KEGAWATDARURATAN KARDIOVASKULER
Di susun Oleh :
Kelompok 2
1. Agung Nugroho
2. Destri Mahesti
3. Eulalia Marcia D L A
4. Meisya Dhicki Candra
5. Meta Wulandari
6. Muh Khairil Wardi
7. Putu Novi Ernawati
8. Sang Ayu Ketut S S
9. Siti Waddah M
10. Subagyo
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah adalah salah satu
sarana untuk mengembangkan kreativitas mahasiswa juga pengetahuan yang dimiliki
mahasiswa. Makalah ini merupakan suatu sumbangan pikiran dari penulis untuk
dapat digunakan oleh pembaca.
Makalah ini disusun berdasarkan data-data dan sumber-sumber yang telah
diperoleh penulis. Penulis menyusun makalah ini dengan bahasa yang mudah
ditangkap oleh pembaca sehingga makalah ini dapat dengan mudah dimengerti oleh
pem-baca. Pada akhirnya, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dalam memahami persoalan Kegawatan Sistem Kardiovaskuler.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep teori management darurat pada sistem
kardiovaskuler
b. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui konsep dasar pneumothorax
Untuk mengetahui konsep dasar temponde jantung
Untuk mengetahui konsep dasar kontusio pulmoner dan myocardial
Untuk mengetahui management darurat chest pain
Untuk mengetahui management darurat keracunan digitalis
Untuk mengetahui management darurat hipertensif
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Pneumothorax
2.1.1.1. Definisi
2.1.1.2. Etiologi
2.1.1.3. Epidemiologi
Pneumothorax dapat diklasifikasikan menjadi
pneumothorax spontan dan traumatik. Pneumothorax spontan
merupakan pneumothorax yang terjadi tiba-tiba tanpa atau
dengan adanya penyakit paru yang mendasari. Pneumothorax
jenis ini dibagi lagi menjadi pneumothorax primer (tanpa adanya
riwayat penyakit paru yang mendasari) maupun sekunder
(terdapat riwayat penyakit paru sebelumnya). Insidensinya sama
antara pneumothorax primer dan sekunder, namun pria lebih
banyak terkena dibanding wanita dengan perbandingan 6:1. Pada
pria, resiko pneumothorax spontan akan meningkat pada perokok
berat dibanding non perokok. Pneumothorax spontan sering
terjadi pada usia muda, dengan insidensi puncak pada dekade
ketiga kehidupan (20-40 tahun). Sementara itu, pneumothorax
traumatik dapat disebabkan oleh trauma langsung maupun tidak
langsung pada dinding dada, dan diklasifikasikan menjadi
iatrogenik maupun non-iatrogenik. Pneumothorax iatrogenik
merupakan tipe pneumothorax yang sangat sering terjadi.
2.1.1.4. Patofisiologi
Paru-paru dibungkus oleh pleura parietalis dan pleura
visceralis. Di antara pleura parietalis dan visceralis terdapat
cavum pleura. Cavum pleura normal berisi sedikit cairan
serous jaringan. Tekanan intrapleura selalu berupa tekanan
negatif. Tekanan negatif pada intrapleura membantu dalam
proses respirasi. Proses respirasi terdiri dari 2 tahap : fase
inspirasi dan fase eksprasi. Pada fase inspirasi tekanan
intrapleura : -9 s/d -12 cmH2O; sedangkan pada fase ekspirasi
tekanan intrapleura: -3 s/d -6 cmH2O.
Pneumotorak adalah adanya udara pada cavum pleura.
Adanya udara pada cavum pleura menyebabkan tekanan
negatif pada intrapleura tidak terbentuk. Sehingga akan
mengganggu pada proses respirasi.
