(Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Fisiologi Umum)
Dosen Pengampu :
Liska Berlian, M. Si.
Annisa Novianti Taufik, M. Pd.
Disusun Oleh :
Kelompok 20
Fisiologi Umum 1
Energi-bebas (G negatif). adalah potensial termodinamika yang diminimalkan
saat sistem mencapai kesetimbangan pada tekanan dan suhu konstan.
Faktor gradien potensial air adalah konsentrasi atau aktifitas, suhu, tekanan,
efek larutan terhadap potensial kimia pelarut dan matriks.
Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat (molekul-molekul)
dalam pelarut dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah.
Proses difusi merupakan perpindahan molekul larutan berkonsentrasi tinggi
menuju larutan berkonsentrasi rendah tanpa melalui selaput membran. Contoh
sederhana adalah pemberian gula pada cairan teh tawar. Lama kelamaan cairan
akan terasa manis. Contoh lain adalah uap air dari cerek yang berdifusi dalam
Fisiologi Umum 2
udara, dimana pada masing-masing zat, kecepatan difusi berbeda-beda. Difusi
merupakan salah satu prinsip yang menggerakkan partikel zat seperti CO2, O2
dan H2O masuk ke dalam jaringan. Gerak partikel zat ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor penting, meliputi (Pratiwi, D. 2007)
Proses penjerapan air oleh matriks disebut hidrasi. Inilah yang terjadi pada proses
penyerapan air oleh benih, sebelum berkecambah. Bersama dengan gravitasi,
hidrasi merupakan pendorong terjadinya aliran air di tanah.
Kesetimbangan adalah keadaan dimana kedua reaktan dan produk hadir dalam
konsentrasi yang tidak memiliki kecenderungan lebih lanjut untuk untuk berubah
seiring berjalannya waktu. Keadaan reaksi bolak balik dimana laju reaksi reaktan
dan produk sama dan konsentrasi keduanya tetap.
Mengembun adalah peristiwa perubahan wujud gas menjadi cair.
Ungkapan seperti ini dinamakan kerapatan uap. Molekul uap yang
membentur permukaan zat cair dan dinding wadah menimbulkan tekanan yang
disebut tekanan uap. Perhatikan bahwa kerapatan uap dan tekanan uap adalah
dua cara yang berbeda untuk menyatakan banyaknya uap yang berada dalam
kesetimbangan dengan zat cair. Besaran ini tidak bergantung pada ada tidaknya
gas lain. Nilai keduanya sama bila volume di atas zat cair besrisi udara pada
tekanan atmosfer atau jika volume itu pada mulanya hampa, sehingga zat cair
akan mendidih sampai tercapai kerapatan uap jenuh atau tekanan upa jenuh.
Dengan menerapkan pengertian bahwa potensial air sama di semua bagian
sistem ketika sistem tersebut berada dalam kesetimbangan (yakni gradien
potensial air sama dengan nol; = 0 ), maka diketahui bahwa berbagai faktor
yang mempengaruhi potensial air dalam bentuk cair juga akan mempengaruhi
kerapatan uap jenuh atau tekanan uap jenuh.
Gambar 2.5 menunjukkan tiga efek terpenting, dan besarnya kerapatan uap serta
tekanan uap menggambarkan pentingnya ketiga faktor tersebut. Perhatikan bahwa
kerapatan uap hampir berlipat-dua ketika suhu berubah dari 20 ke 30 C. Efek ini
Fisiologi Umum 3
jauh lebih besar daripada efek penambahan linarut (yang sedikit menurunkan
kerapatan uap) atau efek penambahan tekanan (yang sedikit menaikkan kerapatan
uap).
Gambar 2.5
Gambar 2.5 Pengaruh tekanan, suhu dan linarut terhadap kerapatan uap dan
tekanan uap (secara tidak langsung pada potensial air). Satuan kerapatan uap
adalah gram per meter kubik ( g m 3 ); satuan tekanan uap adalah kilopascal (kPa).
Kedua cara untuk menyatakan banyaknya uap ini dapat saling dipertukarkan
dalam persamaan yang sesuai. Persamaan untuk menghitung potensial air dari
tekanan uap diberikan (persamaan 3.5 dan 3.6). Nilai untuk kerapatan dan
tekanan uap air murni dalam volume yang tertutup, pada suhu yang berlainan
disajikan dalam beberapa tabel baku. Perhatikan pengaruh suhu yang cukup besar
terhadap kerapatan dan tekanan uap, dibandingkan dengan pengaruh yang lebih
kecil akibat tekanan dan linarut yang ditambahkan.
