Anda di halaman 1dari 16

PRAKTIKUM STUDI KASUS

FARMASI RUMAH SAKIT DAN KLINIK


“NYERI PUNGGUNG”

Dosen Pengampu
Dr. Rina Herowati, M.Si., Apt

Oleh: Kelompok 3
Windi Astuti 1820353962
Wiryan 1820353963

PROGRAM PROFESI APOTEKER XXXV


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Definisi
Nyeri punggung adalah nyeri yang dirasakan di bagian punggung yang berasal dari
otot, persarafan, tulang, sendi atau struktur lain di daerah tulang belakang. Tulang belakang
adalah suatu kompleks yang menghubungkan jaringan saraf, sendi, otot, tendon, dan ligamen,
dan semua struktur tersebut dapat menimbulkan rasa nyeri. Nyeri punggung diakibatkan oleh
regangan otot atau tekanan pada akar saraf.
Nyeri punggung dapat bersifat akut atau kronik, nyerinya berlangsung terus menerus
atau hilang timbul, nyerinya menetap di suatu tempat atau dapat menyebar ke area lain. Nyeri
punggung dapat bersifat tumpul, atau tajam atau tertusuk atau sensasi terbakar. Nyerinya
dapat menyebar sampai lengan dan tangan atau betis dan kaki, dan dapat menimbulkan
gejala lain selain nyeri. Gejalanya dapat berupa perasaan geli atau tersetrum, kelemahan, dan
mati rasa.

B. Etiologi
Nyeri punggung dapat disebabkan oleh berbagai kelainan yang terjadi pada tulang
belakang, otot, diskus intervertebralis, sendi, amupun struktur lain yang menyokong tulang
belakang. Kelainan tersebut antara lain:
1. Kelainan kongenital/kelainan perkembangan: spondilosis dan spondilolistesis,
kiposkoliosis, spina bifida, gangguan korda spinalis
2. Trauma minor: regangan, cedera whiplash.
3. Fraktur: traumatik-jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor, atraumatik–osteoporosis,
infiltrasi neoplastik, steroid eksogen.
4. Herniasi diskus intervertebral.
5. Degeneratif: kompleks diskus-osteofit, gangguan diskus internal, stenosis spinalis dengan
klaudikasio neurogenik, gangguan sendi vertebral, gangguan sendi atlantoaksial
(misalnya arthritis reumatoid).
6. Arthritis: spondilosis, artropati facet atau sakroiliaka, autoimun (misalnya ankylosing
spondilitis, sindrom reiter).
7. Neoplasma –metastasis, hematologic, tumor tulang primer.
8. Infeksi/inflamasi: osteomyelitis vertebral, abses epidural, sepsis diskus, meningitis,
arachnoiditis lumbalis.
9. Metabolik: osteoporosis–hiperparatiroid, imobilitas, osteosklerosis (misalnya penyakit
paget).
10. Vaskular: aneurisma aorta abdominal, diseksi arteri vertebral.
11. Lainnya: nyeri alih dari gangguan visceral, sikap tubuh, psikiatrik, pura-pura sakit,
sindrom nyeri kronik

Faktor risiko nyeri pinggang belum sepenuhnya jelas. Faktor risiko yang paling sering
dilaporkan untuk nyeri pinggang adalah beban kerja fisik yang berat seperti mengangkat,
posisi tubuh membungkuk, dan getaran seluruh tubuh. Gaya Hidup juga dianggap sebagai
faktor risiko dari nyeri pinggang. Merokok, kurangnya latihan fisik, Dan jam tidur yang
pendek meningkatkan risiko nyeri pinggang.

C. Patofisiologi
Nyeri punggung bagian bawah kronis (chronic low back pain / cLBP) memiliki
berbagai penyebab; terkadang lebih dari satu di saat yang bersamaan. Berbagai struktur
anatomis dapat menimbulkan rasa sakit tersebut, contohnya radiks, otot, struktur fasia, tulang,
persendian, atau diskus intervertebralis. Nyeri itu sendiri tersalurkan oleh nosiseptor yaitu
saraf sensoris di perifer yang fungsinya mewaspadakan tubuh bila ada stimulus nyeri.
Stimulus diubah menjadi pesan elektrik yang dikirim melalui berbagai akson dari perifer, ke
korda spinalis, hingga ke bagian mesensefalon dan talamus otak. Jika stimulus terus menerus
ada, terjadi proses sensitisasi saraf perifer dan sentral hingga nyeri akut menjadi nyeri kronik.
Sensitisasi sentral adalah proses di mana tubuh menangkap signal nyeri secara tidak normal.
Proses ini juga berhubungan dengan taktil alodinia, kondisi yang menyebabkan tubuh
hipersensitif terhadap sentuhan atau nyeri. Terlebih lagi, pada sendi dan diskus banyak
ditemukan serabut saraf delta A yang bila terus menerus terangsang berperan dalam
pembentukan sensitisasi sentral.
D. Asal dan sifat
Nyeri punggung bawah dapat dibagi dalam enam jenis, yaitu:
 Nyeri punggung lokal
Jenis ini paling sering ditemukan. Biasanya terdapat di garis tengah dengan radiasi ke
kanan dan ke kiri. Dapat berasal dari bagian-bagian di bawahnya seperti fasia, otot-otot
paraspinal, korpus vertebra, artikulasio dan ligament.

