Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dunia bronchopneumonia merupakan masalah kesehatan karena angka


kematian yang relatif tinggi. Penyakit pernapasan atau peradangan pada paru
– paru ( bronchopneumonia ) ini paling sering terjadi. Di Amerika Serikat
teredapat dua juta sampai tiga juta kasus bronchopneumonia pertahun dengan
jumlah kematian rata – rata 45.00 orang. Di Indonesia sendiri
bronchopneumonia merupakan penyabab kematian ke tiga setelah penyakit
kardiovaskuler dan tuberculosis.
Masalah yang sering muncul pada klien dengan bronchopneumonia
adalah tidak efektifnya bersihan jalan napas, resiko tinggi terhadap infeksi,
kurang pengetahuan, intolerasnsi aktivitas, tidak efektifnya pola napas. Jika
bronchopneumonia terlambat didiagnosa atau terapi awal yang tidak memadai
pada bronchopneumonia dapat menimbulkan empisema, rusaknya jalan napas,
bronkitis, maka diperlukan Asuhan Keperawatan secara menyeluruh yang
meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif untuk mencegah
komplikasi yang mungkin terjadi.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis merasa perlu melakukan asuhan
Keperawatan pada anak dengan bronchopneumonia dengan menggunkan
pendekatan proses keperawatan.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan pembuatan laporan pendahuluan ini diharapkan mahasiswa


mampu menerapkan asuhan keperawatan dengan tepat pada pasien
dengan bronchopneumonia.

1
a. Tujuan Khusus
1) Mengetahui pengertian bronchopneumonia
2) Mengetahui etiologi bronchopneumonia
3) Mengetahui tanda dan gejala bronchopneumonia
4) Mengetahui anatomi dan fisiologi sistem pernafasan
5) Mengetahui patofisiologi bronchopneumonia
6) Mengetahui pathway bronchopneumonia
7) Mengetahui klasifikasi bronchopneumonia
8) Mengetahui pemeriksaan penunjang bronchopneumonia
9) Mengetahui penatalaksanaan bronchopneumonia
10) Mengetahui masalah keperawatan dan asuhan keperawatan
pasien dengan bronchopneumonia

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR

1. Definisi

Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang


mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih
area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang
berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2010)

Menurut Whaley & Wong, Bronchopneumonia adalah bronkiolus


terminal yang tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang
terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat lobulus, disebut juga
pneumonia lobaris.

Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya


menyerang di bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh
eksudat mokopurulen yang membentuk bercak-barcak konsolidasi di
lobuli yang berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai
infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan
penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh.(Sudigdiodi dan Imam
Supardi, 2012)

Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang


disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan
sekitar alveoli. Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan
pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam
satu atau lebih area terlokalisasi dalam bronki dan meluas ke parenkim
paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi
konsolidasi area berbercak. (Smeltzer,2009).

3
Perubahan system respirasi yang berhubungan dengan usia yang
mempengaruhi kapasitas dan fungsi paru meliputi:
a. Peningkatan diameter anteroposterior dada.
b. Kolaps osteoporotik vertebrae yang mengakibatkan kifosis
(peningkatan kurvatura konveks tulang belakang).
c. Kalsifikasi kartilago kosta dan penurunan mobilitas kosta.
d. Penurunan efisiensi otot pernapasan.
e. Peningkatan rigiditas paru.
f. Penurunan luas permukaan alveoli.
2. Klasifikasi
a. Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2011) :
1) Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
a) Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris
dengan opasitas lobus atau lobularis.
b) Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang
meningkat lambat dengan gambaran infiltrat paru bilateral
yang difus.
2) Berdasarkan faktor lingkungan
a. Pneumonia komunitas
b. Pneumonia nosokomial
c. Pneumonia rekurens
d. Pneumonia aspirasi
e. Pneumonia pada gangguan imun
f. Pneumonia hipostatik
g. Berdasarkan sindrom klinis
h. Pneumonia bakterial berupa : pneumonia bakterial tipe
tipikal yang terutama mengenai parenkim paru dalam
bentuk bronkopneumonia dan pneumonia lobar serta
pneumonia bakterial tipe campuran atipikal yaitu perjalanan
penyakit ringan dan jarang disertai konsolidasi paru.

4
i. Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang
disebabkan Mycoplasma, Chlamydia pneumoniae atau
Legionella.
b. Klasifikasi berdasarkan Reeves (2012) :
1) Community Acquired Pneunomia dimulai sebagai penyakit
pernafasan umum dan bisa berkembang menjadi pneumonia.
Pneumonia Streptococal merupakan organisme penyebab umum.
Tipe pneumonia ini biasanya menimpa kalangan anak-anak atau
kalangan orang tua.
2) Hospital Acquired Pneumonia dikenal sebagai pneumonia
nosokomial. Organisme seperti ini aeruginisa pseudomonas.
Klibseilla atau aureus stapilococcus, merupakan bakteri umum
penyebab hospital acquired pneumonia.
3) Lobar dan Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi
anatomi infeksi. Sekarang ini pneumonia diklasifikasikan
menurut organisme, bukan hanya menurut lokasi anatominya saja.
4) Pneumonia viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan
pada agen penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk
mengidentifikasikan organisme perusak.

