Anda di halaman 1dari 11

PERMANGANOMETRI

I. Judul Praktikum : TITRASI PERMANGANOMETRI

II. Prinsip Praktikum :


Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam
reaksi ini, ion MnO4 - akan berubah menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam.
Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan kadar oksalat atau besi
dalam suatu sampel.

III. Maksud dan Tujuan :


 Praktikan memahami konsep dasar reaksi oksidasi dan reduksi.
 Untuk mengetahui konsentrasi larutan sampel secara oksidimetri.

IV. Reaksi :
2KMnO4 + 3H2 SO4 + 5(COOH) 2 2MnSO4 + K 2 SO4 + 8H2 O +
10CO2

V. Landasan Teori :
Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi
oleh Kalium permanganat (KMnO 4 ). Reaksi ini difokuskan pada reaksi
oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO 4 dengan bahan baku tertentu.
Titrasi dengan KMnO 4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun, kebanyakan
titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti
Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion
logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan
permanganometri seperti:
a. Ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (II) yang dapat diendapkan sebagai
oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci dilarutkan dalam H2 SO4 berlebih
sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah
akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang
bersangkutan.
b. Ion-ion Bad an Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah
disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku
FeSO 4 berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya
dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO 4.
Zat organic dapat dioksidasi dengan KMnO 4 dalam suasana asam
dengan pemanasan. Sisa KMnO 4 direduksi dengan asam oksalat berlebih.
Kelebihan asam oksalat dititrasi kembali dengan KMnO 4.
Metode permanganometri didasarkan pada reaksi oksidasi ion
permanganat. Oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana asam, netral dan
alkalis.
 MnO4 - + 8H+ + 5e → Mn2+ + 4H2 O
Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indicator, jadi titrasi
permanganometri ini tidak memerlukan indikator, dan umumnya titrasi
dilakukan dalam suasana asam karena karena akan lebih mudah mengamati
titik akhir titrasinya. Namun ada beberapa senyawa yang lebih mudah
dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis contohnya hidrasin, sulfit, sulfida,
sulfida dan tiosulfat . Reaksi dalam suasana netral yaitu
 MnO4 + 4H+ + 3e → MnO4 +2H2 O
Kenaikan konsentrasi ion hidrogen akan menggeser reaksi ke kanan Reaksi
dalam suasana alkalis :
 MnO4 - + 3e → MnO42-
 MnO4 2- + 2H2 O + 2e → MnO2 + 4OH
 MnO4 - + 2H2 O + 3e → MnO2 +4OH
Reaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam
larutan netral. Karena alasan ini larutan kalium permanganat jarang dibuat
dengan melarutkan jumah-jumlah yang ditimbang dari zat padatnya yang
sangat dimurnikan misalnya proanalisis dalam air, lebih lazim adalah untuk
memanaskan suatu larutan yang baru saja dibuat sampai mendidih dan
mendiamkannya diatas penangas uap selama satu/dua jam lalu menyaring
larutan itu dalam suatu penyaring yang tak mereduksi seperti wol kaca yang
telah dimurnikan atau melalui krus saring dari kaca maser.
Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi
berdasarkan pereaksi ini, tapi beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan
atau penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi. Kalau bukan
karena fakta bahwa banyak reaksi permanganat berjalan lambat, akan lebih
banyak kesulitan lagi yang akan ditemukan dalam penggunaan reagen ini.
Sebagai contoh, permanganat adalah agen unsure pengoksida, yang cukup
kuat untuk mengoksidasi Mn(II) menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan
 3Mn2 + + 2MnO4 - + 2H2 O → 5MnO2 + 4H+
Kelebihan titrasi permanganometri adalah Titrasi permanganometri ini
lebih mudah digunakan dan efektif, karena reaksi ini tidak memerlukan
indicator, hal ini dikarenakan larutan KMnO 4 sudah berfungsi sebagai
indicator, yaitu ion MnO 4 - berwarna ungu, setelah diredukdsi menjadi ion Mn-
tidak berwarna, dan disebut juga sebagai autoindikator.
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain
terletak pada: Larutan pentiter KMnO 4 - pada buret Apabila percobaan
dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO 4 pada buret yang terkena
sinar akan terurai menjadi MnO 2 sehingga pada titik akhir titrasi akan
diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan
berwarna merah rosa. Penambahan KMnO 4 yang terlalu cepat pada larutan
seperti H2 C2 O4 yang telah ditambahkan H2 SO 4 dan telah dipanaskan
cenderung menyebabkan reaksi antara MnO 4 - dengan Mn2+.
 MnO4 - + 3Mn2 + + 2H2 O ↔ 5MnO2 + 4H+.
Penambahan KMnO 4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2 C2 O 4
yang telah ditambahkan H2 SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi
kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai
menjadi air.
 H2 C2 O4 + O2 ↔ H2O2 + 2CO2 ↑
 H2 O2 ↔ H2 O + O2 ↑
Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO 4 yang
diperlukan untuk titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi
permanganometri yang dilaksanakan.
Dalam bidang industri, metode titrasi permanganometri dapat
dimanfaatkan dalam pengolahan air, dimana secara permanganometri dapat
diketahui kadar suatu zat sesuai dengan sifat oksidasi reduksi yang
dimilikinya, sehingga dapat dipisahkan apabila tidak diperlukan atau
berbahaya.

