Abstract: Development of Module Basics Engine Grade X of Vocational High School in Metro
City. This study aimed to describe the module before developing, to produce the basics engine
module, to analyze the effectiveness of module, and to analyze the attractiveness of modules.
The design of this study is the Research and Development (R & D). Test subject matter compose of
a single expert, one expert instructional design, three students for individual trials, six students for
small group testing, and twenty-six students for field testing at SMK Muhammadiyah 2 Metro,
twenty-eight students at SMK KP Gajah Mada 2 Metro, the data collected through the questionnaire
method, pretest and posttest. The data were analyzed by quantitative descriptive analysis techniques
and t test.The results of this research are teaching materials produced in the learning modules form
validated by experts and expert content and instructional design, the effectiveness of the learning
module is shown by a mean score of 7.69, and the attractiveness of learning modules, 80% indicated
that the product is very attractive and easy to use.
dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi didik; (3) secara tegas mengetahui pencapaian
dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat kompetensi peserta didik secara bertahap
disaksikan (Sanjaya, 2008:90). Gejala-gejala melalui kriteria yang telah ditetapkan dalam
perubahan perilaku dapat disaksikan jika modul; (4) mengetahui kelemahan atau kom-
dianggap belajar. Pembentukan perilaku ter- petensi yang belum dicapai peserta didik ber-
tentu harus dilakukan secara berulang-ulang dasarkan kriteria yang ditetapkan dalam modul
dengan melakukan pengkondisian tertentu. sehingga guru dapat memutuskan dan mem-
Pengkondisian itu adalah dengan melakukan bantu peserta didik untuk memperbaiki bela-
semacam pancingan dengan sesuatu yang jarnya serta melakukan remediasi (Rosyid,
dapat menumbuhkan tingkah laku itu. 2010: 4).
Pembelajaran adalah suatu usaha yang Tujuan pengajaran modul adalah
disengaja, bertujuan dan terkendali agar orang memberikan kesempatan bagi peserta didik
lain belajar atau terjadi perubahan yang untuk belajar menurut kecepatan masing-
relative menetap pada diri orang lain, yang masing. Sesuai konsep pembelajaran indivi-
dilakukan seseorang atau suatu tim yang dual, setiap peserta didik berbeda kemam-
memiliki kemampuan atau kompetensi dalam puannya untuk menguasai materi tertentu.
merancang dan atau mengembangkan sumber Mereka membutuhkan waktu yang berbeda
belajar yang diperlukan (Miarso, 2009:545). agar bisa mencapai batas ketuntasan. Sistem
Bebagai macam upaya yang dilakukan untuk modul juga memberi kesempatan bagi peserta
menigkatkan kualitas pembelajaran, salah didik untuk belajar menurut cara masing-
satunya adalah pengkondisian proses pembe- masing berdasarkan latar belakang pengeta-
lajaran. uan dan kebiasaan mereka (Rasyid, 2010: 1)
Pembelajaran dengan modul adalah Proses pembelajaran yang tepat akan
pendekatan pembelajaran mandiri yang berfo- mendapatkan hasil pembelajaran yang efektif,
kuskan penguasaan kompetensi dari bahan efisien dan memiliki daya tarik. Pembelajaran
kajian yang dipelajari peserta didik dengan yang efektif adalah yang menghasilkan belajar
waktu tertentu sesuai dengan potensi dan yang bermanfaat dan bertujuan kepada peserta
kondisinya. Sistem belajar mandiri adalah cara didik melalui pemakaian prosedur yang tepat
belajar yang lebih menitikberatkan pada peran (Miarso, 2009: 546). Pembelajaran yang efek-
otonomi belajar peserta didik. Belajar mandiri tif berarti mencapai tujuan, peserta didik be-
adalah suatu proses di mana individu meng- lajar meraih target sesuai dengan kriteria target
ambil inisiatif dengan atau tanpa bantuan pada perencanaan. Istilah efisien dalam pem-
orang lain untuk mendiagnosa kebutuhan belajaran bukan berarti biaya dan waktu se-
