Corporate Governance di Asia dan Dunia ditinjau dari Struktur Pengurus atau
Pengelola Perusahaan
1.1. Corporate Governance di Asia
Krisis ekonomi yang melanda Asia Timur pada akhir tahun 1997 telah memicu
terjadinya diskusi tentang pentingnya sistem tata kelola dalam suatu negara.Secara umum ada
tiga persoalan utama di Asia yang menyebabkan pelaksanaan good corporate governance
masih begitu lemah. Tiga persoalan ini antara lain:
1) Banyak perusahaan yang masih terbelakang atau belum didisain untuk
memainkan peran penting di pasar.
2) Pasarnya sendiri tidak bekerja secara optimal dan lingkungan bisnisnya tidak
kompetitif.
3) Sistem hukum yang lemah dan lembaga-lembaga yang menangani dan
menjalankan aturan main itu sendiri maupun keseluruhan penegakan peraturan
administratif masih lemah termasuk didalamnya penegakan peraturan di bursa
saham atau standarisasi laporan akutansi.
Hal ini berarti bahwa GCG tidak saja berakibat positif bagi pemegang saham, namun
juga bagi masyarakat yang lebih luas yang berupa pertumbuhan ekonomi nasional. Karena
itulah berbagai lembaga – lembaga ekonomi dan keuangan dunia seperti World Bank dan
International Monetary Fund sangat berkepentingan terhadap penegakan corporate
governance (CG) di negara-negara penerima dana, karena mereka menganggap bahwa
corporate governance (CG) merupakan bagian penting sistem pasar yang efisien.
Bank Dunia sejak dini menyebutkan bahwa krisis finansial Asia disebabkan kegagalan
sistematis (systematic failures) dalam pelaksanaan corporate governance yang ditandai oleh
lemahnya sistem hukum, inkonsistensi dalam setandar akutansi dan auditing, penyelenggaraan
praktek perbankan yang buruk, supervisi dewan komisaris yang tidak efektif, dan pelindungan
yang kurang terhadap pemegang saham minoritas. Asian Development bank (ADB)
menyatakan secara tegas bahwa krisis yang terjadi di Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina,
dan Korea Selatan disebabkan kegagalan dalam melaksanakan good corporate governance.
Hal ini diindikasikan dari konsentrasi kepemilikan perusahaan yang tinggi (mencapai 57-65
persen), supervisi Dewan Komisaris yang tidak efektif, prosedur pengawasan perusahaan
yang tidak transparan dan tidak efisien, peranan sumber pembiayaan eksternal yang sangat
dominan yaitu utang dari bank, dan pengawasan yang minim dari pemberi dana eksternal
tersebut.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan menyimpulkan bahwa pelaksanaan good
corporate governance di Indonesia tergolong yang terburuk di Asia. Riset McKensey and Co.
mengenai pelaksanaan corporate governance di tujuh negara Asia yaitu Jepang, Korea
Selatan, Malaysia, Taiwan, Thailand, dan Indonesia, juga menempatkan Indonesia pada posisi
terbawah dengan skor 1,1 di mana dalam penelitian ini makna skor adalah yang terburuk dan
6 adalah yang terbaik. Berdasarkan penelitian tersebut terdapat tujuh kesimpulan yang
diperoleh yaitu:
1) Pelaksanaan good corporate governance di Indonesia masih sekedar menuruti
aturan baru sehingga serba ala kadarnya dan tidak sungguh-sungguh.
2) Aturan-aturan pelaksanaan good corporate governance itu sendiri belum tegas
dan menyeluruh.
3) Pemenuhan hak-hak pemegang saham khususnya pemegang saham minoritas
masih rendah.
4) Dewan komisaris belum efektif menjalankan fungsinya.
5) Pengawasan kinerja direksi lemah.
6) Laporan tahunan belum memberikan informasi yang memadai bagi para
stakeholders untuk mengetahui lebih jauh tentang kegiatan perusahaan, laporan
keuangan, dan informasi lain untuk mengambil suatu keputusan.
7) Perhatian terhadap stakeholders yaitu investor, otoritas bursa, karyawan, dan
masyarakat sudah cukup baik dilihat dari bentuknya corporate secretary dan
pelaksanaan community development program.
https://unicapah19.blogspot.com/2013/03/implementasi-good-governance-di.html
(Diakses tanggal 16 Februari 2019).
https://www.ojk.go.id/id/kanal/pasar-modal/berita-dan-kegiatan/siaran-pers/Pages/OECD-
OJK-Luncurkan-Prinsip-Good-Corporate-Governance-G20-OECD.aspx. (Diakses tanggal
16 Februari 2019).
Yanwariani,Dwi.2015.Implementasi GCG.
https://yanwariyanidwi.wordpress.com/2015/12/15/pengertian-prinsip-dan-penerapan-
good-governance-di-indonesia/ (Diakses tanggal 16 Februari 2019).