 Iritasi pada radiks


Rasa nyeri dapat berganti-ganti dengan parestesi dan terasa pada dermatom yang
bersangkutan. Kadang-kadang dapat disertai hilangnya perasaan atau gangguan fungsi
motoris. Iritasi dapat disebabkan proses desak ruang yang bias terletak pada foramen
intervertebra atau dalam kanalis vertebra.

 Nyeri acuan somatic


Iritasi serabut-serabut sensoris di permukaan dapat dirasakan di bagian lebih dalam
pada dermatom yang bersangkutan. Sebaliknya iritasi di bagian-bagian lebih dalam dapat
dirasakan di bagian lebih superfisial.

 Nyeri acuan
Adanya gangguan pada alat-alat retroperitoneum, intraabdomen atau di dalam ruang
panggul yang dirasakan di daerah punggung.

 Nyeri karena iskemia


Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada klaudikasio intermitens yang dapat
dirasakan di pinggang bawah, di gluteus atau menjalar ke paha. Biasanya disebabkan oleh
penyumbatan pada percabangan aorta atau pada arteria iliaka komunis.
 Nyeri psikogen
Rasa nyeri tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf dan dermatom dengan
reaksi fasial yang sering berlebihan.

E. Klasifikasi Nyeri Punggung Bawah


1. Klasifikasi Menurut Penyebabnya
Nyeri punggung bawah menurut penyebabnya diklasifikasikan sebagai berikut:
 Nyeri Punggung Bawah traumatik
Lesi traumatik dapat disamakan dengan lesi mekanik. Pada daerah punggung bawah,
semua unsur susunan neuromuskoletal dapat terkena oleh trauma.

Trauma pada unsur miofasial


Setiap hari beribu-ribu orang mendapat trauma miofasial, mengingat banyaknya
pekerja kasar yang gizinya kurang baik dengan kondisi kesehatan badan yang kurang
optimal. Juga di kalangan sosial yang serba cukup atau berlebihan keadaan tubuh tidak
optimal karena kegemukan, terlalu banyak duduk dan terlalu kaku karena tidak
mengadakan gerakan-gerakan untuk mengendurkan urat dan ototnya. NPB jenis ini
disebabkan oleh lumbosakral strain dan pembebanan berkepanjangan yang mengenai otot,
fasia dan atau ligament.

Trauma pada komponen keras


Akibat trauma karena jatuh fraktur kompresi dapat terjadi di vertebrata torakal bawah
atau vertebra lumbal atas. Fraktur kompresi dapat terjadi juga pada kondisi tulang
belakang yang patalogik. Karena trauma yang ringan (misal jatuh terduduk dari kursi
pendek), kolumna vertebralis yang sudah osteoporotik mudah mendapat fraktur kompresi.
Akibat trauma dapat terjadi spondilolisis atau spondilolistesis. Pada spondilolisis istmus
pars interartikularis vertebrae patah tanpa terjadinya korpus vertebra. Spondilolistesis
adalah pergeseran korpus vertebra setempat karena fraktur bilateral dari istmus pars
interartikularis vertebra. Pergeserannya diderajatkan sampai IV. Kalau hanya 25% dari
korpus vertebra yang tergeser ke depan, maka spondolistesisnya berderajat I. Pada
pergeserannya secara mutlak, keadaannya dikenal sebagai spondilolistesis derajat IV. Pada
umumnya spondilolistesis terjadi pada L.4 atau L.5.

 Nyeri Punggung Bawah akibat proses degeneratif


Spondilosis
Perubahan degeneratif pada vertebra lumbosakralis dapat terjadi pada korpus vertebra
berikut arkus dan prosesus artikularis serta ligament yang menghubungkan bagian-bagian
ruas tulang belakang satu dengan yang lain. Dulu proses ini dikenal sebagai osteoatritis
deformans, tapi kini dinamakan spondilosis. Pada spondilosis terjadi rarefikasi korteks
tulang belakang, penyempitan discus dan osteofit-osteofit yang dapat menimbulkan
penyempitan dariforamina intervetebralis.

