Anda di halaman 1dari 10

i

POKOK BAHASAN

A. Sejarah Asuhan Kebidanan Kehamilan di Indonesia


Menurut Purwandari (2008:20-21), “perkembangan pelayanan
kebidanan kehamilan di Indonesia menurut catatan dimulai pada tahun
1807 ketika angka kematian ibu dan bayi tinggi sehingga dukun dilatih
untuk pertolongan persalinan. Akan tetapi, hal ini tidak berlangsung lama
karena tidak adanya pelatih kebidanan ( pada zaman Gubernur Daendlees).
Pada tahun 1952, bersamaan dengan berkembangnya pelayanan kesehatan
ibu dan anak secara menyeluruh, bidan mengambil peranan penting. Pada
awalnya , bidan tidak diperbolehkan memberi pertolongan klinis. Dengan
dikembangkannya konsep paripurna kesehatan ibu dan anak, bidan
diperbolehkan secara luas memberi pelayanan dalam masa kehamilan,
persalinan, masa nifas, dan bayi baru lahir, serta tindakan medis sederhana”.

Menurut Purwandari (2008:20-21), “Pelayanan kehamilan dahulu


dilakukan oleh dukun bayi (DB). DB menetapkan apakah seorang wanita
hamil/tidak , mengetahui letak/posisi janin, dan menafsirkan bayi yang akan
dilahirkan. DB juga memberi nasihat agar bumil merawat dirinya yang saat
ini kita sebut higiene sanitasi”. DB akan menganjurkan ibu untuk :

a. Melakukan pantangan terhadap makanan yang dianggap dapat


mencelakakan anak, meliputi larangan makan jantung pisang (
bermakna makan jantung anak anak sendiri) , makan di dalam kamar
( akan menimbulkan buah dada bengkak atau air susu ibu tidak
keluar)
b. Melakukan pantangan terhadap pakaian. DB melarang ibu
mengalungkan selendang di leher (dianggap menimbulkan lilitan tali
pusat)
c. Pantang terhadap tindakan, yang meliputi membunuh/ menyiksa
binatang (dianggap menyebabkan kepribadian bayi akan sama

1
dengan orang yang dicela), pergi malam hari (setan suka
mengganggu wanita hamil dan menyebabkan ibu sakit), suka duduk
di depan pintu ( dianggap menyulitkan persalinan bayi atau partus
macet).
d. Melaksanakan kenduri (selamtan) yang diadakan pada saat hamil 3
bulan atau 7 bulan.

Menurut Megasari (2015:22), “ Pada zaman pemerintahan India


Belanda, Angka Kematian Ibu ( AKI) dan Angka Kematian Bayi ( AKB )
sangat tinggi dengan tenaga penolong persalinan adalah dukun. Sejak saat
itu, pelayanan kebidanan terus berkembang. Pelatihan dan pendidikan bidan
pun terus berkembang sejak tahun 1952 hingga kini. Fasilitas pelayanan
kesehatan juga semakin dikembangkan dengan menyebarkan bidan di
seluruh wilayah tanah air agar pelayanan kebidanan dapat semakin dekat
dengan masyarakat”.
Negara-negara di lingkungan ASEAN, Indonesia merupakan Negara
dengan angka kematian Ibu dan perinatal tertinggi. Hal ini berarti
kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan
perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu.
Memperhatikan angka kematian ibu dan bayi, dapat dikemukakan hal-
hal sebagai berikut:

1. Sebagian besar kematian ibu dan perinatal terjadi saat pertolongan


pertama sangat dibutuhkan
2. Pengawasan antenatal masih belum memadai sehingga penulit hamil
dan hamil dengan resiko tinggi atau terlambat diketahui. Masih banyak
dijumpai ibu dengan jarak hamil pendek , terlalu banyak anak, terlalu
muda, dan terlalu tua untuk hamil.
3. Gerakan keluarga berencana masih dapat digalakkan untuk
meningkatkan sumber daya manusia melalui Norma Keluarga Kecil
Bahagia dan Sejahtera ( NKKBS)
4. Jumlah anemia pada ibu hamil cukup tinggi
5. Pendidikan masyarakat yang rendah cenderung memilih pemeliharaan
kesehatan secara tradisional dan belum siap menerima pelaksanaan
kesehatan modern.