Pneumotorak dapat dibagi berdasarkan penyebabnya :
1. Pneumotorak spontan
Oleh karena : primer (ruptur bleb), sekunder (infeksi,
keganasan), neonatal
2. Pneumotorak yang di dapat
Oleh karena : iatrogenik, barotrauma, trauma
3. Pneumotorak dapat dibagi juga menurut gejala klinis
a. Pneumotorak simple : tidak diikuti gejala shock
atau pre-shock
b. Tension Pnuemotorak : diikuti gejala shock atau
pre-schock
4. Pneumotorak dapat dibagi berdasarkan ada tidaknya
dengan hubungan luar menjadi :
a. Open pneumotorak
b. Closed pneumotorak
b. Breathing
1. Assesment
a. Periksa frekwensi napas
b. Perhatikan gerakan respirasi
c. Palpasi toraks
d. Auskultasi dan dengarkan bunyi napas
2. Management:
a. Lakukan bantuan ventilasi bila perlu
b. Lakukan tindakan bedah emergency untuk atasi
tension pneumotoraks, open pneumotoraks,
hemotoraks, flail chest
c. Circulation
1. Assesment
a. Periksa frekwensi denyut jantung dan denyut nadi
b. Periksa tekanan darah
c. Pemeriksaan pulse oxymetri
d. Periksa vena leher dan warna kulit (adanya
sianosis)
2. Management
a. Resusitasi cairan dengan memasang 2 iv lines
b. Torakotomi emergency bila diperlukan
c. Operasi Eksplorasi vaskular emergency
3. Tindakan Bedah Emergency
a. Krikotiroidotomi
b. Trakheostomi
c. Tube Torakostomi
d. Torakotomi
e. Eksplorasi vaskular
2.1.1.5.1. Penatalaksanaan Pneumothoraks (UMUM)
Tindakan dekompressi yaitu membuat
hubungan rongga pleura dengan udara luar, ada
beberapa cara :
1. Menusukkan jarum melalui diding dada sampai
masuk kerongga pleura , sehingga tekanan udara
positif akan keluar melalui jarum tersebut.
2. Membuat hubungan dengan udara luar melalui
kontra ventil, yaitu dengan :
a. Jarum infus set ditusukkan kedinding dada
sampai masuk kerongga pleura.
b. Abbocath : jarum Abbocath no. 14 ditusukkan
kerongga pleura dan setelah mandrin dicabut,
dihubungkan dengan infus set.
c. WSD : pipa khusus yang steril dimasukkan
kerongga pleura.
2.1.1.5.2. Penatalaksanaan Pneumothoraks (SPESIFIK)
1. Pneumotoraks Simpel
Adalah pneumotoraks yang tidak disertai
peningkatan tekanan intra toraks yang progresif.
a. Ciri:
1. Paru pada sisi yang terkena akan kolaps
(parsial atau total)
2. Tidak ada mediastinal shift
3. PF: bunyi napas ↓ , hyperresonance (perkusi),
pengembangan dada ↓
b. Penatalaksanaan: WSD
2. Pneumotoraks Tension
Adalah pneumotoraks yang disertai
peningkatan tekanan intra toraks yang semakin
lama semakin bertambah (progresif). Pada
pneumotoraks tension ditemukan mekanisme ventil
(udara dapat masuk dengan mudah, tetapi tidak
dapat keluar).
a. Ciri:
1. Terjadi peningkatan intra toraks yang
progresif, sehingga terjadi : kolaps total paru,
mediastinal shift (pendorongan mediastinum
ke kontralateral), deviasi trakhea , venous
return ↓ → hipotensi & respiratory distress
berat.
2. Tanda dan gejala klinis: sesak yang
bertambah berat dengan cepat, takipneu,
hipotensi, JVP ↑, asimetris statis & dinamis
3. Merupakan keadaan life-threatening tdk perlu
Ro
b. Penatalaksanaan:
1. Dekompresi segera: large-bore needle
insertion (sela iga II, linea mid-klavikula)
2. WSD
3. Open Pneumothorax
Terjadi karena luka terbuka yang cukup
besar pada dada sehingga udara dapat keluar dan
masuk rongga intra toraks dengan mudah. Tekanan
intra toraks akan sama dengan tekanan udara luar.
Dikenal juga sebagai sucking-wound . Terjadi
kolaps total paru.
a. Penatalaksanaan:
1. Luka tidak boleh ditutup rapat (dapat
menciptakan mekanisme ventil)
2. Pasang WSD dahulu baru tutup luka
3. Singkirkan adanya perlukaan/laserasi pada
paru-paru atau organ intra toraks lain.