Berikut ini merupakan syarat penentuan kuantitatif cara redoks :

1. Zat yang akan dititrasi harus berada pada tingkat oksidasi tertentu. Contoh
garam Fe (III) diubah/direduksi menjadi Fe (II) dengan logam Seng.
2. Reaksi redoks harus kuantitatif.
3. Untuk titrasi langsung, proses reaksi harus berlangsung cepat.
Dibandingkan reaksi asam basa, reaksi redoks relatif lambat bahkan ada
yang sangat lambat. Titrasi tidak langsung menjadi alternatif, yaitu dengan
menambahkan oksidator berlebih dan reaksi dibiarkan sempurna.
Selanjutnya kelebihan oksidator tersebut dititrasi kembali dengan standar
reduktor yang dapat bereaksi cepat.
4. Hars ada cara yang tepat untuk mendeteksi titik akhir, misalnya dengan
menggunakan indikator atau secara potensiometrik.
Cara perhitungan yang direkomendasikan oleh IUPAC adalah berdasarkan
molaritas, milimol, dan masa rumus, tetapi dalam keperluan praktis banyak
juga dilakukan berdasarkan normalitas. Perhitungan dengan cara
normalitas, tidak lepas daripada ketentuan berat ekivalen (BE).

Indikator yang dapat digunakan pada titrasi redoks adalah :

1. Auto/endo-indikator : Indikator jenis ini menggunakan sifat khususnya


yang berwarna dan warnanya dapat berubah bila direaksikan dengan zat
lain. Contoh :
a. KMnO4 berwarna ungu, bila direduksikan berubah menjadi ion Mn2+
yang tidak berwarna.
b. Larutan Iodium berwarna kuning coklat. Titik akhir titrasi dapat
dikenali dari bentuknya atau hilangnya warna kuning.
c. K2 Cr2 O7 berwarna kuning jingga, bila direduksi berubah menjadi Cr2+
yang berwarna hijau.
2. Indikator Redoks : Indikator yang memiliki perbedaan warna antara dalam
bentuk oksidasinya dan dalam bentuk reduksinya, contoh :
a. Diphenil amina dan Diphenil Benzidine : Indikator ini sukar larut
dalam air, pada pemakaiannya digunakan H2 SO4 . Dalam bentuk
reduksinya indikator ini tidak memberikan warna, sedangkan dalam
bentuk oksidasinya memberikan warna biru.
b. Ion Ferrophenantrolin : C12 H8 N2 larut dalam larutan garam ferro
membentuk Fe(C 12 H8 N2 )22+ yang berwarna merah. Dengan adanya
oksidator kuat, ion Fe2+ berubah menjadi ion Fe3+ yang berwarna biru.

