PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
1
a. Tujuan Khusus
1) Mengetahui pengertian bronchopneumonia
2) Mengetahui etiologi bronchopneumonia
3) Mengetahui tanda dan gejala bronchopneumonia
4) Mengetahui anatomi dan fisiologi sistem pernafasan
5) Mengetahui patofisiologi bronchopneumonia
6) Mengetahui pathway bronchopneumonia
7) Mengetahui klasifikasi bronchopneumonia
8) Mengetahui pemeriksaan penunjang bronchopneumonia
9) Mengetahui penatalaksanaan bronchopneumonia
10) Mengetahui masalah keperawatan dan asuhan keperawatan
pasien dengan bronchopneumonia
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR
1. Definisi
3
Perubahan system respirasi yang berhubungan dengan usia yang
mempengaruhi kapasitas dan fungsi paru meliputi:
a. Peningkatan diameter anteroposterior dada.
b. Kolaps osteoporotik vertebrae yang mengakibatkan kifosis
(peningkatan kurvatura konveks tulang belakang).
c. Kalsifikasi kartilago kosta dan penurunan mobilitas kosta.
d. Penurunan efisiensi otot pernapasan.
e. Peningkatan rigiditas paru.
f. Penurunan luas permukaan alveoli.
2. Klasifikasi
a. Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2011) :
1) Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
a) Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris
dengan opasitas lobus atau lobularis.
b) Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang
meningkat lambat dengan gambaran infiltrat paru bilateral
yang difus.
2) Berdasarkan faktor lingkungan
a. Pneumonia komunitas
b. Pneumonia nosokomial
c. Pneumonia rekurens
d. Pneumonia aspirasi
e. Pneumonia pada gangguan imun
f. Pneumonia hipostatik
g. Berdasarkan sindrom klinis
h. Pneumonia bakterial berupa : pneumonia bakterial tipe
tipikal yang terutama mengenai parenkim paru dalam
bentuk bronkopneumonia dan pneumonia lobar serta
pneumonia bakterial tipe campuran atipikal yaitu perjalanan
penyakit ringan dan jarang disertai konsolidasi paru.
4
i. Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang
disebabkan Mycoplasma, Chlamydia pneumoniae atau
Legionella.
b. Klasifikasi berdasarkan Reeves (2012) :
1) Community Acquired Pneunomia dimulai sebagai penyakit
pernafasan umum dan bisa berkembang menjadi pneumonia.
Pneumonia Streptococal merupakan organisme penyebab umum.
Tipe pneumonia ini biasanya menimpa kalangan anak-anak atau
kalangan orang tua.
2) Hospital Acquired Pneumonia dikenal sebagai pneumonia
nosokomial. Organisme seperti ini aeruginisa pseudomonas.
Klibseilla atau aureus stapilococcus, merupakan bakteri umum
penyebab hospital acquired pneumonia.
3) Lobar dan Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi
anatomi infeksi. Sekarang ini pneumonia diklasifikasikan
menurut organisme, bukan hanya menurut lokasi anatominya saja.
4) Pneumonia viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan
pada agen penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk
mengidentifikasikan organisme perusak.
3. Etiologi
Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia
diakibatkan oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh
terhadap virulensi organisme patogen. Orang yang normal dan sehat
mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan
yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan
silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral
setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur,
protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria,
2010) antara lain:
5
a. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
b. Virus : Legionella pneumoniae
c. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
d. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam
paru-paru
e. Terjadi karena kongesti paru yang lama.
4. Manifestasi Klinik
a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
b. Nyeri pleuritik
c. Nafas dangkal dan mendengkur
d. Takipnea
e. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
f. Mengecil, kemudian menjadi hilang
g. Krekels, ronki, egofoni
h. Gerakan dada tidak simetris
i. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
j. Diafoesis
k. Anoreksia
l. Malaise
m. Batuk kental, produktif
n. Gelisah
o. Sianosis
p. Area sirkumoral
q. Dasar kuku kebiruan
r. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati
5. Patofisiologi
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya
disebabkan oleh virus penyebab Bronchopneumonia yang masuk ke
saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan broncus dan alveolus.
Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi
6
demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran
kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah
kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.
Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas,
sesak napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan
fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang
berpungsi untuk melembabkan rongga fleura. Emfisema (tertimbunnya
cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan.
Atelektasis mngakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia,
acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan
yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas. Secara singkat
patofisiologi dapat digambarkan pada skema proses.
a. Stadium I (4 – 12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan
permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal
ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas
kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan
mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan
sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup
histamin dan prostaglandin.
Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen.
Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk
melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas
kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke
dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema
antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan
alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan
karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling
berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen
hemoglobin.
7
b. Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi
oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh
penjamu ( host ) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang
terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit,
eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada
perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau
sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini
berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
c. Stadium III (3 – 8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah
putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini
endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan
terjadi fagositosis sisa-sisa sel.
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih
tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi
pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
d. Stadium IV (7 – 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon
imun dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis
dan diabsorsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke
strukturnya semula.
8
6. Pathway
9
7. Komplikasi
a. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna
atau kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks
batuk hilang.
b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam
rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang
meradang.
d. Infeksi sitemik
e. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
f. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
8. Pemeriksaan Penunjang
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara:
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah
Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi
leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil). (Sandra M.
Nettina, 2010)
2) Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang
spontan dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis
dan untuk kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen
infeksius. (Barbara C, Long, 2010)
3) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan
status asam basa. (Sandra M. Nettina, 2010)
4) Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia
5) Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk
mendeteksi antigen mikroba. (Sandra M. Nettina, 2010).
10
b. Pemeriksaan Radiologi
1) Rontgenogram Thoraks
Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada
infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple
seringkali dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus.
(Barbara C, Long, 2010)
2) Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas
tersumbat oleh benda padat. (Sandra M, Nettina, 2010)
9. Penatalaksanaan
a. Antibiotic seperti ; penisilin, eritromicin, kindomisin, dan sefalosforin.
b. Terapi oksigen (O2)
c. Nebulizer, untuk mengencerkandahak yang kental dan
pemberian bronkodilator.
d. Istirahat yang cukup
e. Kemoterafi untuk mikoplasma pneumonia dapat diberikan eritromicin
4x 500 mg/ hari atau tetrasiklin 3-4 x 500mg/ hari.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Identitas.
Umumnya anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia
berulang atau tidak dapat mengatasi penyakit ini dengan sempurna.
Selain itu daya tahan tubuh yang menurun akibat KEP, penyakit
menahun, trauma pada paru, anesthesia, aspirasi dan pengobatan
antibiotik yang tidak sempurna.
2. Riwayat Keperawatan.
a. Keluhan utama.
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal,
diserai pernapasan cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan
mulut. Kadang disertai muntah dan diare.atau diare, tinja berdarah
dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
b. Riwayat penyakit sekarang.
11
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran
pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik
sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang
karena demam yang tinggi.
c. Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan
sistem imun menurun.
d. Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi
saluran pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang
lainnya.
e. Riwayat kesehatan lingkungan.
Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering
terjadi pada musim hujan dan awal musim semi. Selain itu
pemeliharaan ksehatan dan kebersihan lingkungan yang kurang juga
bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau
banyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan anggota keluarga
perokok.
3. Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk
mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena
system pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi
sekunder.
4. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
a. Nutrisi.
Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein =
MEP).
b. Pemeriksaan persistem.
1) Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, iritability.
2) Sistem pernapasan.
12
Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas,
pernapasan cuping hdidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk
produktif atau non produktif, pergerakan dada asimetris,
pernapasan tidak teratur/ireguler, kemungkinan friction rub,
perkusi redup pada daerah terjadinya konsolidasi, ada
sputum/sekret. Orang tua cemas dengan keadaan anaknya yang
bertambah sesak dan pilek.
3) Sistem pencernaan.
Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun,
lemah. Pada orang tua yang dengan tipe keluarga anak pertama,
mungkin belum memahami tentang tujuan dan cara pemberian
makanan/cairan personde.
