Penelitian Pembiayaan Kesehatan
Penelitian Pembiayaan Kesehatan
masalah di bidang sanitasi dan perilaku hidup bersih STBM. Pembiayaan program STBM dapat dilihat
dan sehat. Secara keseluruhan penduduk indonesia dari tabel 2 sebagai berikut.
yang hidup dalam kondisi dengan kondisi sanitasi
buruk mencapai 72.500.000 jiwa. Mereka tersebar di Tabel 2. Pembiayaan Program STBM Kab. Sumbawa
Barat Tahun 2014-2015
perkotaan (18,2%) dan Pedesaan (40%)2. Dampak
ekonomi dari pencemaran air akibat sanitasi yang Tahun
Anggaran program Total
buruk mencapai Rp. 14,9 triliun3. dan Kegiatan Dinas Anggaran (%)
Anggaran
Kesehatan STBM
Upaya peningkatan perilaku higiene dan
2014 15,560,721,600 12,260,000 0.08
peningkatan akses sanitasi terus di kembangkan.
2015 13,187,681,679 29,485,000 0,22
Penerapan konsep Community Led Total Sanitation
Sumber : profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat
(CLTS) salah satunya, CLTS adalah sebuah konsep
dengan pendekatan promosi dengan memfasilitasi
masyarakat untuk menerapkan sanitasi lingkungan Berdasarkan latar belakang, penelitian
yang baik dengan fokusnya tidak buang air tentang pembiayaan kesehatan operasional
besar sembarangan4. Belajar dari pengalaman program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
pelaksanan Community Led Total Sanitation (STBM) di Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa
(CLTS) dan program /sanitasi lainnya, CLTS di Barat penting dilakukan.
Indonesia kemudian mengalami berbagai evaluasi
dan penyesuaian. CLTS yang lebih fokus pada BAHAN DAN CARA PENELITIAN
perilaku stop BABS dengan strategi di peningkatan Jenis penelitian ini menggunakan rancangan
kebutuhan sanitasi kemudian di evaluasi dan studi kasus yang bersifat dekriptif dengan metode
dikembangkan dengan menambahkan 4 (empat) kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena
perubahan perilaku, diarahkan pelaksanaannya tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
dengan enam strategi, dan dinamakan STBM5. secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam
Berdasarkan data profil dinas kesehatan bentuk kata-kata dan bahasa. Penelitian ini
Kabupaten Sumbawa Barat bahwa pembiayaan menggunakan data primer dan sekunder. Data
kesehatan selama kurun waktu dua tahun primer diperoleh melalui wawancara mendalam
mengalami kenaikan dari 6,18 % menjadi 9,60 (indepth interview)7. Sedangkan data sekunder
% akan tetapi jumlahnya belum sessuai dengan diperoleh melalui telaah dokumentasi 8. Lokasi
anggaran keseshatan yang ditetapkan oleh penelitian dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten
Undang-Undang Kesehatan No. 36/2009 yang Sumbawa Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat
menjelaskan bahwa anggaran kesehatan minimal dengan alamat Jalan Bung Karno Komplek KTC
10% berasal dari pemerintah daerah (APBD). Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat. Subyek
Pembiayan Kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat penelitian ini terdiri dari informan utama dan
dapat dilihat dari tabel sebagai berikut. informan pendukung. Informan utama terdiri
dari Kepala Dinas Kesehatan, Sekretaris Dinas
Tabel 1. Pembiayaan Kesehatan Kab. Sumbawa Barat Kesehatan, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat,
Tahun 2014 -2015 (dalam milyar) Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan, dan
Kepala Sub Bagian Koordinasi Penyusunan
Tahun Anggaran Total Anggaran
Anggaran Kesehatan APBD APBD Kabupaten
(%) Program, staf penyehatan lingkungan. Informan
2014 36,624,131,839 592,436,832,900 6.18
pendukung tediri dari : petugas pengelola BOK
2015 76,011,361,435 791,797,194,572 9,60
tahun 2015, Anggota Pokja AMPL dalam hal ini
Ka.Subb Bidang Sarana dan Prasana BAPPEDA,
Sumber: profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat
Kepala Seksi Tata Ruang Bidang Cipta Karya
Dinas Pekerjaan Umum.
Kegiatan STBM ini memiliki lima tahap, yaitu
tahap sosialisasi, pelatihan, pemicuan, monitoring
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
dan evaluasi, dan terakhir adalah deklarasi 6.
