Anda di halaman 1dari 12

STATUS PASIEN

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


RSUD UNDATA PALU

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. TR
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 16 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMK
Alamat : Jl. Sipalayua, Kel. Taira, Palu Utara
Tanggal pemeriksaan : 05 Februari 2018
Tempat pemeriksaan : Poliklinik kulit dan kelamin RSUD. Undata

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Gatal pada kedua telapak kaki.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang perempuan umur 16 tahun, datang ke Poli klinik
Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Undata dengan keluhan gatal kedua
telapak kaki dan sela-sela jari kaki. Keluhan ini dirasakan sejak ± 2 bulan
yang lalu. Keluhan gatal awalnya timbul bercak merah disertai kulit yang
terkelupas pada beberapa bagian kedua telapak kaki namun saat pasien
menggaruknya lama kelamaan menyebar dan semakin terkelupas ke
hampir seluruh telapak kaki dan sela-sela jari kaki. Gatal pada telapak kaki
tidak disertai dengan rasa nyeri. Pasien pernah menggunakan obat salep
dari puskesmas pada kedua kakinya namun pasien tidak mengetahui
namanya, keluhan tersebut sempat membaik tetapi timbul kembali.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien menyangkal pernah menderita keluhan yang sama
sebelumnya. Gejala seperti ini baru dirasakan pertama kali. Pasien juga
menyangkal pernah memiliki riwayat penyakit kulit. Pasien tidak
mempunyai riwayat DM. Pasien tidak memiliki riwayat alergi berupa
asma, obat-obatan, alergi dengan barang yang yang terbuat dari besi
ataupun alergi jika terkena deterjen atau sabun.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Pasien menyangkal ada yang menderita keluhan yang serupa di
keluarganya. Riwayat penyakit kulit dalam keluarga juga disangkal.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Generalisata
1) Keadaan Umum : Sakit ringan
2) Kesadaran : Composmentis
3) Status Gizi : Gizi baik

Tanda-tanda Vital
1) Tekanan Darah : 120/80 mmHg
2) Nadi : 82 kali/menit
3) Respirasi : 18 kali/menit
4) Suhu : Tidak dilakukan pemeriksaan

Status Dermatologi
Ujud Kelainan Kulit :
1) Kepala : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
2) Wajah : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
3) Leher : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
4) Ketiak : Tidak terdapat ujud kelainan kulit

2
5) Dada : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
6) Punggung : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
7) Perut : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
8) Bokong : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
9) Selangkangan : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
10) Genital : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
11) Ekstremitas Atas : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
12) Ekstremitas Bawah : Terdapat makula eritematosa disertai skuama
tipis
dan erosi, ukuran plakat, berbatas tidak tegas di
regio plantar pedis dextra et sinistra dan
interdigitalis.
IV. GAMBAR

3
Gambar 1. makula eritematosa disertai skuama tipis dan erosi, ukuran
plakat, berbatas tidak tegas di regio plantar pedis dextra et sinistra dan
interdigitalis.

Gambar 2. makula eritematosa disertai skuama tipis dan erosi, ukuran


plakat, berbatas tidak tegas di regio plantar pedis dextra.

4
Gambar 3. Tidak ditemukan adanya spora dan hifa bercabang khas
pada dermatofita

V. RESUME
Seorang perempuan umur 16 tahun, datang ke Poli klinik
Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Undata dengan keluhan pruritus di
regio plantar pedis dextra et sinistra dan interdigitalis yang dirasakan sejak
± 2 bulan yang lalu. Keluhan pruritus awalnya timbul eritem disertai
skuama, namun saat digaruk lama kelamaan semakin menyebar dan
terkelupas. Gatal pada telapak kaki tidak disertai dengan rasa nyeri. Pasien
pernah menggunakan obat salep, namun keluhan tersebut timbul kembali.
Pada pemeriksaan status Dermatologi terdapat makula eritematosa
disertai skuama tipis dan erosi, ukuran plakat, berbatas tidak tegas di regio
plantar pedis dextra et sinistra dan interdigitalis.

