LP KPD Ikha
LP KPD Ikha
Di Susun Oleh :
A. Definisi
Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Hadijono,2008)
B. Klasifikasi
3. Latihan
a) Diskusikan pentingnya otot-otot panggul kembali normal. Ibu akan
merasa lebihmkuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat
sehingga mengurangi rasa sakit pada panggul.
b) Jelaskan pentingnya latihan untuk memperkuat tonus otot jalan lahir
dan dasar panggul (kelgel exercise). Mulai dengan mengerjakan 5 kali
latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5
kali lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus
mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.
4. Gizi
a) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari.
b) Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan
vitamin yang cukup
c) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap
kali menyusui.
d) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama
40 hari post partum.
e) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin
A kepada bayi melalui air asinya.
5. Perawatan payudara
a) Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama pada puting susu
b) Menggunakan Bra yang menyokong payudara
c) Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada
sekitar puting susu setiap kali menyusui. Tetap menyusui dimulai dari
puting susu yang tidak lecet.
d) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminumkan menggunakan sendok.
e) Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum paracetamol 1 tablet.
f) Urut payudara dari arah pangkal menuju puting susu dan gunakan sisi
tangan untuk mengurut payudara.
g) Keluarkan ASI sebagian dari depan payudara sehingga puting susu
menjadi lunak.
h) Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila tidak dapat menghisap seluruh
ASI, sisanya keluarkan dengan tangan. Letakkan kain dingin pada
payudara setelah menyusui.
6. Senggama
a. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jarinya kedalam
vagina tanpa rasa nyeri
b. Banyaknya budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami
istri sampai pada masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6
minggu setelah persalinan. Keputusan bergantung pada pasangan yang
bersangkutan
1. Perineum
2. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin ibu harus istirahat tidur terlentang selama 8
jam post partum, kemudian boleh miring-miring kekiri dan kekanan untuk
mencegah terjadinya trobosis dan tramboemboli. Pada hari kedu duduk-
duduk, hari ketiga jalanjalan dan pada hari keempat atau lima boleh pulang.
Mobilisasi diatas mempunyai variasi tergantung pada adanya komplikasi
persalinan nifas dan sembuhnya luka-luka
3. Diet
Makanan harus bermutu dan bergizi cukup kalori. Sebaiknya makan
makanan yang mengandung protein, banyak cairan sayuran-sayuran dan
buah-buahan.
4. Miksi
5. Defakasi
Buang air besar harus dilakukan 3 – 4 hari post partum. Bila masih sulit
buang air besar dan terjadi optipasi apabila faeces keras harus diberikan obat
laksans atau perectal, jika masih belum bisa dilakukan klisma.
6. Laktasi
Perawatan mammae telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu
tidak keras, lemas dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya.
Laktasia dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu
(ASI). Keuntungan ASI yakni :
1) Bagi ibu
a) Mudah didapatkan
b) Praktis dan murah
c) Memberi kepuasan
2) Bagi bayi
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta : EGC
Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta
Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina
setelah kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses persalinan berlangsung
dan dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu
maupun kehamilan aterm. (saifudin,2002)
B. Etiologi
1. Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas responden sehari-hari,
namun pada masa kehamilan pekerjaan yang berat dan dapat
membahayakan kehamilannya hendaklah dihindari untuk menjaga
keselamatan ibu maupun janin. Kejadian ketuban pecah sebelum waktunya
dapat disebabkan oleh kelelahan dalam bekerja. Hal ini dapat dijadikan
pelajaran bagi ibu-ibu hamil agar selama masa kehamilan hindari/kurangi
melakukan pekerjaan yang berat (Abdul, 2010).
Pekerjaan adalah kesibukan yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupan dan kehidupan keluarga .pekerjaan bukanlah
sumber kesenangan tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah
yang membosankan,berulang dan banyak tantangan. Bekerja pada
umumnya membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak aktivitas yang
berlebihan mempengaruhi kehamilan ibu untuk menghadapi proses
persalinanya
2. Paritas
3. Umur
Adalah umur individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang
tahun. Semakin cukup umur,tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Santoso, 2013). Dengan
bertambahnya umur seseorang maka kematangan dalam berfikir semakin
baik sehingga akan termotivasi dalam pemeriksaan kehamilam untuk
mecegah komplikasi pada masa persalinan.
