
yang cukup dominan dalammembentuk karakter seseorang. Fenomena seperti ini sudahtergambar dalam
sebuah syair dalam kitab Ta’lim yang artinya“Jangan kau tanya “siapa dia?”, cukup kau tahu siapa
temannya.Sungguh siapapun orangnya jua pasti berwatak sepertitemannya”.Banyak hasil penelitian
menunjukkan, bahwa faktor utama yangmenentukan daya tarik interpersonal antara remaja adalah
kesamaandalam, minat, nilai- nilai, pendapat, dan sifat-sifat kepribadian. Penelitiankandal, menunjukkan
bahwa karakteristik dipengaruhi oleh kesamaan:usia, jenis kelamin, ras. Sedangkan di sekolah meliputi:
Harapan/aspirasipendidikan, nilai (prestasi belajar), tugas dan sebagainya. Individu adalah satu hal yang unik
dengan segala kelebihan dankekurangannya, dan ini yang seharusnya dikembangkan guna sebagaibekal dalam
hidup yang lebih luas dalam social kemasyarakatan. Pemaaf,baik hati, rasional, pemalu, pemarah adalah ciri-
ciri yang sering disebutsebagai sifat-sifat individual. Dari sinilah, manusia perlu bersikap bijak -secara
individual- agar tidak melangkahi hak-hak azasi manusia lainnya.Kemudian, prilaku teladan yang seharusnya
dikembangkan dalamketerkaitan manusia sebagai makhluk individu adalah: selalu menjagakeindahan diri
dengan kesungguhan iman dan taqwa yang kemudianterpancar dalam kebajikan dan kehalusan budi dalam
berkehidupan dijagad raya, sebagaimana ciri sikap keimanan dan ketaqwaan yang selalumenjaga keselarasan
keindahan bergaul dengan Tuhan dan sesama umatmanusia, sebagaimana dalam Q.S. al-Mukminun ayat 1-5

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL


KARAKTERISTIK MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL
Telah berabad-abad konsep manusia sebagai makhluk sosial itu ada yang menitik beratkan pada pengaruh
masyarakat yang berkuasa kepada individu. Dimana memiliki unsur-unsur keharusan biologis, yang terdiri dari:

Dorongan untuk makan

Dorongan untuk mempertahankan diri

Dorongan untuk melangsungkan jenis

Dari tahapan diatas menggambarkan bagaimana individu dalam perkembangannya sebagai seorang makhluk
sosial dimana antar individu merupakan satu komponen yang saling ketergantungan dan membutuhkan.
Sehingga komunikasi antar masyarakat ditentukan oleh peran oleh manusia sebagai makhluk sosial.
Dalam perkembangannya manusia juga mempunyai kecenderungan sosial untuk meniru dalam arti
membentuk diri dengan melihat kehidupan masyarakat yang terdiri dari :

penerimaan bentuk-bentuk kebudayaan, dimana manusia menerima bentuk-bentuk pembaharuan yang


berasal dari luar sehingga dalam diri manusia terbentuk sebuah pengetahuan.

penghematan tenaga dimana ini adalah merupakan tindakan meniru untuk tidak terlalu menggunakan banyak
tenaga dari manusia sehingga kinerja mnausia dalam masyarakat bisa berjalan secara efektif dan efisien.

Pada umumnya hasrat meniru itu kita lihat paling jelas di dalam ikatan kelompok tetapi juga terjadi didalam
kehidupan masyarakat secara luas. Dari gambaran diatas jelas bagaimana manusia itu sendiri membutuhkan
sebuah interaksi atau komunikasi untuk membentuk dirinya sendiri malalui proses meniru. Sehingga secara
jelas bahwa manusia itu sendiri punya konsep sebagai makhluk sosial.

Yang menjadi ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk interaksi sosial
didalam hubugannya dengan makhluk sosial lainnya yang dimaksud adalah dengan manusia satu dengan
manusia yang lainnya. Secara garis besar faktor-faktor personal yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri
dari tiga hal yakni :

J Tekanan emosional. Ini sangat mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain.

J Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi manusia yang direndahkan maka akan
memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan orang lain karena kondisi tersebut dimana orang yang
direndahkan membutuhkan kasih saying orang lain atau dukungan moral untuk membentuk kondisi seperti
semula.

J Isolasi sosial. Orang yang terisolasi harus melakukan interaksi dengan orang yang sepaham atau sepemikiran
agar terbentuk sebuah interaksi yangharmonis.

Manusia Sebagai Makhluk Sosial dan


Budaya
Norma sosial
Norma sosial adalah kebiasaan umum yang menjadi patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat dan
batasan wilayah tertentu. Norma akan berkembang seiring dengan kesepakatan-kesepakatan sosial
masyarakatnya, sering juga disebut dengan peraturan sosial. Norma menyangkut perilaku-perilaku yang pantas
dilakukan dalam menjalani interaksi sosialnya. Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat memaksa
individu atau suatu kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk. Pada dasarnya,
norma disusun agar hubungan di antara manusia dalam masyarakat dapat berlangsung tertib sebagaimana
yang diharapkan.

Norma tidak boleh dilanggar. Siapa pun yang melanggar norma atau tidak bertingkah laku sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam norma itu, akan memperoleh hukuman. Misalnya, bagi siswa yang terlambat
dihukum tidak boleh masuk kelas, bagi siswa yang mencontek pada saat ulangan tidak boleh meneruskan
ulangan.