belajarnya sendiri; merumuskan/menentukan dikit tetapi menghasilkan peserta didik yang
tujuan belajarnya sendiri; mengidentifikasi cerdas atau pintar. Pembelajaran yang efisien
sumber-sumber belajar; memilih dan melak- merupakan pembelajaran yang menyenangkan,
sanakan strategi belajarnya; dan mengevaluasi menggairahkan, dan mampu memberikan mo-
hasil belajarnya sendiri. Konsep dasar sistem tivasi bagi peserta didik dalam belajar. Pem-
belajar mandiri adalah pengaturan program belajaran yang memiliki daya tarik yang baik
belajar yang diorganisasikan sede-mikian rupa memiliki satu atau lebih dari kualitas ini, yaitu:
sehingga tiap peserta didik/pelajar dapat me- a) menyediakan tantangan, membang-kitkan
milih dan atau menentukan bahan dan kema- harapan yang tinggi, b) memiliki relevansi dan
juan belajar sendiri (Miarso, 2009:251). keaslian dalam hal pengalaman mas lalu
Pembelajaran menggunakan modul peserta didik dan kebutuhan masa depan, c)
bermanfaat untuk hal-hal sebagai berikut: (1) memiliki aspek humor atau elemen yang
meningkatkan efektivitas pembelajaran tanpa menyenangkan, d) menarik perhatian melalui
harus melalui tatap muka secara teratur karena hal-hal yang bersifat baru, e) melibatkan
kondisi geografis, sosial ekonomi, dan situasi intelektual dan emosional, f) menghubungkan
masyarakat; (2) menentukan dan menetapkan dengan kepentingan dan tujuan peserta didik,
waktu belajar yang lebih sesuai dengan dan g) menggunakan berbagai bentuk repre-
kebutuhan dan perkembangan belajar peserta
3
eksperimen dan kelompok kontrol. Desain ini (sebelum) dan hasil posttest (T1) perlakuan
dilakukan dengan membandingkan hasil akhir (sesudah) menggunakan modul pembe-
pretest dengan hasil posttest uji coba pada lajaran. Kedua nilai sebelum dan sesudah
kelompok yang diuji cobakan, dapat dilihat pembelajaran tersebut dibandingkan dan
pada gambar di bawah ini : dianalisis. Hasil pengujian kemudian disim-
pulkan untuk membuktikan adanya perbedaan
Kelompok kemampuan setelah menggunakan modul
T0 x T1
Percobaan
pembelajaran hasil pengembangan. Kedua,
Kelompok
T0 - T1 tingkat efektifitas menggunakan modul hasil
Kontrol
Gambar 1. Desain randomized control group pengembangan yang sebenarnya dilihat dari
pretest-posttest (Nasir, 2003) besarnya gain ternormalisasi. Gain ternor-
malisasi dihitung dengan membandingkan
Keterangan :
T0 = Pretest selisisih rata-rata dari nilai awal (Hake dalam
x = Perlakuan menggunakan modul baru Ikhsanuddin, 2007). Adapun persamaan untuk
- = Perlakuan menggunakan modul lama menghitung gain adalah:
T1 = Posttest 〈 〉 〈 〉
〈 〉=
Keterangan :
Sebelum menggunakan produk, kelom-
〈 〉 = rata-rata gain ternormalisasi
pok uji coba diberikan pretest dan setelah 〈 〉 = rata-rata nilai test akhir
menggunakan produk kelompok tersebut 〈 〉 = rata-rata nilai test awal
diberikan posttest. Untuk menge-tahui vali-
ditas dan realibilitas sebelumnya instrumen tes Tabel 3. Nilai Gain Ternormalisasi dan Klasi-
yang digunakan diuji cobakan pada peserta fikasi
didik bukan sampel. Untuk melakukan uji Rata-rata gain Klasifikasi
eksternal maka diperlukan kelompok sasaran ternormalisasi
pengguna produk. Dalam hal ini kelompok 〈 〉 ≥ 0,70 Tinggi
0,30 ≤ 〈 〉 ≥ 0,70 Sedang
yang digunakan adalah kelas eksperimen.
〈 〉 < 0,30 Rendah
Kelas eksperimen dilakukan di SMK Mu-
hammadiyah 2 Metro, sedangkan kelas kontrol
Berdasarkan dari tabel di atas: 1) apabila nilai
pada SMK KP Gajah Mada 2 Metro. gain ternormalisasi berbeda dalam klasifikasi
Teknik pengumpulan data pada tahap tinggi, maka efektifitasnya efektif, 2) apabila
uji eksternal ini adalah menggunakan instru- nilai gain ternormalisasi berada dalam klasi-
men tes dan angket. Tes kemampuan awal fikasi sedang, maka efektifitasnya kurang
(pretest) diberikan sebelum perlakuan, tes efektif, dan 3) apabila nilai gain ternormalisasi
akhir (posttest) yaitu untuk mengetahui keter- berada dalam klsifikasi rendah, maka efekti-
capaian tujuan pembelajaran sesudah perla- fitasnya tidak efektif.