Hernia Nukleus Pulposus (HNP)


Perubahan degeneratif dapat juga mengenai annulus fibrosus discus intervertebralis
yang bila pada suatu saat terobek yang dapat disusul dengan protusio discus
intervertebralis yang akhirnya menimbulkan hernia nucleus pulposus (HNP). HNP paling
sering mengenai discus intervertebralis L5-S1 dan L4-L5.

Osteoatritis
Unsur tulang belakang lain yang sering dilanda proses degeneratif ialah kartilago
artikularisnya, yang dikenal sebagai osteoatritis. Pada osteoatritis terjadi degenerasi akibat
trauma kecil yang terjadi berulang-ulang selama bertahun-tahun. Terbatasnya pergerakan
sepanjang kolumna vertebralis pada osteoatritis akan menyebabkan tarikan dan tekanan
pada otot-otot/ ligament pada setiap gerakan sehingga menimbulkan NPB.

Stenosis Spinal
Vertebrata lumbosakralis yang sudah banyak mengalami penekanan, penarikan,
benturan dan sebagainya dalam kehidupan sehari-hari seseorang, sudah tentu akan
memperlihatkan banyak kelainan degeneratif di sekitar discus intervertebralis dan
persendian fasetal posteriornya. Pada setiap tingkat terdapat tiga persendian, yaitu satu di
depan yang dibentuk oleh korpus vertebra dengan discus intervertebralis dan dua di
belakang yang dibentuk oleh prosesus artularis superior dan inferior kedua korpus vertebra
yang ada di atas dan di bawah discus intervertebralis tersebut. Kelainan degeneratif yang
terjadi di sekitar ketiga persendian itu berupa osteofit dan profilerasi jaringan kapsel
persendian yang kemudian mengeras (hard lesion). Bangunan degeneratif itu
menyempitkan lumen kanalis intervertebralis setempat dan menyempitkan foramen
intervertebra.

 Nyeri Punggung Bawah akibat penyakit inflamasi


Artritis rematoid
Artritis rematoid termasuk penyakit autoimun yang menyerang persendian tulang.
Sendi yang terjangkit mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
kemudian sendi mengalami kerusakan. Akibat sinovitis (radang pada sinovium) yang
menahun, akan terjadi kerusakan pada tulang rawan, sendi, tulang, tendon, dan ligament di
sendi.

Spondilitis angkilopoetika
Kelainan pada artikus sakroiliaka yang merupakan bagian dari poliartritis rematoid
yang juga didapatkan di tempat lain. Rasa nyeri timbul akibat terbatasnya gerakan pada
kolumna vertebralis , artikulus sakroiliaka, artikulus kostovertebralis dan penyempitan
foramen intervertebralis.
 Nyeri Punggung Bawah akibat gangguan metabolisme
Osteoporosis merupakan satu penyakit metabolik tulang yang ditandai oleh
menurunnya massa tulang, oleh karena berkurangnya matriks dan mineral tulang disertai
dengan kerusakan mikro arsitektur dari jaringan tulang, dengan akibat menurunnya
kekuatan tulang, sehingga terjadi kecenderungan tulang mudah patah. Menurunnya massa
tulang dan memburuknya arsitektur jaringan tulang ini, berhubungan erat dengan proses
remodeling tulang. Pada proses remodeling, tulang secara kontinyu mengalami penyerapan
dan pembentukan. Hal ini berarti bahwa pembentukan tulang tidak terbatas pada fase
pertumbuhan saja, akan tetapi pada kenyataannnya berlangsung seumur hidup. Sel yang
bertanggung jawab untuk pembentukan tulang disebut osteoblas, sedangkan osteoklas
bertanggung jawab untuk penyerapan tulang. Pembentukan tulang terutama terjadi pada
masa pertumbuhan. Pembentukan dan penyerapan tulang berada dalam keseimbangan
pada individu berusia sekitar 30 - 40 tahun. Keseimbangan ini mulai terganggu dan lebih
berat ke arah penyerapan tulang ketika wanita mencapai menopause. Pada osteoporosis
akan terjadi abnormalitas bone turnover, yaitu terjadinya proses penyerapan tulang lebih
banyak dari pada proses pembentukan tulang. Peningkatan proses penyerapan tulang
dibanding pembentukan tulang pada wanita pascamenopause antara lain disebabkan oleh
karena defisiensi hormon estrogen, yang lebih lanjut akan merangsang keluarnya mediator-
mediator yang berpengaruh terhadap aktivitas sel osteoklas, yang berfungsi sebagai sel
penyerap tulang. Jadi yang berperan dalam terjadinya osteoporosis secara langsung adalah
jumlah dan aktivitas dari sel osteoklas untuk menyerap tulang, yang dipengaruhi oleh
mediatormediator, yang mana timbulnya mediator-mediator ini dipengaruhi oleh kadar
estrogen.