Oleh karena itu, pada tahum 1999, WHO meluncurkan strategi


Making Pregnancy Safer ( MPS) yang didukung oleh badan-badan
Internasional seperti UNFPA, UNICEF, dan World Bank. Pada dasarnya
MPS meminta perhatian pemerintah dan masyarakat di setiap Negara
mengenai hal-hal sebagai berikut :

1. Menempatkan Safe Motherhood sebagai prioritas utama dalam rencana


pembangunan Nasional dan Internasional
2. Menyusun Acuan Nasional dan Standar Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal
3. Mengembangkan sistem yang menjamin pelaksanaan standar yang
telah disusun.
4. Memperbaiki akses pelayanan kesehtan maternal dan neonatal, KB,
aborsi illegal, baik publik maupun swasta.
5. Meningkatkan upaya kesehtan promotif dalam kesehatan maternal dan
neonatal , serta pengendalian fertilitas pada tingkat keluarga dan
lingkungannya.
6. Memperbaiki sistem monitoring pelayanan kesehtan maternal dan
neonatal

Safe Motherhood sendiri mempunyai empat pilar, untuk menurunkan


AKI dari 450 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1996 menjadi 225 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2000, yaitun sebagai berikut :

1. Keluarga Berencana
2. Asuhan Antenatal
3. Persalinan Bersih dan Aman.
4. Pelayanan Obstetri Essensial
Dengan demilikan asuhan antenatal menjadi hal yang sangat penting
di dalam meningkatkan status kesehatan Nasional di seluruh dunia

Saat ini, Pelayanan kehamilan dilakukan oleh tenaga kesehatan


(bidan/ dokter), baik antenatal care ( ANC ) maupun pertolongan persalinan,
serta menggunakan alat-alat medis yang canggih. Pelayanan ANC
mencakup pemberian imunisasi TT (tetanus toksoid), penyuluhan,
pemilihan jenis tindakan, dan inform consent. Ibu hamil bebas
mengonsumsi makanan selama masih dianjurkan untuk kesehtan ibu dan
janin. Tidak ada pantangan bila tidak ada kelainan pada janin dan ibu

B. Sejarah Asuhan Kebidanan Kehamilan Di Luar Negeri

a. Sejarah asuhan kehamilan di Mesir

Telah diketahui dalam sejarah bahwa bidan sudah ada sejak


zaman Mesir yaitu Simphrah dan Poah yang tidak setuju dengan
tindakan Raja Fir’aun membunuh bayi laki-laki yang baru lahir. Dengan
perkembangan zaman, mulai diketahui fisiologi dan patologi kehamilan.
Pada tahun 1899 di Edinburg mulai disediakan tempat perawatan wanita
hamil. Sejarah asuhan kehamilan sejalan dengan perkembangan dunia
kebidanan secara umum. Dimana dunia menyadari bahwa persalinan
akan berjalan dengan lancar apabila adanya peningkatan pelayanan
antenatal care, sehingga bumin terjadi pada tahun 1980-an seiring
dengan munculnya safe motherhood dan making pregnancy safer,
karena sebelum dikenal asuhan berdasarkan evidence based, asuhan
yang diberikan bersifat tradisional. Lebih mengarah ke frekuensi dan
jumlah daripada tujuan yang esensial. Lebih mengarah ke ritual daripada
rasional.
b. Sejarah asuhan kehamilan di Inggris
Jean Lubumen dari Perancis menemukan stetoskop pada tahun
1819, dan pertama mendengar DJJ tahun 1920. John Braxton Hicks dari
Inggris tahun 1872 menggambarkan kontraksi uterus selama kehamilan
yang dikenal dengan kontraksi Braxton-Hicks. Di Inggris (Edinburg)
dalam tahun 1899 disediakan tempat untuk merawat wanita hamil di The
Royal Maternity Hospital. Dr.Ballentyne adalah dokter yang
berjasa dalam menganjurkan pro maternity hospital untuk wanita hamil
yang memerlukan perawatan.

