Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat menuntut mahasiswa untuk berfikir
lebih kreatif dan inovatif. Perguruan tinggi sebagai institusi pendidikan yaitu bertanggung
jawab dalam menciptakan mahasiswa yang siap untuk kemajuan teknologi sehingga
mahasiswa mempunyai kompetensi yang siap dalam dunia pekerjaan.
Sebagai seorang calon sarjana Arsitektur tentunya tidak cukup hanya menuntut ilmu di
bangku kuliah saja. Banyak berbagai cara untuk mendapatkan ilmu penting lain yang
didapatkan di luar bangku kuliah dengan pengamatan secara langsung karena banyak metode
maupun tahapan yang diajarkan dalam bangku kuliah jauh berbeda dengan penerapan kerja di
lapangan.
Studi Proyek Konstruksi adalah suatu kegiatan dimana mahasiswa memiliki kesempatan
untuk mengamati kegiatan konstruksi secara langsung serta mengasah
kemampuan yang didapatkan dalam bangku kuliah. Mahasiswa diharapkan dapat lebih
siap untuk menjadi calon sarjana Arsitektur yang tidak hanya memiliki
kemampuan teoritis namun memiliki gambaran mengenai pekerjaan di lapangan yang
sesungguhnya.
Mahasiswa akan menemui berbagai permasalahan dalam dunia konstruksi seperti seperti
permasalahan keterlambatan pengiriman material ke lapangan, metode pelaksanaan, maupun
hal-hal yang dapat menjadi kendala dalam berlangsungnya sebuah pekerjaan di proyek. Selain
itu, mahasiswa juga dituntut untuk membuat laporan ilmiah, dimana pokok pembahasan
diperoleh dari hasil pengamatan secara langsung di PT. Gujo Partnership selaku konsultan
perencana pembangunan proyek Rajawali Office Park. Jl. Letjen M.T. Haryono kavling12-
13, Cawang, kramat Jati, kota Jakarta timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13630.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui bagaimana tahap-tahap pembangunan proyek “Rajawali Office Park” dalam
tahap pelaksanaan di lapangan.
2. Mengetahui bagaimana proses pengerjaan pembangunan proyek “Rajawali Office Park”
dari bulan April
3. Mengetahui bagaimana cara bekerja manajemen konstruksi.

1
4. Melengkapi tugas mata kuliah Studi Proyek Konstruksi.

5. Metodologi Pengumpulan Data


a. Pengamatan Langsung
Pengamatan yang dilakukan pada saat pengerjaan proyek sedang berlangsung di
lapangan.

b. Tanya Jawab
Bertanya kepada pihak-pihak terkait yang ahli di bidangnya pada saat proses pengerjaan
proyek sedang berlangsung di lapangan.

c. Pengumpulan Data Proyek


Mengumpulkan data dengan cara meminta kepada pihak yang terkait dalam pengerjaan
proyek “Rajawali Office Park”. Dalam hal ini, data yang diminta merupakan data
keterangan teknis proyek, gambar kerja proyek, serta struktur organisasi proyek dan
perusahaan.

d. Data Foto Proyek


Mengumpulkan data dengan cara mrngambil gambar-gambar pada saat proses
pengerjaan proyek sedang berlangsung di lapangan.

2
BAB II

2.1 DESKRIPSI PROYEK

DEKRIPSI PROYEK

Judul Proyek : Rajawali Tower


Lokasi :Jln. Letjen M.T. Haryono kavling12-13, Cawang, kramat Jati, kota Jakarta
timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13630.
Pemilik : RNI dan Waskita Realty
Fungsi Bangunan : Kantor (Grade B)
Total Lantai : 15 lantai
Periode Konstruksi : juni 2016 – agustus 2018

3
2.1 Tahap Pelaksanaan Proyek

Tahap Perancangan

Pada tahap perancangan dilakukan penjabaran oleh pemilik proyek yang menjadi
kerangka acuan kerja sehingga dapat dipahami tim perancang untuk dilakukan studi
awal rancangan. Konsultan perencana kemudian membuat konsep perancangan mulai
dari program ruang sampai dengan sketsa – sketsa, berupa alternatif – alternxatif yang
bisa dipilih pemilik proyek sampai menghasilkan solusi desain. Akhir dari tahap
perancangan ini berupa gambar kerja dan detail spesifikasi teknis sampai penyiapan
dokumen pelaksanaan untuk tender.

Tahap Tender

Pada tahap tender bertujuan untuk mendapatkan kontraktor yang akan mengerjakan
proyek konstruksi. Pihak yang terlibat pada tahap ini adalah pemilik, pelaksana jasa
konstruksi (kontraktor), dan konsultan Manajemen Konstruksi (MK).

Tahap Prakualifikasi
Prosedur ini dikenal sebagai babak yang meliputi pemeriksaan sumber daya
keuangan, manajerial dan fisik kontraktor yang potensial, dan pengalamannya pada
proyek serupa, serta integritras perusahaan. Tahap ini juga merupakan penetapan
syarat-syarat yang dibutuhkan pada saat proyek dilaksanakan dari pihak client.

4
Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan memiliki tujuan untuk mewujudkan bangunan sesuai hasil
pada tahap perancangan yang sudah dirancang oleh konsultan perencana dalam
batasan biaya, waktu yang sudah disepakati, serta dengan mutu yang telah
disyaratkan. Kegiatan yang dilaksanakan adalah merencanakan, mengkoordinasikan,
mengendalikan semua operasional di lapangan. Pihak yang terlibat pada tahap ini
adalah Konsultan Pengawas dan atau Konsultan MK, kontraktor, Sub Kontraktor,
suplier dan instansi terkait.

5
BAB III

TEORI – TEORI KONSTRUKSI

3.1 TEORI DINDING BATA

Dinding adalah salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk
ruang.Teknologi menghadirkan fungsi baru dari dinding dan menyuguhkan berbagai macam jenis finishing-
nya. Fungsi lain dari dinding yaitu sebagai pendefinisi ruangan, peredam suara, pelindung bagian dalam
bangunan dari cuaca dan sebagainya. Berdasarkan fungsinya, dinding terbagi menjadi beberapa bagian. Di
antaranya dinding partisi, dinding pembatas (boundary wall), dinding penahan (retaining wall) dan
sebagainya.

Dinding mempunyai fungsi diantaranya sebagai berikut:

1. Pelindung dari pengaruh di lingkungan luar tempat kita tinggal dan beraktifitas.
2. Pembatas antar ruang bagian dalam, luar, samping,depan dan belakang.
3. Penambah keindahan pada bangunan, pada rumah dan bangunan modern seringkali
tampilan dinding luar diekspose sedemikian rupa untuk menambah daya tarik suatu
bangunan tersebut
4. Pembentuk daerah fungsi (zoning) dalam bangunan. Ruang tidur dengan ruang dapur dan
ruang-ruang lainnya dipisahkan oleh dinding dan masing-masing ruangan memiliki funsi
yang berbeda.
5. Pada struktur bangunan tertentu dinding berfungsi sebagai pemikul beban (shear wall),
Umumnya terdapat pada bangunan dengan denah yang tidak teratur dan bertingkat, hal
ini untuk mengurangi gaya geser berlebihan yang akan diterima struktur bangunan
sehingga bangunan tersebut aman terhadap bahaya roboh.