Norma merupakan hasil buatan manusia sebagai makhluk sosial. Pada awalnya, aturan ini dibentuk secara
tidak sengaja. Lama-kelamaan norma-norma itu disusun atau dibentuk secara sadar. Norma dalam masyarakat
berisis tata tertib, aturan, dan petunjuk standar perilaku yang pantas atau wajar.

Karakteristik manusia sebagai makhluk sosial

Telah berabad-abad konsep manusia sebagai makhluk sosial itu ada yang menitik beratkan pada pengaruh
masyarakat yang berkuasa kepada individu. Dimana memiliki unsur-unsur keharusan biologis, yang terdiri dari:
· Dorongan untuk makan

· Dorongan untuk mempertahankan diri

· Dorongan untuk melangsungkan jenis

Dari tahapan diatas menggambarkan bagaimana individu dalam perkembangannya sebagai seorang makhluk
sosial dimana antar individu merupakan satu komponen yang saling ketergantungan dan membutuhkan.
Sehingga komunikasi antar masyarakat ditentukan oleh peran oleh manusia sebagai makhluk sosial.

Dalam perkembangannya manusia juga mempunyai kecenderungan sosial untuk meniru dalam arti
membentuk diri dengan melihat kehidupan masyarakat yang terdiri dari :

penerimaan bentuk-bentuk kebudayaan, dimana manusia menerima bentuk-bentuk pembaharuan yang


berasal dari luar sehingga dalam diri manusia terbentuk sebuah pengetahuan.

penghematan tenaga dimana ini adalah merupakan tindakan meniru untuk tidak terlalu menggunakan banyak
tenaga dari manusia sehingga kinerja mnausia dalam masyarakat bisa berjalan secara efektif dan efisien.

Pada umumnya hasrat meniru itu kita lihat paling jelas di dalam ikatan kelompok tetapi juga terjadi didalam
kehidupan masyarakat secara luas. Dari gambaran diatas jelas bagaimana manusia itu sendiri membutuhkan
sebuah interaksi atau komunikasi untuk membentuk dirinya sendiri malalui proses meniru. Sehingga secara
jelas bahwa manusia itu sendiri punya konsep sebagai makhluk sosial.

Yang menjadi ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk interaksi sosial
didalam hubugannya dengan makhluk sosial lainnya yang dimaksud adalah dengan manusia satu dengan
manusia yang lainnya. Secara garis besar faktor-faktor personal yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri
dari tiga hal yakni :

· Tekanan emosional. Ini sangat mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain.

· Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi manusia yang direndahkan maka akan
memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan orang lain karena kondisi tersebut dimana orang yang
direndahkan membutuhkan kasih saying orang lain atau dukungan moral untuk membentuk kondisi seperti
semula.

· Isolasi sosial. Orang yang terisolasi harus melakukan interaksi dengan orang yang sepaham atau sepemikiran
agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis.

Sosialisasi
Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi
ke generasi lainnya dalam sebuah kelompokatau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai
teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus
dijalankan oleh individu.

Jenis sosialisasi

Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi
sekunder (dalam masyarakat). Menurut Goffmankedua proses tersebut berlangsung dalam institusi total, yaitu
tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi
yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama menjalani hidup
yang terkukung, dan diatur secara formal.
Sosialisasi primer
Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani
individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung
saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal
anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan
orang lain di sekitar keluarganya.

Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak
melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh
warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya.

Sosialisasi sekunder
Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan
individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya
adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang
baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami 'pencabutan' identitas diri yang lama.

[sunting]Tipe sosialisasi
Setiap kelompok masyarakat mempunyai standar dan nilai yang berbeda. contoh, standar 'apakah seseorang
itu baik atau tidak' di sekolah dengan di kelompok sepermainan tentu berbeda. Di sekolah, misalnya,
seseorang disebut baik apabila nilai ulangannya di atas tujuh atau tidak pernah terlambat masuk sekolah.
Sementara di kelompok sepermainan, seseorang disebut baik apabila solider dengan teman atau saling
membantu. Perbedaan standar dan nilai pun tidak terlepas dari tipe sosialisasi yang ada. Ada dua tipe
sosialisasi. Kedua tipe sosialisasi tersebut adalah sebagai berikut.

Formal
Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam
negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.

Informal

Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, seperti antara
teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.

Baik sosialisasi formal maupun sosialisasi informal tetap mengarah kepada pertumbuhan pribadi anak agar
sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di lingkungannya. Dalam lingkungan formal seperti di sekolah,
seorang siswa bergaul dengan teman sekolahnya dan berinteraksi dengan guru dan karyawan sekolahnya.
Dalam interaksi tersebut, ia mengalami proses sosialisasi. dengan adanya proses soialisasi tersebut, siswa akan
disadarkan tentang peranan apa yang harus ia lakukan. Siswa juga diharapkan mempunyai kesadaran dalam
dirinya untuk menilai dirinya sendiri. Misalnya, apakah saya ini termasuk anak yang baik dan disukai teman
atau tidak? Apakah perliaku saya sudah pantas atau tidak?

Meskipun proses sosialisasi dipisahkan secara formal dan informal, namun hasilnya sangat suluit untuk
dipisah-pisahkan karena individu biasanya mendapat sosialisasi formal dan informal sekaligus.