3. Etiologi
Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia
diakibatkan oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh
terhadap virulensi organisme patogen. Orang yang normal dan sehat
mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan
yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan
silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral
setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur,
protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria,
2010) antara lain:

5
a. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
b. Virus : Legionella pneumoniae
c. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
d. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam
paru-paru
e. Terjadi karena kongesti paru yang lama.
4. Manifestasi Klinik
a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
b. Nyeri pleuritik
c. Nafas dangkal dan mendengkur
d. Takipnea
e. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
f. Mengecil, kemudian menjadi hilang
g. Krekels, ronki, egofoni
h. Gerakan dada tidak simetris
i. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
j. Diafoesis
k. Anoreksia
l. Malaise
m. Batuk kental, produktif
n. Gelisah
o. Sianosis
p. Area sirkumoral
q. Dasar kuku kebiruan
r. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati

5. Patofisiologi
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya
disebabkan oleh virus penyebab Bronchopneumonia yang masuk ke
saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan broncus dan alveolus.
Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi

6
demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran
kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah
kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.
Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas,
sesak napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan
fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang
berpungsi untuk melembabkan rongga fleura. Emfisema (tertimbunnya
cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan.
Atelektasis mngakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia,
acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan
yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas. Secara singkat
patofisiologi dapat digambarkan pada skema proses.
a. Stadium I (4 – 12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan
permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal
ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas
kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan
mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan
sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup
histamin dan prostaglandin.
Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen.
Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk
melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas
kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke
dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema
antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan
alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan
karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling
berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen
hemoglobin.

7
b. Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi
oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh
penjamu ( host ) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang
terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit,
eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada
perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau
sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini
berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
c. Stadium III (3 – 8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah
putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini
endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan
terjadi fagositosis sisa-sisa sel.
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih
tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi
pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
d. Stadium IV (7 – 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon
imun dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis
dan diabsorsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke
strukturnya semula.

8
6. Pathway

9
7. Komplikasi
a. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna
atau kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks
batuk hilang.
b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam
rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang
meradang.
d. Infeksi sitemik
e. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
f. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

8. Pemeriksaan Penunjang
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara:
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah
Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi
leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil). (Sandra M.
Nettina, 2010)
2) Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang
spontan dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis
dan untuk kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen
infeksius. (Barbara C, Long, 2010)
3) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan
status asam basa. (Sandra M. Nettina, 2010)
4) Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia
5) Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk
mendeteksi antigen mikroba. (Sandra M. Nettina, 2010).

10
b. Pemeriksaan Radiologi
1) Rontgenogram Thoraks
Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada
infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple
seringkali dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus.
(Barbara C, Long, 2010)
2) Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas
tersumbat oleh benda padat. (Sandra M, Nettina, 2010)
9. Penatalaksanaan
a. Antibiotic seperti ; penisilin, eritromicin, kindomisin, dan sefalosforin.
b. Terapi oksigen (O2)
c. Nebulizer, untuk mengencerkandahak yang kental dan
pemberian bronkodilator.
d. Istirahat yang cukup
e. Kemoterafi untuk mikoplasma pneumonia dapat diberikan eritromicin
4x 500 mg/ hari atau tetrasiklin 3-4 x 500mg/ hari.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Identitas.
Umumnya anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia
berulang atau tidak dapat mengatasi penyakit ini dengan sempurna.
Selain itu daya tahan tubuh yang menurun akibat KEP, penyakit
menahun, trauma pada paru, anesthesia, aspirasi dan pengobatan
antibiotik yang tidak sempurna.
2. Riwayat Keperawatan.
a. Keluhan utama.
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal,
diserai pernapasan cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan
mulut. Kadang disertai muntah dan diare.atau diare, tinja berdarah
dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
b. Riwayat penyakit sekarang.

11
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran
pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik
sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang
karena demam yang tinggi.
c. Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan
sistem imun menurun.
d. Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi
saluran pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang
lainnya.
e. Riwayat kesehatan lingkungan.
Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering
terjadi pada musim hujan dan awal musim semi. Selain itu
pemeliharaan ksehatan dan kebersihan lingkungan yang kurang juga
bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau
banyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan anggota keluarga
perokok.
3. Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk
mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena
system pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi
sekunder.
4. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
a. Nutrisi.
Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein =
MEP).
b. Pemeriksaan persistem.
1) Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, iritability.
2) Sistem pernapasan.

12
Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas,
pernapasan cuping hdidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk
produktif atau non produktif, pergerakan dada asimetris,
pernapasan tidak teratur/ireguler, kemungkinan friction rub,
perkusi redup pada daerah terjadinya konsolidasi, ada
sputum/sekret. Orang tua cemas dengan keadaan anaknya yang
bertambah sesak dan pilek.
3) Sistem pencernaan.
Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun,
lemah. Pada orang tua yang dengan tipe keluarga anak pertama,
mungkin belum memahami tentang tujuan dan cara pemberian
makanan/cairan personde.
4) Sistem eliminasi.
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua
mungkin belum memahami alasan anak menderita diare sampai
terjadi dehidrasi (ringan sampai berat).
5) Sistem saraf.
Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis
terus pada anak-anak atau malas minum, ubun-ubun cekung.
6) Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum,
7) Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.

8) Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat,
akral hangat, kulit kering, .
9) Sistem penginderaan.
Tidak ada kelainan.