4. Umumnya disertai dengan perdarahan
(hematotoraks)
2.1.2.2. Etiologi
Etiologinya bermacam-macam yang paling banyak
maligna, perikarditis, uremia dan trauma (ENA, 2000: 128).
Tamponade jantung bisa disebabkan karena neoplasma,
perikarditis, uremia dan perdarahan ke dalam ruang pericardial
akibat trauma, operasi, atau infeksi (Mansjoer, dkk. 2001 :
458).
Penyebab tersering adalah neoplasma, idiopatik dan
uremia. Perdarahan intraperikard juga dapat terjadi akibat
katerisasi jantung intervensi koroner, pemasangan pacu
jantung, tuberculosis, dan penggunaan antikoagulan
(Panggabean, 2006 : 1604).
2.1.2.3. Patofisiologi
Tamponade jantung terjadi bila jumlah efusi
pericardium menyebabkan hambatan serius aliran darah ke
jantung ( gangguan diastolik ventrikel ). Penyebab tersering
adalah neoplasma, dan uremi. (Penggabean, 2006 : 364 ).
Neoplasma menyebabkan terjadinya pertumbuhan sel
secara abnorma pada otot jantung. Sehingga terjadi hiperplasia
sel yang tidak terkontrol, yang menyebabakan pembentukan
massa (tumor). Hal ini yang dapat mengakibatnya ruang pada
kantong jantung (perikardium) terdesak sehingga terjadi
pergesekan antara kantong jantung (perikardium) dengan
lapisan paling luar jantung (epikardium).
Pergesekan ini dapat menyebabkan terjadinya
peradangan pada perikarditis sehingga terjadi penumpukan
cairan pada pericardium yang dapat menyebakan tamponade
jantung. Uremia juga dapat menyebabkan tamponade jantung
(Price, 2005 : 954). Dimana orang yang mengalami uremia, di
dalam darahnya terdapat toksik metabolik yang dapat
menyebabkan inflamasi (dalam hal ini inflamasi terjadi pada
perikardium).
Selain itu , tamponade jantung juga dapat disebabkan
akibat trauma tumpul/ tembus. Jika trauma ini mengenai ruang
perikardium akan terjadi perdarahan sehingga darah banyak
terkumpul di ruang perikardium. Hal ini mengakibatkan
jantung terdesak oleh akumulasi cairan tersebut.
2.1.2.7. Penatalaksanaan
Tamponade jantung adalah keadaan darurat
medis. Sebaiknya, pasien harus dipantau di unit perawatan
intensif. Semua pasien harus menerima hal-hal berikut:
1. Jika nadi teraba, aspirasi jarum merupakan terapi awal dans
erring dapat menyelamatkan nyawa.
a. Aspirasi dilakukan dengan jarum spinal pendek ukuran
16-18 yang disambungkan dengan kunci tiga jalur (three
way stopcock) dan semprit 50 ml.
b. Jarum ditusukkan sedikit disebelah kiri processus
xipideus dan di arahkan ke sefal dan ke kiri sampai darah
dapat diaspirasi. Kedalaman tusukan biasanya 3 sampai 4
cm. Tindakan ini hendaknya dilakukan dengan
pemantauan EKG, kecuali dalam keadaan sangat darurat.
Sebuah klem alligator digunakan sebagai sadapan (lead)
EKG dan disambungkan kejarum, kemudian terus
dimajukan sampai dilihat arus cedera (current of injury)
pada monitor. Jarum yang sekarang menyentuh
permukaan pericardium, kemudian sedikit ditarik
kembali ke ruang pericardium, dan cairan kembali.
c. Kateret vena sentral dapat dipasang melalui jarum
tersebut dan dibiarkan ditempat yang memungkinkan
tindakan aspirasi periodic untuk mencegah pengumpulan
cairan kembali.
2. Ekspansi volume dengan darah, plasma, dekstran, atau
larutan natrium klorida isotonik, yang diperlukan untuk
mempertahankan volume intravaskular cukup: Sagrista-
Saauleda dkk mencatat peningkatan yang signifikan dalam
output jantung setelah ekspansi volume.