[sunting]Pola sosialisasi
Sosiologi dapat dibagi menjadi dua pola: sosialisasi represif dan sosialisasi partisipatoris. Sosialisasi
represif (repressive socialization) menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain dari
sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan. Penekanan pada
kepatuhan anak dan orang tua. Penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi
perintah, penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dan keinginan orang tua, dan peran keluarga
sebagai significant other. Sosialisasi partisipatoris (participatory socialization) merupakan pola di mana anak
diberi imbalan ketika berprilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam proses
sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan diletakkan pada interaksi dan komunikasi bersifat lisan yang
menjadi pusat sosialisasi adalah anak dan keperluan anak. Keluarga menjadi generalized other.

[sunting]Proses sosialisasi
[sunting]Menurut George Herbert Mead

George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan menlalui tahap-
tahap sebagai berikut.

Tahap persiapan (Preparatory Stage)


Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia
sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai
melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.

Contoh: Kata "makan" yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita diucapkan "mam". Makna kata
tersebut juga belum dipahami tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata
makan tersebut dengan kenyataan yang dialaminya.

Tahap meniru (Play Stage)


Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh
orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang anma diri dan siapa nama orang tuanya,
kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang
diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang
lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang telah
mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi
pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak,
orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (Significant other)

Tahap siap bertindak (Game Stage)


Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan
sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat
sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya
tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini
lawan berinteraksi semakin banyak dan hubunganya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan
teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap
juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di
luar keluarganya.

Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized other)


Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi
masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang
berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan,
kemampuan bekerja sama--bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya-- secara mantap. Manusia dengan
perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.

[sunting]Menurut Charles H. Cooley


Cooley lebih menekankan peranan interaksi dalam teorinya. Menurut dia, Konsep Diri (self concept) seseorang
berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Sesuatu yang kemudian disebutlooking-glass
self terbentuk melalui tiga tahapan sebagai berikut.
1. Kita membayangkan bagaimana kita di mata orang lain.
Seorang anak merasa dirinya sebagai anak yang paling hebat dan yang paling pintar karena sang anak memiliki
prestasi di kelas dan selalu menang di berbagai lomba.

2. Kita membayangkan bagaimana orang lain menilai kita.


Dengan pandangan bahwa si anak adalah anak yang hebat, sang anak membayangkan pandangan orang lain
terhadapnya. Ia merasa orang lain selalu memuji dia, selalu percaya pada tindakannya. Perasaan ini bisa
muncul dari perlakuan orang terhadap dirinya. MIsalnya, gurunya selalu mengikutsertakan dirinya dalam
berbagai lomba atau orang tuanya selalu memamerkannya kepada orang lain. Ingatlah bahwa pandangan ini
belum tentu benar. Sang anak mungkin merasa dirinya hebat padahal bila dibandingkan dengan orang lain, ia
tidak ada apa-apanya. Perasaan hebat ini bisa jadi menurun kalau sang anak memperoleh informasi dari orang
lain bahwa ada anak yang lebih hebat dari dia.

3. Bagaimana perasaan kita sebagai akibat dari penilaian tersebut.


Dengan adanya penilaian bahwa sang anak adalah anak yang hebat, timbul perasaan bangga dan penuh
percaya diri.

Ketiga tahapan di atas berkaitan erat dengan teori labeling, dimana seseorang akan berusaha memainkan
peran sosial sesuai dengan apa penilaian orang terhadapnya. Jika seorang anak dicap "nakal", maka ada
kemungkinan ia akan memainkan peran sebagai "anak nakal" sesuai dengan penilaian orang terhadapnya,
walaupun penilaian itu belum tentu kebenarannya.

[sunting]Agen sosialisasi
Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Ada empat agen sosialisasi
yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan lembaga pendidikan sekolah.

Pesan-pesan yang disampaikan agen sosialisasi berlainan dan tidak selamanya sejalan satu sama lain. Apa yang
diajarkan keluarga mungkin saja berbeda dan bisa jadi bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh agen
sosialisasi lain. Misalnya, di sekolah anak-anak diajarkan untuk tidak merokok, meminum minman keras dan
menggunakan obat-obatan terlarang (narkoba), tetapi mereka dengan leluasa mempelajarinya dari teman-
teman sebaya atau media massa.

Proses sosialisasi akan berjalan lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh agen-agen sosialisasi itu
tidak bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu sama lain. Akan tetapi, di masyarakat, sosialisasi
dijalani oleh individu dalam situasi konflik pribadi karena dikacaukan oleh agen sosialisasi yang berlainan.

Keluarga (kinship)
Bagi keluarga inti (nuclear family) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara angkat
yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama dalam suatu rumah. Sedangkan pada masyarakat yang
menganut sistem kekerabatan diperluas (extended family), agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam
satu rumah dapat saja terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping
anggota keluarga inti. Pada masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya, sosialisasi dilakukan oleh
orang-orabng yang berada diluar anggota kerabat biologis seorang anak. Kadangkala terdapat agen sosialisasi
yang merupakan anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pramusiwi, menurut Gertrudge Jaeger peranan para
agen sosialisasi dalam sistem keluarga pada tahap awal sangat besar karena anak sepenuhnya berada dalam
ligkugan keluarganya terutama orang tuanya sendiri.