13
5. Pemeriksaan diagnostik dan hasil.
Secara laboratorik ditemukan lekositosis, biasanya 15.000 - 40.000 /
m3 dengan pergeseran ke kiri. LED meninggi. Pengambilan sekret secara
broncoskopi dan fungsi paru-paru untuk preparat langsung; biakan dan
test resistensi dapat menentukan/mencari etiologinya. Tetapi cara ini
tidak rutin dilakukan karena sukar. Pada punksi misalnya dapat terjadi
salah tusuk dan memasukkan kuman dari luar. Foto roentgen (chest x ray)
dilakukan untuk melihat :
a. Komplikasi seperti empiema, atelektasis, perikarditis, pleuritis, dan
OMA.
b. Luas daerah paru yang terkena.
c. Evaluasi pengobatan
1) Pada bronchopnemonia bercak-bercak infiltrat ditemukan pada
salah satu atau beberapa lobur.
2) Pada pemeriksaan ABGs ditemukan PaO2 < 0 mmHg.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum ditandai dengan adanya ronchi, dan ketidakefektifan
batuk.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi pada
jaringan paru (perubahan membrane alveoli) ditandai dengan sianosis,
PaO2 menurun, sesak nafas.
3. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi terhadap infeksi saluran nafas
ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, mengigil, akral teraba panas.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan metabolisme sekunder terhadap demam dan proses
infeksi ditandai dengan nafsu makan menurun, BB turun, mual dan
muntah, turgor kulit tidak elastis.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai O2 dengan kebutuhan oksigen ditandai dengan tidak mampu

14
berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari sesuai kemampuan tanpa
bantuan.
6. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu
tubuh,kehilangan cairan karena berkeringat banyak, muntah atau diare.
7. Resiko infeksi berhubungan dengan resiko terpajan bakteri patogen

D. RENCANA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA NOC NIC


KEPERAWATAN

1 Bersihan jalan nafas tidak NOC: a. Pastikan kebutuhan


efektif berhubungan oral / tracheal
a. Respiratory status :
dengan : suctioning.
Ventilation
a. Infeksi, disfungsi b. Berikan O2 ……l/mnt,
b. Respiratory status :
neuromuskular, metode………
Airway patency
hiperplasia dinding
c. Anjurkan pasien untuk
bronkus, alergi jalan c. Aspiration Control
istirahat dan napas
nafas, asma, trauma
Setelah dilakukan dalam
b. Obstruksi jalan nafas : tindakan keperawatan
d. Posisikan pasien untuk
spasme jalan nafas, selama …………..pasien
memaksimalkan
sekresi tertahan, menunjukkan keefektifan
ventilasi
banyaknya mukus, jalan nafas dibuktikan
adanya jalan nafas dengan kriteria hasil : e. Lakukan fisioterapi
buatan, sekresi dada jika perlu
1. Mendemonstrasik
bronkus, adanya
an batuk efektif dan f. Keluarkan sekret
eksudat di alveolus,
suara nafas yang bersih, dengan batuk atau
adanya benda asing di
tidak ada sianosis dan suction
jalan nafas.
dyspneu (mampu

15
DS: mengeluarkan sputum, g. Auskultasi suara nafas,
bernafas dengan mudah, catat adanya suara
Dispneu
tidak ada pursed lips) tambahan
DO:
2. Menunjukkan h. Berikan
1. Penurunan suara nafas jalan nafas yang paten bronkodilator :
(klien tidak merasa
2. Orthopneu · ………………………
tercekik, irama nafas,
3. Cyanosis frekuensi pernafasan · ……………………….
dalam rentang normal,
4. Kelainan suara nafas · ………………………
tidak ada suara nafas
(rales, wheezing)
abnormal) i. Monitor status
5. Kesulitan berbicara hemodinamik
3. Mampu
6. Batuk, tidak efekotif mengidentifikasikan dan j. Berikan pelembab
atau tidak ada mencegah faktor yang udara Kassa basah
penyebab. NaCl Lembab
7. Produksi sputum
4. Saturasi O2 k. Berikan antibiotik :
8. Gelisah
dalam batas normal
…………………….
9. Perubahan frekuensi
5. Foto thorak
dan irama nafas …………………….
dalam batas norma
l. Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.

m. Monitor respirasi dan


status O2

n. Pertahankan hidrasi
yang adekuat untuk

16
mengencerkan sekret

o. Jelaskan pada pasien


dan keluarga tentang
penggunaan peralatan :
O2, Suction, Inhalasi.

2 Gangguan Pertukaran gas NOC: NIC :

Berhubungan dengan : 1) Respiratory Status : a. Posisikan pasien untuk


Gas exchange memaksimalkan
1. ketidakseimbangan
ventilasi
perfusi ventilasi 2) Keseimbangan asam
Basa, Elektrolit b. Pasang mayo bila perlu
2. perubahan membran
kapiler-alveolar 3) Respiratory Status : c. Lakukan fisioterapi
ventilation dada jika perlu
DS:
4) Vital Sign Status d. Keluarkan sekret
a. sakit kepala ketika
dengan batuk atau
bangun Setelah dilakukan
suction
tindakan keperawatan
b. Dyspnoe
selama …. Gangguan e. Auskultasi suara nafas,
c. Gangguan penglihatan pertukaran pasien teratasi catat adanya suara
dengan kriteria hasi: tambahan
DO:
1. Mendemonstrasikan f. Berikan
1. Penurunan CO2
peningkatan ventilasi bronkodilator ;
2. Takikardi dan oksigenasi yang
-………………….
adekuat
3. Hiperkapnia
-………………….
2. Memelihara
4. Keletihan
kebersihan paru paru g. Barikan pelembab
5. Iritabilitas dan bebas dari tanda udara
tanda distress
h. Atur intake untuk