4) Sistem eliminasi.
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua
mungkin belum memahami alasan anak menderita diare sampai
terjadi dehidrasi (ringan sampai berat).
5) Sistem saraf.
Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis
terus pada anak-anak atau malas minum, ubun-ubun cekung.
6) Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum,
7) Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
8) Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat,
akral hangat, kulit kering, .
9) Sistem penginderaan.
Tidak ada kelainan.
13
5. Pemeriksaan diagnostik dan hasil.
Secara laboratorik ditemukan lekositosis, biasanya 15.000 - 40.000 /
m3 dengan pergeseran ke kiri. LED meninggi. Pengambilan sekret secara
broncoskopi dan fungsi paru-paru untuk preparat langsung; biakan dan
test resistensi dapat menentukan/mencari etiologinya. Tetapi cara ini
tidak rutin dilakukan karena sukar. Pada punksi misalnya dapat terjadi
salah tusuk dan memasukkan kuman dari luar. Foto roentgen (chest x ray)
dilakukan untuk melihat :
a. Komplikasi seperti empiema, atelektasis, perikarditis, pleuritis, dan
OMA.
b. Luas daerah paru yang terkena.
c. Evaluasi pengobatan
1) Pada bronchopnemonia bercak-bercak infiltrat ditemukan pada
salah satu atau beberapa lobur.
2) Pada pemeriksaan ABGs ditemukan PaO2 < 0 mmHg.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum ditandai dengan adanya ronchi, dan ketidakefektifan
batuk.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi pada
jaringan paru (perubahan membrane alveoli) ditandai dengan sianosis,
PaO2 menurun, sesak nafas.
3. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi terhadap infeksi saluran nafas
ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, mengigil, akral teraba panas.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan metabolisme sekunder terhadap demam dan proses
infeksi ditandai dengan nafsu makan menurun, BB turun, mual dan
muntah, turgor kulit tidak elastis.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai O2 dengan kebutuhan oksigen ditandai dengan tidak mampu
14
berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari sesuai kemampuan tanpa
bantuan.
6. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu
tubuh,kehilangan cairan karena berkeringat banyak, muntah atau diare.
7. Resiko infeksi berhubungan dengan resiko terpajan bakteri patogen
D. RENCANA KEPERAWATAN
15
DS: mengeluarkan sputum, g. Auskultasi suara nafas,
bernafas dengan mudah, catat adanya suara
Dispneu
tidak ada pursed lips) tambahan
DO:
2. Menunjukkan h. Berikan
1. Penurunan suara nafas jalan nafas yang paten bronkodilator :
(klien tidak merasa
2. Orthopneu · ………………………
tercekik, irama nafas,
3. Cyanosis frekuensi pernafasan · ……………………….
dalam rentang normal,
4. Kelainan suara nafas · ………………………
tidak ada suara nafas
(rales, wheezing)
abnormal) i. Monitor status
5. Kesulitan berbicara hemodinamik
3. Mampu
6. Batuk, tidak efekotif mengidentifikasikan dan j. Berikan pelembab
atau tidak ada mencegah faktor yang udara Kassa basah
penyebab. NaCl Lembab
7. Produksi sputum
4. Saturasi O2 k. Berikan antibiotik :
8. Gelisah
dalam batas normal
…………………….
9. Perubahan frekuensi
5. Foto thorak
dan irama nafas …………………….
dalam batas norma
l. Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
n. Pertahankan hidrasi
yang adekuat untuk
16
mengencerkan sekret
17
6. Hypoxia pernafasan cairan
mengoptimalkan
7. Kebingungan 3. Mendemonstrasikan
keseimbangan.