1. Dinding Bata Kapur (Struktural & non Struktural)

Ukuran dinding bata kapur 8 cm x 17 cm x 30 cm. Dinding ini banyak digunakan pada rumah-rumah
di pedesaan, perumahan rakyat,pagar pembatas tanah, atau rumah sederhana. Dinding bata kapur terbuat dari
campuran tanah liat dengan kapur gunung.
Waktu pemasangan pun cepat dan sedikit pemakaian adukan semen-pasir. Bila telah terpasang dan
diplester dinding ini tidak akan terlihat dari tanah dan kapur. Dinding ini memerlukan kolom pengaku (kolom
praktis) setiap 2,5 m.

2. Dinding Bata Hebel Atau Celcon (Struktural & non Struktural )

Bata hebel dibuat dengan mesin di pabrik.Dinding bata hebel atau celcon adalah bahan bangunan
pembentuk dinding dengan mutu yang relatif tinggi.
Dinding jenis ini bisa saja tidak diplester, cukup diaci saja karena permukaannya yang sudah relatif
rata dan permukaan batu yang lebar. Hanya saja ketebalan kusennya harus disesuaikan. Selain itu, dalam
praktik pemasangan sangat sedikit bahan yang terbuang.
Bata ini cukup ringan, halus, dan memiliki tingkat kerataan yang baik. Bisa langsung diberi aci
tanpa harus diplester terlebih dulu, dengan menggunakan semen khusus. Bahan dasar acian/semen tersebut
adalah pasir silika, semen, filler, dan zat aditif. Untuk menggunakannya, semen ini hanya d icampur dengan
air. Tetapi bisa juga menggunakan bahan seperti pemasangan batako.
 Kelebihan dinding bata hebel/celcon:
1. Kedap air sehingga sangat kecil kemungkinan terjadinya rembesan air.
2. Pemasangan lebih cepat dengan pemotongan yang lebih mudah dengan menggunakan gergaji.

6
3. Penggunaan rangka beton pengakunya lebih luas, antara 9 - 12.
4. Ringan, tahan api, dan mempunyai kekedapan suara yang baik.

 Kekurangan dinding bata hebel/celcon:


1. Harga relatif lebih mahal.
2. Tidak semua tukang pernah memasang bata jenis ini.
3. Hanya toko material besar yang menjual dan penjualannya dalam jumlah m3.

3. Dinding Partisi (non Struktural)

Sesuai dengan namanya dinding partisi memang dikhususkan untuk sekat antar ruang. Karena di
desain sebagai sekat antara ruang satu dan yang lain, dinding ini memiliki desain konstruksi yang lebih
praktis dan ringan dibanding dengan konstruksi dinding yang lain. Bahan partisi untuk dinding jenis ini
termasuk bagus dan murah. Sayangnya dinding ini tidak bisa digunakan untuk dinding luar (eksterior). Ini
disebabkan sifat bahannya yang kurang menjamin faktor keamanan dari gangguan luar.
Disamping tidak cocok untuk konstruksi terbuka, dinding jenis ini juga tidak dirancang untuk
memikul beban yang berat. Dinding macam ini banyak digunakan sebagai bahan penyekat ruangan, terutama
di perkantoran. Bahan yang dipakai umumnya terdiri dari lembaran multiplek atau papan gipsum dengan
ketebalan 9-12 mm. Dari segi beban terhadap bangunan, dinding partisi dapat diabaikan.
Untuk dinding partisi yang memakai bahan multiplek bisa dikatakan kurang aman, mengingat bahan
mudah terbakar dan mudah mengelupas bila sering terkena air. Secara umum pemakaian partisi selalu dibuat
dua lapis, untuk luar dan dalam. Bila dana terbatas, gunakan bahan partisi ini untuk pembatas ruangan. Jenis
bahan disesuaikan dengan selera dan besarnya biaya.

4. Dinding Batako (Struktural & non Struktur)

Batako merupakan batu buatan yang pembuatannya tidak dibakar,bahannya dari tras dan kapur, juga
dengan sedikit semen portland. Pemakaiannya lebih hemat dalam beberapa segi, misalnya: per m2 Luas
tembok lebih sedikit jumlah batu yang dibutuhkan, sehingga kuantitatif terdapat penghematan.
Bentuk batu batako yang bermacam-macam memungkinkan variasi-variasi yang cukup, dan
jikakualitas batu batako baik, dinding batako tidak perlu diplester. Batu batako dapat dibuat dengan mudah
dengan alat-alat atau mesin yang sederhanadan tidak perlu dibakar.

 Kelebihan dinding batako:


a. Pemasangan relatif lebih cepat.
b. Harga relatif murah.

 Kekurangan dinding batako:


a. Rapuh dan mudah pecah.
b. Menyerap air sehingga dapat menyebabkan tembok lembab.
c. Dinding mudah retak.
d. Penggunaan rangka beton pengaku relatif lebih banyak, antara 7,5 – 9 m2.

5. Dinding Batu Bata (Struktural & non Struktural)

Dinding bata merupakan dinding yang paling lazim digunakan dalam pembangunan gedung baik
perumahan sederhana sampai pembangunan gedung-gedung yang ukurannya besar. Karena itu pasangan
batu bata memiliki seni tersendiri dalam sistem pemasangannya dalam konstruksi dinding. Pembuatan batu
bata harus memenuhi peraturan umum untuk bahan bangunan di Indonesia NI-3 dan peraturan batu merah
sebagai bahan bangunan NI-10.

 Kelebihan dinding bata merah:


1. Kedap air, sehingga jarang terjadi rembesan pada tembol akibat air hujan.

7
2. Keretakan relatif jarang terjadi.
3. Kuat dan tahan lama.
4. Penggunanaan rangka beton pengakunya lebih luas, antara 9 – 12 m2.
 Kekurangan dinding bata merah:
1. Waktu pemasangan lebih lama dibandingkan batako dan bahan dinding lainnya.
2. Biaya lebih tinggi.

6. Batako Semen Pc / Batako Pres (Struktural & non Struktural)

Batako pres dibuat dari campuran semen PC dan pasir atau abu batu. Ada yang dibuat secara manual
(menggunakan tangan), ada juga yang menggunakan mesin. Pembuatannya menggunakan cetakan yang
dipres secara maksimal, dan dibakar dengan tungku khusus, dengan panas yang tinggi. Ukuran harus tepat
sehingga pemasangannya tidak perlu diadakan plesteran.
 Kelebihan dinding batako pres:
1. Kedap air sehingga sangat kecil kemungkinan terjadinya rembesan air.
2. Pemasangan lebih cepat.
3. Penggunaan rangka beton pengakunya lebih luas, antara 9 – 12 m2.

 Kekurangan dinding batako pres:


1. Harga relatif lebih mahal dibanding batako tras.
2. Mudah terjadi retak rambut pada dinding.
3. Mudah dilubangi karena terdapat lubang pada bagian sisi dalamnya.
7. Jenis Dinding lainnya
a. Dinding pemisah, yaitu dinding yang digunakan untuk memisahkan dua area. Salah satu dinding pemisah
yang terkenal yaitu tembok Berlin yang memisahkan Berlin Timur dan Barat.
b. Dinding tirai atau curtain wall, yaitu dinding yang digunakan bangunan tinggi sebagai pelindung dari cuaca.
Kaca digunakan sebagai material non-struktur yang ringan, sehingga bangunan tak harus menanggung beban
berat.