kuan. Sedangkan angket digunakan untuk Data kualitatif yaitu dari sebaran angket
mendapatkan data mengenai kemenarikan dan untuk mengetahui daya tarik produk. Data ini
kemudahan penggunaan produk. dianalisis dengan menggunakan persentase
Data yang diperoleh dari uji eksternal jawaban untuk kemudian dinarasikan. Pada
produk ada dua jenis yaitu: efisiensi, peneliti memfokuskan pada aspek
Data kuantitatif yaitu hasil pretest dan waktu yaitu perbandingan antara waktu yang
posttest, hasil tes dianalisis secara kuantitatif diperlukan dengan waktu yang digunakan da-
untuk mengetahui efektifitas pembelajaran. lam pembelajaran sehingga akan diperoleh
Efektivitas menggunakan modul pembelajaran rasio dari hasil perbandingan tersebut. Jika ra-
hasil pengembangan ditentukan dengan dua sio waktu yang dipergunakan lebih dari 1 jam
uji, yaitu : uji-t sampel berpasangan (paired maka pembelajaran dikatakan efisiensinya
sample t-test) dan uji gain ternormalisasi. tinggi, begitu juga sebaliknya.
Pertama uji-t sampel berpasangan dengan Kualitas daya tarik dilihat dari aspek
program SPSS (Statistical Package for Sosial kemenarikan dan kemudahan penggunaan
Science) untuk mengetahui perbedaan antara yang ditetapkan dengan indikator dengan
hasil nilai pretest (T0) perlakuan awal
5
rentang persentase yaitu bisa dilihat pada tabel mencapai Kiteria Ketuntasan Mimimal (KKM)
berikut ini : 7.2 berjumlah 23 orang atau 82.14 %. Sedang-
kan rerata skor posttest pada kelas kontrol ada-
Tabel 2. Persentase Kemenarikan dan Kemu- lah 7.07 lebih rendah dari skor posttest kelas
dahan Penggunaan dan Klasifikasi eksperimen dengan jumlah peserta didik yang
Persentase Klasifikasi mencapai KKM 13 orang atau 46.43 %. gain
90 – 100 Sangat Baik
yang diperoleh dari rerata keduanya 0.64
70 – 89 Baik
50 – 69 Cukup Baik Efektifitas berupa peningkatan kemam-
0 – 49 Kurang Baik puan diukur dengan independent t-tes. Sebe-
lum dilakukan uji statistik ini penulis mela-
HASIL PENELITIAN kukan uji normalitas dan uji homogenitas se-
Hasil pretest merupakan kemampuan bagai uji prasyarat.
awal peserta didik sebelum dilakukan pembe- Setelah dilakukan uji normalitas pada
lajaran menggunakan modul hasil pengem- kelas eksperimen menggunakan aplikasi spss
bangan. Hasil pretest dapat dilihat pada tabel 15, didapatsebagai berikut:
berikut.
Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Kelas Ekspe-
Tabel 4. Prestasi awal peserta didik sebelum rimen
perlakuan Kolmogorov- Shapiro-Wilk
Smirnov(a)
Uraian Kelompok
Stat df Sig. Stat Df Sig.
Eksperimen Kontrol
Pretest .145 26 .062 .957 26 .181
Sampel (N) 26 28
Posttest .108 26 .200(*) .964 26 .295
Rata-rata 3,19 3,22
Varians 0,52 0,40 a Lilliefors Significance Correction
Standar Deviasi 0,72 0,64 Berdasarkan output tersebut diketahui
Skor Maksimal 4,00 4,00 bahwa uji normalitas yang ditampilkan
Skor Minimal 2,50 2,50 menggunakan Metode Kolmogorov-smirnov
yang dikorelasikan Lilliefors dan metode
Berdasarkan tabel 4, dari 26 peserta didik Shapiro-Wilk nilai sig. (p) lebih besar dari
Kelompok eksperimen rata-rata kemampuan pada α (0,05). Karena nilai signifikansi pretest
awalnya mencapai 3,19; sedangkan dari 28 dan posttes pada kelas eksperimen lebih besar
peserta didik kelompok kontrol mencapai dari 0,05(0,062>0,05) dan (0,200>0,05) maka
3,22. Kemampuan awal tertinggi dari kedua dapat disimpulkan bahwa kedua data tersebut
kelompok mencapai 4,00; dan kemampuan terdistribusi normal.