Aplikasi Permanganometri

Sistem Pengolahan Air Asin

Alat pengolah air asin ada banyak macamnya. Selama ini untuk
mengolah air asin dikenal dengan cara destilasi, pertukaran ion, elektrodialisis,
dan osmosis balik. Masing-masing teknologi mempunyai keunggulan dan
kelemahan. Pemanfaatan teknologi pengolahan air asin harus disesuaikan
dengan konsidi air baku, biaya yang tersedia, kapasitas dan kualitas yang
diinginkan oleh pemakai air. Di antara berbagai macam teknologi tersebut
yang banyak dipakai adalah teknologi destilasi dan osmosis balik. Teknologi
destilasi umumnya banyak dipakai ditempat yang mempunyai energi terbuang
(pembakaran gas minyak pada kilang minyak), sehingga dapat menghemat
biaya operasi dan skala produksinya besar (>500 m3/hari). Sedangkan
teknologi osmosis balik banyak dipakai dalam skala yang lebih kecil.
Keunggulan teknologi membran osmosis balik adalah kecepatannya dalam
memproduksi air, karena menggunakan tenaga pompa. Kelemahannya adalah
penyumbatan pada selaput membran oleh bakteri dan kerak kapur atau posfat
yang umum terdapat dalam air asin atau laut. Untuk mengatasi kelemahannya
pada unit pengolah air osmosa balik selalu dilengkapi dengan unit anti
pengerakkan dan anti penyumbatan oleh bakteri. Sistem membran reverse
yang dipakai dapat berupa membran hollow fibre, lempeng/plate atau berupa
spiral wound. Membran ini mampu menurunkan kadar garam hingga 95-98%.
Air hasil olahan sudah bebas dari bakteri dan dapat langsung diminum.
Teknologi pengolahan air asin sistem osmosis balik banyak dipakai di banyak
negara seperti Amerika, Jepang, Jerman dan Arab. Teknologi ini banyak
dipakai untuk memasok kebutuhan air tawar bagi kota-kota tepi pantai yang
langka sumber air tawarnya. Pemakai lain adalah kapal laut, industri farmasi,
industri elektronika, dan rumah sakit.

Pada proses dengan membran, pemisahan air dari pengotornya


didasarkan pada proses penyaringan dengan skala molekul. Di dalam proses
desalinasi air laut dengan sistem osmosis balik, tidak memungkinkan untuk
memisahkan seluruh garam dari air lautnya, karena akan membutuhkan
tekanan yang sangat tinggi sekali. Pada prakteknya untuk menghasilkan air
tawar, air asin atau air laut dipompa dengan tekanan tinggi ke dalam suatu
modul membran osmosis balik yang mempunyai dua buah pipa keluaran,
yakni pipa keluaran untuk air tawar yang dihasilkan dan pipa keluaran untuk
air garam yang telah dipekatkan.

Di dalam membran osmosis balik tersebut terjadi proses penyaringan


dengan ukuran molekul, yakni partikel yang molekulnya lebih besar dari pada
molekul air, misalnya molekul garam dan lainnya, akan terpisah dan akan ikut
ke dalam air buangan. Oleh karena itu air yang akan masuk ke dalam
membran osmosis balik harus mempunyai persyaratan tertentu, misalnya
kekeruhan harus nol, kadar besi harus < 0,1 mg/l, pH harus dikontrol agar
tidak terjadi pengerakan kalsium karbonat dan lainnya.