3.2 TEORI STRUKTUR KOLOM

A. Pengertian Kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok.
Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu
bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat
menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total
collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996).

SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur bangunan yang


tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak di
topang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.

B. Fungsi Kolom

Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila
diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah bangunan
berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain
seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin. Kolom
berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban sebuah bangunan dimulai
dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang diterimanya ke kolom. Seluruh beban
yang diterima kolom didistribusikan ke permukaan tanah di bawahnya.

8
Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan gabungan
antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang tahan tarikan,
sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan. Gabungan kedua material ini dalam
struktur beton memungkinkan kolom atau bagian struktural lain seperti sloof dan balok bisa
menahan gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan

C. Jenis – jenis kolom


Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan dipohusodo, 1994) ada tiga jenis
kolom beton bertulang yaitu :
1. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral.
2. Kolom menggunakan pengikat spiral.
3. Struktur kolom komposit seperti tampak pada gambar

1. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral, kolom ini merupakan beton yang ditulangi
dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada jarak spasi tertentu diikat dengan
pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan ini berfungsi untuk memegang tulangan pokok
memanjang agar tetap kokoh pada tempatnya. Terlihat pada gambar 1.(a)

2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama hanya saja
sebagai pengikat tulangan pokok yang memanjang adalah tulangan pokok yang dililitkan
keliling membentuk heliks menerus di sepanjang kolom. Fungsi tulangan spiral adalah
memberi kemampuan kolom untuk menyerap deformasi yang cukup besar sebelum
runtuh,sehingga mampu mencegah terjadinya kehancuran seluruh struktur tersebut proses
redistribusi momen dan tegangan terwuujud. Seperti gambar 1.(b).

Struktur kolom komposit, merupakan komponen struktur yang diperkuat pada arah
memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengann atau tanpa batang tulangan pokok
memanjan. Bentuk ini biasanyan digunakan, apabila jika hanya menggunakan kolom
bertulang biasa diperoleh ukuran yang sangat besar karena bebannya yang cukup besar, dan
disisi lain diharapkan ukuran kilom tidak terlalu besar.

Gambar 1. Jenis-jenis kolom


Hasil berbagai eksperimen menunjukkan bahwa kolom berpengikat spiral ternyata lebih
tangguh dari pada yang menggunakan tulangan sengkang, seperti yang terlihat pada gambar
diagram di bawah ini.

9
Gambar 2. Hubungan beban regangan pada kolom

A. Kolom Utama dan Praktis

Kolom utama adalah kolom yang berfungsi unttuk menyanggah beban yang ada di
atasnya. Untuk rumah tinggal disarankan jarak kolom utama adalah 3.5 m, agar dimensi
balok untuk menopang lantai tidaj terlalu begitu besar, dan apabilan jarak kolom di buat lebih
dari 3.5 m, maka struktur bangunan haris di hitung.

Kolom Utama yang dimaksud dengan kolom utama adalah kolom yang fungsi
utamanya menyanggah beban utama yang berada diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan
jarak kolom utama adalah 3.5 m, agar dimensi balok untuk menompang lantai tidak tidak
begitu besar, dan apabila jarak antara kolom dibuat lebih dari 3.5 meter, maka struktur
bangunan harus dihitung. Sedangkan dimensi kolom utama untuk bangunan rumah tinggal
lantai 2 biasanya dipakai ukuran 20/20, dengan tulangan pokok 8d12 mm, dan begel d 8-
10cm ( 8 d 12 maksudnya jumlah besi beton diameter 12mm 8 buah, 8 – 10 cm maksudnya
begel diameter 8 dengan jarak 10 cm).

Kolom praktis adalah kolom yang berfungsi membantu kolom utama dan juga sebagai
pengikat dinding agar dinding stabil, jarak kolom maksimum 3,5 meter, atau pada pertemuan
pasangan bata, (sudut-sudut). Dimensi kolom praktis 15/15 dengan tulangan beton.

10
3.3 TEORI STRUKTUR BALOK

Balok adalah bagian dari structural sebuah bangunan yang kaku dan dirancang untuk menanggung dan
mentransfer beban menuju elemen-elemen kolom penopang. Selain itu ring balok juga berfungsi sebag
pengikat kolom-kolom agar apabila terjadi pergerakan kolom-kolom tersebut tetap bersatu padu
mempertahankan bentuk dan posisinya semula. Ring balok dibuat dari bahan yang sama dengan kolomnya
sehingga hubungan ring balok dengan kolom

ya bersifat kaku tidak mudah berubah bentuk.Pola gaya yang tidak seragam dapat mengakibatkan balok
melengkung atau defleksi yang harus ditahan oleh kekuatan internal material.

Beberapa jenis balok antara lain :


· Balok sederhana bertumpu pada kolom diujung-ujungnya, dengan satu ujung bebas berotasi dan tidak
memiliki momen tahan. Seperti struktur statis lainnya, nilai dari semua reaksi,pergeseran dan momen untuk
balok sederhana adalah tidak tergantung bentuk penampang dan materialnya.

· Kantilever adalah balok yang diproyeksikan atau struktur kaku lainnya didukung hanya pada satu ujung
tetap

· Balok teritisan adalah balok sederhana yang memanjang melewati salah satu kolom tumpuannya.

· Balok dengan ujung-ujung tetap ( dikaitkan kuat ) menahan translasi dan rotasi

· Bentangan tersuspensi adalah balok sederhana yang ditopang oleh teristisan dari dua bentang dengan
konstruksi sambungan pin pada momen nol.

· Balok kontinu memanjang secara menerus melewati lebih dari dua kolom tumpuan untuk menghasilkan
kekakuan yang lebih besar dan momen yang lebih kecil dari serangkaian balok tidak menerus dengan
panjang dan beban yang sama.
Balok terbagi dari beberapa macam, yaitu :

· Balok kayu
Balok kayu menopang papan atau dek structural. Balok dapat ditopang oleh balok induk, tiang, atau dinding
penopang beban.

· Balok baja
Balok baja menopang dek baja atau papan beton pracetak. Balok dapat ditopang oleh balok induk ( girder ),
kolom, atau dinding penopang beban.

· Balok beton
Pelat beton yang dicor di tempat dikategorikan menurut bentangan dan bentuk cetakannya.

BALOK KAYU

Dalam pemilihan balok kayu, factor berikut harus dipertimbangkan : jenis kayu, kualitas structural, modulud
elastisitas, nilai tegangan tekuk,nilai tegangan geser yang diizinkan dan defleksi minimal yang diizinkan
untuk penggunaan tertentu. Sebagai tambahan , perhatikan kondisi pembebanan yang akurat dan jenis
koneksi yang digunakan.

Balok kayu laminasi lem

Kayu laminasi lem dibuat dengan melaminasi kayu kualitas tegang ( stress grade ) dengan bahan adhesive
di bawah kondisi yang terkontrol, biasanya parallel terhadap urat kayu semua lembaran. Kelebihan kayu
laminasi lem dibandingkan kayu utuh secara umum yaitu batas tegangan yang lebih besar, penampilan yang
lebih menarik dan ketersediaan bentuk penampang yang bera

11
gam. Kayu laminasi lem dapat disatukan ujung-ujungnya dengan sambungan scarf dan finger sesuai panjang
yang diinginkan, atau dilem ujung-ujungnya untuk lebar atau kedalaman yang lebih besar.