Nyeri punggung bawah pada orang tua dan jompo, terutama kaum wanita, seringkali
disebabkan oleh osteoporosis. Sakitnya bersifat pegal. Nyeri yang tajam atau radikular
merupakan keluhan. Dalam hal itu terdapat fraktur kompresi yang menjadi komplikasi
osteoporosis tulang belakang.

 Nyeri Punggung Bawah akibat neoplasma


Tumor benigna
Osteoma osteoid yang bersarang di pedikel atau lamina vertebra dapat mengakibatkan
nyeri hebat yang dirasakan terutama pada malam hari. Hemangioma merupakan tumor
yang berada di dalam kanalis vertebralis dan dapat membangkitkan NPB. Meningioma
merupakan suatu tumor intadural namun ekstramedular. Tumor ini dapat menjadi besar
sehingga menekan pada radiks-radiks. Maka dari itu tumor ini seringkali membangkitkan
nyeri hebat pada daerah lumbosakral.

Tumor maligna
Tumor ganas di vertebra lumbosakralis dapat bersifat primer dan sekunder. Tumor
primer yang sering dijumpai adalah mieloma multiple. Tumor sekunder yaitu tumor
metastatik mudah bersarang di tulang belakang, oleh karena tulang belakang kaya akan
pembuluh darah. Tumor primernya bisa berada di mama, prostate, ginjal, paru dan
glandula tiroidea.

 Nyeri Punggung Bawah akibat kelainan kongenital


Lumbalisasi atau adanya 6 bukan 5 korpus vertebra lumbalis merupakan variasi
anatomik yang tidak mengandung arti patologik. Demikian juga sakralisasi, yaitu adanya 4
bukan 5 korpus vertebra lumbalis. Pada lumbalisasi “lumbosakral strain” lebih mudah
terjadi oleh karena adanya 6 ruas lumbosakral, bagian lumbal kolum vertebral seolah-olah
menjadi lebih panjang, hingga tekanan dan tarikan pada daerah lumbal pada tiap gerakan
lebih besar daripada orang normal. Beban yang lebih berat pada otot-otot dan ligament
sering menimbulkan nyeri punggung bawah.

 Nyeri Punggung Bawah sebagai referred pain


Walaupun benar bahwa nyeri punggung bawah dapat dirasakan seorang penderita
ulkus peptikum, pankreatitis, tumor lambung, penyakit ginjal dan seterusnya, namun
penyakit-penyakit visceral menghasilkan juga nyeri abdominal dengan manifestasi
masing-masing organ yang terganggu.
Nyeri Punggung Bawah yang bersifar referred pain memiliki ciri-ciri khas yaitu:

- Nyeri hanya dirasakan berlokasi di punggung bawah


- Daerah lumbal setempat tidak memperlihatkan tanda-tanda abnormal, yakni tidak
ada nyeri tekan, tidak ada nyeri gerak, tidak ada nyeri isometrik dan motalitas
punggung tetap baik. Walaupun demikian sikap tubuh mempengaruhi bertambah
atau meredanya referred pain.
- Referred pain lumbal ada kalanya merupakan ungkapan dini satu-satunya penyakit
visceral.
- Dalam tahap klinis dan selanjutnya, penyakit visceral mengungkapkan adanya
keadaan patologik melalui manifestasi gangguan fungsi dan referred pain di daerah
lumbal.

 Nyeri Punggung Bawah psikoneurotik


Beban psikis yang dirasakan berat oleh penderita, dapat pula bermanifestasi sebagai
nyeri punggung karena menegangnya otot-ototnya. nyeri punggung bawah karena problem
psikoneuretik misalnya disebabkan oleh histeria, depresi, atau kecemasan. Nyeri punggung
bawah karena masalah psikoneurotik adalah nyeri punggung bawah yang tidak mempunyai
dasar organik dan tidak sesuai dengan kerusakan jaringan atau batas-batas anatomis, bila
ada kaitan nyeri punggung bawah dengan patologi organik maka nyeri yang dirasakan
tidak sesuai dengan penemuan gangguan fisiknya.