17
6. Hypoxia pernafasan cairan
mengoptimalkan
7. Kebingungan 3. Mendemonstrasikan
keseimbangan.
batuk efektif dan
8. Sianosis
suara nafas yang i. Monitor respirasi dan
9. warna kulit abnormal bersih, tidak ada status O2
(pucat, kehitaman) sianosis dan dyspneu
j. Catat pergerakan
(mampu
10. Hipoksemia dada,amati
mengeluarkan
kesimetrisan,
11. Hiperkarbia sputum, mampu
penggunaan otot
bernafas dengan
12. AGD abnormal tambahan, retraksi otot
mudah, tidak ada
supraclavicular dan
13. pH arteri abnormal pursed lips)
intercostal
14. frekuensi dan 4. Tanda tanda vital
k. Monitor suara nafas,
kedalaman nafas dalam rentang
seperti dengkur
abnormal normal
l. Monitor pola nafas :
5. AGD dalam batas
bradipena, takipenia,
normal
kussmaul,
6. Status neurologis hiperventilasi, cheyne
dalam batas normal stokes, biot

m. Auskultasi suara nafas,


catat area penurunan /
tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan

n. Monitor TTV, AGD,


elektrolit dan ststus
mental

o. Observasi sianosis

18
khususnya membran
mukosa

p. Jelaskan pada pasien


dan keluarga tentang
persiapan tindakan dan
tujuan penggunaan alat
tambahan (O2,
Suction, Inhalasi)

q. Auskultasi bunyi
jantung, jumlah, irama
dan denyut jantung

3 Hipertermia NOC: NIC :

Berhubungan dengan : Thermoregulasi a. Monitor suhu sesering


mungkin
1. penyakit/ trauma Setelah dilakukan
tindakan keperawatan b. Monitor warna dan
2. peningkatan
selama………..pasien suhu kulit
metabolisme
menunjukkan :
c. Monitor tekanan darah,
3. aktivitas yang berlebih
Suhu tubuh dalam batas nadi dan RR
4. dehidrasi normal dengan kreiteria
d. Monitor penurunan
hasil:
tingkat kesadaran
1. Suhu 36 – 37C
DO/DS: e. Monitor WBC, Hb,
2. Nadi dan RR dalam dan Hct
a. kenaikan suhu tubuh
rentang normal
diatas rentang normal f. Monitor intake dan
3. Tidak ada perubahan output
b. serangan atau konvulsi
warna kulit dan tidak
(kejang) g. Berikan anti piretik:
ada pusing, merasa

19
c. kulit kemerahan nyaman h. Kelola Antibiotik

d. pertambahan RR i. Selimuti pasien

e. Takikardi j. Berikan cairan


intravena
f. Kulit teraba panas/
hangat k. Kompres pasien pada
lipat paha dan aksila

l. Tingkatkan sirkulasi
udara

m. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi

n. Monitor TD, nadi,


suhu, dan RR

o. Catat adanya fluktuasi


tekanan darah

p. Monitor hidrasi seperti


turgor kulit,
kelembaban membran
mukosa)

4 Ketidakseimbangan nutrisi NOC: 1. Kaji adanya alergi


kurang dari kebutuhan makanan
1. Nutritional status:
tubuh
Adequacy of nutrient 2. Kolaborasi dengan ahli
Berhubungan dengan : gizi untuk menentukan
2. Nutritional Status :
jumlah kalori dan
Ketidakmampuan untuk food and Fluid
nutrisi yang
memasukkan atau Intake
dibutuhkan pasien
mencerna nutrisi oleh

20
karena faktor biologis, 3. Weight Control 3. Yakinkan diet yang
psikologis atau ekonomi. dimakan mengandung
Setelah dilakukan
tinggi serat untuk
DS: tindakan keperawatan
mencegah konstipasi
selama….nutrisi kurang
1. Nyeri abdomen
teratasi dengan indikator: 4. Ajarkan pasien
2. Muntah bagaimana membuat
a. Albumin serum
catatan makanan
3. Kejang perut
b. Pre albumin harian.
4. Rasa penuh tiba-tiba serum
5. Monitor adanya
setelah makan
c. Hematokrit penurunan BB dan
DO: gula darah
d. Hemoglobin
a. Diare 6. Monitor lingkungan
e. Total iron binding
selama makan
b. Rontok rambut yang capacity
berlebih 7. Jadwalkan
f. Jumlah limfosit
pengobatan dan
c. Kurang nafsu makan
tindakan tidak selama
d. Bising usus berlebih jam makan

e. Konjungtiva pucat 8. Monitor turgor kulit

f. Denyut nadi lemah 9. Monitor kekeringan,


rambut kusam, total
protein, Hb dan kadar
Ht

10. Monitor mual dan


muntah

11. Monitor pucat,


kemerahan, dan
kekeringan jaringan

21
konjungtiva

12. Monitor intake nuntrisi

13. Informasikan pada


klien dan keluarga
tentang manfaat nutrisi

14. Kolaborasi dengan


dokter tentang
kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/
TPN sehingga intake
cairan yang adekuat
dapat dipertahankan.