VI. DIAGNOSIS KERJA


Tinea Pedis

5
VII. DIAGNOSIS BANDING
1. Kandidosis
2. Dermatitis kontak alergi
3. Psoriasis

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan KOH 10%

IX. ANJURAN PEMERIKSAAN


Kultur Jamur

X. PENATALAKSANAAN
 Non medikamentosa
o Menjaga higenitas dengan mencuci kaki secara teratur dan
mengeringkan jari dan sela-sela jari.
o Menghindari menggunakan sepatu tertutup dan aktivitas yang
menyebabkan keringat berlebih.
o Selalu menggunakan alas kaki di area publik.
o Menghindari faktor yang memicu munculnya keluhan.
o Hindari menggaruk di area yang gatal.

 Medikamentosa
Topikal : Myconazole 2% cream 2 x sehari
Sistemik : Ketokonazole tablet 200 mg (1x1)
Cetirizine tablet 10mg (1x1)

XI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad fungtionam : ad bonam
Quo ad cosmetikam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam

6
PEMBAHASAN

Seorang perempuan umur 16 tahun, datang ke Poli klinik Kesehatan Kulit


dan Kelamin RSUD Undata dengan keluhan gatal kedua telapak kaki dan sela-
sela jari kaki. Keluhan ini dirasakan sejak ± 2 bulan yang lalu. Keluhan gatal
awalnya timbul bercak merah disertai kulit yang terkelupas pada beberapa bagian
kedua telapak kaki namun saat pasien menggaruknya lama kelamaan menyebar
dan semakin terkelupas ke hampir seluruh telapak kaki dan sela-sela jari kaki.
Gatal pada telapak kaki tidak disertai dengan rasa nyeri. Pasien pernah
menggunakan obat salep dari puskesmas pada kedua kakinya namun pasien tidak
mengetahui namanya, keluhan tersebut sempat membaik tetapi timbul kembali.

Pada pemeriksaan fisik berupa keadaan status generalis yang terdiri dari
kondisi umum sakit ringan, status gizi baik, kesadaran compos mentis. dilakukan
vital sign yakni Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 82 x/menit, respirasi 18

7
x/menit, suhu tidak dilakukan pemeriksaan. Terdapat makula eritematosa disertai
skuama tipis dan erosi, ukuran plakat, berbatas tidak tegas di regio plantar pedis
dextra et sinistra dan interdigitalis.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosis menderita
Tinea pedis. Alasan mendiagnosis Tinea pedis pada anamnesis ditemukan keluhan
gatal pada daerah sela-sela jari kaki kanan dan kiri dan kedua telapak kaki.
pemeriksaan fisik ditemukan ujud kelainan kulit makula eritematosa disertai
skuama tipis dan erosi, ukuran plakat, berbatas tidak tegas di regio plantar pedis
dextra et sinistra dan interdigitalis.
Tinea pedis (athlete’s foot/foot ringworm) adalah salah satu infeksi
dermatofita superfisial yang paling umum dari kulit di seluruh bagian dunia,
mengenai pergelangan kaki, telapak atau sela-sela jari kaki. Khusus istilah
athlete’s foot, biasa digunakan untuk kelainan di sela jari kaki oleh sebab apapun,
sehingga sebenarnya kurang tepat sebagai sinonim tinea pedis. Infeksi mikotik
kaki sering terjadi pada laki-laki dewasa dan jarang pada wanita dan anak-anak.
Prevalensi meningkat seiring peningkatan usia sampai usia 75 tahun. Penyakit ini
lebih sering muncul pada komunitas yang sempit misalnya barak tentara, sekolah
asmara dan diantara mereka yang sering mengunjungi kolam renang, ketika kaki
tersumbat dengan sepatu yang tak menyerap. Kejadian infeksi ini lebih tinggi di
daerah tropis, iklim lembab hangat yang diketahui dapat mendorong pertumbuhan
jamur, tetapi telah terbukti bahwa kasus ini lebih jarang terjadi pada wilayah
dimana sepatu belum umum dikenakan.[1,2,3]
Penyebab utama tinea pedis adalah dermatofita golongan antropofilik,
berturut-turut dari yang paling dominan: Trichophyton rubrum, Trichophyton
mentagrophytes var. interdigitale, dan Epidermophyton floccosum. T.rubrum
menjadi penyebab sebagian besar infeksi, dan kemungkinan terdapat predisposisi
autosomal-dominan untuk bentuk infeksi ini. Selain itu, Microsporum dan C.
albicans dapat menjadi penyebab tinea pedis. Penularannya dapat secara kontak
langsung ataupun tidak langsung.[2,3,4]
Terdapat 4 bentuk klinik dari tinea pedis, yaitu tipe papulo-skuamosa
hiperkeratotik kronik, tipe intertriginosa kronik, tipe subakut, dan tipe akut. Pada