terendahnya dengan skor 2,50. Tampak bah- Selanjutnya pada uji normalitas kelas
wa kemampuan awal kedua kelompok terse- kontrol didapat hasil sebagai berikut:
but masih dibawah batas ketuntasan belajar
yaitu 7,00. Tabel 7. Hasil Uji Normalitas Kelas Kontrol
Kolmogorov- Shapiro-Wilk
Smirnov(a)
Tabel 5. Prestasi belajar peserta didik setelah Stat df Sig. Stat D Sig.
perlakuan istic istic f
Uraian Kelompok Pretest .136 28 .088 .945 28 .075
Eksperimen Kontrol Posttest .141 28 .066 .937 28 .040
Sampel (N) 26 28 a Lilliefors Significance Correction
Rata-rata 7,66 7,07
Varians 0,57 0,38
Berdasarkan output tersebut diketahui bahwa
Standar Deviasi 0,72 0,64
Skor Maksimal 8,25 7,50 nilai Sig.(p) lebih besar dari pada α (0,05).
Skor Minimal 7,00 6,50 Karena nilai signifikansi pretest dan posttes
pada kelas kontrol lebih besar dari
Berdasarkan hasil posttest diketahui 0,05(0,088>0,05) dan (0,066>0,05) maka
rerata skor posttest kelas eksperimen adalah dapat disimpulkan bahwa kedua data tersebut
7.69 dengan jumlah peserta didik yang terdistribusi normal.
6
Uji homogenitas dilakukan dengan test dukungan data yang terdistribusi normal dan
of homogeneity of variance dengan hasil homogen dan test yang menunjukkan bahwa t
sebagai berikut: hitung lebih besar dari t tabel (2,345>1,99),
terlihat adanya perbedaan yang dignifikan dari
Tabel 8. Hasil Uji Homogenitas pembelajaran yang menggunakan modul hasil
pengembangan dan pembelajaran yang
menggunakan modul lama.
Efektifitas pembelajaran ditandai de-
ngan bukan saja meningkatkan kualitas kinerja
Analisisnya adalah jika nilai signifikansi lebih peserta didik, tapi juga kualitas kinerja guru
besar dari 0,05 bararti data homogen. Karena dalam pembelajaran. Sebagaimana telah diu-
nilai signifikansi > 0,05 (0,814>0,05) maka raikan sebelumnya, efektifitas pembelajaran
dapat disimpulkan kedua data adalah sangat ditentukan dari kinerja guru, karena
homogen. guru memiliki pengaruh yang kuat dan tahan
Berdasarkan hasil uji beda lama pada peserta didik mereka. Mereka se-
menggunakan aplikasi SPSS 15 didapat hasil cara langsung mempengaruhi bagaimana pe-
sebagai berikut: serta didik belajar, apa yang mereka pelajari,
seberapa banyak mereka belajar, dan cara
Tabel 9. Hasil Uji beda mereka berinteraksi satu sama lain dan dunia
di sekitar mereka.
Mengacu pada efektivitas kinerja guru
sebagaimana diuraikan pada kajian pustaka
penelitian ini yang menyatakan adanya hubu-
ngan antara keterampilan verbal dan kosakata
Berdasarkan nilai t-tabel pada tingkat guru yang efektif dengan keberhasilan aka-
kepercayaan 5% 1,99 dan besar t-hitung 5,291. demik peserta didik. Modul pembelajaran hasil
Jika nilai t hitung > t tabel berarti terdapat pengembangan dapat membantu guru yang
perbedaan rata-rata antara hasil pretest dan memiliki keterbatasan kemampuan verbal
posttest. Dari hasil uji tersebut diperoleh nilai t untuk dapat secara lebih efektif menyam-
hitung lebih besar dari t tabel (5,291>1,99) paikan ide-ide untuk peserta didik dan
maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas berkomunikasi dengan mereka secara jelas dan
pada peningkatan kemampuan pembelajaran menarik.
dengan menggunakan modul pembelajaran Kegiatan pembelajaran menggunakan
hasil pengembangan lebih besar dibandingkan modul hasil pengembagan menjadi lebih efi-
dengan menggunakan modul lama. sien, hasil ini dapat dilihat pada rata-rata pen-
Sebaran angket untuk mengetahui daya capaian peserta didik dalam pembelajaran.