VI. Alat dan Bahan


A. Alat :
1. Neraca / Timbangan
2. Buret
3. Bulp
4. Labu ukur
5. Corong
6. Labu Erlenmeyer
7. Labu Semprot
8. Statif + Klaim
9. Pipet ukur
10. Termometer

B. Bahan :
 Padatan asam oksalat ((COOH)2 . 2H2 O)
 Larutan KMnO4 0.1 N
 Larutan H2 SO4 4 N
 Kertas karbon

VII. Prosedur :
Penetapan konsentrasi/pembakuan KMnO4 0.1 N dengan baku primer asam
oksalat.
 Dibuat 100 ml larutan baku primer asam oksalat 0.1 N
 Dipipet 10 ml larutan tersebut ke dalam labu erlenmeyer
 Ditambahkan 5 ml larutan H2 SO4 4 N kemudian diencerkan dengan air
suling hingga 50 ml
 Kemudian larutan tersebut dipanaskan hingga ± 75 ℃
 Larutan segera dititar dengan KMnO4 di dalam buret sampai titik akhir
(perubahan warna dari bening menjadi merah muda seulas)
 Dilakukan minimal tiga kali.

VIII. Data pengamatan dan Perhitungan :


Pembakuan KMnO4 0.1 N dengan baku primer asam oksalat
Vol. Asam oksalat = 10 ml
gr 100 0 0 .630 10 00
N. Asam oksalat = BE x V
x 10 0
= 0.1000 N
2
63

Pengerjaan Vol. KMnO4 (ml) N. KMnO4


Simplo 6.3 -
Duplo 6.7 -
Rata-rata 6.5 0.15 N

N. KMnO4 ?
V1 N1 = V2 N2
(10 ml) (0.1 N) = (6.5 ml) N2
10 ml x 0.1 N
N2 =
6.5 ml
N2 = 0.15 N

IX. Pembahasan
Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi
oleh Kalium permanganat (KMnO 4 ). Reaksi ini difokuskan pada reaksi
oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO 4 dengan larutan baku primer
yaitu asam oksalat ((COOH) 2 . 2��2 ��) . Pada percobaan ini antara KMnO 4
direduksi oleh asam oksalat dan KMnO 4 mengoksidasi zat organic dalam air.
Dalam percobaan ini, sebagai pengasam digunakan larutan H2 SO4 encer.
Karena ion MnO 4 - akan tereduksi menjadi Mn2+ dalam suasana asam oleh
reaksi dengan atom H. Selain itu, asam sulfat cukup baik karena tidak bereaksi
dengan permanganat. Dalam titasi permanganometri, tidak dibutuhkan
indikator karena perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda
menunjukan titik akhir suatu titrasi warna yang diperoleh pun harus sudah
dalam keadaan tetap, artinya saat melakukan pengadukan, warna merah muda
yang muncul tidak hilang, hal ini menunjukan titik kestabilan.
Pada langkah awal disiapkan larutan baru primer yaitu ((COOH)2 .
2��2 ��) 0.1 N sebanyak 100 ml. Kemudian dipipet menggunakan pipet ukur
sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer. Setelah itu
masukkan larutan H2 SO4 4 N sebanyak 5 ml dan aquadest sebanyak 35 ml.
Kemudian panaskan dengan suhu ± 75 ℃, bila sudah dipanaskan segera
dititrasi dengan KMnO 4 yang berada dalam buret. Titrasi sampai terjadi
perubahan warna menjadi merah muda seulas. Catatlah perubahan volume
KMnO4 dan lakukan percobaan 2-3 kali.
Pada percobaan pertama volume larutan KMnO 4 yang dihabiskan
untuk titrasi sebanyak 6,3 ml dan pada percobaan kedua volume larutan
KMnO4 yang dihabiskan 6,7 ml. Jadi, jumlah rata-rata volume larutan KMnO 4
yang dihabiskan adalah 6,5 ml. Telah diketahui volume rata-rata KMnO 4 6,7
ml, volume ((COOH) 2 . 2��2 ��) 0.1 N sebanyak 10 ml. Kemudian masukkan ke
dalam rumus : V1 N1 = V2 N2 dari hasil perhitungan tersebut didapatkan hasil
normalitas KMnO 4 yaitu 0.15 N.
X. Kesimpulan
Dari hasil percobaan permanganometri yang telah dilakukan dapat
disimpulkan normalitas KMnO 4 dalam titrasi yaitu 0.15 N dengan volume
rata-rata 5 ml.