batuk efektif dan
8. Sianosis
suara nafas yang i. Monitor respirasi dan
9. warna kulit abnormal bersih, tidak ada status O2
(pucat, kehitaman) sianosis dan dyspneu
j. Catat pergerakan
(mampu
10. Hipoksemia dada,amati
mengeluarkan
kesimetrisan,
11. Hiperkarbia sputum, mampu
penggunaan otot
bernafas dengan
12. AGD abnormal tambahan, retraksi otot
mudah, tidak ada
supraclavicular dan
13. pH arteri abnormal pursed lips)
intercostal
14. frekuensi dan 4. Tanda tanda vital
k. Monitor suara nafas,
kedalaman nafas dalam rentang
seperti dengkur
abnormal normal
l. Monitor pola nafas :
5. AGD dalam batas
bradipena, takipenia,
normal
kussmaul,
6. Status neurologis hiperventilasi, cheyne
dalam batas normal stokes, biot
o. Observasi sianosis
18
khususnya membran
mukosa
q. Auskultasi bunyi
jantung, jumlah, irama
dan denyut jantung
19
c. kulit kemerahan nyaman h. Kelola Antibiotik
l. Tingkatkan sirkulasi
udara
m. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
20
karena faktor biologis, 3. Weight Control 3. Yakinkan diet yang
psikologis atau ekonomi. dimakan mengandung
Setelah dilakukan
tinggi serat untuk
DS: tindakan keperawatan
mencegah konstipasi
selama….nutrisi kurang
1. Nyeri abdomen
teratasi dengan indikator: 4. Ajarkan pasien
2. Muntah bagaimana membuat
a. Albumin serum
catatan makanan
3. Kejang perut
b. Pre albumin harian.
4. Rasa penuh tiba-tiba serum
5. Monitor adanya
setelah makan
c. Hematokrit penurunan BB dan
DO: gula darah
d. Hemoglobin
a. Diare 6. Monitor lingkungan
e. Total iron binding
selama makan
b. Rontok rambut yang capacity
berlebih 7. Jadwalkan
f. Jumlah limfosit
pengobatan dan
c. Kurang nafsu makan
tindakan tidak selama
d. Bising usus berlebih jam makan
21
konjungtiva
22
5 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
23
Medik dalam
merencanakan progran
terapi yang tepat.
12. Bantu
untuk mengidentifikas
i aktivitas yang disukai
24
latihan diwaktu luang
25
kulit/lidah a) Mempertahankan cairan (BUN , Hmt ,
urine output sesuai osmolalitas urin,
b) Membran mukosa/kulit
dengan usia dan BB, albumin, total protein )
kering
BJ urine normal,
4. Monitor vital sign
c) Peningkatan denyut
b) Tekanan darah, nadi, setiap 15menit – 1 jam
nadi, penurunan
suhu tubuh dalam
tekanan darah, 5. Kolaborasi pemberian
batas normal
penurunan cairan IV
volume/tekanan nadi c) Tidak ada tanda
6. Monitor status nutrisi
tanda dehidrasi,
d) Pengisian vena
Elastisitas turgor 7. Berikan cairan oral
menurun
kulit baik, membran
8. Berikan penggantian
e) Perubahan status mukosa lembab,
nasogatrik sesuai
mental tidak ada rasa haus
output (50 –
yang berlebihan
f) Konsentrasi urine 100cc/jam)
meningkat d) Orientasi terhadap
9. Dorong keluarga untuk
waktu dan tempat
g) Temperatur tubuh membantu pasien
baik
meningkat makan
e) Jumlah dan irama
h) Kehilangan berat badan 10. Kolaborasi dokter jika
pernapasan dalam
secara tiba-tiba tanda cairan berlebih
batas normal
muncul meburuk
i) Penurunan urine output
f) Elektrolit, Hb, Hmt
11. Atur kemungkinan
j) HMT meningkat dalam batas normal
tranfusi
k) Kelemahan g) pH urin dalam batas
12. Persiapan untuk
normal
tranfusi
h) Intake oral dan
13. Pasang kateter jika
intravena adekuat
perlu
26
14. Monitor intake dan
urin output setiap 8
jam
27
gangguan peristaltik) genitourinaria dalam i. Monitor tanda dan
batas normal gejala infeksi sistemik
dan lokal
j. Pertahankan teknik
isolasi k/p