Ada 3 jenis keluhan nyeri punggung bawah pada penderita psikoneurotik. Yang
pertama ialah seorang histerik. Ia sungguh-sungguh merasakan sakit di pinggang, tetapi
sakit pinggangnya merupakan ungkapan penderitaan mentalnya kepada dunia luar. Yang
kedua ialah seorang pengeluh. Dalam hidupnya banyak waktu terbuang untuk merengek
rengek saja. Letaknya nyerinya berubah ubah, misal di kepala, lain kali perutnya kembung,
punggung bawah sakit dan seterusnya. Penyakitnya adalah sekaligus hobinya. Dan yang
ketiga adalah seorang yang dengan keluhannya hendak memperoleh uang ganti rugi. Dan
sakit pinggangnya dikenal sebagai nyeri punggung bawah kompensantorik.

 Nyeri Punggung Bawah Akibat Infeksi


Infeksi dapat dibagi ke dalam akut dan kronik. Nyeri punggung bawah yang
disebabkan infeksi akut misalnya kuman pyogenik (stafilokokus, streptokokus). Nyeri
punggung bawah yang disebabkan infeksi kronik misalnya spondilitis TB.

F. Faktor Risiko Nyeri Punggung Bawah


Faktor risiko nyeri punggung bawah antara lain adalah: usia, jenis kelamin, obesitas,
pekerjaan, faktor psikososial, riwayat cedera punggung sebelumnya, aktivitas/ olahraga
dan kebiasaan merokok.

 Usia
Usia merupakan faktor yang memperberat terjadinya nyeri punggung bawah, sehingga
biasanya diderita oleh orang berusia lanjut karena penurunan fungsi-fungsi tubuhnya
terutama tulangnya sehingga tidak lagi elastis seperti diwaktu muda. Penelitian telah
memperlihatkan bahwa resiko dari nyeri punggung bawah meningkat pada pasien yang
semakin tua, tetapi ketika mencapai usia sekitar 65 tahun resiko akan berhenti meningkat.
Tetapi saat ini sering ditemukan orang berusia muda sudah terkena nyeri punggung bawah.
Bahkan anak-anak dan remaja saat ini ini semakin beresiko mengalami nyeri punggung
akibat menghabiskan terlalu banyak waktu membungkuk di depan komputer atau
membawa tas sekolah yang berat dari dan ke sekolah. Dalam penelitian Louw, Q.A, et al
(2007) di Afrika ditemukan bahwa populasi yang paling banyak menderita NPB meliputi
kelompok usia pekerja/ produktif (48%). Kelompok usia sekolah yang menderita NPB
adalah 15% dari total penderita nyeri punggung bawah. Prevalensi anak-anak dan remaja
untuk menderita NPB adalah 33% sedangkan prevalensi orang dewasa menderita nyeri
punggung bawah adalah 50%.

 Jenis Kelamin

Laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama terhadap keluhan nyeri punggung
bawah sampai umur 60 tahun. Namun pada kenyataannya jenis kelamin seseorang dapat
mempengaruhi timbulnya nyeri punggung bawah, karena pada wanita keluhan ini lebih
sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses
menopause juga dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan
hormon estrogen sehingga memungkinkan terjadinya nyeri punggung bawah. Berdasarkan
penelitian Altinel, Levent, et al (2007) di Turki didapatkan bahwa prevalensi nyeri
punggung bawah pada perempuan adalah 63,2% dan pada laki-laki sebesar 33,8%
setidaknya satu kali dalam hidup mereka untuk menderita nyeri punggung bawah.

 Obesitas
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih, risiko timbulnya nyeri punggung
bawah lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat badan akan meningkat,
sehingga dapat memungkinkan terjadinya nyeri punggung bawah.

Obesitas dapat diukur dengan menggunakan IMT (Indeks Massa Tubuh) dengan rumus
BB(kg)/TB2(m). WHO telah menetapkan standar obesitas pada orang Asia yaitu dengan
ukuran IMT ≥ 25kg/m2.
 Pekerjaan
Faktor risiko di tempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan otot rangka
terutama adalah kerja fisik berat, penanganan dan cara pengangkatan barang, gerakan
berulang, posisi atau sikap tubuh selama bekerja, getaran, dan kerja statis. Oleh karena itu,
riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam penelusuran penyebab nyeri punggung bawah.