15. Atur posisi semi


fowler atau fowler
tinggi selama makan

16. Kelola pemberan anti


emetik:..…

17. Anjurkan banyak


minum

18. Pertahankan terapi IV


line

19. Catat adanya edema,


hiperemik, hipertonik
papila lidah dan
cavitas oval

22
5 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :

Berhubungan dengan : 1. Self Care : ADLs 1. Observasi adanya


pembatasan klien
a. Tirah Baring atau 2. Toleransi aktivitas
dalam melakukan
imobilisasi
3. Konservasi eneergi aktivitas
b. Kelemahan
Setelah dilakukan 2. Kaji adanya faktor
menyeluruh
tindakan keperawatan yang menyebabkan
c. Ketidakseimbangan selama …. Pasien kelelahan
antara suplei oksigen bertoleransi terhadap
3. Monitor nutrisi dan
dengan kebutuhan aktivitas dengan Kriteria
sumber energi yang
Hasil :
d. Gaya hidup yang adekuat
dipertahankan. 1) Berpartisipasi dalam
4. Monitor pasien akan
aktivitas fisik tanpa
DS: adanya kelelahan fisik
disertai peningkatan
dan emosi secara
a) Melaporkan secara tekanan darah, nadi
berlebihan
verbal adanya dan RR
kelelahan atau 5. Monitor respon
2) Mampu melakukan
kelemahan. kardivaskuler terhada
aktivitas sehari hari
p aktivitas (takikardi,
b) Adanya dyspneu atau (ADLs) secara
disritmia, sesak nafas,
ketidaknyamanan saat mandiri
diaporesis, pucat,
beraktivitas.
3) Keseimbangan perubahan
DO : aktivitas dan istirahat hemodinamik)

a. Respon abnormal dari 6. Monitor pola tidur dan


tekanan darah atau nadi lamanya tidur/istirahat
terhadap aktifitas pasien

b. Perubahan ECG : 7. Kolaborasikan dengan


aritmia, iskemia Tenaga Rehabilitasi

23
Medik dalam
merencanakan progran
terapi yang tepat.

8. Bantu klien untuk


mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan

9. Bantu untuk memilih


aktivitas konsisten
yang sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan sosial

10. Bantu untuk


mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan

11. Bantu untuk


mendpatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek

12. Bantu
untuk mengidentifikas
i aktivitas yang disukai

13. Bantu klien untuk


membuat jadwal

24
latihan diwaktu luang

14. Bantu pasien/keluarga


untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas

15. Sediakan penguatan


positif bagi yang aktif
beraktivitas

16. Bantu pasien untuk


mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan

17. Monitor respon fisik,


emosi, sosial dan
spiritual

6 Defisit Volume Cairan NOC: NIC :

Berhubungan dengan: 1) Fluid balance 1. Pertahankan catatan


intake dan output yang
1) Kehilangan volume 2) Hydration
akurat
cairan secara aktif
3) Nutritional Status :
2. Monitor status hidrasi
2) Kegagalan mekanisme Food and Fluid
( kelembaban
pengaturan Intake
membran mukosa, nadi
DS : Setelah dilakukan adekuat, tekanan darah
tindakan keperawatan ortostatik ), jika
Haus
selama….. defisit volume diperlukan
DO: cairan teratasi dengan
3. Monitor hasil lab yang
kriteria hasil:
a) Penurunan turgor sesuai dengan retensi

25
kulit/lidah a) Mempertahankan cairan (BUN , Hmt ,
urine output sesuai osmolalitas urin,
b) Membran mukosa/kulit
dengan usia dan BB, albumin, total protein )
kering
BJ urine normal,
4. Monitor vital sign
c) Peningkatan denyut
b) Tekanan darah, nadi, setiap 15menit – 1 jam
nadi, penurunan
suhu tubuh dalam
tekanan darah, 5. Kolaborasi pemberian
batas normal
penurunan cairan IV
volume/tekanan nadi c) Tidak ada tanda
6. Monitor status nutrisi
tanda dehidrasi,
d) Pengisian vena
Elastisitas turgor 7. Berikan cairan oral
menurun
kulit baik, membran
8. Berikan penggantian
e) Perubahan status mukosa lembab,
nasogatrik sesuai
mental tidak ada rasa haus
output (50 –
yang berlebihan
f) Konsentrasi urine 100cc/jam)
meningkat d) Orientasi terhadap
9. Dorong keluarga untuk
waktu dan tempat
g) Temperatur tubuh membantu pasien
baik
meningkat makan
e) Jumlah dan irama
h) Kehilangan berat badan 10. Kolaborasi dokter jika
pernapasan dalam
secara tiba-tiba tanda cairan berlebih
batas normal
muncul meburuk
i) Penurunan urine output
f) Elektrolit, Hb, Hmt
11. Atur kemungkinan
j) HMT meningkat dalam batas normal
tranfusi
k) Kelemahan g) pH urin dalam batas
12. Persiapan untuk
normal
tranfusi
h) Intake oral dan
13. Pasang kateter jika
intravena adekuat
perlu