Pemanfaatan Pembiayaan Pada Program
Berdasarkan data Pembiayaan dari staf pemegang
STBM
program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di
Pemanfaatan pembiayaan melalui dana
Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat pada
APBD Kabupaten digunakan untuk kegiatan yang
tahun 2014 sebesar Rp12.260.000,00 dan Pada
bersifat koordinasi dan pelatihan pemicuan STBM
Tahun 2015 sebesar Rp29.485.000,00 dirasakan
seperti yang dapat dilihat di tabel 3.
terbatas untuk pembiayaan kegiatan lima pilar
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa untuk pencapaian MDGs 7 yaitu meningkatkan
pemanfaatan pembiayaan untuk program STBM akses masyarakat terhadap sumber air minum
pada tahun 2014 yang tertinggi adalah kegiatan dan sanitasi dasar yang layak, yang meliputi
belanja jasa kantor dengan presentase 31,0 % dan kegiatan yang bersifat promotif dan preventif. Dasar
yang terkecil adalah kegiatan belanja cetak dan pembagian pagu anggaran yang di dapatkan oleh
penggandaan dengan presentase 4,9 % sedangkan setiap puskesmas berdasarkan jumlah penduduk
pada tahun 2015 yang tertinggi belanja jasa kantor dan lokasi wilayah kerja puskesmas tersebut.
juga dengan presentase 65,8 % dan yang terkecil Setelah mendapatkan pagu anggaran puskesmas
adalah kegiatan belanja cetak dan penggandaan menetapakan prioritas kegiatan melalui Planning of
juga dengan presentase 2,0 %. Adapun kegiatan action (POA) yang disampaikan ke pengelola BOK
belanja pegawai tahun 2015 presentase 0% di Dinas Kesehatan.
disebabkan penganggaranny melalu dana MCAI Berdasarkan tabel 4 mengenai pemanfaataan
yang didapatkan pemerintah Kabupaten Sumbawa pembiayaan bersumber dana BOK diketahui
Barat pada tahun 2015. Pemanfaatan kegiatan tahun 2014 bahwa puskesmas Brang Rea adalah
belanja jasa kantor di tahun 2014 dan 2015 puskesmas yang paling besar menganggarkan
digunakan untuk pelatihan pemicuan fasilitator di kegiatan STBM sebesar 27,1% dan puskemas yang
tingkat kecamatan dan tingkat desa hal ini sesuai paling kecil menganggarkan adalah puskesmas
dengan pernyataan responden. Berikut kutipan tongo sebesar 5,4% sedangkan pada tahun 2015
wawancaranya : diketahui bahwa puskesmas Brang Rea adalah
“…Kalo dari sisi pemanfaatan karena anggarannya puskesmas yang paling besar menganggarkan
bisa dikatakan minim artinya kami fokus ke pemicuan
dulu, pemicuan ini adalah pelatihan tenaga tenaga
kegiatan untuk STBM sebesar 27,1% dan
pemicu dari tingkat kecamatan sampai tingkat desa puskesmas yang paling kecil menganggarkan
itu yang kita fokuskan…”Informan 6 adalah puskesmas tongo sebesar 0,0% atau
tidak menganggarkan sama sekali. Puskesmas
Pemanfaatan pembiayaan STBM yang tongo di tahun 2015 tidak menanggarkan kegiatan
berasal dari dana BOK digunakan oleh puskesmas untuk kegiatan STBM disebabkan karena petugas
sanitarian yang mengelola program tersebut tidak prioritas program dan tercantum dalam dokumen
ada, hal ini sesuai dengan pernyataan pengelola Rencana Strategis (Renstra). Rencana Strategis
BOK di dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat
Barat. Berikut kutipan wawancaranya: memuat visi,misi, strategi, kebijakan, program dan
“…menurut informasi yang kami peroleh dari teman- kegiatan pembangunan bidang kesehatan sesuai
teman puskesmas tongo khususnya pengelola BOK
nya hal ini disebabkan karena tenaga sanitarian
dengan tugas dan fungsi Dinas Kesehatan. Renstra
yang memegang program tersebut tidak ada…” yang terakhir di gunakan adalah Renstra Dinas
kesehatan tahun 2011-2015 yang penyusunannya
Pada tahun 2015 program STBM mendapatkan ini disesuaikan dengan masa tugas Kepala Daerah
dana hibah yang berasal dari lembaga donor Kabupaten Sumbawa Barat. Selain dokumen
atau Non Government Organitation (NGO) yaitu Renstra di Dinas Kesehatan terdapat Dokumen
Millenium Challenge Account Indonesia yang Renja Kerja (Renja) dan Dokumen Pelaksanaan
disingkat MCAI. MCAI ini adalah lembaga wali Anggaran (DPA). Berikut kutipan wawancaranya:
“…Renstra yang berlaku lima tahun ini akan menjadi
amanat yang berdasarkan perjanjian hibah patokan untuk setiap tahunnya pada saat kita
tahun 2011 antara pemeritah amerika serikat membuat Renja kan, rencana kerja SKPD itu terus
dan pemerintah Indonesia. Kabupaten Sumbawa begitu sampai menghasilkan DPA..” Informan 1
barat baru mendapatkan bantuan hibah ini
pada tahun 2015 yang salah satu fokus utama Sesuai dengan yang tertuang dalam
programnya adalah proyek kesehatan dan Gizi Rencana Strategis Dinas Kesehatan tahun 2011-
berbasis masyarakat untuk mengurangi sunting 2015 fokus program atau kegiatan ditekankan
atau yang disingkat PKGBM. Masuknya STBM pada upaya-upaya untuk meningkatkan tingkat
dalam program ini untuk memperbaiki kondisi Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Salah satu
sanitasi dalam rangka menurukan stunting di komponen IPM yang merupakan indikator derajat
Indonesia melalui perubahan perilaku sanitasi dan kesehatan masyarakat adalah Umur Harapan Hidup
higiene masyarakat.Pemanfaatan pembiayaannya (UHH). Program-program yang mempunyai daya
digunakan untuk pelatihan pemicuan STBM. ungkit besar terhadap pencapaian UHH otomatis
Adapun pagu dana dana dan pemanfaatannya dijadikan prioritas utama untuk mendapatkan
dapat di lihat di tabel 5. anggaran yang lebih dari program lainnya. Hal
Berdasarkan tabel diatas pemanfaatan dana ini sesuai dengan pernyataan responden, berikut
STBM bersumber MCAI di Kabupaten Sumbawa kutipan wawancaranya :
Barat digunakan untuk pelatihan pemicuan STBM “…kita juga melihat daya ungkit program itu untuk
mencapai tujuan yaitu tujuan umumnya misalnya
dengan melibatkan pihak stakeholder yang lebih sekarang program karena tujuan umum kita kan
besar seperti pemerintah kecamatan, puskesmas, secara nasional mensejahterakan masyarakat salah
dan desa/kelurahan. Pelatihan pemicuan STBM bentuknya adalah kalo di bidang kesehatan itu umur
ini pemanfaatannya yang paling besar digunakan harapan hidup yang menjadi patokan, umur harapan
hidup kan ditentukan oleh dua yang sekarang kita
untuk paket meeting dengan presentase 36,1% pake bukan hanya dua tapi ada yang lain lain juga
dan yang kecil digunakan untuk sewa gedung yaitu kematian ibu, kematian bayi, gizi buruk, phbs
pertemuan dengan presentase 6,6%. dan segala macam itu indikator kinerja utama nah
kalo program itu istilahnya bisa mendorong ini ya
itu adalah prioritas, punya point untuk menjadi
Penetapan Prioritas prioritas..” Informan 1
Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa
Barat memiliki pernyataan yang jelas mengenai
Tabel 5. Pemanfaatan Pembiayaan Program STBM bersumber MCAI
Tahun 2015
No Kegiatan Total Presentase
Oktober November
1 Transport 13,050,000 13,100,000 26,150,000 28.6%
2 Honor Fasilitator 3,200,000 3,200,000 6,400,000 7.0%
3 Paket Meeting 18,750,000 14,250,000 33,000,000 36.1%
4 Sewa Gedung Pertemuan 3,000,000 3,000,000 6,000,000 6.6%
5 Paket Lupsum 9,895,000 9,895,000 19,790,000 21.7%
Total 47,895,000 43,445,000 91,340,000 100.0%
Sumber: data diolah
Besaran pagu indikatif yang di tetapkan masyarakat dengan presentase 76,27 % dan yang
dalam Dokumen Pelaksanan Anggaran (DPA) dinas terkecil pagu anggarannya adalah program obat
kesehatan mengacu pada penentapan prioritas. Hal dan perbekalan kesehatan dengan presentase
ini sesuai dengan pernyataan responden, berikut 0,01 % dan pada tahun 2015 yang tertinggi pagu
kutipan wawancaranya: anggarannya adalah program upaya kesehatan
“…kami membagi antara prioritas pertama dengan masyarakat dengan presentase 76,22 % dan
prioritas kedua, prioritas pertama yaitu kegiatan
yang sifatnya wajib, rutin, pembiayaan operasional
yang terkecil pagu anggarannya adalah program
dinas kesehatan kemudian prioritas satu wajib penigkatan pengembangan sistem pelaporan
lainnya yaitu kegiatan kegiatan seperti dana capaian kinerja dan keuangan dengan presentase
DAK yang memang sudah jelas peruntukkan dan sebesar 0,05 %.