 Faktor Psikososial
Berbagai faktor psikologis dan sosial dapat meningkatkan risiko nyeri punggung
bawah. Kecemasan, depresi, stress, tanggung jawab, ketidakpuasan kerja, mental, stress di
tempat kerja dapat menempatkan orang-orang pada peningkatan risiko nyeri punggung
bawah kronis.

 Riwayat cedera/trauma
Satu-satunya alat prediksi terbaik nyeri punggung bawah adalah riwayat
cedera/trauma. Seseorang yang pernah mengalami cedera/trauma sebelumnya beresiko
untuk mengalami nyeri punggung bawah dikarenakan faktor kekambuhan atau karena
cedera tersebut berlangsung kronis.

 Aktivitas/ olahraga
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri punggung bawah yang sering tidak
disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan. Kebiasaan
seseorang seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi yang salah dapat
menyebabkan NPB.

 Merokok
Perokok lebih beresiko terkena nyeri punggung bawah dibandingkan dengan yang
bukan perokok. Diperkirakan hal ini disebabkan oleh penurunan pasokan oksigen ke
cakram dan berkurangnya oksigen darah akibat nikotin terhadap penyempitan pembuluh
darah arteri.
G. Terapi Farmakologis
 Asetaminofen
Penggunaan asetaminofen dosis penuh (2 sampai 4 g per hari) sebagai terapi lini
pertama didukung oleh bukti-bukti yang kuat dan beberapa pedoman terapi (rekomendasi
A). Harus diketahui bahwa pada pasien dengan riwayat alkoholisme, sedang puasa, memiliki
penyakit liver, mengonsumsi obat tertentu (terutama antikonvulsan), atau orang tua yang
lemah, toksisitas hati dapat terjadi pada dosis yang direkomendasikan. Selanjutnya,
toksisitas asetaminofen meningkat secara substansial jika dikonsumsi bersamaan dengan
dengan inhibitor siklooksigenase-2 spesifik (COX-2) atau obat-obat anti-inflamasi (NSAID).

 NSAID
Ada bukti kuat keberhasilan penggunaan NSAID pada nyeri akut dan bukti moderat
pada nyeri kronis (rekomendasi A). NSAID direkomendasikan oleh sebagian besar pedoman
pengobatan. Semua NSAID tampaknya memiliki khasiat yang sama. Mempertimbangkan
manfaat dibandingkan efek samping, American Geriatrics Society merekomendasikan COX-
2 inhibitor sebagai terapi lini pertama dibandingkan NSAID non spesifik. Salisilat non-asetil
(kolin magnesium trisalicylate, salsalat) terbukti efektif dan memiliki lebih sedikit efek
samping gastrointestinal dibandingkan NSAID non spesifik dengan biaya lebih rendah
daripada lebih agen selektif. Jika NSAID non spesifik yang dipilih, sitoproteksi lambung
harus dipertimbangkan berdasarkan profil risiko pasien. NSAID harus dipertimbangkan
ketika peradangan diyakini memainkan peran penting dalam proses produksi nyeri.

 Relaksan Otot
Bukti yang mendukung penggunaan relaksan otot masih kurang jelas (rekomendasi B).
Sebuah tinjauan dari 14 percobaan acak terkontrol moderat berkualitas menunjukkan bahwa
cyclobenzaprine lebih efektif daripada plasebo dalam pengelolaan nyeri leher dan punggung.
Namun, efeknya minimal dengan efek samping yang lebih besar. Efek tertinggi terjadi dalam
4 hari pertama terapi. Kesimpulan serupa juga sama untuk obat lain yang sejenis. Baclofen
dan Tizanidine memiliki lebih sedikit potensi kecanduan daripada relaksan otot lainnya.
Relaksan otot tidak dianjurkan untuk WAD fase akut karena bukti tentang manfaatnya masih
belum jelas.

 Opioid
Sebuah badan literatur ekstensif melaporkan efektivitas jangka pendek opioid dalam
berbagai sindrom nyeri (rekomendasi A). Namun, tidak ada penelitian acak berkualitas tinggi
untuk menunjukkan manfaat dan keamanan opioid jangka panjang untuk setiap indikasi
pemberiannya. Kegunaan opioid pada nyeri leher harus seimbang dengan efek samping yang
ditimbulkan seperti sembelit, sedasi, dan ketergantungan. Beberapa pihak mendukung
penggunaan opioid dalam berbagai sindrom nyeri ketika strategi lain tidak melngurangi rasa
sakit secara adekuat, dan ada bukti jelas bahwa obat ini tidak merugikan pasien dan
memberikan peningkatan yang signifikan dan berkelanjutan.