26
14. Monitor intake dan
urin output setiap 8
jam

7 Risiko infeksi NOC : NIC :

Faktor-faktor risiko : 1) Immune Status a. Pertahankan teknik


aseptif
a) Prosedur Infasif 2) Knowledge :
Infection control b. Batasi pengunjung bila
b) Kerusakan jaringan dan
perlu
peningkatan paparan 3) Risk control
lingkungan c. Cuci tangan setiap
Setelah dilakukan
sebelum dan sesudah
c) Malnutrisi tindakan keperawatan
tindakan keperawatan
selama…… pasien tidak
d) Peningkatan paparan
mengalami infeksi d. Gunakan baju, sarung
lingkungan patogen
dengan kriteria hasil: tangan sebagai alat
e) Imonusupresi pelindung
a) Klien bebas dari
f) Tidak adekuat tanda dan gejala e. Ganti letak IV perifer
pertahanan sekunder infeksi dan dressing sesuai
(penurunan Hb, dengan petunjuk
b) Menunjukkan
Leukopenia, penekanan umum
kemampuan untuk
respon inflamasi)
mencegah timbulnya f. Gunakan kateter
g) Penyakit kronik infeksi intermiten untuk
menurunkan infeksi
h) Imunosupresi c) Jumlah leukosit
kandung kencing
dalam batas normal
i) Malnutrisi
g. Tingkatkan intake
d) Menunjukkan
j) Pertahan primer tidak nutrisi
perilaku hidup sehat
adekuat (kerusakan
h. Berikan terapi
kulit, trauma jaringan, e) Status imun,
antibiotik
gastrointestinal,

27
gangguan peristaltik) genitourinaria dalam i. Monitor tanda dan
batas normal gejala infeksi sistemik
dan lokal

j. Pertahankan teknik
isolasi k/p

k. Inspeksi kulit dan


membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase

l. Monitor adanya luka

m. Dorong masukan
cairan

n. Dorong istirahat

o. Ajarkan pasien dan


keluarga tanda dan
gejala infeksi

p. Kaji suhu badan pada


pasien neutropenia
setiap 4 jam

28
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Tempat Praktik : Ruang Dahlia

Tanggal Pengkajian : 4 Januari 2019

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS DATA
a. Identitas Pasien
Nama : An. Y
Tempat/tgl lahir : Kendal, 17 Agustus 2017
Usia : 1 Tahun, 3 bulan, 22 hari
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : Belum sekolah
Alamat : Kendal
Agama : Islam
Dx. Medis : BRPN
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. K
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Alamat : Kendal
Suku/bangsa : Indonesia
Hubungan dg Klien : Ibu Klien
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan utama
Ibu klien mengatakan anaknya batuk
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu klien mengatakan sebelum klien masuk Rumah Sakit klien
mengeluh batuk. Batuk dilaporkan terus menerus sejak 3 minggu

29
sebelum masuk rumah sakit dan disertai sesak napas. Batuk pilek
disertai lender. Sebelum dibawa ke rumah sakit, klien sudah dibawa
ke klinik dan sudah dilakukan tindakan nebulizer, terapi batuk efektif,
namun klien tidak kunjung sembuh. Sehingga orang tua klien
membawa klien ke IGD RSUD DR. H Soewondo Kendal pada
tanggal 4 Januari 2019. Kemudian klien di IGD dilakukan tindakan
pemeriksaan tanda – tanda vital S : 39,10C, N : 133 x/menit, RR : 49
x/menit, SPO2 : 93 %. Pemasangan infus D5 ½ NS 15 tpm ditangan
sebelah kiri dan klien dilakukan tindakan injeksi cefotaxime 300 mg
dan Dexametasone ½ amp.
c. Riwayat Penyakit Masa Lalu
1) Pre Natal
Selama kehamilan ibu melakukan pemeriksaan ke bidan lebih
dari 5 kali, imunisasi TT, tidak pernah menderita sakit selama
hamil, tidak ada riwayat penyakit yang serius.
2) Intra Natal
An.A lahir ditolong oleh bidan, letak belakang kepala, spontan,
langsung menangis, berat badan lahir 3000 gram, panjang badan
50 cm, umur kehamilan 9 bulan.
3) Post Natal
An.Y diasuh oleh kedua orang tua dan kakek neneknya,
diberikan ASI eksklusif sampai sekarang.
4) Imunisasi
No Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Reaksi
1 BCG 1x Demam
2 DPT 3x Demam
3 Polio 4x -
4 Campak 1x Demam
5 Hepatitis 1x -

30
d. Riwayat Keluarga
1) Genogram

A B

Keterangan

= Perempuan

= Laki-laki

A = Ny. K

B = Tn. M

C = Klien An. Y

= Tinggal Serumah

Ibu klien mengatakan anggota keluarganya tidak ada yang


mempunyai riwayat penyakit yang sama seperti klien namun
Nenek klien dari Ibu klien mempunyai riwayat penyakit gula
(diabetes mellitus), hipertensi (-), stroke (-).
e. Riwayat Sosial
1) Yang mengasuh