pemanfaatannya kemudian yang kedua kami baru
menyusun setelah itu kami mendapatkan sisa
Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat
untuk prioritas kedua, dimana prioritas yang kedua pada tahun 2014 menganggarkan program STBM
ini akan kami yang akan kami bagi berdasarkan pada prioritas ke 12 dengan presentase 0,08 % dan
prioritas masing-masing di seksi, setelah itu pada tahun 2015 penganggarannya menenempati
masing-masing seksi menyusun dan membahas
usulan RKAnya di seksi dan bidangnya masing-
prioritas ke 10 dengan presentase 0,22 %.
masing…”Informan 5 Walaupun program STBM merupakan program
nasional akan tetapi belum menjadi prioritas dalam
Dana alokasi program berdasarakan pelaksanaannya, hal ini dikarenakan program
penetapan prioritas di dalam DPA Dinas Kesehatan STBM belum bisa menimbulkan daya ungkit untuk
Kabupaten Sumbawa Barat tahun Anggaran 2014- pencapaian indikator kinerja Dinas Kesehatan yang
2015 dapat dilihat pada Tabel 6. telah ditetapkan di dalam renstra maupun renja. Hal
Berdasarakan tabel 6 diketahui bahwa pada ini sesuai dengan pernyataan responden, berikut
tahun 2014 penetapan prioritas yang tertinggi pagu kutipan wawancaranya:
“…STBM tidak bisa berada diatas kesehatan ibu
anggarannya adalah program upaya kesehatan dan anak, kesehatan reproduksi, gizi, karena seperti
Tabel 6. Alokasi Dana untuk program dalam DPA Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat 2014-2015
yang saya katakan tadi dari unsur urgensi iya “…mulai tahun ini kita akan perkuat pokja AMPL,
tapi dari unsur daya ungkit terhadap pencapaian pokja AMPL itu kita akan perkuat karena selama ini
tujuan umum itu masih berada dibawah, kalo segi ya mati suri…”informan 4
visibility sama sama memungkinkan, kalo dari segi
urgensi kesehatan ibu dan anak juga urgensi karena
masalah nyawa langsung kan tentunya mencegah
Hal yang senada dikemukakan juga oleh
kematian jadi dua hal ini yang membuat STBM jadi informan lainnya, berikut kutipan wawancaranya:
tidak bisa melewati urgensi dan daya ungkit atau “…koordinasi yang ada belum berjalan dengan baik
istilahnya growth yang diberikan oleh kesehatan ibu dan pada saat ini sedang fokus ke program PPSP
dan anak, gizi, reproduksi…”Responden 1 , karena antara SKPD ini sebenarnya mempunyai
tufoksi masi-masing jadinya mungkin mereka hanya
bergerak sendiri, tapi terkadang data-data kita saling
program STBM terdiri dari lima pilar yaitu bertukar data antara PU, Dikes, seperti program
Stop Buang air besar sembarangan, cuci tangan PPSP yang sedang berjalan saat ini…”Informan 7
pakai sabun, pengelolaan air minum dan makanan
rumah tangga, pengelolaan sampah rumah tangga, Dari hasil wawancara mendalam dengan
dan pengelolaan limbah cair rumah tangga. informan yang menjadi subyek penelitian dapat
Seksi penyehatan lingkungan yang melaksanan disimpulkan bahwa komitmen yang ada terhadap
program STBM ini ternyata masih fokus pada pilar program STBM sudah bagus, tetapi adanya
yang pertama. Hal ini sesuai dengan pernyataan perbedan tufoksi dan program antar SKPD yang
responden, berikut kutipan wawancaranya: terkait membuat koordinasi hanya sebatas pokja
“…kalo kita berbicara secara umum stbm ini kan saja dan kebutuhan akan data yang berhubungan
sebenarnya ada banyak pilar, ada lima pilar ya, tapi
bahwa kita untuk saat ini memang masih fokus di
dengan program yang dijalankan masing-masing
pilar pertama, pilar pertama itu adalah stop BABS SKPD
itu…”Responden 3
Cakupan Program STBM
Komitmen Pembuat Keputusan Cakupan program STBM adalah cakupan
Semua responden berkomitmen untuk desa yang telah mencapai 100 % penduduk
mendukung program STBM di Dinas Kesehatan melaksanakan 5 pilar STBM. Pelaksanaan program
Kabupaten Sumbawa Barat. Komitmen di setiap STBM di Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa
jenjang dalam bentuk aktivitas yang berbeda. Barat Sejauh ini dapat di lihat di tabel 10.