Teman pergaulan
Teman pergaulan (sering juga disebut teman bermain) pertama kali didapatkan manusia ketika ia mampu
berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat
rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak
pengaruh teman bermain adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam
membentuk kepribadian seorang individu.
Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak sederajat (berbeda usia,
pengalaman, dan peranan), sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan dengan cara mempelajari pola
interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya. Oleh sebab itu, dalam kelompok bermain, anak
dapat mempelajari peraturan yang mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga
mempelajari nilai-nilai keadilan.

Lembaga pendidikan formal (sekolah)


Menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan formal seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung.
Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi
(achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity). Di lingkungan rumah seorang anak mengharapkan
bantuan dari orang tuanya dalam melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi disekolah sebagian besar tugas
sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.

Media massa
Yang termasuk kelompok media massa di sini adalah media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), media
elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan
frekuensi pesan yang disampaikan.

Contoh:

Penayangan acara SmackDown! di televisi diyakini telah menyebabkan penyimpangan perilaku anak-anak
dalam beberapa kasus.

Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau bahkan gaya hidup masyarakat pada
umumnya.

Gelombang besar pornografi, baik dari internet maupun media cetak atau tv, didahului dengan gelombang
game eletronik dan segmen-segmen tertentu dari media TV (horor, kekerasan, ketaklogisan, dan seterusnya)
diyakini telah mengakibatkan kecanduan massal, penurunan kecerdasan, menghilangnya perhatian/kepekaan
sosial, dan dampak buruk lainnya.

Agen-agen lain
Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi juga dilakukan oleh institusi agama,
tetangga, organisasi rekreasional, masyarakat, dan lingkungan pekerjaan. Semuanya membantu seseorang
membentuk pandangannya sendiri tentang dunianya dan membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang
pantas dan tidak pantas dilakukan. Dalam beberapa kasus, pengaruh-pengaruh agen-agen ini sangat besar.

Subyek: INTERAKSI SOSIAL DALAM HUBUNGAN ANTAR MANUSIA Tue Dec 22, 2009 12:18 am

A. Pengertian Interaksi Sosial


Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Hubungan sosial yang
dimaksud dapat berupa hubungan antara individu yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang
satu dengan kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan individu. Dalam interaksi juga terdapat
simbol, di mana simbol diartikan sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh mereka
yang menggunakannya
B. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
Bentuk-bentuk interaksi sosial yang berkaitan dengan proses asosiatif dapat terbagi atas bentuk kerja sama,
akomodasi, dan asimilasi. Kerja sama merupakan suatu usaha bersama individu dengan individu atau
kelompok-kelompok untuk mencapai satu atau beberapa tujuan. Akomodasi dapat diartikan sebagai suatu
keadaan, di mana terjadi keseimbangan dalam interaksi antara individu-individu atau kelompok-kelompok
manusia berkaitan dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Usaha-
usaha itu dilakukan untuk mencapai suatu kestabilan. Sedangkan Asimilasi merupakan suatu proses di mana
pihak-pihak yang berinteraksi mengidentifikasikan dirinya dengan kepentingan-kepentingan serta tujuan-
tujuan kelompok
Bentuk interaksi yang berkaitan dengan proses disosiatif ini dapat terbagi atas bentuk persaingan, kontravensi,
dan pertentangan. Persaingan merupakan suatu proses sosial, di mana individu atau kelompok-kelompok
manusia yang bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan. Bentuk kontravensi merupakan
bentuk interaksi sosial yang sifatnya berada antara persaingan dan pertentangan. Sedangkan pertentangan
merupakan suatu proses sosial di mana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan
jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan kekerasan.
Untuk tahapan proses-proses asosiatif dan disosiatif Mark L. Knapp menjelaskan tahapan interaksi sosial untuk
mendekatkan dan untuk merenggangkan. Tahapan untuk mendekatkan meliputi tahapan memulai (initiating),
menjajaki (experimenting), meningkatkan (intensifying), menyatupadukan (integrating) dan mempertalikan
(bonding). Sedangkan tahapan untuk merenggangkan meliputi membeda-bedakan (differentiating),
membatasi (circumscribing), memacetkan (stagnating), menghindari (avoiding), dan memutuskan
(terminating).
Pendekatan interaksi lainnya adalah pendekatan dramaturgi menurut Erving Goffman. Melalui pendekatan ini
Erving Goffman menggunakan bahasa dan khayalan teater untuk menggambarkan fakta subyektif dan obyektif
dari interaksi sosial. Konsep-konsepnya dalam pendekatan ini mencakup tempat berlangsungnya interaksi
sosial yang disebut dengan social establishment, tempat mempersiapkan interaksi sosial disebut dengan back
region/backstage, tempat penyampaian ekspresi dalam interaksi sosial disebut front region, individu yang
melihat interaksi tersebut disebut audience, penampilan dari pihak-pihak yang melakukan interaksi disebut
dengan team of performers, dan orang yang tidak melihat interaksi tersebut disebut dengan outsider.
Erving Goffman juga menyampaikan konsep impression management untuk menunjukkan usaha individu
dalam menampilkan kesan tertentu pada orang lain. Konsep expression untuk individu yang membuat
pernyataan dalam interaksi. Konsep ini terbagi atas expression given untuk pernyataan yang diberikan dan
expression given off untuk pernyataan yang terlepas. Serta konsep impression untuk individu lain yang
memperoleh kesan dalam interaksi.
Bentuk – Bentuk interaksi yang mendorong terjadinya lembaga ,kelompok dan organisasi sosial .
1. Bentuk Interaksi Sosial Menurut Jumlah Pelakunya .
A. Interaksi antara individu dan individu
Individu yang satu memberikan pengaruh , rangsangan \ Stimulus kepada individu lainnya . Wujud interaksi
bisa dalam dalam bentuk berjabat tangan , saling menegur , bercakap – cakap \ mungkin bertengkar .