3. Istirahat di tempat tidur dengan ketinggian kaki: ini dapat
membantu meningkatkan kembali vena.
4. Obat inotropik (misalnya, Dobutamine): ini dapat berguna
karena mereka tidak meningkatkan resistensi pembuluh
darah sistemik sambil meningkatkan output jantung.
5. Positif-tekanan ventilasi mekanis harus dihindari karena
dapat menurunkan kembali pembuluh darah dan
memperburuk tanda-tanda dan gejala tamponade.
2.1.2.8. Komplikasi
1. Gagal jantung
2. Syok kardiogenik
3. Henti jantung
2.1.3.2. Etiologi
1. Trauma toraks
2. Kecelakaan lalu lintas
3. Terjadi terutama setelah trauma tumpul toraks
4. Dapat pula terjadi pada trauma tajam dg mekanisme
perdarahan dan edema parenkim
5. Fraktur iga
2.1.3.3. Manifestasi Klinis
1. A :
2. B :
3. C :
2. E : (secondary)
2.1.3.6. Tatalaksana
Resusitasi Awal
1. A :
2. B :
a. Kontrol A pada penderita yang A tgg karena faktor
mekanik, gg ventilasi, atau ada gg kesadaran à bisa
dengan intubasi ETT (oral/nasal) à jika ETT tidak bisa
(karena KI atau masalah teknis),, bisa surgical A /
krikotiroidotomy
b. Setiap penderita trauman,,, beri o₂,, jika tidak intubasi,
bisa pakai sungkup
3. C :
4. Tambahan :
a. Monitor EKG
b. Pasang kateter urin dan lambung
c. Rontgen , dll.
5. Tujuan:
a. Mempertahankan oksigenasi
b. Mencegah/mengurangi edema
c. Tindakan : bronchial toilet, batasi pemberian cairan
(iso/hipotonik), O2, pain control, diuretika, bila perlu
ventilator dengan tekanan positif (PEEP > 5)
d. Intubasi ET untuk dapat melakukan penyedotan dan
memasang ventilasi mekanik dengan continuous positive
end-expiratory pressure (PEEP)
6. Prognosis
7. Komplikasi
2.2.1.1. Pengertian
2.2.1.2. Etiologi
1. Cardial
a. Koroner
b. Non Koroner
2. Non Cardial
a. Pleural
b. Gastrointestinal
c. Neural
d. Psikogenik (Abdurrahman N, 1999)
2.2.1.5. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Primer
a. Airway
1. Bagaimana kepatenan jalan nafas
2. Apakah ada sumbatan / penumpukan sekret di jalan
nafas?
3. Bagaimana bunyi nafasnya, apakah ada bunyi nafas
tambahan?
b. Breathing
1. Bagaimana pola nafasnya ? Frekuensinya? Kedalaman
dan iramanya?
2. Aapakah menggunakan otot bantu pernafasan?
3. Apakah ada bunyi nafas tambahan?
c. Circulation
1. Bagaimana dengan nadi perifer dan nadi karotis?
Kualitas (isi dan tegangan)
2. Bagaimana Capillary refillnya, apakah ada akral dingin,
sianosis atau oliguri?
3. Apakah ada penurunan kesadaran?
4. Bagaimana tanda-tanda vitalnya ? T, S, N, RR, HR?
2. Pengkajian Sekunder
Hal-hal penting yang perlu dikaji lebih jauh pada nyeri
dada (koroner) :
a. Lokasi nyeri
Dimana tempat mulainya, penjalarannya (nyeri dada
koroner : mulai dari sternal menjalar ke leher, dagu
atau bahu sampai lengan kiri bagian ulna)
b. Sifat nyeri
Perasaan penuh, rasa berat seperti kejang, meremas,
menusuk, mencekik/rasa terbakar, dll.
c. Ciri rasa nyeri
Derajat nyeri, lamanya, berapa kali timbul dalam
jangka waktu tertentu.
d. Kronologis nyeri
Awal timbul nyeri serta perkembangannya secara
berurutan
e. Keadaan pada waktu serangan
Apakah timbul pada saat-saat / kondisi tertentu
f. Faktor yang memperkuat / meringankan rasa nyeri
misalnya sikap/posisi tubuh, pergerakan, tekanan, dll.
g. Gejala lain yang mungkin ada atau tidaknya hubungan
dengan nyeri dada.