Seperti pernyataan responden berikut: Dari tabel 7 diketahui bahwa hampir
“…kita tetap komitmen dengan lima pilarnya karena seluruh desa di Kabupaten Sumbawa Barat telah
target untuk STBM ini adalah desa STBM bukan
desa ODF, Sementara kita sama sekali belum ada
melaksanakan STBM dengan presentase 98,5%,
satupun desa STBM target kita ini memang desa hal ini menunjukan bahwa pemerintah kabupaten
STBM…”informan 1 Sumbawa Barat melalui dinas kesehatan telah
melaksanakan sosialisasi dan pemicuan program
“…kalo saya sebagai kepala bidang tentu akan sangat STBM. Dari 64 desa yang sudah melaksanakan
memberikan support kepada teman-teman yang di
seksi penyehatan lingkungan karena bagaimanapun
STBM ini baru 25 desa yang menyandang desa
sebenarnya kalo kita bisa mengakseslerasi atau ODF atau stop buang air besar sembarangan, hal
percepatan pembangunan jamban itu kemudian yang senada disampaikan oleh informan, berikut
masyarakat sudah berkomitmen untuk tidak buang kutipan wawancaranya:
air besar sembarangan dalam artian dia konsisten “…masih 30 %, dari 64 baru 25 desa yang sudah
buar air besar di dalam jamban saya rasa ini kita nyatakan odf, dan insya Allah 2016 ini kita
adalah hal yang positif karena nanti efeknya adalah kejar menjadi kabupaten bahkan ya, kabupaten odf
menurunnya beberapa penyakit yang berhubungan na untuk yang sekarang ini baru kecamatan maluk
dengan kesehatan lingkungan…”informan 3 dan jereweh yang sudah odf…”informan 4
Komitmen yang ada untuk mendukung Dari lima pilar yang ada yaitu Stop Buang
program STBM di Dinas Kesehatan Kabupaten Air Besar Sembarangan, Cuci Tangan Pakai
Sumbawa Barat sudah bagus, tetapi hal ini tidak di Sabun, Pengelolaan Air Minum dan Makanan
dukung dengan koordinasi yang baik dengan pihak Rumah Tangga, Pengamanan Sampah Rumah
lain yang terkait seperti Kelompok Kerja Air Minum Tangga, dan Pengamanan Limbah Cair Rumah
dan penyehatan lingkungan yang disingkat POKJA Tangga, masih fokus di pilar I. Sesuai dengan hasil
AMPL dan SKPD yang terkait seperti PU. Hal ini wawancara sebagai berikut :
berdasarkan pernyataan dari responden, berikut “…kalo untuk program sanitasi total berbasis
kutipan wawancaranya : masyarakat (STBM) sampai dengan saat ini kami
Tabel 7. Kondisi Cakupan Pelaksanaan Program STBM Di Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat
fokus ke STBM baru di pilar 1 yang stop BABS… dengan melaksanakan kegiatan seperti pemicuan,
”informan 6 pembinaan dan pengawasan, evaluasi dan
deklarasi apabila desa mereka sudah dinyatakan
Sedangkan cakupan STBM pilar I menurut odf. Penurunan pagu anggaran BOK untuk kegiatan
hasil wawancara sebagai berikut : STBM di tahun 2014 dari Rp84.047.500,00 menjadi
“…secara umum kalo kondisi STBM di kabupaten
sumbawa barat khususnya di program stop
Rp34.095.000,00 disebabkan adanya penurunan
BABSnya, untuk program stop BABSnya sendiri kita pagu anggaran BOK secara keselurhan dimana di
untuk cakupan kepemilikan jamban sudah mencapai tahun 2014 sebesar Rp2.250.000.000,00 menjadi
lebih dari 70 % masyarakat atau KK atau rumah dan Rp1.382.617.000,00 di tambah dengan keaadan
untuk akses memang kita juga sudah mencapai
lebih dari 90 % aksesnya jadi memang kalo kita
puskemas tongo yang tidak menganggarkan
berbicara terkait dengan jamban Stop BABS kita sama sekali kegiatan MDGS 7 di tahun 2015.