B. Interaksi antara individu dan kelompok


Bentuk interaksi antara individu dengan kelompok : Misalnya : Seorang ustadz sedang berpidato didepan
orang banyak . Bentuk semacam ini menunjukkan bahwa kepentingan individu berhadapan dengan
kepentingan kelompok .
C. Interaksi antara Kelompok dan Kelompok
Bentuk interaksi seperti ini berhubungan dengan kepentingan individu dalam kelompok lain . Contoh : Satu
Kesebelasan Sepak Bola bertanding melawan kesebelasan lain .
2. Bentuk Interaksi Sosial Menurut Proses Terjadinya .
A. Imitasi
Imitasi adalah pembentukan nilai melalui dengan meniru cara- cara orang lain. Contoh : Seorang anak sering
kali meniru kebiasan – kebiasan orang tuanya .
B. Identifikasi
Identifikasi adalah menirukan dirinya menjadi sama dengan orang yang ditirunya . Contoh : Seorang anak laki –
laki yang begitu dekat dan akrab dengan ayahnya suka mengidentifikasikan dirinya menjadi sama dengan ayah
nya .
C. Sugesti
Sugesti dapat diberikan dari seorang individu kepada kelompok . Kelompok kepada kelompok kepada seorang
individu . Contoh : Seorang remaja putus sekolah akan dengan mudah ikut-ikutan terlibat “ Kenalan Remaja “ .
Tanpa memikirkan akibatnya kelak .
D. Motivasi
Motivasi juga diberikan dari seorang individu kepada kelompok.Contoh : Pemberian tugas dari seorang guru
kepada muridnya merupakan salah satu bentuk motivasi supaya mereka mau belajar dengan rajin dan penuh
rasa tanggung jawab

E. Simpati
Perasaan simpati itu bisa juga disampaikan kepada seseorang / kelompok orang atau suatu lembaga formal
pada saat –saat khusus. Misalnya apabila perasaan simpati itu timbul dari seorang perjaka terhadap seorang
gadis / sebaliknya kelak akan menimbulkan perasaan cinta kasih / kasih saying.
F. Empati
Empati itu dibarengi perasaan organisme tubuh yang sangat dalam. Contoh jika kita melihat orang celaka
sampai luka berat dan orang itu kerabat kita, maka perasaan empati menempatkan kita seolah-olah ikut
celaka.
C. Hubungan Individu Dengan Lingkungan

Pada teori konvergensi disebutkan bahwa lingkungan memiliki peranan penting dalam perkembangan jiwa
manusia. Lingkungan tersebut terbagi dalam beberapa kategori yaitu :
a. Lingkungan fisik ; berupa alam seperti keadaan alam atau keadaan tanah serta musim
b. Lingkungan sosial ; berupa lingkungan tempat individu berinteraksi. Lingkungan sosial dibedakan dalam dua
bentuk :
1). Lingkungan sosial primer : yaitu lingkungan yang anggotanya saling kenal
2). Lingkungan sosial sekunder : lingkungan yang hubungan anatar anggotanya bersifat longgar.