2.2.2. Keracunan Digitalis
2.2.2.1. Pengertian
a) Anorexia
b) Weight loss
c) Gagal tumbuh (Pasien pediatrik)
d) Muntah
e) nyeri perut
f) Iskemik mesenterik- Komplikasi yang jarang dari
pemberian IV cepat
2. Gejala Kardiak
a) Berdebar-debar (Palpitasi)
b) Pingsan (Syncope)
c) Bengkak pada tungkai
d) Hipotensi
Krisis Hipertensi (KH) biasanya secara klinis mudah dilihat tanda dan
gejalanya.
2.2.3.1. Tanda dan Gejala
Tanda umum adalah:
1. Sakit kepala hebat
2. nyeri dada
3. pingsan
4. tachikardia > 100/menit
5. tachipnoe > 20/menit
6. Muka pucat
2.2.3.3. Pengkajian
Pengkajian dengan pendekatan ABCD.
1. Airway
a. yakinkan kepatenan jalan napas
b. berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau
nasopharyngeal)
c. jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli
anestesi dan bawa segera mungkin ke ICU
2. Breathing
a. kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter,
untuk mempertahankan saturasi >92%.
b. Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non re-breath
mask.
c. Pertimbangkan untuk mendapatkan pernapasan dengan
menggunakan bag-valve-mask ventilation
d. Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji
PaO2 dan PaCO2
e. Kaji jumlah pernapasan / Auskultasi pernapasan
f. Lakukan pemeriksan system pernapasan
g. Dengarkan adanya bunyi krakles / Mengi yang
mengindikasikan kongesti paru
3. Circulation
a. Kaji heart rate dan ritme, kemungkinan terdengan suara
gallop
b. Kaji peningkatan JVP
c. Monitoring tekanan darah
d. Pemeriksaan EKG mungkin menunjukan:
a) Sinus tachikardi
b) Adanya Suara terdengar jelas pada S4 dan S3
c) right bundle branch block (RBBB)
d) right axis deviation (RAD)
e. Lakukan IV akses dekstrose 5%
f. Pasang Kateter
g. Lakukan pemeriksaan darah lengkap
h. Jika ada kemungkina KP berikan Nifedipin Sublingual
i. Jika pasien mengalami Syok berikan secara bolus Diazoksid,
Nitroprusid
4. Disability
a. kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU
b. penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk
kondisi ekstrim dan membutuhkan pertolongan medis segera
dan membutuhkan perawatan di ICU.
5. Exposure
a. selalu mengkaji dengan menggunakan test kemungkinan KP
b. jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan
dan pemeriksaan fisik lainnya.
c. Jangan lupa pemeriksaan untuk tanda gagal jantung kronik
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kontusio paru adalah memar atau peradangan pada paru yang dapat terjadi
pada cedera tumpul dada akibat kecelakaan kendaraan atau tertimpa benda berat.
Kontusio Paru ini disebabkan oleh trauma toraks, Kecelakaan lalu lintas, terjadi
terutama setelah trauma tumpul toraks, dapat pula terjadi pada trauma tajam dg
mekanisme perdarahan dan edema parenkim, Fraktur iga.
Nyeri dada adalah perasaan nyeri / tidak enak yang mengganggu daerah
dada dan seringkali merupakan rasa nyeri yang diproyeksikan pada dinding dada.
Penyebab dari nyeri dada ini adalah: Nyeri Dada: Cardial (Koroner, Non
Koroner), Non Cardial (Pleural, Gastrointestinal, Neural, Psikogenik).
3.2 Saran
Penyusunan makalah ini sangatlah jauh dari sempurna. Jadi apabila ada
kekurangan dari penyusunan ini kami harapkan kritik dan sarannya. Demi
bergunanya makalah ini di masa depan tentunya.
DAFTAR PUSTAKA