8
tipe papulo-skuamosa hiperkeratotik kronik, jarang didapati vesikel dan pustula,
sering pada tumit dan tepi kaki dan kadang-kadang sampai punggung kaki.
Eritema dan plak hiperkeratotik di atas daerah lesi yang mengalami likenifikasi.
Biasanya simetris, jarang dikeluhkan dan kadang-kadang tidak dihiraukan oleh
penderita; Tipe intertriginosa kronik memiliki manifestasi klinik berupa fisura
pada jari-jari, tersering pada sela-sela jari ke-4 dan 5, basah dan maserasi disertai
bau yang tidak enak, tipe subakut, lesi intertriginosa berupa vesikel atau pustule.
Dapat sampai ke punggung kaki dan tumit dengan eksudat yang jernih, kecuali
jika mengalami infeksi sekunder. Proses subakut dapat diikuti selulitis,
limfangitis, limfadenitis dan erisipelas; tipe akut, memiliki gambaran lesi akut,
eritema, edema, barbau dan lebih sering menyerang pria.
Kondisi hyperhidrosis dan maserasi pada kaki, statis vascular, dan bentuk
sepatu yang kurang baik terutama merupakan predisposisi untuk mengalami
infeksi.[3] T. rubrum biasanya menghasilkan jenis dermatofitosis non-inflamasi
relatif yang ditandai dengan eritema pucat dan nampak sisik berwarna perak yang
dapat melibatkan seluruh telapak kaki dan sisi kaki, memberikan penampakan
moccasin atau sandal. Satu tangan dapat terlibat. Erupsi dapat juga terbatas berupa
patch kecil yang berdekatan dengan jamur yang menginfeksi kuku, atau patch di
bawah jari-jari kaki. Terkadang, erupsi bersisik, patch yang luas mencakup
sebagian besar badan, pantat, dan ekstremitas. Jaran terdapat patch hiperkeratosis
yang menyerupai epidermalverrucous baru.[4]
Umumnya, tipe infeksi tinea dengan kulit kering, bersisik, dan eritematosa
diperkirakan sebagi infeksi T. rubum. Pada infeksi T. rubrum timbul kulit kering,
bersisik, dan jenis eritematosa. Daerah lain yang sering terkena pada saat yang
sama, terutama kombinasi dari kedua kaki dan satu tangan. Tinea pedis yang
disebabkan oleh Trichophyton anthropophilic mentagrophytes (interdigitale)
muncul dengan tiga penampakan berbeda: pertama terdiri atas bula multilocular
melibatkan kulit tipis arcus plantar dan sepanjang sisi kaki dan tumit. Penampakan
kedua dengan eritema dan deskuamasi antara jari-jari kaki. Penampakan yang
ketiga adalah adanya onikomikosis superficial putih.[4]