31
An.Y diasuh oleh kedua orang tuanya dan neneknya, kedua
orang tua sangat menyayanginya.
2) Hubungan dengan anggota keluarga
Hubungan antara anggota keluarga sangat baik, ada komunikasi
antar anggota keluarga. Saat dirawat di RS anggota keluarga
bergantian untuk jaga.
3) Pembawaan secara umum
An.Y terlihat cukup aktif
4) Lingkungan rumah
Keluarga mengatakan lingkungan rumahnya cukup bersih, ada
jendela. Namun jarak antar rumah sangat dekat dan dekat dengan
fasilitas kesehatan ( puskesmas ).
f. Keadaan Kesehatan Saat Ini
1) Diagnosa saat ini : Bronkopnemonia
2) Tindakan Operasi : tidak ada
3) Obat-obatan :
Tanggal : 4,5 dan 6 Januari 2019
No Nama Obat Dosis Waktu
1 O2 nasa kanul 1 liter/menit
2 Inf. D5 ½ NS 15 tpm
3 Nebulizer Ventrolin 1 amp 06.00, 18.00
Nebulizer Flixotide ½ amp
Nacl 0,9 % 2 cc
4 Inj. Cefotaxime 2 x ½ amp 09.00, 17.00
5 Inj. Dexametason 2 x ½ amp 09.00, 17.00
6 PO. L-Bio 1 x 1 sachet 09.00
7 PO. Zinc Sym 2 x 1 cth 09.00, 17.00

4) Tindakan Keperawatan
 Monitor KU + TTV
 Pemberian terapi dada

32
 Edukasi kompres hangat
 Memberikan terapi inhalasi uap (Nebulizer)
 Edukasi keluarga tentang kebutuhan nutrisi
 Kolaborasi dengan tim medis dalam memberikan obat sesuai
advis dokter.
5) Hasil Laboratorium
Nama : An. Y
Tanggal : 04 Januari 2019
JENIS HASIL SATUAN NILAI
PEMERIKSAAN RUJUKAN
DARAH RUTIN
Hemoglobin 11.6 gr/dl 11.5 – 16.5
Leukosit 17.1 10^3/ul 4.0 – 10.00
Trombosit 502 10^3/ul 150 – 500
Hematocrit 36.9 % 35.0 – 49.00
KIMIA KLINIK
Glukosa sewaktu 77 mg/dl 75 – 105
Natrium 134 mmol/l 135 – 155
Kalium 4.2 mmol/l 3.5 – 5.5
Calcium 1.30 mmol/l 1.13 – 1.31

6) Hasil Rontgen
7) Data Tambahan
Tidak ada
3. PENGKAJIAN FUNGSIONAL MENURUT GORDON
a. Persepsi Kesehatan dan Pola Manajemen Kesehatan
1) Status kesehatan anak sejak lahir
Ibu klien mengatakan anaknya sehat, jarang sakit. Hanya demam
batu pilek biasa. Setiap sakit ibu klien memeriksakan anaknya ke
bidan/puskesmas terdekat dan diberi obat langsung sembuh.

33
2) Pemeriksaan kesehatan kelengkapan imunisasi
Ibu klien mengatakan rutin memeriksakan anaknya ke puskesmas
untuk menimbang badan atau imunisasi.
3) Praktek pencegahan kesehatan
Ibu klien selalu mengajarkan anaknya untuk mencuci tangan baik
sebelum makan maupun setelah makan.
4) Apakah orang tua merokok didekat anak?
Ayah klien sering merokok didepan anak, apabila anak terkena
asap rokok orang tua klien membiarkan anaknya terpapar asap
rokok.
b. Nutrisi – Pola Metabolik
1) Nutrisi Anak
An. Y selama di RS mendapatkan diit makanan berupa nasi lauk
pauk, makan 3x/hari habis ¼ porsi ± 200 cc/hari. tidak mual (+)
muntah (-) dan tidak nafsu makan.
An.Y masih minum susu formula dan air putih 800 cc/hari.
A : BB sebelum sakit : 11.5 kg
BB selama sakit : 10 kg
TB : 75 cm
BB 10 10
IMT :(TB)2 = (0,75)2
= = 17,7
0,5625

(Normal)

B : Hemoglobin : 11,6 gr/dL


Lekosit : 17,1 10^3/uL
Trombosit : 502 10^3/Ul
Hematocrit : 36,9 %
C : konjungtiva tidak anemis
D : Bubur nasi dan ASI
Balance Cairan
 Input
Makan : 200 cc/hari

34
Minum : 600 cc/hari
Infus : 1000 cc/hari
Obat : 20 cc/hari
AM : 80 cc/hari ( 8 cc x 10 kg) +
: 1900 cc/hari

 IWL : (30 – usia dalam tahun) x kg BB/ 24 jam

: (30 – 1) x 10 kg BB/ 24 jam

: 29 x 10 / 24 jam

: 290 cc/ 24 jam atau 12,08 cc/jam

 IWL Kenaikan suhu


: IWL normal + 200 (suhu sekarang – 36,8˚C)
: 290 + 200 (38,8 ˚C – 36,8 ˚C)
: 290 + 200 (2)
: 690 cc
 Output
BAB : 100 cc
BAK : 400 cc
IWL : 690 +
: 1190 cc/hari
 Input – Output : 1900 – 1190 = 710 cc/hari
c. Pola Eliminasi
Ibu klien mengatakan anaknya BAB tadi pagi 1 kali ± 100 cc.
Dengan konsistensi lembek, warna kuning, bau khas. Tidak diare.
BAK 4 – 5 kali sehari ± 400 cc/hari dengan konsistensi kuning jernih.
d. Aktivitas dan Latihan
Ibu klien mengatakan anaknya selalu disibin setiap pagi dan sore.
Sibin menggunakan air hangat dan sabun mandi. Klien ganti baju 2-3
kali sehari. Tidak gosok gigi sejak masuk rumah sakit.