Balok kayu berserat parallel

Kayu berserat parallel atau disebut Parallel Strand Lumber ( PSL ) adalah kayu structural yang dibuat dengan
mengikat serat-serat panjang kayu bersama dibawah panas dan tekanan dengan menggunakan adhesive
kedap air. PSL adalah produk hak milik di bawah merek dagang Parallam, digunakan sebagai balok dan
kolom pada konstruksi kolom-balok dan balok, header, serta lintel pada konstruksi rangka ringan.

Balok kayu veneer berlaminasi


Kayu veneer berlaminasi atau Laminated Veneer Lumber ( LVL ) adalah produk kayu yang dibuat dengan
mengikat lapisan tripleks secara bersama dibawah panas dan tekanan menggunakan bahan adhesive kedap
air. Mempunyai urat serat kayu arah longitudinal yang seragam menghasilkan produk yang kuat ketika
ujungnya dibebani sebagai balok atau permukaannya dibebani sebagai papan.LVL digunakan sebagai header
dan balok .

BALOK BAJA
Balok induk, balok, kolom baja structural digunakan untuk membangun rangka bermacam-macam struktur
mencakup bangunan satu lantai sampai gedung pencakar langit. Karena baja structural sulit dikerjakan lokasi
( on-site ) maka biasanya dipotong, dibentuk, dan dilubangi dalam pabrik sesuai spesifikasi disain. Hasilnya
berupa konstruksi rangka structural yang relative cepat dan akurat. Baja structural dapat dibiarkan terekspos
pada konstruksi tahan api yang tidak terlindungi, tapi karena baja dapat kehilangan kekuatan secara drastic
karena api, pelapis anti api dibutuhkan untuk memenuhi kualifikasi sebagai konstruksi tahan api.

Balok baja berbentuk wide-flange ( W ) yang lebih efisien secara structural telah menggantikan bentuk klasik
I-beam ( S ). Balok juga dapat berbentuk channel ( C ), tube structural,

BALOK BAJA
Balok induk, balok, kolom baja structural digunakan untuk membangun rangka bermacam-macam struktur
mencakup bangunan satu lantai sampai gedung pencakar langit. Karena baja structural sulit dikerjakan lokasi
( on-site ) maka biasanya dipotong, dibentuk, dan dilubangi dalam pabrik sesuai spesifikasi disain. Hasilnya
berupa konstruksi rangka structural yang relative cepat dan akurat. Baja structural dapat dibiarkan terekspos
pada konstruksi tahan api yang tidak terlindungi, tapi karena baja dapat kehilangan kekuatan secara drastic
karena api, pelapis anti api dibutuhkan untuk memenuhi kualifikasi sebagai konstruksi tahan api.

3.4 TEORI LANTAI BANGUNAN

Lantai adalah bagian bangunan berupa suatu luasan yang dibatasi dinding-dinding sebagai
tempat dilakukannya aktifitas sesuai dengan fungsi bangunan. Pada gedung bertingkat, lantai
memisahkan ruangan-ruangan secara vertikal. Lantai dapat dikategorikan sebagai elemen
struktural maupun elemen non-struktural dari suatu bangunan.
Fungsi lantai antara lain :

1. Memisahan ruangan secara mendatar


2. Melimpahkan beban kepada balok
3. Mendukung dinding pemisah yang tidak menerus ke bawah
4. Meningkatkan kekakuan bangunan, terutama pada bangunan berlantai banyak
5. Mencegah perambatan suara dan meredam pantulan suara
6. Isolasi terhadap pertukaran suhu
7. Pada basement, lantai mencegah masuknya air tanah ke dalam bangunan

Persyaratan lantai meliputi aspek teknis dan ekonomis :

12
1. Lantai harus mempunyai kekuatan yang mencukupi untuk mendukung beban
2. Tumpuan pada dinding / balok harus mencukupi untuk menyalurkan beban sehingga
sekaligus dapat memperkaku struktur bangunan
3. Lantai harus mempunyai masa yang cukup untuk meredam getaran dan mencegah
pemantulan suara
4. Porositas lantai harus tetap mampu menjadi isolasi pertukaran suhu dan kelembaban
5. Bahan penyusun lantai dapat dipasang dengan cepat
6. Lantai setelah berfungsi hanya memerlukan perawatan minimal.
7. Lantai harus awet, dapat terus berfungsi seiring dengan umur rencana bangunan

Beberapa istilah terkait dengan lantai antara lain :

 Basemant; bagian bangunan (ruangan) yang berada di bawah tanah


 Sub basement; ruangan di bawah basement
 Ground floor, lantai pertama di atas permukaan tanah
 First floor; lantai kedua
 Storey/story; tingkat: bagian bangunan di antara satu lantai dengan lantai di atasnya
 Cellar: ruangan bawah tanah yang dimanfaatkan sebagai gudang

istilah yang terkait dengan lantai


Jenis-jenis lantai antara lain :

 Lantai tanah
 Lantai kerikil
 Lantai pasangan batu merah kosongan
 Lantai pasangan batu merah dengan pengisi
 Lantai beton tumbuk
 Lantai beton bertulang

13
 Lantai kayu

Jenis penutup lantai antara lain :


1. Lantai ubin/tegel/keramik

 Ubin semen
 Ubin batu alam / marmer / granit
 Ubin keramik (tanah dibakar)
 Ubin kayu / parket,
 Karet, PVC, dll

2. Lantai aspal

 Aspal pulasan
 Aspal beton
 Aspal pasir

Lantai sederhana

 Lantai paling sederhana yang mula-mula dibuat berupa lantai tanah pada bangunan
sederhana atau bangunan sementara
 Tanah dipadatkan secukupnya, kemudian diberi pasir agar tidak melekat / lengket.
Permukaan akan menjadi lebih baik bila pasir dicampur kerikil dan ditumbuk
 Dapat juga di atasnya diberi pasangan bata merah kosongan (tanpa perekat) dan hanya
siarnya yang diberi spesi.
 Apabila diinginkan menjadi lebih kuat, pasangan bata diberi spesi baik pada dasar
pasangan bata dan pada siar-siarnya.

14
Lapisan Pada Lantai Sederhana
Lantai dari beton tumbuk

 Lantai dipasang di atas urugan pasir, dengan tebal urugan sekitar 20 cm


 Campuran beton adalah 1 semen : 3 pasir : 6 kerikil
 Lantai tidak diplester, namun pada saat masih basah permukaannya dihaluskan. Jika
diinginkan diplester, diberikan plester setipis mungkin dan dilakukan pada saat beton
masih basah agar tidak terpisah
 Seteleh selesai dicor, permukaan harus dibasahi / digenangi air sekitar 7 hari untuk
menghindari retak / pecah.
 Untuk bidang lantai yang luas, pengecoran dilakukan dalam kotak-kotak yang kecil untuk
mempermudah pelaksanaan dan perawatannya.

