Anda di halaman 1dari 2

Konsep public religion sejatinya mempunyai makna yang cukup kontradiktif dengan teori

sekularisasi, yang mana negara menyatakan bahwa keyakinan atau agama cenderung akan mengalami
penurunan dan relevansitasnya di masyarakat maupun ranah publik lainnya (Intan; 12). Untuk itu, Casanova
mengidentifikasi beberapa konsep alternatif karena kehadiran agama dalam masyarakat yang sudah modern
ini. 1. Secularization as religious decline, di poin pertama ini menjelaskan perlahan-lahan agama akan
hilang dengan sendirinya karena pengaruh dari globalisasi; 2. Secularization as privatizasion,
mempertahankan atas perbedaan kepentingan. Kepentingan yang dimaksud disini adalah kepentingan
agama atau kepentingan sebuah institusi. Karena apabila kepentingan agama dijadikan sebagai kepentingan
sebuah institusi, maka esensi dari agama sendiri tidak akan terlihat dan begitu juga sebaliknya; 3.
Secularization as differentiation, perbedaan yang ditekankan di poin ini adalah perbedaan yang fungsional
dari sebuah institusi keagamaan baik itu ranah publik atau ranah privat seperti politik, ekonomi atau ilmu
pengetahuan. Teori di poin ketiga ini juga ditegaskan kembali dalam disertasi yang ditulis oleh Casanova
bahwa ruang lingkup sosial memang harus dibedakan dengan dunia sekuler karena sebagai masyarakat pun
juga harus bisa memilah-milah apakah ada sangkut pautnya ada tidak.

Sekularisasi dalam pengertian ini tidak hanya sebagai sebuah penyebab religious decline atau
privatisasi agama namun, Casanova juga menegaskan bahwa religious decline adalah sebuah pilihan.
Privatisasi agama sendiri juga bukanlah sebuah kecenderungan struktural karena perbedaan secara historis
dalam sebuah individu atau masyarakat itu sendiri. Sekularisme yang didorong oleh modernisasi hanya
akan menegaskan agar agama dapat menemukan perannya sendiri di dalam masyarakat ataupun institusi.

Dalam konsepnya tentang public religion, Casanova juga sangat menghargai setiap individu
dengan cara mereka masing-masing dalam beragama. Ia tidak mentolerir segala bentuk perilaku hegemoni
dalam agama yang dapat mengendalikan kehidupan sosial, politik, dan intelektual (Intan; 17). Casanova
juga berkeyakinan bahwa agama dan tradisi dapat memainkan perannya dengan baik di masyarakat, maka
dari itu ada tiga konsep terkait masyarakat pluralis dalam membentuk kebebasan dalam beragama, yaitu :
1. by entering the public sphere religion protects not only it's freedom but "all freedom and rights" for
believers as well as unbelievers. This means that the free exercise of religion and freedom of all orders that
forms civil society are inseparably linked. Dijelaskan bahwa setiap individu yang memasuki ruang publik,
maka akan dilindungi semua kebebasan dan haknya. Termasuk bagi orang yang percaya dan tidak percaya.
Ini berarti bahwa kebebasan beragama adalah kebebasan masyarakat sipil yang tidak dapat dipisahkan. 2.
by entering the public sphere religion questions and contests the absolute autonomy of the seculer spheres
and their claims to be free from "extraneous ethical and moral considerations". Artinya bahwa ruang agama
bukanlah ruang publik dan secara otonomi bebas dari pertimbangan etika dan moral asing. 3. by entering
the public sphere religion protects traditional social patterns and loyalties "from administrative or juridical
state penetration" and brings normative values into the public realm for the "self-reflection of modern
discursive ethics". Dipertegas oleh Casanova bahwa konsep ini dibuat sebagai pandangan bahwa agama
dibuat untuk melindungi pola sosial tradisional dan kesetiaan secara administrative atau yuridis dan
membawa nilai normatif untuk mereflesikan diri dari etika diskursif yang modern (Intan: 16-17). Dalam
kata lain bahwa ia berargumen apabila hak-hak beragama adalah hak sipil dan harus dibedakan juga antara
hak sipil sebagai hak kewarganegaraan dan hak sipil untuk Bergama.

Seperti apa yang dikutip dalam halaman online majalh TEMPO,contoh kasus yang diangkat adalah
ketika mantan gubernur Jakarta, Basuk Tjahaja Purnama divonis menistkan agama Islam atas pidatonya di
pulau seribu. Kasus ini menunjukkan sikap intoleran yang tumbuh terhadap kaum minoritas dari etnis,
agama dan seksual di Indonesia. Harusya, Indonesia adalah sebagai rumah bagi lima agama yang diakui
negara, buka hanya Islam namun terlihat pada kasus penistaan agama ini mayoritaslah yang memberikan
intervensi-internvensi hukum agar pelaku diberika hukuman.

REFERENSI

http://time.com/4598760/sidang-penistaan-agama-gubernur-jakarta-mengancam-sekulerisme-di-
indonesia/

Anda mungkin juga menyukai