Hubungan individu dengan lingkungannya ternyata memiliki hubungan timbal balik lingkungan mempengaruhi
individu dan individu mempengaruhi lingkungan. Sikap individu terhadap lingkungan dapat dibagi dalam 3
kategori yaitu :
a) Individu menolak lingkungan jika tidak sesuai dengan yang ada dalam diri individu
b) Individu menerima lingkungan jika sesuai dengan dengan yang ada dalam diri individu
c) Individu bersikap netral atau berstaus quo.
Pengaruh Lingkungan Terhadap Individu
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan
perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis, termasuk didalamnya adalah
belajar.
Terhadap faktor lingkungan ini ada pula yang menyebutnya sebagai empirik yang berarti pengalaman, karena
dengan lingkungan itu individu mulai mengalami dan mengecap alam sekitarnya. Manusia tidak bisa
melepaskan diri secara mutlak dari pengaruh lingkungan itu, karena lingkungan itu senantiasa tersedia di
sekitarnya.
Sejauh mana pengaruh lingkungan itu bagi diri individu, dapat kita ikuti pada uraian berikut
1. Lingkungan Membuat Individu Sebagai Makhluk Social
Yang dimaksud dengan lingkungan pada uraian ini hanya meliputi orang-orang atau manusia-manusia lain yang
dapat memberikan pengaruh dan dapat dipengaruhi, sehingga kenyataannya akan menuntut suatu keharusan
sebagai makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan yang lainnya.
Terputusnya hubungan manusia dengan masyarakat manusia pada tahun-tahun permulaan
perkembangannya, akan mengakibatkan berubahnya tabiat manusia sebagai manusia. Berubahnya tabiat
manusia sebagai manusia dalam arti bahwa ia tidak akan mampu bergaul dan bertingkah laku dengan
sesamanya.
Dapat kita bayangkan andaikata seorang anak manusia yang sejak lahirnya dipisahkan dari pergaulan manusia
sampai kira-kira berusia 10 tahun saja, walaupun diberinya cukup makanan dan minuman, akan tetapi
serentak dia dihadapkan kepada pergaulan manusia, maka sudah dapat dipastikan bahwa dia tidak akan
mampu berbicara dengan bahasa yang biasa, canggung pemalu dan lain-lain. Sehingga kalaupun dia kemudian
dididik, maka penyesuaian dirinya itu akan berlangsung sangat lambat sekali.
2. Lingkungan Membuat Wajah Budaya Bagi Individu
Lingkungan dengan aneka ragam kekayaannya merupakan sumber inspirasi dan daya cipta untuk diolah
menjadi kekayaan budaya bagi dirinya. Lingkungan dapat membentuk pribadi seseorang, karena manusia
hidup adalah manusia yang berfikir dan serba ingin tahu serta mencoba-coba terhadap segala apa yang
tersedia di alam sekitarnya.
Lingkungan memiliki peranan bagi individu, sebagai :
a. Alat untuk kepentingan dan kelangsungan hidup individu dan menjadi alat pergaulan sosial individu. Contoh
: air dapat dipergunakan untuk minum atau menjamu teman ketika berkunjung ke rumah.
b. Tantangan bagi individu dan individu berusaha untuk dapat menundukkannya. Contoh : air banjir pada
musim hujan mendorong manusia untuk mencari cara-cara untuk mengatasinya.
c. Sesuatu yang diikuti individu. Lingkungan yang beraneka ragam senantiasa memberikan rangsangan kepada
individu untuk berpartisipasi dan mengikutinya serta berupaya untuk meniru dan mengidentifikasinya, apabila
dianggap sesuai dengan dirinya. Contoh : seorang anak yang senantiasa bergaul dengan temannya yang rajin
belajar, sedikit banyaknya sifat rajin dari temannya akan diikutinya sehingga lama kelamaan dia pun berubah
menjadi anak yang rajin.
d. Obyek penyesuaian diri bagi individu, baik secara alloplastis maupun autoplastis. Penyesuaian diri alloplastis
artinya individu itu berusaha untuk merubah lingkungannya. Contoh : dalam keadaan cuaca panas individu
memasang kipas angin sehingga dikamarnya menjadi sejuk. Dalam hal ini, individu melakukan manipulation
yaitu mengadakan usaha untuk memalsukan lingkungan panas menjadi sejuk sehingga sesuai dengan dirinya.
Sedangkan penyesuaian diri autoplastis, penyesusian diri yang dilakukan individu agar dirinya sesuai dengan
lingkungannya. Contoh : seorang juru rawat di rumah sakit, pada awalnya dia merasa mual karena bau obat-
obatan, namun lama-kelamaan dia menjadi terbiasa dan tidak menjadi gangguan lagi, karena dirinya telah
sesuai dengan lingkungannya
D. Jenis Interaksi Sosial
Ada empat jenis interaksi sosial dengan lingkungannya, yaitu :
1. Individu dapat bertentangan dengan lingkungannya.
2. Individu dapat memanfaatkan lingkungannya.
3. Individu dapat berinteraksi dengan lingkungannya.
4. Individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Lingkungan di sini bisa berupa lingkungan fisik (alam benda-benda yang konkrit), lingkungan psikis (jiwa,
badan, orang-orang dalam lingkungan) serta lingkungan rohaniah (keyakinan-keyakinan, ide-ide, dan filsafat-
filsafat yang terdapat di lingkungan individu).