Lantai Dari Beton Tumbuk


Lantai dengan pasangan ubin / penutup lantai

 Pada lantai dasar, di atas pasir urug diberi plesteran kemudian spesi untuk merekat ubin
 Pada lantai-lantai bangunan bertingkat, di atas pelat beton diberi lapisan pasir ± 5 cm,
kemudian spesi untuk perekat ubin
 Jenis ubin / penutup lantai ; tegel, keramik, plastik / PVC, karet, teraso, marmer / granit,
papan kayu / parket
 Pada lantai dengan penutup dari keramik, pemasangan harus dilakukan dengan cara-cara
khusus agar keramik tidak meledak atau pecah serentak.

Beberapa jenis penutup lantai antara lain :

15
1. Tegel; keramik; marmer/granit; parket; dipasang di atas lapisan pasir menggunakan
perekat spesi campuran semen dan pasir. Ukuran dari penutup lantai jenis ini bervariasi,
20×20, 30×30, 30×60, 40×40 dll.
2. Tegel terbuat dari campuran dan pasir. Cara pembuatan dimulai dengan menuangkan
campuran semen khusus ke dalam cetakan, menambahkan campuran semen dan pasir
kemudian dipres menggunakan alat khusus. Setelah dipress direndam dalam bak
perendaman selama 3 hari, kemudian diangkat dan dikeringkan di rak yang terlindung dari
panas matahari langsung.
3. Marmer dalah bahan alami yang asalnya berupa bongkahan-bongkahan besar yang
dipotong dengan alat khusus agar dapat diangkut ke pabrik. Di dalam pabrik selanjutnya
dipotong dalam ukuran yang diinginkan dan dipoles / digosok dengan alat sebelum
dikirim ke lokasi pembangunan.
4. Parket adalah penutup lantai berupa papan kayu asli atau kayu lapis dengan ukuran seperti
layaknya ubin. Penggunaan penutup lantai parket biasanya untuk memenuhi nilai estetika
khusus. Pemasangan diletakan di atas plesteran kedap yang rata dan setelah terpasang
harus dilapisi dengan pernis untuk mencegah kontak langsung dengan air.
5. Aspal, biasanya digunakan pada bengkel-bengkel kerja, ruang pabrik, ruangan olahraga
dll. Ada tiga jenis; aspal pulasan, aspal tuang dan aspal beton. Aspal pulasan dilaksanakan
dengan memulaskan aspal panas menggunakan kuas bertangkai pada permukaan lapisan
krikil yang sudah dipadatkan. Lantai aspal tuang dilaksanakan dengan menuangkan aspal
panas cair ke atas permukaan kerikil yang dipadatkan sehingga dapat masuk ke celah-
celahnya. Aspal beton dibuat dengan memasukkan kerikil dan pasir kering ke dalam
cairan aspal panas dan selanjutnya dituangkan ke atas permukaan kerikil yang sudah
dipadatkan,
6. Keramik dibuat dari tanah olahan yang kemudian dipress dalam cetakan. Setelah dicetak
dan dikeringkan (dianginkan) kemudian dilapisi pada satu sisinya dengan cairan pasta
sebagai lapisan mengkilap, dan selanjutnya dibakar dalam tungku. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan keramik adalah kesamaan ukuran dan corak/warna dalam
satu seri. Pemasangan keramik memerlukan keahlian khusus terutama untuk menghindari
keramik meledak.
7. Lantai teraso adalah lantai dengan memanfaatkan pecahan batu pualam sebagai bahan
campuran dengan semen. Teraso dapat dicetak seperti layaknya ubin tegel, atau dapat pula
dicampur dan dituangkan langsung di atas plesteran yang sudah dipersiapkan. Setelah
terpasang, baik pada teraso cetakan maupun yang langsung dituang , dihaluskan dan
digosok dengan alat penggosok khusus untuk memperoleh permukaan yang mengkilap
dan memberikan penampilan yang baik.
8. Lantai karet dapat diperoleh dalam bentuk gulungan dengan panjang 30m, lebar 1,8m dan
tebal 6 s.d. 9 mm. Karet dipasang di atas papan lantai kayu atau beton dengan bahan
perekat khusus. Bila digunakan pada papan lantai kayu harus diberi hardboard/plywood
agar permukannya menjadi rata.
9. Penutup lantai khusus yang lain, antara lain PVC, magnesit, fiber dll.

Konstruksi Lantai
Pada konstruksi lantai, akan lebih banyak membahas lantai pada bangunan
bertingkat. Konstuksi lantai yang dimaksud adalah lantai dengan konstruksi kayu dan beton
bertulang. Pada konstruksi lantai kayu, penutup lantai juga akan menggunakan penutup lantai
dari kayu. Beban-beban akan lantai didukung oleh balok-balok dari kayu. Pada konstruksi
lantai beton bertulang, penutup lantainya memiliki variasi yang lebih banyak. Pada gedung
bertingkat banyak dengan struktur utama dari beton, lantai dapat saja didukung oleh balok

16
beton atau balok baja. Pada gedung bertingkat banyak dengan struktur rangka baja, lantai
juga akan didukung dengan balok-balok dari baja.
1. Lantai kayu
Konstruksi lantai kayu biasa digunakan pada rumah atau bangunan kantor maksimal 4
lantai. Penutup lantai kayu menggunakan papan kayu (parket) yang dipasang di atas
rangkaian balok-balok dan papan lantai dengan menggunakan penyambung paku dan juga
ditanam dalam beton. Selain penutup parket, penutup lantai kayu dapat juga terbuat dari
papan yang panjang, dengan tebal 2 s.d. 3 cm yang dipasang di atas balok-balok yang
dipasang pada arah lebar dari luasan lantai. Maksud pemasangan adalah untuk memperoleh
jarak terkecil sehingga balok yang digunakan sependek mungkin. Pada luasan yang berbeda
perlu dilakukan peninjauan tersendiri untuk pemasangan balok-baloknya.
Pemasangan balok diatur sebagai berikut :

 Pada bagian tepi ruangan (dekat tembok), balok dipasang pada jarak 5 s.d. 10 cm dari
tembok agar air dari tembok tidak langsung mengenai balok.
 Ukuran ruangan setelah dikurangi (2x 5 s.d. 10) dibagi menjadi bagian yang sama dengan
jarak sekitar 75 s.d. 100 cm, tegantung dari ukuran balok yang akan digunakan.
 Pada beberapa balok dipasang angker pada kesdua sisinya dengan berselang pada setiap
balok dalam satu luasan lantai. Hal ini dimaksdukan untuk menghindari gerakan mendatar
pada saat lantai dibebani.
 Pada tembok yang dapat bergerak bebas, (tembok luar) dipasang angker yang melalui dua
balok. (angker pengubung). Untuk tembok bagian dalam tidak perlu diberi angker
penghubung.
 Untuk luasan lantai yang cukup besar, perlu dilakukan pemecahan tersendiri dengan
perinsip mengusahakan balok yang panjang-panjang tidak terlalu banyak.