4. Riwayat Ketuban Pecah Dini
Riwayat KPD sebelumnya berisiko 2-4 kali mengalami KPD kembali.
Patogenesis terjadinya KPD secara singkat ialah akibat adanya penurunan
kandungan kolagen dalam membran sehingga memicu terjadinya KPD
aterm dan KPD preterm terutama pada pasien risiko tinggi. Wanita yang
mengalami KPD pada kehamilan atau menjelang persalinan maka pada
kehamilan berikutnya akan lebih berisiko mengalaminya kembali antara 3-
4 kali dari pada wanita yang tidak mengalami KPD sebelumnya, karena
komposisi membran yang menjadi mudah rapuh dan kandungan kolagen
yang semakin menurun pada kehamilan berikutnya (Cunningham, 2006)
5. Usia Kehamilan
Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia
kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan
prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin,
meningkatnya insiden Sectio Caesaria, atau gagalnya persalinan normal.
Persalinan prematur setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh
persalinan. Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan
aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan
antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan
kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam1minggu. Usia kehamilan
pada saat kelahiran merupakan satu-satunya alat ukur kesehatan janin yang
paling bermanfaat dan waktu kelahiran sering ditentukan dengan
pengkajian usia kehamilan. Pada tahap kehamilan lebih lanjut,
pengetahuan yang jelas tentang usia kehamilan mungkin sangat penting
karena dapat timbul sejumlah penyulit kehamilan yang penanganannya
bergantung pada usia janin. Periode waktu dari KPD sampai kelahiran
berbanding terbalik dengan usia kehamilan saat ketuban pecah. Jika
ketuban pecah trimester III hanya diperlukan beberapa hari saja hingga
kelahiran terjadi dibanding dengan trimester II. Makin muda kehamilan,
antar terminasi kehamilan banyak diperlukan waktu untuk
mempertahankan hingga janin lebih matur. Semakin lama menunggu,
kemungkinan infeksi akan semakin besar dan membahayakan janin serta
situasi maternal (Astuti, 2012)
6. Cephalopelvic Disproportion(CPD)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan
persalinan,tetapi yang tidak kurang penting ialah hubungan antara kepala
janin dengan panggul ibu.Partus lama yang sering kali disertai pecahnya
ketuban pada pembukaan kecil,dapat menimbul dehidrasi serta asdosis,dan
infeksi intrapartum. Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan cara
pemeriksaanyang penting untuk mendapat keterangan lebih banyak
tentang keadaan panggul (Prawirohardjo, 2011)
D. Manifestasi Klinik
Menurut Mansjoer ( 2000) Achadiat (2004) manifestasi ketuban pecah dini
adalah:
1. Keluar air krtuban warna keruh. Jernih,kuning, hijau, atau kecoklatan
sedikit-sedikit atau sekaligus banyak
2. Dapat disertai demam bila sudah terjadi infeksi
3. Janin mudah diraba
4. Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban sudah tiadak ada, air ketuban sidah
kering
5. Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput keruban tidak ada dan
air ketuban sudah kering
6. Usia kehamilan vible (>20 minggu)
7. Bunyi jantung bisa tetap normal
E. Patofisiologi
F. Pengaruh KPD
1. Terhadap janin
2. Terhadap ibu
Karena jalan telah terbuka,maka dapat terjadi infeksi intrapartum,apa lagi
terlalu sering diperiksa dalam, selain itu juga dapat dijumpai infeksi peupuralis
(nifas), peritonitis dan seftikamia, serta dry-labor. Ibu akan merasa lelah karena
terbaring ditempat tidur, partus akan menjadi lama maka suhu tubuh naik,nadi
cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi. Hal-hal di atas akan meninggikan
angka kematian dan angka morbiditas pada ibu. Dampak yang ditimbulkan
pada ibu yaitu partus lama, perdarahan post partum, atonia uteri, infeksi nifas.