m. Dorong masukan
cairan
n. Dorong istirahat
28
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS DATA
a. Identitas Pasien
Nama : An. Y
Tempat/tgl lahir : Kendal, 17 Agustus 2017
Usia : 1 Tahun, 3 bulan, 22 hari
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : Belum sekolah
Alamat : Kendal
Agama : Islam
Dx. Medis : BRPN
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. K
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Alamat : Kendal
Suku/bangsa : Indonesia
Hubungan dg Klien : Ibu Klien
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan utama
Ibu klien mengatakan anaknya batuk
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu klien mengatakan sebelum klien masuk Rumah Sakit klien
mengeluh batuk. Batuk dilaporkan terus menerus sejak 3 minggu
29
sebelum masuk rumah sakit dan disertai sesak napas. Batuk pilek
disertai lender. Sebelum dibawa ke rumah sakit, klien sudah dibawa
ke klinik dan sudah dilakukan tindakan nebulizer, terapi batuk efektif,
namun klien tidak kunjung sembuh. Sehingga orang tua klien
membawa klien ke IGD RSUD DR. H Soewondo Kendal pada
tanggal 4 Januari 2019. Kemudian klien di IGD dilakukan tindakan
pemeriksaan tanda – tanda vital S : 39,10C, N : 133 x/menit, RR : 49
x/menit, SPO2 : 93 %. Pemasangan infus D5 ½ NS 15 tpm ditangan
sebelah kiri dan klien dilakukan tindakan injeksi cefotaxime 300 mg
dan Dexametasone ½ amp.
c. Riwayat Penyakit Masa Lalu
1) Pre Natal
Selama kehamilan ibu melakukan pemeriksaan ke bidan lebih
dari 5 kali, imunisasi TT, tidak pernah menderita sakit selama
hamil, tidak ada riwayat penyakit yang serius.
2) Intra Natal
An.A lahir ditolong oleh bidan, letak belakang kepala, spontan,
langsung menangis, berat badan lahir 3000 gram, panjang badan
50 cm, umur kehamilan 9 bulan.
3) Post Natal
An.Y diasuh oleh kedua orang tua dan kakek neneknya,
diberikan ASI eksklusif sampai sekarang.
4) Imunisasi
No Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Reaksi
1 BCG 1x Demam
2 DPT 3x Demam
3 Polio 4x -
4 Campak 1x Demam
5 Hepatitis 1x -
30
d. Riwayat Keluarga
1) Genogram
A B
Keterangan
= Perempuan
= Laki-laki
A = Ny. K
B = Tn. M
C = Klien An. Y
= Tinggal Serumah
31
An.Y diasuh oleh kedua orang tuanya dan neneknya, kedua
orang tua sangat menyayanginya.
2) Hubungan dengan anggota keluarga
Hubungan antara anggota keluarga sangat baik, ada komunikasi
antar anggota keluarga. Saat dirawat di RS anggota keluarga
bergantian untuk jaga.
3) Pembawaan secara umum
An.Y terlihat cukup aktif
4) Lingkungan rumah
Keluarga mengatakan lingkungan rumahnya cukup bersih, ada
jendela. Namun jarak antar rumah sangat dekat dan dekat dengan
fasilitas kesehatan ( puskesmas ).
f. Keadaan Kesehatan Saat Ini
1) Diagnosa saat ini : Bronkopnemonia
2) Tindakan Operasi : tidak ada
3) Obat-obatan :
Tanggal : 4,5 dan 6 Januari 2019
No Nama Obat Dosis Waktu
1 O2 nasa kanul 1 liter/menit
2 Inf. D5 ½ NS 15 tpm
3 Nebulizer Ventrolin 1 amp 06.00, 18.00
Nebulizer Flixotide ½ amp
Nacl 0,9 % 2 cc
4 Inj. Cefotaxime 2 x ½ amp 09.00, 17.00
5 Inj. Dexametason 2 x ½ amp 09.00, 17.00
6 PO. L-Bio 1 x 1 sachet 09.00
7 PO. Zinc Sym 2 x 1 cth 09.00, 17.00
4) Tindakan Keperawatan
Monitor KU + TTV
Pemberian terapi dada
32
Edukasi kompres hangat
Memberikan terapi inhalasi uap (Nebulizer)
Edukasi keluarga tentang kebutuhan nutrisi
Kolaborasi dengan tim medis dalam memberikan obat sesuai
advis dokter.