17
Penyusunan balok dengan berbagai luasan

Penyusunan balok
pada luasan yang cukup luas
Perletakan papan lantai tergantung pada pemasangan balok-baloknya. Papan lantai akan
tegak lurus dengan balok-baloknya. Bila diinginkan arah papan lantai yang seragam pada
seluruh bangunan, maka pemasangan balok tidak bisa mengikuti perinsip mengusahakan
jarak terkecil. Pemasangan balok ada 2 macam:

 Lapisan bersih, bila balok-balok dapat dilihat dari bawah


 Lapisan kotor, balok-balok tidak dapat dilhat dari bawah

Pemasangan angker juga ada dua macam, mengikuti pemasangan baloknya:

 Lapisan bersih, angker tidak boleh kelihatan dari bawah


 Lapisan kotor, posisi angker bebas karena baloknya tidak telihat

18
Pemasangan Angker

Jenis Sambungan
Untuk Pertemuan Antar Balok
Pada pemasangan balok lapisan bersih, ada dua tipe pemasangan:
Papan lantai terlihat dari bawah, sekaigus berfungsi sebagai langit-langit (plafond). Di bawah
papan lantai diberi langit-langit (plafond) tersendiri, sehingga akan ada rongga udara. Rongga
udara akan berfungsi menahan suara dari atas, menampung debu yang lolos lewat sela-sela
antar papan lantai. Rongga udara dapat juga diisi dengan gabus yang berfungsi selain
menahan suara juga sebagai penahan suhu. Langit-langit (plafond) dapat juga diletakan di
atas balok sedangkan papan lantai diletakkan di atas balok tulangan.

19
Pemasangan Balok
Lapisan Bersih
2. Lantai beton bertulang
Ada dua jenis plat lantai beton bertulang; cetak di tempat (cast in site) dan pracetak
(precast). Lantai beton bertulang cast in site/in situ dicetak secara lengkap pada keranga
struktur yaitu balok dan kolom sehingga mebentuk konstruksi gedung. Lantai pracetak tidak
memberikan tambahan kekuatan pada strukturnya. Lantai beton bertulang memerlukan
perancah/acuan untuk mendukung berat beton basah dan perancah baru dapat dibongkar
setelah beton mempunyai kekuatan yang cukup.
A. Jenis pelat beton cetak di tempat (cast in site) :

 Lantai flush (flush slab


 Balok dan plat (beam and slab)
 Plat drop (drop slab)
 Plat waffle (waffle slab)

20
Konstruksi Balok dan Lantai

Konstruksi Flush SlabKonstruksi

Drop Slab Konstruksi Waffle Slab


B. Lantai beton pracetak

 Dibuat dalam unit-unit pracetak

21
 Keuntungan; tidak memerlukan perancah/bekisting, campuran dapat dibuat dengan baik,
ukuran dapat teliti, waktu pengerjaan menjadi lebih cepat.
 Pemasangan menggunakan alat berat
 Lantai jenis ini tidak dapat membentuk kesatuan konstruksi dengan rangka dindingnya
 Ada batasan jarak antar tumpuan pelat sehingga diperlukan perencanaan yang baik.
 Jenis lantai pracetak: plat datar masif, plat papan berongga pacetak prategang, plat papan
bentuk canal pracetak prategang, plat rusuk berongga pracetak prategang

Lantai Beton Pracetak


3. Lantai beton perkuatan plat baja
Digunakan bila diinginkan pelaksanaan dalam waktu yang lebih cepat. Struktur lantai
menjadi ringan karena betonnya menjadi lebih tipis. Ada dua jenis baja yang digunakan;
sheet steel dan cellular steel.

22
Lantai Beton Dengan Perkuatan Rangkaian Baja Profil Untuk Beban Yang BeratLantai
Beton Dengan Perkuatan Lembaran Baja

3.5 TEORI DINDING PRECAST CONCRETE PANEL

Beton Precast atau Beton Pracetak merupakan material beton yang digunakan pada
struktur suatu bangunan. Material ini terbuat dari berbagai macam campuran agregat dan
pengikat semen sehingga membuat bangunan menjadi kokoh dan dapat menahan beban yang
berat. Untuk menciptakan sebuah beton yang kokoh maka dibutuhkan bahan–bahan yang
berkualitas dan memiliki campuran komposisi yang tepat.
Mutu ukuran relatif dari kebendaan. Secara umum mutu produk atau jasa adalah sesuatu yang
dapat memenuhi atau melebihi espektasi pelanggan. Bisa disebut sebenarnya mutu adalah
kepuasan pelanggan. Namun berbeda dengan mutu yang akan kita bahas berikut ini. Dalam
hal ini kita akan membahas mutu yang ada dalam sebuah produk dalam hal ini adalah beton.

Mutu pada beton memiliki arti yaitu kualitas atau kekuatan karakteristik yang terkandung
pada beton tersebut. Pengukuran kualitas pada beton memiliki beberapa jenis satuan seperti
satuan K, FC dan lain – lainnya. Namun satuan yang sering digunakan khususnya di
Indonesia adalah satuan K. Mutu beton K adalah kuat tekan karakterisitik beton.
Kualitas dan mutu beton precast adalah ukuran kekuatan untuk material beton yang di bagi
menjadi beberapa tingkatan, mulai dari K-100 sampai K-500. Pengertian K pada mutu beton
yaitu kuat tekan beton untuk per cm2 dan angka 100 – 500 menunjukan berat yaitu Kg (
kilogram ). Maka arti dari mutu beton K-100 yaitu mempunyai minimum kekuatan beton
100 Kg/cm2.
Menurut Badan Standarisasi Nasional Indonesia (SNI), mutu beton pracetak pun dibagi
menjadi III kelas, dari mulai K-100 hingga K-500. Pengelompokan pada mutu-mutu beton
precast yaitu sebagai berikut :
 Beton Kelas I : K-100 K-125 K-150 K-175 dan K-200
 Beton Kelas II : K-225, K-250, dan K-275
 Beton Kelas III : K-325, K-350, K-375, K450, dan K-500.
Untuk Beton kelas I biasa digunakan bukan untuk pekerjaan struktur. Mutu Beton kelas II
banyak digunakan untuk pekerjaan struktur seperti jalan, pondasi, kolom dll. Sedangkan
untuk Beton kelas III adalah beton khusus yang biasanya digunakan untuk menahan beban

23
yang lebih berat dari kelas beton sebelumnya. Umumnya biasa digunakan
untuk konblok area parkir truck tronton, saluran air beton, landasan pesawat dan lain
sebagainya.
Perbedaan kelas atau mutu beton dipengaruhi oleh komposisi olahan atau campuran bahan
yang digunakan untuk mencetak beton tersebut. Bahan–bahan yang digunakan sebagai
olahan atau campuran untuk mencetak beton tersebut diantaranya adalah pasir, abu batu,
semen, air dan kerikil.

24
BAB IV

HASIL PENGAMATAN

4.1 PEKERJAAN DINDING BATA

4.1.1 PEMASANGAN BATA





Bata yang akan dipasang harus direndam / disiram dulu dengan air.
Garis marking harus dibersihkan dari kotoran/debu dan disiram air agar nampak jelas.
Kayu acuan / profil harus terpasang tegak dan benar-benar lot dengan garis marking.
Mortar pada siar vertikal maupun horizontal harus penuh dan rapat setebal maksimum 2 cm,
sama sekali tidak berlubang dan sebaliknya, tidak berlepotan. Siar vertikal antara dua lapisan bata
tidak boleh bertemu/segaris.
Garis marking untuk batas plester harus dijaga supaya selalu bersih/terbaca.
Posisi pemasangan bata mengikuti petunjuk gambar, apakah rata as kolom, rata luar, rata dalam
dan sebagainya
Setiap kali pemasangan bata tidak boleh lebih dari 1,5 m tanpa dilakukan pengecoran kolom
praktis.
Pemasangan fixture MEP beserta jalurnya dilakukan pada saat selesai pemasangan bata ini.
Tidak diperkenankan memasang setelah pekerjaan plester apalagi plester aci. Posisi fixture tersebut
harus telah mendapat persetujuan Perencana / Pemberi Tugas
Setelah kolom praktis dicor, dilakukan pengecekan ulang terhadap lot profil, baru pemasangan
sisanya dilanjutkan.
Harus diperhatikan terutama pasangan pada ketinggian + 40 cm menjelang tinggi dinding
maksimum yang sering miring dan tidak lot.