G. Komplikasi Kpd
Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia
kehamilan. Dapat terjadi Infeksi Maternal ataupun neonatal, persalinan
prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya
insiden SC, atau gagalnya persalinan normal.
1. Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten
tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24
jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50%
persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan
terjadi dalam 1 minggu.
2. Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu
terjadi Korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia,
omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada
ketuban Pecah Dini premature, infeksi lebih sering dari pada aterm. Secara
umum insiden infeksi sekunder pada KPD meningkat sebanding dengan
lamanya periode laten.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Konservatif
2. Aktif
1. PENGKAJIAN
a) Biodata klien
berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama,
Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan ,
Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
b) Keluhan utama :
keluar cairan warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau / kecoklatan sedikit
/ banyak, pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah
kering, inspeksikula tampak air ketuban mengalir / selaput ketuban tidak
ada dan air ketuban sudah kering
c) Riwayat haid
Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar,
konsistensi, siklus haid, hari pertama haid dan terakhir, perkiraan tanggal
partus
d) Riwayat Perkawinan
Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa? Apakah perkawinan
sah atau tidak, atau tidak direstui dengan orang tua ?
e) Riwayat Obstetris
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboraturium : USG ,
darah, urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan
impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang
diperoleh.
f) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah di diderita pada masa lalu, bagaimana cara
pengobatan yang dijalani nya, dimana mendapat pertolongan, apakah
penyakit tersebut diderita sampai saat ini atau kambuh berulang – ulang
g) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara
genetic seperti panggul sempit, apakah keluarga ada yg menderita penyakit
menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah di
derita oleh keluarga
h) Kebiasaan sehari –hari
o Pola nutrisi : pada umum nya klien dengan KPD mengalami
penurunan nafsu makan, frekuensi minum klien juga mengalami
penurunan
o Pola istirahat dan tidur : klien dengan KPD mengalami nyeri pada
daerah pinggang sehingga pola tidur klien menjadi terganggu, apakah
mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan
pada perineum)
o Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah
inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin),hilangnya kontrol
blas, terjadi over distensi blass atau tidak atau retensi urine karena rasa
takut luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB,
freguensi, konsistensi,rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan
penggunaan toilet.
o Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi,
penggunaan pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tata
rias rambut dan wajah.
o Aktifitas : Kemampuan mobilisasi klien dibatasi, karena klien dengan
KPD di anjurkan untuk bedresh total
o Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan,
kegiatan yang membuat fresh dan relaks.
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboraturium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau
dan pH nya. Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban
mungkin juga urine atau sekret vagina. Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5,
dengan kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning.
b. Tes Lakmus (tes Nitrazin), jika krtas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 – 7,5, darah
dan infeksi vagina dapat mengahsilakan tes yang positif palsu.
c. Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek
dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran
daun pakis.
d. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam
kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit.
Namun sering terjadi kesalahn pada penderita oligohidromnion
4. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b/d peredaran karakteristik kontraksi
b. Intoleran aktifitas b/d tirah baring
c. Kurang pengetahuan mengenai prosedur b/d kurang informasi
d. Ketakutan/ansietas b/d kondisi janin yang menurun
e. Resiko tinggi infeksi b/d rembesan cairan ketuban
5. Intervensi
A. Nyeri akut b/d peredaran karakteristik kontraksi
Tujuan:
- Pasien menunjukkan ekspresi wajah rileks
- Pasien tidak mengeluh kesakitan
- Pasien menyatakan nyerinya berkurang
Intervensi :
a) Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-5),
frekuensi, dan waktu. Menandai gejala nonverbal. Misalnya:
gelisah, takikardia, dan meringis.
b) Dorong pengungkapan perasaan
c) Berikan aktivitas hiburan, misalnya: membaca, berkunjung, dan
lain-lain.
d) Lakukan tindakan paliatif, misalkan: pengubahan posisi, massase,
rentang gerak pada sendi yang sakit.
e) Intruksikan pasien/dorong untuk menggunakan
visualisasi/bimbingan imajinasi, relaksasi progresif, teknik nafas
dalam.
Helen. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Ed. 4, Vol. 1. Jakarta : EGC. 2007.