9
Tinea pedis dapat diobati dengan antijamur topikal atau oral atau kombinasi
keduanya. Agen topikal digunakan selama 1-6 minggu, tergantung pada
rekomendasi produsen. Luliconazole, krim topikal imidazol, digunakan sekali
sehari selama 2 minggu. Seorang pasien dengan tinea pedis hiperkeratotik kronis
(moccasin) harus diinstruksikan untuk menerapkan obat pada pantat dan sisi kaki
nya. Untuk tinea pedis interdigital, meskipun gejala mungkin tidak ada, pasien
harus menerapkan agen topikal pada daerah interdigital dan telapak karena ada
kemungkinan timbulnya infeksi permukaan-plantar.[6]
Agen topical untuk epidermal dermatophytoses: Imidazoles (clotrimazole,
miconazole, ketoconazole, econazole, oxiconazole, sulconazole, sertaconazole);
allylamines (naftifine, terbinafine); naphthionates (tolnaftate); substituted pyridine
(ciclopirox olamine).[5]
Agen anti jamur sistemik:[5]
 Terbinafine tablet 250 mg. Allylamine. Paling efektif antijamur oral
antidermatophyte, efikasi rendah terhadap jamur lainnya. Disetujui untuk
onikomikosis di Amerika Serikat.
 Itrakonazol kapsul 100 mg; larutan oral (10 mg/mL): intravena. Triazol.
Kebutuhan pH asam lambung untuk disolusi kapsul. Meningkatkan kadar
digoxin dan siklosporin. Disetujui untuk onikomikosis di Inggris.
 Flukonazol 100-, 150-, 200 mg-tablet; melalui suspense oral (10 atau 40
mg/mL); 400 mg IV.
 Ketoconazole tablet 200 mg. Kebutuhan asam pH lambung untuk disolusi
tablet. Dikonsumsi dengan makanan atau minuman cola; antasida dan
H2blocker mengurangi penyerapan. Yang paling hepatotoksikobat azole;
Tidak disetujui untuk pengobatan infeksi dermatofit di Amerika Serikat.
Salah satu komplikasi dari tinea pedis adalah selulitis pada ekstremitas
bawah. Selulitis adalah infeksi bakteri dari lapisan subkutan kulit, yang biasanya
berasal dari lesi kulit atauluka. Faktor predisposisi umum untuk selulitis termasuk
trauma, ulserasi, vena dan insufisiensi limfatik, dan penyakit pembuluh darah
perifer. Infeksi tinea pedis, paling sering jenis interdigital.[9]

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Bramono K, Suyoso S, Indriatmi W, Ramali LM, Widaty S, Ervianti E.


Dermatomikosis superfisialis pedoman untuk dokter dan mahasiswa
kedokteran. Edisi kedua. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2013.
2. Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C (editor). Rook’s Textbook of
Dermatology Volume 1 Eight Edition. Oxford: Blackwell Publishing Ltd;
2010.
3. Djuanda, S. Hamzah, M. Aisah, S. editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Edisi Keenam, Cetakan Kedua. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia : Jakarta. 2011.
4. Habif TP. Clinical Dermatology: A Color Guide to Diagnosis and Therapy
4th edition. Australia:Mosby, Inc.; 2004.
5. Hasan MA, Fitzgerald SM, Saoudian M, Krishnaswamy G. Review Open
Access Dermatology for the practicing allergist: Tinea pedis and its

11
complications. Clinical and Molecular Allergy (serial online). 2004:1-4
(citied 2015 Nov 06); (11 Screens). Availble from:
<http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC419368/pdf/1476-7961-2-
5.pdf>.
6. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews'Diseases of the
skinClinicalDermatology Tenth Edition. Philadelphia: Elsevier: 2006.
7. Siregar, RS. Atlas berwarna saripati penyakit kulit. Ed.3. Jakarta: EGC;
2014.
8. Wolff K, Johnson RA, Saavedra AP. Fitzpatrick’s Color Atlasand
Synopsisof ClinicalDermatologySeventh Edition. United States:
McGrawHill Education; 2013.

12

Anda mungkin juga menyukai