35
Klien sebelum sakit adalah anak yang aktif. Mampu menggosok gigi,
makan, ke toilet, dan mandi sendiri.
e. Pola Istirahat dan Tidur
Ibu klien mengatakan An. Y tidur siang dari jam 11.00 – 15.00 WIB,
tidur malam dari jam 19.00 – 05.00 WIB. Sering terbangun di malam
hari karena batuk dan tidak nyaman pada bagian tenggorokan.
Posisi tidur miring/terlentang. Gerakan motorik anak normal.
f. Pola Kognitif dan Persepsi
Ketika diajak bicara klien selalu menatap lawan bicara, apabila diberi
sentuhan, klien selalu menghindar, mampu menyebutkan nama,
mampu menunjukkan siapa orang tuanya, mampu menunjukkan
bagian yang sakit dana pa yang dirasakan, suara vocal normal, bicara
pelan, tidak mempunyai gangguan persepsi sensori.
g. Pola Persepsi Diri dan Konsep Diri
Klien tidak mudah marah atau menangis saat diberikan tindakan
keperawatan, klien mengetahui bahwa dirinya adalah seorang laki-
laki. Klien mempunyai banyak teman dirumahnya. Klien adalah anak
yang aktif dan periang.
h. Seksualitas
Klien adalah seorang anak laki-laki
i. Koping dan Toleransi Stress
1) Penyebab stress pada anak
Penyebab stress pada anak adalah ketika sakit, klien merasa tidak
nyaman sehingga membuat klien rewel dan menangis serta tidak
bisa tidur.
2) Apabila anak sakit, Ibu klien selalu membawa klien ke dokter
atau puskesmas terdekat.
j. Nilai dan Keyakinan
1) Perkembangan moral anak baik, anak selalu diajarkan berdoa
sebelum melakukan kegiatan.

36
2) Keluarga yakin bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya. Dan
selalu berdoa kepada Allah untuk meminta kesembuhan.

4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Kesadaran : composmentis
Postur Tubuh : Sedang
b. Tanda Vital
Suhu : 38,8˚C
Nadi : 120 x/menit
SPO2 : 95%
c. Atropometri
Lingkar Kepala : 46 cm
LILA : 17 cm
Lingkar Dada : 48 cm
TB : 75 cm
BB : 10 kg
Z – Score :
 WAZ (Baku berat menurut umur)
Z – Score = nilai riel – nilai median
SD lower
= 10 – 10.9
1.10
= - 0.81 ( berat badan rendah)
 HAZ (Baku tinggi badan menurut umur)
Z – Score = nilai riel – nilai median
SD lower
= 75 – 79.4
2.60
= - 1,69 (pendek)
 WHZ (Baku berat badan menurut tinggi badan)

37
Z – Score = nilai riel – nilai median
SD upper
= 10 – 9.8
0.8
= 0,25 (normal)
d. Kepala : Mesochepal, rambut hitam, bersih, tidak berbau, lurus,
tidak mudah dicabut.
e. Mata : Bersih, conjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
pelpebra tidak edema, pupil ishokor, reaksi terhadap cahaya.
f. Hidung : simetris, terdapat secret RR : 48 x/menit, terpasang O2 2 L
g. Mulut : Bersih, mukosa lembab, tidak ada stomatitis, tidak ada
perdarahan gusi, tidak ada karies gigi.
h. Telinga : Bersih, tidak ada sekret/serumen, fungsi pendengaran
tidak ada gangguan, bentuk simetris.
i. Jantung
I : iktus kordis tidak tampak, bentuk dada simetris
P : tidak ada pembesaran jantung
P : suara jantung pekak, batas jantung tidak melebar.
A : bunyi jantung S I dan S II regular dan tidak ada suara
tambahan.
j. Paru-paru
Paru (depan)
I : simetris kanan dan kiri, terlihat retraksi subcostal
P : vokal fremitus kanan dan kiri normal.
P : sonor di kedua lapang paru.
A : vesikuler normal, Ronkhi +/+, wheezing -/-
k. Abdomen
I : datar, tidak ada benjolan.
A : Bising usus (+) normal (3-5) x/menit
P : Supel, hepar dan lien tidak teraba.
P : Timpani dikeempat kuadran abdomen.

38
l. Genetalia : Bersih, normal, tidak ada penyakit kelamin, tidak ada
hemoroid.
m. Ekstremitas : Tidak ada sianosis, akral hangat, tidak ada kelemahan
otot, refleks fisiologis ada, refleks patologis tidak ada.
n. Kulit : Warna sawo matang, lembab, tidak ada bekas luka, elastis

5. PEMERIKSAAN PERKEMBANGAN
Pemeriksaan perkembangan diatas 6 tahun
a. Perkembangan sekolah
Lancar, Ibu klien mengatakan anaknya rajin, tidak ada masalah
dengan teman dan guru-gurunya disekolah
b. Interaksi dengan peer dan orang dewasa
Interaksi baik, mudah bergaul dengan teman seusiannya, hubungan
dengan orang yang lebih tua baik, sopan dan menghormati
c. Partisipasi dengan kegiatan organisasi
Ibu klien mengatakan An.F mengikuti ekstrakuler di sekolahnya
seperti pramuka, futsal

6. ANALISA DATA

39

Anda mungkin juga menyukai