akan melihat kepemilikan dan akses karena bisa Hasil wawancara di dapatkan hal ini disebabkan
jadi nanti kepemilikannya lebih rendah daripada puskesmas tongo tidak mempunyai tenaga
akses…”Informan 3
sanitarian karena akan berpengaruh terhadap
keberhasilan kegiatan kesehatan lingkungan
PEMBAHASAN
khususnya program STBM. Hasil wawacara ini
Pemanfaatan pembiayaan dari berbagai
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
sumber pembiayaan yang ada berbeda bentuknya
Priatno, Zauhar dan Hanafi di Kota Tasikmalaya
pemanfaatannya, sumber pembiayan yang
yang menyatakan bahwa variabel ketersedian SDM
berasal dari APBD digunakan untuk kegiatan
khsususnya tenaga sanitarian akan mempengaruhi
yang bersifat koordinasi dan pelatihan pemicuan
keberhasilan STBM khususnya pada proses
yang di fokuskan ke tenaga sanitarian puskemas.
penyusunan perencanaan kegiatan9. Sedangkan
Pemanfaatan pembiayaan yang bersumber dari
pemanfaatan yang bersumber dari MCAI dimana
BOK dimana program STBM ini masuk MDGs
dinas Kesehatan baru mendapatkannya pada tahun
7 yaitu upaya meningkatkan Akses masyarakat
2015 digunakan untuk pelatihan fasilitator pemicuan
terhadap sumber air minum dan sanitasi dasar
dengan skala yang besar seperti melibatkan dari
yang layak, digunakan oleh puskesmas untuk
puskesmas petugas sanitarian dan staff promkes
turun ke desa-desa sesuai wilayah kerja mereka
dan bidan desa. Hasil temuan ini didukung oleh program STBM seperti POKJA AMPL dan Dinas PU
penelitian Rasmusson yang meneliti tentang belum terlalu bagus karena kurangnya koordinasi
sanitasi berbasis masyarakat di Mutomo, Kenya. juga perpedaan tugas pokok dan fungsi masing-
Rasmusson menyatakan bahwa ada hubungan masing. Temuan ini sesuai dengan penelitian yang
antara fasilitator dengan peningkatan pengetahuan menyatakan komitmen merupakan faktor penting
tentang STBM. Hubungan tersebut dipengaruhi bagi keberhasilan kerjasama antar dinas14. Komitmen
oleh perilaku dan pelatihan fasilitator terhadap dari pemerintah daerah sudah ada berdasarkan
masing-masing-masing pilar10. telaah dokumen ditemukan adanya regulasi tentang
Penetapan prioritas dalam masalah kesehatan STBM yaitu Instruksi Bupati Sumbawa Barat No.
penduduk dan penentuan prioritas dalam program 008/02/2013 tentang Pelaksanaan Program Sanitasi
intervensi yang dilaksanakan merupakan sesuatu Total Berbasis Masyarakat Tuntaskan Buang Air
yang penting mengingat adanya keterbatasan besar Sembarangan (TUBABAS) di kabupaten
Sumber daya manusia dan dana11. Dari telaah Sumbawa Barat. Di dalam instruksi Bupati tersebut
dokumen di temukan bahwa program yang bekaitan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terutama
dengan kesehatan ibu dan anak, kesehatan yang terkait langsung dengan pembangunan Air
produksi, gizi, dan jaminan kesehatan masih lebih Minum dan Penyehatan Lingkungan untuk memiliki
tinggi penetapan prioritasnya dari pada program rencan kerja dan anggaran tentang program STBM,
STBM. Hasil wawancara juga di dapatkan bahwa dan juga melakukan kerjasama antara semua pihak
program STBM dari urgency, dan growth yang yang terkait.