E. Proses Interaksi Sosial


Proses Interaksi sosial menurut Herbert Blumer adalah pada saat manusia bertindak terhadap sesuatu atas
dasar makna yang dimiliki sesuatu tersebut bagi manusia. Kemudian makna yang dimiliki sesuatu itu berasal
dari interaksi antara seseorang dengan sesamanya. Dan terakhir adalah Makna tidak bersifat tetap namun
dapat dirubah, perubahan terhadap makna dapat terjadi melalui proses penafsiran yang dilakukan orang
ketika menjumpai sesuatu. Proses tersebut disebut juga dengan interpretative process
Interaksi sosial dapat terjadi bila antara dua individu atau kelompok terdapat kontak sosial dan komunikasi.
Kontak sosial merupakan tahap pertama dari terjadinya hubungan sosial Komunikasi merupakan penyampaian
suatu informasi dan pemberian tafsiran dan reaksi terhadap informasi yang disampaikan. Karp dan Yoels
menunjukkan beberapa hal yang dapat menjadi sumber informasi bagi dimulainya komunikasi atau interaksi
sosial. Sumber Informasi tersebut dapat terbagi dua, yaitu Ciri Fisik dan Penampilan. Ciri Fisik, adalah segala
sesuatu yang dimiliki seorang individu sejak lahir yang meliputi jenis kelamin, usia, dan ras. Penampilan di sini
dapat meliputi daya tarik fisik, bentuk tubuh, penampilan berbusana, dan wacana.
Interaksi sosial memiliki aturan, dan aturan itu dapat dilihat melalui dimensi ruang dan dimensi waktu dari
Robert T Hall dan Definisi Situasi dari W.I. Thomas. Hall membagi ruangan dalam interaksi sosial menjadi 4
batasan jarak, yaitu jarak intim, jarak pribadi, jarak sosial, dan jarak publik. Selain aturan mengenai ruang Hall
juga menjelaskan aturan mengenai Waktu. Pada dimensi waktu ini terlihat adanya batasan toleransi waktu
yang dapat mempengaruhi bentuk interaksi. Aturan yang terakhir adalah dimensi situasi yang dikemukakan
oleh W.I. Thomas. Definisi situasi merupakan penafsiran seseorang sebelum memberikan reaksi. Definisi
situasi ini dibuat oleh individu dan masyarakat.
F. Faktor – Faktor Yang Mendorong Terjadinya Interaksi Sosial
1. Tindakan Sosial
Tidak semua tindakan manusia dinyatakan sebagai tindakan sosial misalnya : Seorang pemuda yang sedang
mengkhayalkan gadis impiannya secara diam – diam . Menurut MAX WEBER , tindakan sosial adalah tindakan
seorang individu yang dapat mempengaruhi individu – individu lainnya dalam masyarakat . Tindakan sosial
dapat dibedakan menjadi 4 macam yaitu :
a. Tindakan Rasional Instrumental : Tindakan yang dilakukan dengan memperhitungkan kesesuaian antara cara
dan tujuan . Contoh : Bekerja Keras untuk mendapatkan nafkah yang cukup .
b. Tindakan Rasional Berorientasi nilai : Tindakan – Tindakan yang berkaitan dengan nilai – nilai dasar dalam
masyarakat . Contoh : Tindakan –Tindakan yang bersifat Religio – magis .
c. Tindakan Tradisional; Tindakan yang tidak memperhitungkan pertimbangan Rasional . Contoh : Berbagai
macam upacara \ tradisi yang dimaksudkan untuk melestarikan kebudayaan leluhur .
d. Tindakan Ofektif : Tindakan – Tindakan yang dilakukan oleh seorang \ kelompok orang berdasarkan
perasaan \ emosi

2. Kontak Sosial
Dalam kehidupan sehari-hari kontak sosial dapat dilakukan dengan cara :
a. Kontak Sosial yang dilakukan menurut cara pihak-pihak yang berkomunikasi . Cara kontak sosial itu ada 2
macam yaitu :
1) Kontak Langsung : Pihak komunikator menyampaikan pesannya secara langsung kepada pihak komunikan .
2) Kontak Tidak Langsung : Pihak komunikator menyampaikan pesannya kepada pihak komunikan melalui
perantara pihak ketiga .
b. Kontak Sosial yang dilakukan menurut terjadinya proses komunikasi . Ada 2 macam kontak sosial .
1) Kontak Primer
2) Kontak Sekunder
3. Komunikasi Sosial
Komunikasi artinya berhubungan atau bergaul dengan orang lain. Orang yang menyampaikan komunikasi
disebut komunikator , orang yang menerima komunikasi disebut komunikan. Tidak selamanya kontak sosial
akan menghasilkan interaksi sosial yang baik apabila proses komunikasinya tidak berlangsungnya secara
komunikatif . Contoh : Pesan yang disampaikan tidak jelas, berbelit – belit , bahkan mungkin sama sekali tidak
dapat dipahami .

G. Faktor Psikologi Pendorong Interaksi Sosial


Terdapat empat faktor yang mendasari kelangsungan interaksi sosial, yaitu :
1. Faktor imitasi, masyarakat merupakan pengelompokan manusia di mana tiap individu saling mengimitasi
(meniru) dari orang lain dan sebaliknya. Bahkan masyarakat baru menjadi masyarakat yang sebenarnya ketika
manusia mulai mengimitasi kegiatan manusia lainnya.
2. Faktor sugesti, pengaruh psikis baik yang datang dari diri sendiri maupun yang datang dari orang lain,
umumnya sugesti diterima tanpa adanya kritik dati individu yang bersangkutan. Sugesti adalah suatu proses di
mana individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman tingkah laku orang lain tanpa kritik terlebih
dahulu.
3. Faktor identifikasi merupakan dorongan untuk menjadi identik atau sama dengan orang lain.
4. Faktor simpati, orang memiliki kecenderungan tertarik pada orang lain, sedangkan orang yang memiliki
kecenderungan menolak orang lain disebut antipati. Simpati akan menjalin hubungan saling pengertian yang
saling mendalam dalam inteaksi antarindividu, ingin mengerti dan ingin kerja sama dengan orang lain serta
saling melengkapi satu sama lain.

Keteraturan Sosial

Keteraturan sosial artinya menaati nilai dan norma yang berlaku. Contoh : sebuah jalan raya yang
dilalui oleh berbagai jenis dan ukuran kendaraan, serta bermuatan orang dalam jumlah besar dan
arah tujuan. Unsur-unsur keteraturan sosial :

1. tertib sosial

2. order

3. Keajegan

4. Pola

Faktor-faktor yang mendorong dan menghambat pola keteraturan sosial

1. Factor pendorong

a. Kerja sama (cooperation)


b. Akomodasi

2. Faktor penghambat

a. persaingan

b. kontravensi

c. konflik

1. Lembaga Sosial

Menurut John Lewis Gillm dan John Philp Billn pengertian lembaga sosial adalah suatu lembaga sosial
merupakan suatu organisasi pola pemikiran dan pola prilaku yang terwujud melalui aktivitas
kemasyarakatan.