25
4.1.2 PEKERJAAN PELASTERAN DAN ACIAN

Plesteran
Untuk menghindari pemlesteran yang tidak perlu, sebelum pekerjaan plesteran dimulai, harus
diperiksa pada gambar kerja dan diyakini ada / tidak dinding yang akan ditutup keramik, marmer dsb
pada area yang akan dikerjakan.
Pasir yang akan dipakai sebagai bahan mortar harus lebih dulu disaring.
Pengawasan harus diperhatikan terutama dari awal proses : pembuatan caplakan. Ketebalan
caplakan harus berkisar + 2 cm.
Untuk menghindari ketebalan yang tidak sama pada satu sisi dinding, pembuatan caplakan
maupun kepalaan harus dilakukan sekaligus dari ujung ke ujung.
Untuk menghindari retak permukaan, mulai dari pembuatan kepalaan horizontal, kamprot s/d
pemlesteran, harus dilakukan penyiraman air yang memadai.
Harus diperhatikan terutama di daerah sudut ( termasuk sudut pertemuan dengan beton ) ,
bahwa sudut plesteran harus berupa garis lurus ( tidak miring atau bengkok ), sudut siku harus benar-
benar siku ( 90 o) dan apakah pada sudut tsb. dipasangi corner-guard.
Dengan siar horizontal, urutan pemlesteran adalah ke samping jadi tidak boleh ada sisa
pekerjaan di bagian atas ataupun bawah dari kepalaan.
Setelah seluruh area tertutup plesteran, harus dilakukan penyiraman dengan air (curing) yang
memadai pada dinding tersebut.



Acian
Untuk menghindari retak permukaan, seluruh ( bukan sebagian ) permukaan dinding yang akan
diaci harus lebih dulu disirami air sampai benar-benar basah secara menyeluruh. Akan lebih baik
apabila air yang dipakai juga dicampur dengan cal-bond.
Penggelaran dan perataan acian harus dilakukan dengan jidar aluminium terlebih dahulu, baru
dilakukan pemolesan halus secara merata, tuntas dan tidak boleh ada yang terlewat.
Acian harus dilakukan dari ujung ke ujung dinding (atau tali air), dan tidak boleh berakhir di
tengah-tengah dinding.
Acian di sudut-sudut dinding, baik yang mempergunakan corner-guard maupun tidak, harus
benar-benar siku / segaris dan dibevel + 2 mm untuk menghindari patahan pada proses pengecatan.
Sudut pertemuan dinding bagian atas dan bawah harus siku / segaris dan bersih dari sisa-sisa
acian yang berlepotan.

26
4.2 PEKERJAAN CEILLING BETON EKSPOSE

4.2.1 BETON EKSPOSE FINISH SKIMCOAT DAN CAT

Pelat beton yang tidak ditutup dengan langit-langit (pada selasar, teras dan area parkir) seperti tersebut
pada pasal-pasal terdahulu, penyelesaiannya untuk permukaan beton yang tidak rata diawali
menambahkan plester menggunakan adukan 1 pc + 4 pasir. Penyelesaian pekerjaan beton dengan
plesteran sudah diuraikan pada pasal sebelumnya.
Untuk permukaan beton yang sudah rata, selanjutnya dilakukan pengerjaan pengacian/skim coat
menggunakan material semen instan yang memiliki daya rekat tinggi dan bersifat plastis, sehingga
mencegah terjadinya retak rambut pada permukaan. Produk yang digunakan adalah MU-200, SIKA
skimcoat, atau AM 86 skimcoat. Penyelesaian menggunakan semen instan.

27
4.2.2 PEKERJAAN BESI SIKU PELINDUNG KOLOM

Pada semua kolom yang diperkirakan terkena benturan kendaraan atau trolly lharus dipasang besi siku
pada keempat sisinya setinggi 1.20 meter (Detail ditunjukkan pada gambar kerja).. Seperti pada
semua kolom selasar utility dan kolom yang tidak terlindung pada area parkir dan servis. Warna cat
besi siku disesuaikan dengan warna kolom atau dinding yang bersangkutan.

28
4.2.3PEKERJAAN PASANGAN TOPPING CONCRETE

PELAKSANAAN
a. Campuran beton yang digunakan adalah campuran beton 1:2:3 yaitu 1 semen : 2 pasir : 3 split.
b. Sebelum mulai pekerjaan pengecoran beton finish (topping concrete), permukaan beton slab yang
akan dicor harus dibersihkan dari debu dan kotoran-kotoran yang mengandung minyak atau lemak.
c. Selama pengadukan kekentalan adukan beton harus diawasi dengan jalan memeriksa slump pada
setiap campuran, dengan mutu beton K-225.
d. Pemasangan wiremesh digelar setelah slab sudah dalam keadaan bersih dan siap untuk dicor
dengan adukan beton.
e. Kontraktor harus sudah menyiapkan seluruh stek-stek maupun anker-anker yang diperlukan pada
kolom-kolom, balok-balok beton yang akan berhubungan dengan konstruksi di atasnya.
f. Beton cor tidak boleh dijatuhkan dari ketinggian 1,5 meter dan harus menggunakan peralatan
khusus yaitu elephant chute atau tremi yang telah disetujui oleh Direksi Lapangan.
g. Pengecoran harus sesuai dengan persyaratan PBI - 1971.
h. Sesudah pengecoran, lapisan beton ini harus dipadatkan dengan penggetar (internal concrete
vibrator) dengan dibantu alat penyendokan dan perajakkan.
i. Penggetar/vibrator tidak boleh digunakan untuk memasukkan beton ke dalam cetakan beton, dan
kecepatan getaran vibrator dalam aduk beton harus tetap berkisar antara ± 7.000 impuls/menit.

29
4.2.4 PEKERJAAN CAR STOPPER

PELAKSANAAN
a. Daerah yang diperlukan untuk pekerjaan ini harus dibersihkan dan digali sampai bentuk dan
kedalaman yang diperlukan, dan pondasi dimana kerb tersebut akan ditempatkan sampai suatu
permukaan yang rata. Semua bahan yang lunak dan tidak sesuai harus dikeluarkan dan diganti
dengan yang sesuai dan dipadatkan secara menyeluruh.
b. Kerb dibuat dengan teliti sesuai dengan gambar detail, garis-garis dari ketinggian sebagaimana
terlihat pada gambar atau petunjuk Direksi. Semua kerb yang harus dibuat pada suatu lengkungan
sampai suatu radius kurang dari 20 meter harus dibuat dengan menggunakan cetakan-cetakan
lengkung atau unit-unit pracetak yang melengkung.
c. Block-block kerb harus diletakkan dengan sambungan-sambungan yang serapat mungkin.
d. Setelah suatu pekerjaan beton dicor di tempat mengeras dan block-block kerb telah dipasang
menurut persyaratan, maka setiap daerah galian yang tersisa harus diurug dengan bahan yang
disetujui. Bahan ini harus ditempatkan dan dipadatkan.