diberikan tidak bisa melewati kesehatan ibu dan Pelaksanaan program STBM yang telah
anak karena menyangkut masalah nyawa, juga dilakukan di kabupaten Sumbawa Barat telah
gizi dan reproduksi. urgency berkaitan dengan mencapai hampir seluruh desa dengan presentase
mendesaknya waktu yang diperlukan untuk 98,5%. Dari lima pilar yang ada fokus yang
menyelesaikan masalah tersebut. Semakin dilaksanakan sampai dengan saat ini adalah pilar
mendesak suatu masalah untuk diselesaikan satu yaitu STOP buang air besar sembarangan,
maka semakin tinggi urgency masalah tersebut. dengan 24 desa telah ODF atau Stop Buang Buang
Sedangkan growth berkaitan dengan pertumbuhan Air Sembarangan dengan presentase 38,5%. Hasil
masalah. Semakin cepat berkembang masalah wawancara di dapatkan bahwa cakupan untuk
tersebut semakin tinggi tingkat pertumbuhannya12. untuk kepemelikan Jamban sudah mencapai lebih
Program STBM dalam DPA Dinas kesehatan dari 70% dan Akses penggunaan Jamban lebih
dimana presentasenya di tahun 2014 0,08% 90%. Hasil ini sudah mencapai target presentase
dan pada tahun 2015 0,22% karena growth rumah tangga yang memilik akses terhadap sanitasi
yang diberikan oleh STBM tidak seperti kegiatan layak berkelanjutan sebesar 62,41 sesuai target
kesehatan ibu dan anak, kesehatan reproduksi, MDGs 2015. Pelaksanaan Program STBM ini bisa
gizi, dan program upaya kesehatan masyarakat dikatakan berhasil dengan Cakupan STOP Buang
mempunyai unsur daya ungkit tinggi terhadap Air Sembarangan. Hasil temuan ini sesuai dengan
UHH di jadikan prioritas terhadap pembiayaan penelitian yang menyatakan sukses program STBM
kegiatannya. Jika dilihat memang growth atau itu dilihat dari perubahan perilaku stop buang air
pertumbuhan masalah dari STBM tidak terlalu besar sembarangan15.
tinggi, akan tetapi sebagaimana yang dikemukan
oleh Hendrik L Blum bahwa faktor lingkungan KESIMPULAN DAN SARAN
berperan sangat besar dalam meningkatkan Pemanfaatan pembiayaan program STBM
derajat kesehatan masyarakat. Sebaliknya, kondisi di Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa barat
kesehatan masyarakat yang buruk termasuk sudah terserap, hal ini terlihat dari realisasi
timbulnya berbagai penyakit menular, andil faktor kegiatan yang mencapai 100 %, dan pemanfaatan
lingkungan sangat besar13. pembiayaanya sebagian besar digunakaan untuk
Komitmen yang ada di dinas kesehatan pelatihan fasilitator pemicuan STBM.Penetapan
kabupaten Sumbawa barat terhadap program STBM prioritas Program di Dinas Kesehatan Kabupaten
ini sudah bagus, hal ini dinyatakan oleh informan Sumbawa Barat sudah mengacu kepada renstra
dalam wawancara mendalam bahwa mereka sangat yang berkaitan dengan Umur Harapan Hidup
komitmen dan konsisten dalam melakasanakan (UHH) yang berkontibusi terhadapa pencapaian
program STBM. Sedangkan komitmen yang berasal Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Program
dari luar dinas kesehatan yang berkaitan dengan yang berkaitan langsung dan mempunyai daya
ungkit terhadap UHH menjadi prioritas dari segi and Kampala. Habitat Int [Internet]. Elsevier
anggaran, sedangkan STBM prioritasnya masih Ltd; 2014;43:206–13. Available from: http://
berada di bawah. www.sciencedirect.com/science/article/pii/
Komitmen yang ada di dinas kesehatan S0197397514000344
sudah ada hal ini terlihat dari peningkatan pagu 2. Kemenkes. Road Map Percepatan Program
anggaran STBM, tetapi koordinasi yang ada STBM 2013-2015. Direktorat Jenderal
dari pihak lain seperti POKJA AMPL, dan Dinas Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Pekerjaan masih kurang hal ini disebabkan Lingkungan; 2013.
perbedaan tugas dan fungsi instansi dan perbedaan 3. WSP. Economic Impact of Sanitation in
pelaksanaan program.Cakupan program STBM Indonesia. Indonesia: The World Bank; 2008.
saat ini masih pada pilar satu yaitu stop BABS 4. Sah S, Negussie A. Community led total sanitation
sudah mencapai target ini terlihat dari pencapaian (CLTS): Addressing the challenges of scale and
masyarakat yang memiliki jamban sudah melebihi sustainability in rural Africa. Desalination. Elsevier
70 % dengan akses penggunaan jamban melebihi B.V.; 2009;248(1-3):666–72.