c. Sejarah asuhan kehamilan di Amerika

Amerika Serikat (Boston) dilangsungkan usaha baru, dimana


anggota-anggota Intructive Nursing Association mengadakan
kunjungan rumah secara rutin pada wanita-wanita hamil. Akhirnya pada
tahun 1911 didirikan klinik antenatal di Boston Lying-in Hospital untuk
pemeriksaan dan penanggulangan wanita hamil. Prakarsa ini dicontoh
oleh negara-negara lain, dan kini klinik antenatal sudah tersebar di
seluruh dunia. Salah satunya adalah negara Belanda.

d. Sejarah asuhan kehamilan di Belanda

Pada tahun 1837 Thomas Bull membuat buku pertama yang


khusus membahas penanganan wanita hamil. Pada tahun 1878
Pinard menulis tentang bahaya kelainan letak janin dan menganjurkan
pemeriksaan wanita hamil untuk mengetahui letak janin dalam uterus.
Selanjutnya pada tahun 1895 beliau memberitahukan adanya rumah di
Paris untuk merawat wanita hamil yang terlantar, dan menerangkan
bahwa bayi-bayi yang dilahirkan oleh wanita-wanita ini umumnya
lebih besar dari bayi wanita-wanita yang bekerja terus sampai persalinan
mulai.
Pada tahun 1911 Belanda mendirikan klinik antenatal untuk
pemeriksaan kehamilan dan penanggulangan wanita hamil. Hal tersebut

Adapun pelayanan-pelayanan yang dilaksanakan oleh Belanda, yaitu :

a. Pelayanan Antenatal
Bidan Belanda lebih berhak praktek mandiri daripada perawat.
Bidan mempunyai ijin resmi untuk praktek dan menyediakan layanan
kepada wanita dengan resiko rendah, meliputi antenatal, intrapartum dan
postnatal. Untuk memperbaiki pelayanan kebidanan dan ahli kebidanan
dan untuk meningkatakan kerjasama antar bidan dan ahli kebidanan
dibentuklah dafatar indikasi oleh kelompok kecil yang berhubungan
dengan pelayanan maternal di Belanda.

b. Pelayanan Intrapartum
Pelayanan intrapartum dimulai dari waktu bidan dipanggil sampai
satu jam setelah lahirnya plasenta dan membrannya. Bidan mempunyai
kemampuan untuk melakukan episiotomi tapi tidak diijinkan
menggunakan alat kedokteran. Biasanya bidan menjahit luka perineum
atau episiotomi, untuk luka yang parah dirujuk ke ahli kebidanan.

c. Pelayanan Postpartum
Pada tahun 1988, persalinan di negara Belanda 80% telah ditolong
oleh bidan, hanya 20% persalinan di RS. Pelayanan kebidanan dilakukan
pada community – normal, bidan sudah mempunyai independensi yang
jelas. Kondisi kesehatan ibu dan anak pun semakin baik, bidan
mempunyai tanggung jawab yakni melindungi dan memfasilitasi proses
alami, menyeleksi kapan wanita perlu intervensi, yang menghindari
teknologi dan pertolongan dokter yang tidak penting
DAFTAR PUSTAKA

Purwandari, A. (2008). Konsep kebidanan: sejarah & profesionalisme. Jakarta:


Penerbit

Buku Kedokteran EGC

Megasari, M. (2015). Panduan belajar asuhan kebidanan 1. Yogyakarta: Penerbit

deepublish

Saifudin, A.B. (2002). Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal


neonatal.

Jakarta: YBP-SP.

Erwin., d.k.k. (2014). Asuhan kebidanan kehamilan. Jakarta: PT Yapindo Jaya


Abadi

Anda mungkin juga menyukai