30
4.2.5. PEKERJAAN KOMPONEN METAL PARTISI PADA CEILING

PELAKSANAAN
3.6.1 Pemeriksaan
A. Periksa sistem support dan kondisi konstruksi yang bersebelah yang dapat memberikan pengaruh
tidak baik untuk pelaksanaan. Jangan memulai atau meneruskan pekerjaan sebelum kondisi yang
tidak memuaskan diperbaiki. Pelaksanaan awal akan merupakan kondisi yang dapat diterima.
3.6.2 PERSIAPAN
A. Koordinasikan ukuran dan lokasi aksesoris yang akan menggantung pada permukaan dinding/
ceiling dan perlengkapan yang membutuhkan backer plates (plat pendukung). Pasang stud tambahan
untuk mendukung backer plates pada lokasi yang tepat dimana aksesoris yang menggantung
ditempatkan sesuai yang didindikasikan atau sesuai rekomendasi produsen aksesoris.
B. Tidak diperbolehkan meniadakan baker plates atau penyekrupan aksesoris atau equipment secara
langsung ke stud.
C. Koordinasikan pemasangan rangka kayu atau metal tambahan yang dipasang di bagian dalam
(concealed) partisi/ceiling yang dibutuhkan untuk pekerjaan kayu.
3.6.3 PEMASANGAN
1. Pemasangan rangka metal untuk sistem partisi dan ceiling sesuai ASTM 754 dan rekomendasi
produsen/manufacturer.
2. Ikatkan secara aman ke sruktur bangunan. Termasuk semua pekerjaan las yang disyaratkan untuk
mengaitkan klip dan semacamnya ke struktur rangka baja.
3. Toleransi: Jangan melebihi 3 mm dari 2640 mm variasi dari garis acuan atau level di semua titik
pada permukaan yang expose.

31
4.2.6.PEKERJAAN INSTALASI PIPA DAN SALURAN AIR PEMBUANGAN

PELAKSANAAN
Galian tanah dilaksanakan untuk :
Semua pemasangan pipa dan saluran pembuangan.
Semua bagian bangunan yang masuk kedalam tanah antara lain bak-bak kontrol, tanki septik
Septiktank dan lain-lain.

Pedoman yang dipakai untuk dalamnya galian adalah diukur dari bagian atas pipa sampai
kepermukaan jalan atau tanah aspal ditambah tebal lapisan pasir dibawah pipa. Galian dinyatakan
selesai setelah diperiksa dan disetujui oleh MK / PEMBERI TUGAS/ Konsultan MK / PEMBERI
TUGAS.
Hal-hal yang timbul dalam pelaksanaan (kelongsoran tanah dan lain-lain) menjadi tanggung-jawab
kontraktor dan sudah termasuk dalam harga penawaran, Pemberi tugas tidak menerima adanya
tuntutan terhadap hal-hal tersebut.
Penggalian tanah untuk selokan, pemasangan pipa dan perlengkapannya harus diikuti pula dengan
penimbunan kembali dengan segera, sesuai cara-cara yang disebutkan dalam pasal-pasal berikut
dalam rencana kerja dan syarat ini. Pada dasarnya pekerjaan galian tanah ini mengikuti ketentuan
yang telah ditentukan.

32
4.2.7. PEKERJAAN KOLOM PRAKTIS

PELAKSANAAN
Ukuran yang dipersyaratkan untuk kolom praktis adalah 10 cm x 10 cm dan untuk ringbalk / lintel-
beam adalah 10 cm x 15 cm, kecuali apabila ditentukan lain.
Sebelum dilakukan pengecoran, harus diperiksa bahwa kayu bekisting telah terpasang dengan
benar, rapat dan siku.
Untuk menghindari keropos, pada saat mengecor harus dilakukan penusukan dengan besi beton
dan pengetukan papan bekisting atau menggunakan alat khusus antara lain vibrator
Kolom praktis dan ringbalk yang baru dicor / masih basah tidak boleh langsung menerima beban.
Untuk ringbalk dengan panjang bentang > 1,0 m, di tengahnya harus diberi stick penggantung
tambahan yang dilem epoxy ke beton, dan sampai bekisting dibuka harus diberi support di tengah.
Bekisting baru boleh dibuka setelah beton berumur > 24 jam, kecuali apabila ditentukan lain.

33
4.2.8. PEKERJAAN DINDING PRECAST CONCRETE PANEL

PELAKSANAAN
a. Sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan, kontraktor diwajibkan terlebih dahulu membuat shop
drawing precast concrete panel lengkap dengan :
- Type dan tampak, potongan / fasade.
- Detail-detail angker.
- Detail-detail pertemuan antara precast dengan precast dan dengan komponen yang lainnya.
- Ukuran-ukuran dan lain sebagainya.

b. Semua unit-unit precast concrete harus terpasang dengan kubangan siku-siku galvanize steel,
tegak lurus dan mengikuti patokan (bech mark).
c. Sebelum diadakan pemasangan, maka perlu adanya pengukuran dilapangan dan koordinasi
dengan pekerjaan lain, sehingga ukuran lobang (opening) sesuai dengan shop drawing.
d. Pekerjaan ini harus dilakukan pabrikasinya di workshop yang lengkap dengan peralatannya khusus
untuk pekerjaan ini, sehingga dapat menghasilkan pekerjaan yang tepat dan akurat. Bila perlu
workshop dapat ditinjau oleh perencana atau Direksi Lapangan.
e. Detail-detail pada setiap pertemuan harus rapat, rapih, rata dan bersih dari cacat.

34
BAB V

LAMPIRAN

5.1 LAMPIRAN FOTO STUDI PROYEK ARSITEKTUR

35
36
37
38
39
40
5.2 LAMPIRAN GAMBAR KERJA PROYEK

41
42
43
44
45
5.3 LAMPIRAN DOKUMEN STUDI PROYEK ARSITEKTUR

46
47
48
49
50
51
DAFTAR PUSTAKA

Allen, Edward (1999). Fundamental of Building Construction: Materials and Methods. John Willey
and Sons Inc

Moore, Fuller (1999). Understanding Structures. McGraw-Hill Companies

R. Sutrisno (1984). Bentuk Struktur Bangunan dalam Arsitektur Modern. Jakarta. Gramedia.

Bancin, Rani. “Jenis-jenis kolom”. 11 April 2015. http://ranibancin06.blogspot.com/2015/04/jenis-


jenis-kolom-a_11.html

Indonusa conblock. “Beton Pracetak – Pengertian dan Jenis Beton Precast”. http://indonusa-
conblock.com/beton-precast-pracetak/

Ilmu Teknik Sipil. “Lantai Struktur Bangunan”. 1 Februari 2013.


https://www.ilmutekniksipil.com/struktur-bangunan/lantai-struktur-bangunan

Muharrar. “Pengertian kolom dan balok”. 23 Maret 2015. http://kunang-


kunangdesain.blogspot.com/2015/03/pengertian-kolom-dan-balok.html

Ilmu Teknik Sipil. “Dinding”. 4 Maret 2015”. http://ilmusipilku1.blogspot.com/2015/03/d-i-n-d-i-n-


g.html

52

Anda mungkin juga menyukai