5) Hasil Laboratorium
Nama : An. Y
Tanggal : 04 Januari 2019
JENIS HASIL SATUAN NILAI
PEMERIKSAAN RUJUKAN
DARAH RUTIN
Hemoglobin 11.6 gr/dl 11.5 – 16.5
Leukosit 17.1 10^3/ul 4.0 – 10.00
Trombosit 502 10^3/ul 150 – 500
Hematocrit 36.9 % 35.0 – 49.00
KIMIA KLINIK
Glukosa sewaktu 77 mg/dl 75 – 105
Natrium 134 mmol/l 135 – 155
Kalium 4.2 mmol/l 3.5 – 5.5
Calcium 1.30 mmol/l 1.13 – 1.31
6) Hasil Rontgen
7) Data Tambahan
Tidak ada
3. PENGKAJIAN FUNGSIONAL MENURUT GORDON
a. Persepsi Kesehatan dan Pola Manajemen Kesehatan
1) Status kesehatan anak sejak lahir
Ibu klien mengatakan anaknya sehat, jarang sakit. Hanya demam
batu pilek biasa. Setiap sakit ibu klien memeriksakan anaknya ke
bidan/puskesmas terdekat dan diberi obat langsung sembuh.
33
2) Pemeriksaan kesehatan kelengkapan imunisasi
Ibu klien mengatakan rutin memeriksakan anaknya ke puskesmas
untuk menimbang badan atau imunisasi.
3) Praktek pencegahan kesehatan
Ibu klien selalu mengajarkan anaknya untuk mencuci tangan baik
sebelum makan maupun setelah makan.
4) Apakah orang tua merokok didekat anak?
Ayah klien sering merokok didepan anak, apabila anak terkena
asap rokok orang tua klien membiarkan anaknya terpapar asap
rokok.
b. Nutrisi – Pola Metabolik
1) Nutrisi Anak
An. Y selama di RS mendapatkan diit makanan berupa nasi lauk
pauk, makan 3x/hari habis ¼ porsi ± 200 cc/hari. tidak mual (+)
muntah (-) dan tidak nafsu makan.
An.Y masih minum susu formula dan air putih 800 cc/hari.
A : BB sebelum sakit : 11.5 kg
BB selama sakit : 10 kg
TB : 75 cm
BB 10 10
IMT :(TB)2 = (0,75)2
= = 17,7
0,5625
(Normal)
34
Minum : 600 cc/hari
Infus : 1000 cc/hari
Obat : 20 cc/hari
AM : 80 cc/hari ( 8 cc x 10 kg) +
: 1900 cc/hari
: 29 x 10 / 24 jam
35
Klien sebelum sakit adalah anak yang aktif. Mampu menggosok gigi,
makan, ke toilet, dan mandi sendiri.
e. Pola Istirahat dan Tidur
Ibu klien mengatakan An. Y tidur siang dari jam 11.00 – 15.00 WIB,
tidur malam dari jam 19.00 – 05.00 WIB. Sering terbangun di malam
hari karena batuk dan tidak nyaman pada bagian tenggorokan.
Posisi tidur miring/terlentang. Gerakan motorik anak normal.
f. Pola Kognitif dan Persepsi
Ketika diajak bicara klien selalu menatap lawan bicara, apabila diberi
sentuhan, klien selalu menghindar, mampu menyebutkan nama,
mampu menunjukkan siapa orang tuanya, mampu menunjukkan
bagian yang sakit dana pa yang dirasakan, suara vocal normal, bicara
pelan, tidak mempunyai gangguan persepsi sensori.
g. Pola Persepsi Diri dan Konsep Diri
Klien tidak mudah marah atau menangis saat diberikan tindakan
keperawatan, klien mengetahui bahwa dirinya adalah seorang laki-
laki. Klien mempunyai banyak teman dirumahnya. Klien adalah anak
yang aktif dan periang.
h. Seksualitas
Klien adalah seorang anak laki-laki
i. Koping dan Toleransi Stress
1) Penyebab stress pada anak
Penyebab stress pada anak adalah ketika sakit, klien merasa tidak
nyaman sehingga membuat klien rewel dan menangis serta tidak
bisa tidur.