2. Kelompok Sosial

a. Dilihat menurut besar anggota kelompok

1. Kelompok sosial yang kecil


2. Kelompok sosial yang besar

b. Dilihat menurut proses terbentuknya

1. Kelompok semu contoh:

a. masa atau kerumunan

b. Publik / khalayak ramai

2. Kelompok nyata contoh:

a. Keluarga Luas

b. Asosiasi / perkumpulan

c. Dilihat menurut erat tidaknya ikatan kelompok

1. Kelompok Paguyuban : kelompok masyarakat desa

2. kelompok Patembayan : kelompok masyarakat kota

1. Proses internalisasi
Adalah proses panjang sejak seorang individu dilahirkan sampai tua untuk belajar menanamkan
dalan kepribadiannya segala perasaan, hasrat, nafsu, serta emosi yang diperlukan

2. Proses sosialisasi

Adalah suatu proses sosial yang terjadi bila seseorang menghayati dan melaksanakan norma-norma
kelompok tempat dia hidup.

3. Proses enkulturasi

Adalah menyesuaikan alam dan pikiran serta sikapnya dengan adat istiadat, system norma dan
peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya.

4. Proses evolusi sosial budaya

Adalah merupakan proses perubahan suatu kebudayaan dalam jangka waktu yang lama dan bertahap.

5. Proses difusi

Adalah proses penyebaran unsur-unsur. Kebudayaan individu yang satu kepada individu yang
lain. Ada 2 tipe difusi yaitu:

a. Difusi intra masyarakat

Adalah difusi yang terjadi dalam suatu masyarakat

b. Difusi antar masyarakat

Adalah difusi yang terjadi antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain. Difusi
antar masyarakat dapat terjadi dalam berbagai bentuk :

a. Hubungan symbiotic

b. Penetration pacifique

c. Penetration violence

d. Stimulus diffusion

e. Kultur complex

6. Proses akulturasi

Adalah proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu
dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing. 3 kontak kebudayaan asing yang besar yaitu :

a. Kontak dengan kebudayaan hindu-Budha pada zaman kuno (abad ke 1-15)

b. Kontak dengan kebudayaan islam pada zaman madya (abad ke 15-17)

c. Kontak degan kebudayaan barat pada zaman baru (abad ke 17-20)


Masing-masing kebudayaan tersebut telah mengahsilkan proses akulturasi adalah : a.
akulturasi Indonesia-Hindu Budha

b. akulturasi Indonesia- Islam

c. akulturasi Indonesia–barat

7. Proses asimilasi

Adalah proses sosial yang timbul bila ada golongan-golongan manusia dengan latar belakang
kebudayaan yang berbeda. Factor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya asimilasi adalah : a. toleransi

b. kesempatan-kesempatan di bidang ekonomi yang seimbang

c. Suatu sikap yang menghargai orang asing dengan kebudayaannya

8 Pembaruan atau inovasi

Adalah proses pembaruan dalam penggunaan sumber-sumber alam, energi dan modal. Serta
pengatuiran system tenaga kerja yang baru

Faktor-Faktor Penyebab Perubahan

1. Komunikasi

2. Virus H-Ach

3. Faktor Intern penyebab perubahan masyarakat

a. bertambah atau berkurangnya penduduk

b. penemuan-penemuan baru

c. konflik didalam masyarakat

konflik berupa :

1. Konflik antar individu dalam masyrakat

2. Konflik antar kelompok

3. Konflik antar individu dengan kelompok

4. Konflik antar generasi

d. Pemberontakan ( Revolusi ) dalam tubuh masyarakat

4. Faktor ektern penyebab perubahan masyarakat :


1. Faktor alam fisik yang ada disekitar masyarakat

2. Peperangan

3. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain

4. Faktor – faktor yang mendorong terjadinya perubahan sosial

Menurut Margono selamat mengatakan bahwa motivational for ces \ kekuatan pendorong yang
mempengaruhi perubahan yaitu :

1. Ketidakpuasan terhadap situasi yang ada

2. Adanya pengetahuan tentang perbedaan antara apa yang ada dengan yang seharusnya bisa ada

3. Adanya tekanan – tekanan dari luar seperti kompetisi , keseharusan menyesuaikan diri

1. faktor – faktor pendorong perubahan

1. Kontak dengan kebudayaan lain

2. Sistem pendidikan yang maju

3. Sikap menghargai hasil karya seseorang

4. Toleransi terhadap perubahan yang menyimpang

5. Sistem pelapisan sosial terbuka

2. Faktor – factor penghalang perubahan

1. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain

2. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat

3. Sikap masyarakat yang sangat tradisional

Perubahan sosial budaya dapat dikategorikan kedalam beberapa bentuk yaitu :

1. Perubahan secara cepat dan lambat

2. Perubahan direncanakan dan tidak direncanakan

3. Perubahan yang mempengaruhi luas dan tidak luas

(note: jika ingin meng-copy, cantumkan sumber blog ini ya)

Anda mungkin juga menyukai