90%, tetapi untuk pencapaian desa STBM masih 5. Kemenkes RI. Kurikulum dan Modul Pelatihan
membutuhkan proses yang panjang karena STOP STBM bagi Dosen Jurusan Kesehatan
BABS adalah pintu masuk untuk melanjutkan ke Lingkungan Politeknik Kesehatan di Indonesia.
pilar selanjutnya. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan; 2013.
SARAN 6. Kisworini fita yulia. Profil Kesehatan Kota
Selain pelatihan pemicuan yang di adakan Yogyakarta Tahun 2015. Yogyakarta; 2015.
untuk fasilitator STBM, sebaiknya ada pelatihan 7. Utarini A. Metode Penelitian Kualitatif dan
tentang wirausaha sanitasi sehingga masyarakat Paradigmanya. Yogyakarta: Magister Kesehatan
yang sudah terpicu bisa memperoleh perlengkapan Ibu dan Anak; 2000.
sanitasi yang murah dan terjangkau.Koordinasi 8. Soehartono I. Metode Penelitian Sosial: Suatu
Dinas Kesehatan dengan instansi yang berkaitan Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial
dengan program STBM ini harus ditingkatkan dan dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja
hidupkan lagi, karena program yang di laksanakan Rosdakarya; 1995.
Seperti di POKJA AMPL yang berfokus ke Program 9. Teguh P, Soesilo Z, Imam H. FAKTOR-
Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP
(PPSP) dan Dan di Dinas Pekerjaan Umum KEBERHASILAN PROGRAM SANITASI
dengan Program Sanitasi Lingkungan Berbasis TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI
Masyarakat (SLBM) Lebih kearah Pemberian KOTA TASIKMALAYA. J Kesehat Komunitas
Subsidi dan Pembangunan Fisik yang kontradiktif Indones. 2014;10. No.2:1038–53.
dengan program STBM dimana program tersebut 10. Rasmusson M. Empowerment through
tidak memberikan Subsidi ke masyarakat tetapi Sanitation : A Qualitative Study on Public
memberdayakan masyarakat untuk membangun Participation in Community-Led Total Sanitation.
sanitasi yang layak untuk mereka sendiri.Dinas Lund University; 2012.
Kesehatan perlu mengupayakan distribusi 11. Symond D. Penentuan Prioritas Masalah
tenaga sanitarian yang merata di masing-masing Kesehatan Dan Prioritas Jenis Intervensi
puskesmas karena hal ini berpengaruh terhadap Kegiatan Dalam Pelayanan Kesehatan Di
keberlanjutan program kesehatan lingkungan Suatu Wilayah. J Kesehat Masy. 2013;7.
khususnya STBM. Untuk penelitian selanjutnya, 12. Kepner C., Tregoe BB. Manajer Yang Rasional.
diharapkan peneliti memasukkan informasi Terjemahan. Jakarta: Erlangga; 1981.
mengenai penggunaan atau pemanfaatan dana 13. Notoatmodjo S. Ilmu Kesehatan Masyarakat.
desa yang mulai diberlakukan tahun 2016 apakah Jakarta: Rineka Cipta; 1997.
dana tersebut memiliki kontribusi terhadap program 14. Johnson L., Zorn D, Tam BK, Lamontagne M,
kesehatan khususnya program STBM. Johnson S. Stakeholders’ Views of Factors That
Impact Successful Interagency Collaboration.
REFERENSI Counc Except Child. 2003;69(2):195–209.
1. Pieter van Dijk M, Etajak S, Mwalwega B, 15. Sigler R, Mahmoudi L, Graham JAYP. Analysis
Ssempebwa J. Financing sanitation and of behavioral change techniques in community-
cost recovery in the slums of Dar es Salaam led total sanitation programs. 2015;1–13.