XI. Tugas
1. Apakah titrasi permanganometri harus menggunakan buret berwarna
gelap? Jelaskan!
2. Mengapa permanganometri disebut sebagai auto-indikator?
3. Sebutkan standar baku primer dan sekunder yang digunakan dalam titrasi
permanganometri dan indikator apa yang digunakan?
4. Mengapa ℃ ? titrasi harus lebih tinggi dari suhu 60 ℃ dan lebih
titk80akhir
rendah dari
5. Jelaskan cara pembuatan larutan KMnO 4 0.1 N 1 L ?
6. Jelaskan tujuan penambahan H2 SO4 pada titrasi permanganometri?
7. Jelaskan reaksi oksidasi-reduksi pada titrasi permanganometri?

Jawaban :
1. Titrasi permanganometri harus menggunakan buret berwarna gelap karena
KMnO4 bila terkena cahaya atau dititrasi cukup lama maka mudah terurai
menjadi MnO 2 , sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh
pembentukan presipitat coklat. Oleh karena itu penggunaan buret yang
berwarna gelap itu lebih baik.
2. Permanganometri disebut auto-indikator karena KMnO 4 merupaka larutan
yang berwarna dan warnanya ini dapat berubah jika direaksikan dengan zat
lain tanpa menggunakan indicator.
3. Standar baku primer permanganometri = Asam Oksalat.
Standar baku sekunder permanganometri = KMnO 4.
Indicator = Tidak menggunakan indicator.
4. Suhu diatas 60oC
Karena jika suhu larutan terlalu bawah 60°C-70°C maka reaksi akan
berjalan lambat dan akan mengubah MnO 4 - menjadi MnO2 yang berupa
endapan cokelat sehingga titik akhir titrasi susah untuk dilihat.
Suhu dibawah 80oC.
Karena jika suhu larutan di atas 60°C-70°C maka akan merusak asam
oksalat, dan terurai menjadi CO2 dan H2 O sehingga hasil akhir akan lebih
kecil.
5. Pembuatan larutan KMnO4 1 N sebanyak 1 L, yaitu:
1. Hitung gram yang akan ditimbang dengan rumus:
Gr = BE x L x N
158
= x1x1
5
= 31,6 x 1 x 1 = 31,6 gr
2. Ditimbang ± 31,6 gram kristal KMnO 4 di atas gelas arloji
menggunakan neraca gram.
3. Masukan ke dalam beaker glass 1 liter, tambahkan denga aquades
hingga tanda batas.
4. Beaker glass ditutup, dipanaskan hingga mendidih selama ± 15 menit
atau hingga larut, dinginkan.
5. Setelah dingin, saring larutan tersebut menggunakan sinter glass atau
glass wool.
6. Masukkan ke dalam botol coklat bertutup dan diberi label.
7. Lakukan standarisasi setiap akan digunakan.
6. Penambahan H2 SO4 pada Asam Oksalat berfungsi untuk menciptakan
suasana asam dan agar tidak terjadi reaksi samping.
7. Dalam suasana asam atau [H+] ≥ 0,1 N, ion permanganat mengalami
reduksi menjadi ion mangan (II) sesuai reaksi :
MnO4 - + 8 H+ + 5e- Mn2+ + 4H2 O Eo = 1,51 Volt
Dalam suasana netral, ion permanganat mengalami reduksi menjadi
mangan dioksida seperti reaksi berikut :
MnO4 - + 4H+ + 3e- MnO2 + 2H2 O Eo = 1,70 Volt
Dan dalam suasana basa atau [OH-] ≥ 0,1 N, ion permanganat akan
mengalami reduksi sebagai berikut:
MnO4 - + e- MnO4 2- Eo = 0,56 Volt
XII. Daftar Pustaka
http://syadharzyarga.blogspot.com/2011/02/titrasi-permanganometri.html

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/pemisahan-kimia-dan-
analisis/titrasi-redoks/

http://dedyanwarkimiaanalisa.blogspot.com/2009/10/laporan-
permanganometri.html

Anda mungkin juga menyukai