tarik diberikan pada sasaran responden kelas Peserta didik dapat mencapai standar kom-
eksperimen. Angket yang dipergunakan meru- petensi menjelaskan dasar-dasar mesin rata-
juk pada kriteria daya tarik pembelajaran, rata 2 kali lebih cepat dari waktu yang
yaitu sejauhmana peserta didik menikmati menggunakan modul lama.
instruksi dan seberapa besar dapat memotivasi Aspek efisiensi ini diperkuat dengan
peserta didik untuk mengulang-ualang materi hasil uji efisiensi yang menunjukkan bahwa
pembelajaran hingga tercapai kondisi yang nilai rasio perbandingan waktu yang diper-
diharapkan. lukan pada pembelajaran menggunakan modul
hasil pengembangan lebih besar dari pem-
PEMBAHASAN belajaran menggunakan modul lama. Terbukti
Berdasarkan hasil posttest pada kelas bahwa modul hasil pengembangan efisien.
kontrol diketahui bahwa rerata skornya adalah Bell dalam Hacker & Graesser (2009:
7,07 Sedangkan rerata skor posttest pada kelas 119) mengemukakan: ”The are three things to
eksperimen adalah 7,69 lebih tinggi dari rerata remember about education. The first one is
skor posttest pada kelas kontrol. Dengan motivation. The second one is motivation. The
7
besar dari t tabel (2,345>1,99), terlihat dengan populasi yang lebih besar, misal
adanya perbedaan yang dignifikan dari SMK seluruh lampung.
pembelajaran yang menggunakan modul
hasil pengembangan dan pembelajaran
yang menggunakan modul lama.
DAFTAR PUSTAKA
4. Modul pembelajaran hasil pengembangan
memiliki daya tarik. Hasil rekapitulasi
Borg, Walter.R, Meredith D. Gall. 2003.
angket pada penilaian aspek kemenarikan
Education Research: an introduction.
dan kemudahan penggunaan modul
New York: Lonhman, Inc.
pembelajaran hasil pengembangan
Depdiknas 2008. Teknik Penyusunan Modul.
menunjukkan bahwa 80% responden
Jakarta: Depdiknas
menyatakan bahwa produk ini sangat
Ikhsanuddin, dkk. 2007. Jurnal Penelitian
menarik dan mudah digunakan.
Pendidikan IPA. Volume I No. 2 Juli
2007. Bandung : Program Studi IPA
Saran
Sekolah Pascasarjana-UPI Bandung
Berdasarkan simpulan tersebut, maka
Januszewski. Molenda. 2008. Educational
saran-saran yang dapat diberikan sehubungan
Technology A Definition with
dengan pengembangan modul pembelajaran
Commerntary. USA: Taylor & Francis
mata pelajaran DKK adalah sebagai berikut :
Group, LLC
1. Bagi guru pengampu mata pelajaran DKK
Miarso, Yusufhadi. 2009. Menyemai Benih
dapat mengembangkan bahan ajar sesuai
Teknologi Pendidikan. Jakarta:
kebutuhan dan kemampuan peserta didik
Kencana Perdana Media Group
serta menerapkan sistem dasar cetakan
Nasir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta:
(print-based system) untuk upaya
Ghalia Indonesia
peningkatan hasil pembelajaran DKK.
Nasution, S. 2008. Asas-asas Kurikulum.
2. Bagi peserta didik yang ingin
Jakarta: Bumi Aksara.
meningkatkan kemampuan mata pelajaran
Rasyid, Abdul. 2010. Pembelajaran Modul.
DKK agar menggunakan modul
http://fiskia.blogspot.com (03 Oktober
pembelajaran hasil pengembangan dengan
2012 pukul 13.45)
mengopti-malkan materi pelengkap yang
Rosyid. 2010. Prinsip dan Prosedur Penulisan
ada seperti video pembelajaran dimana
Modul. http://www.rosyid.info (01
materi tersebut dapat digunakan dan
Oktober 2011 pukul 20.00)
dimanfaatkan di luar kelas.
Sanjaya, Wina. 2008 Pembelajaran dalam
3. Bagi guru yang akan melakukan
Implementasi Kurikulum Berbasis
penelitian, pengembangan modul DKK
Kompetensi. Jakarta: Kencana
dapat menjadi ide untuk melakukan
Sudrajat, Akhmad. 2008. Pengembangan
penelitian, karena pengembangan modul
Bahan Ajar. http://akhmadsudrajat.
pembelajaran DKK masih memerlukan
wordpress.com (12 November 2011
penelitian dan pengembangan lebih lanjut
pukul 10.30)