2) Apabila anak sakit, Ibu klien selalu membawa klien ke dokter
atau puskesmas terdekat.
j. Nilai dan Keyakinan
1) Perkembangan moral anak baik, anak selalu diajarkan berdoa
sebelum melakukan kegiatan.
36
2) Keluarga yakin bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya. Dan
selalu berdoa kepada Allah untuk meminta kesembuhan.
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Kesadaran : composmentis
Postur Tubuh : Sedang
b. Tanda Vital
Suhu : 38,8˚C
Nadi : 120 x/menit
SPO2 : 95%
c. Atropometri
Lingkar Kepala : 46 cm
LILA : 17 cm
Lingkar Dada : 48 cm
TB : 75 cm
BB : 10 kg
Z – Score :
WAZ (Baku berat menurut umur)
Z – Score = nilai riel – nilai median
SD lower
= 10 – 10.9
1.10
= - 0.81 ( berat badan rendah)
HAZ (Baku tinggi badan menurut umur)
Z – Score = nilai riel – nilai median
SD lower
= 75 – 79.4
2.60
= - 1,69 (pendek)
WHZ (Baku berat badan menurut tinggi badan)
37
Z – Score = nilai riel – nilai median
SD upper
= 10 – 9.8
0.8
= 0,25 (normal)
d. Kepala : Mesochepal, rambut hitam, bersih, tidak berbau, lurus,
tidak mudah dicabut.
e. Mata : Bersih, conjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
pelpebra tidak edema, pupil ishokor, reaksi terhadap cahaya.
f. Hidung : simetris, terdapat secret RR : 48 x/menit, terpasang O2 2 L
g. Mulut : Bersih, mukosa lembab, tidak ada stomatitis, tidak ada
perdarahan gusi, tidak ada karies gigi.
h. Telinga : Bersih, tidak ada sekret/serumen, fungsi pendengaran
tidak ada gangguan, bentuk simetris.
i. Jantung
I : iktus kordis tidak tampak, bentuk dada simetris
P : tidak ada pembesaran jantung
P : suara jantung pekak, batas jantung tidak melebar.
A : bunyi jantung S I dan S II regular dan tidak ada suara
tambahan.
j. Paru-paru
Paru (depan)
I : simetris kanan dan kiri, terlihat retraksi subcostal
P : vokal fremitus kanan dan kiri normal.
P : sonor di kedua lapang paru.
A : vesikuler normal, Ronkhi +/+, wheezing -/-
k. Abdomen
I : datar, tidak ada benjolan.
A : Bising usus (+) normal (3-5) x/menit
P : Supel, hepar dan lien tidak teraba.
P : Timpani dikeempat kuadran abdomen.
38
l. Genetalia : Bersih, normal, tidak ada penyakit kelamin, tidak ada
hemoroid.
m. Ekstremitas : Tidak ada sianosis, akral hangat, tidak ada kelemahan
otot, refleks fisiologis ada, refleks patologis tidak ada.
n. Kulit : Warna sawo matang, lembab, tidak ada bekas luka, elastis
5. PEMERIKSAAN PERKEMBANGAN
Pemeriksaan perkembangan diatas 6 tahun
a. Perkembangan sekolah
Lancar, Ibu klien mengatakan anaknya rajin, tidak ada masalah
dengan teman dan guru-gurunya disekolah
b. Interaksi dengan peer dan orang dewasa
Interaksi baik, mudah bergaul dengan teman seusiannya, hubungan
dengan orang yang lebih tua baik, sopan dan menghormati
c. Partisipasi dengan kegiatan organisasi
Ibu klien mengatakan An.F mengikuti ekstrakuler di sekolahnya
seperti pramuka, futsal
6. ANALISA DATA
39