 Antidepresan ajuvan dan Antikonvulsan


Meskipun tidak ada penelitian acak berkualitas terkontrol untuk penggunaan agen ini
secara khusus pada nyeri leher, penggunaannya, terutama dalam nyeri kronis dan neuropatik,
secara didukung secara luas oleh berbagai literatur (rekomendasi A). Juga harus dicatat
bahwa dalam sindrom nyeri kronis, depresi sering terjadi bersamaan, dan pengobatan depresi
secara agresif sering memberikan bermanfaat.

 Hipnotik sedatif
Tidak ada penelitian acak berkualitas terkontrol yang cukup panjang untuk
menunjukkan manfaat dan keamanan jangka panjang obat ini untuk mengobati nyeri. Selain
menghilangkan rasa sakit yang secara khusus disebabkan oleh kejang otot, obat ini bukan
penghilang rasa sakit yang efektif.

 Steroid
Injeksi steroid epidural adalah prosedur yang biasa dilakukan untuk nyeri leher
radikuler dan nyeri punggung bawah. Hasil uji coba dibagi antara hasil yang positif dan
negatif. Perbedaan hasil yang didapat merupakan akibat, setidaknya sebagian, dari penyakit
yang berbeda antar kelompok pasien dan perbedaan teknik. Uji coba terakhir dengan
pemilihan pasien yang lebih hati-hati dan teknik terstandar telah menunjukkan hasil yang
lebih positif. Oleh karena itu keputusan untuk mempertimbangkan penggunaan steroid
epidural pada setiap pasien merupakan latihan dalam penilaian klinis. Tidak ada ada alasan
yang jelas dalam penggunaan injeksi steroid epidural pada nyeri nonradicular. Penggunaan
steroid untuk nyeri radikuler harus jelas (rekomendasi B). Beberapa pihak
merekomendasikan penggunaan injeksi steroid epidural, sedangkan yang lain tidak.
Percobaan sederhana yang mempelajari manfaat klinis steroid sistemik masih belum
meyakinkan, dan uji klinis untuk membandingkan steroid oral dan epidural masih belum ada.
Injeksi steroid intraartikular belum terbukti dapat menghilangkan rasa sakit jangka panjang
yang efektif, dan penggunaan steroid tidak dianjurkan untuk mengobati WAD kronis.
BAB II
PEMBAHASAN KASUS
KASUS 3: Ny. N, 42 tahun, bekerja di tempat penitipan anak. Ia mengalami cedera
punggung saat mengangkat seorang anak. Sejak itu ia mengalami nyeri tumpul di punggung
tengah bawah, kadang menjalar ke kiri, namun tidak ada nyeri di kaki. Sebelum cedera ini, ia
kadang merasakan ada seperti tusukan di punggung bawah saat ia mengangkat barang, tapi
segera hilang dengan cepat tanpa perlu pengobatan.

Setelah cedera Ny.N harus berhenti bekerja selama 6 minggu, istirahat dengan sedikit latihan
TBmaksimal.

Ia kembali bekerja namun belum dapat melakukan aktivitas seperti sebelumnya, sementara
atasannya terus menekannya untuk kembali melakukan tugasnya mengasuh anak-anak.

Saat ini ia menggunakan asetaminofen 500 mg jika perlu, rata-rata 4 kali sehari. Selain itu ia
juga pernah minum kodein tablet 30 mg, tapi hanya sedikit berefek dan menyebabkan
konstipasi parah sehingga tidak digunakan lagi.

Secara umum kesehatan Ny. N baik, tapi berat badannya naik 8 kg karena kurang aktivitas
sejak mengalami cedera punggung. Ia tidak memiliki masalah dengan ekstremitas bawah,
tidak ada demam, serta tidak ada masalah dengan kontrol berkemih. Pasien tidak memiliki
riwayat trauma pada punggung. Nyeri punggungnya membaik dengan istirahat dan
memburuk bila beraktivitas. Hasil radiografi sinar-X yang dilakukan 3 bulan sejak cedera
menunjukkan tulang belakang yang normal, hanya ada sedikit degenerasi di L4-5.

Lakukan patient care process untuk Ny. N dan rekomendasikan terapi agar Ny.N bisa
beraktivitas secara normal lagi.

Tugas:
1.Buatlah latar belakang singkat, tentang patofisologi dan farmakoterapinya
2.Masukkan data base pasien ke dalam format database (termasuk data subyektif dan
obyektif)
3.Buatlah assessment
4.Identifikasi dan usulkan pengatasan problem medik
5.Lakukan Pemantauan Terapi Obat
FORM DATA BASE PASIEN
UNTUK ANALISIS PENGGUNAAN OBAT

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. N No Rek Medik :
Tempat/tgl lahir :- Dokter yg merawat :
Alamat :-
Ras :-
Pekerjaan : PRT
Sosial :-
Riwayat penyakit terdahulu :
Riwayat Sosial :-
Riwayat Alergi :-
Pola Makan
Vegetarian : Tidak
Meminum Alkohol : Tidak
Meminum Obat Herbal : Tidak
Merokok : Tidak
Riwayat Alergi :-

Keluhan / Tanda Umum


Subyektif Obyektif
Cedera Punggung Radiografi sinar x (sedikit
degenerasi di L4-5)

OBAT YANG DIGUNAKAN SAAT INI


Rute Outcome
No. Nama Obat Indikasi Dosis Pemberian Interaksi ESO Terapi
Mengatasi 500mg 4x Menghilangkan
1 Acetaminofen Nyeri ringan sehari PO - Hepatotoksik Nyeri
Konstipasi,
depresi
pernafasan
pada pasien
Mengatasi yang sensitif
Nyeri sedang- atau pada Menghilangkan
2 Codein berat 30mg PO - dosis besar Nyeri

ASSASMENT

Problem medik Subyektif Objektif Terapi DRP


Nyeri Punggung Cedera Radiografi Asetaminofen ADR:
Punggung sinar x (sedikit 500mg 4x konstipasi
degenerasi di sehari, Codein parah
L4-5) tablet 30mg
CARE PLAN
Problem Medik Nyeri Punggung
Penggunaan asetaminofen untuk terapi nyeri punggung sudah tepat karena
asetaminofen merupakan terapi lini pertama pada pengobatan nyeri punggung, tetapi dalam
penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan hepatotoksik, oleh karena harus dilakukan
monitoring fungsi hati. Unuk meminimalkan efek samping dari pemakaian jangka panjang
asetaminofen, bisa menggunakan NSAID untuk teapi nyerinya karena NSAID juga
merupakan terapi lini pertama pada pengobatan nyeri punggung dan untuk penggunaan
NSAID dilakukan monitoring gastrointestinal. Penggunaan codein juga bisa dilakukan untuk
membantu meredakan nyeri punggungnya, dan harus dilakukan monitoring terhadap efek
sampingcodein yaitu konstipasi.

TERAPI NON FARMAKOLOGI

1. Lakukan aktivitas seperti biasanya, tetapi hindari aktivitas berat.


2. Lakukan olah raga, tetapi jika pasien tidak bisa kembali ke aktivitas sehari-hari dalam
4-6 minggu maka harus dievaluasi lebih lanjut.
3. Edukasi pasien mengenai biomekanik tubuh yang benar, perubahan gaya hidup,
kebiasaan hidup sehat seperti kontrol berat badan, nutrisi yang sesuai, dan relaksasi
stress.

MONITORING
Pengobatan Monitoring Rekomendasi Jika Terapi
Gagal
Acetaminofen 500mg 4x sehari Hepatotoksik Pasien masih mengeluhkan
nyeri, gunakan terapi NSAID.
Codein 30 mg Konstipasi Hentikan pemakaian codein
DAFTAR PUSTAKA
Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, et al. Back and Neck Pain. Dalam Harrison’s
Principles of Internal Medicine. 17th Edition. New York: McGraw-Hill, 2008.
en.wikipedia.org/wiki/Back_pain

Tunjung R. Diagnosis dan penatalaksanaan nyeri punggung bawah di puskesmas.


dokterblog.wordpress.com/2009/05/17/diagnosis-dan-penatalaksanaan-nyeri-
punggung-bawah-di-puskesmas/

Harsono. 2009. Kapita Selekta Neurologi. Edisi kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Allegri M, Montella S, Valente A, Marchesini M, Compagnone C, Baciarello M, Manferdini


ME, Fanelli G. Mechanisms of low back pain: a guide for diagnosis and therapy.
[online]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4926733/

Hills, E. Mechanical Low Back Pain. [Online]. Available from:


https://emedicine.medscape.com/article/310353-overview#a5 Yuliana. Low back
pain. CDK 2011; 38(4): 270-273.

Swenson RS. Therapeutic modalities in the management of nonspecific neck pain. Phys
Med Rehabil Clin N Am 2003; 14: 605–627.

Douglass AB, Bope ET. Evaluation and treatment of posterior neck pain in family practice.
J Am Board Fam Pract 2004; 17: S13–22.

Anda mungkin juga menyukai