RT p0
=- In (3.5)
V1 p
Fisiologi Umum 4
Nisbah 100 p / p0 ialah kelembapan nisbi. Bila nilainya dialihkan ke dalam
logaritme umum dan nilai bilangan digunakan R dan V1 , maka persamaan 3.5
disederhanakan menjadi :
100
(Mpa) = -1,06 T log 10 ( ) (3.6)
RH
p = Xi p0 (2.13)
dengan:
mol pelarut
Fraksi mol pelarut = (2.1)
mol linarut + mol pelarut
55,508
X H2 O = 0,9823 (98,23 %)
55,508 1, 000
Pada kesetimbangan, kerapatan uap atau tekanan uap di atas air murni
dalam sebuah wadah tertutup sama dengan kelembapan nisbi 100 persen, menurut
batasan tersebut. Pada 20C , kerapatan uap air murni sama dengan 17,31 g m3 :
maka dengan hukum Raoult, kerapatan uap di atas 1,00 molal larutan sukrosa
sama dengan 17,31 x 0,9823 =17,00 g m 3 . Dengan membalik perhitungan ,
didapatkan bahwa 17,00 adalah 98,23% dari 17,31. Maka, kelembapan nisbi di
atas larutan (pada kesetimbangan), sama dengan fraksi mol pelarut, dinyatakan
dalam persen.
Fisiologi Umum 5
Kelembapan nisbi (RH) adalah jumlah uap air di udara pada suhu tertentu
dibandingkan dengan jumlah uap air yang dapat dipegang oleh udara pada suhu
tersebut (tekanan atau kerapatan uap penjenuhan).
Dengan metode modern, yang akan dibahas di bab 3, bisa di ukur
kelembapan nisbi sampai bilangan pecahan dalam persen; maka tekanan uap di
atas larutan di dalam wadah tertutup dapat ditentukan secara tepat. Dari sini,
potensial air dapat di hitung. Dengan meletakkan daun atau bahan tumbuhan lain
atau tanah dalam wadah tertutup, potensial air dapat ditentukan dengan cara ini.
C j
J j = -D (2.14)
x
Fisiologi Umum 6
Tanda negatif menunjukkan bahwa dengan meningkatnya x, difusi
berlangsung dari C j rendah. Persamaan 2.14 dikenal sebgai hukum difusi
pertama Fick. Gradien konsentrasi dapat dinyatakan (dengan satuan SI ) sebagai
mol m 3m 1 ( mol m 3 untuk konsentrasi, dan m 1 untuk tiap meter jarak).
Koefisien difusi mempunyai satuan m 2 s 1 , dan menghasilkan fluks difusi dalam
mol m 2 s 1 , atau jumlah bahan yang berdifusi melintasi satu satuan luas dalam
satu satuan selang waktu.
Telah dikemukakan bahwa potensial kimia dan potensial air lebih baik
dalam menjelaskan kecenderungan difusi daripada bila dijelaskan dengan
konsentrasi. Tapi, potensial tersebut dinyatakan dalam satuan energi atau satuan
tekanan, sehingga bila persamaan 2.14 digunakan, laju difusi tidak langsung
diperoleh dalam satuan jumlah bahan yang berdifusi.
Persamaan 2.14 dari satu tempat dalam sistem dapat dipadukan dengan
persamaan 2.14 dari tempat lain (katakanlah dari titik 1 ke titik 2; cara yang biasa
dilakukan dalam kalkulus), walaupun diperlukan beberapa asumsi (misalnya
alirannya tetap pada jarak x, tanpa ada yang tersimpan):
(C j1 - C j 2 ) x
Jj (2.15)
Dj
dengan :
J j = C j / r (2.16)
Dengan bentuk sederhana ini, terlihat jelas bahwa fluks difusi berbanding
lurus dengan besarnya gaya pendorong ( C j ) , dan berbanding terbalik dengan
tahanan (r), yang berlaku antara titik 1 dan titik 2 bila konsentrasi yang
dipertimbangkan. Tahanan mempunyai satuan waktu per satuan jarak (misalnya
dtk m 1 ). Persamaan 2.16 serupa dengan Hukum Ohm, yang menyatakan bahwa
Fisiologi Umum 7
aliran arus listrik dalam kabel sebanding dengan gaya pendorong (selisih voltase
antara dua titik), dan berbanding terbalik dengan tahanan dalam kabel itu. Akan
tampak bahwa pergerakan (fluks) dari banyak bahan mengikuti hukum yang
setara atau serupa dengan ini.
Beberapa peneliti lebih suka memakai permeabilitas untuk bahan yang berdifusi
daripada tahanan. Permeabilitas ( Pj ) merupakan kebalikan dari tahanan:
1
Pj =
r (2.17)
Permeabilitas adalah suatu sifat atau kemampuan dari suatu membran untuk
dapat dilewati oleh suatu zat. Meloloskan sejumlah partikel untuk menembus atau
melewatinya.
J j P j C j
(2.18)
Umumnya difusi jauh lebih lambat daripada aliran massa. Naiknya suhu
menaikkan kecepatan rerata semua partikel berukuran molekul, sehingga
menaikkan pula laju difusi.
Tabel 2.2
Fisiologi Umum 8
Pada tabel 2.2 dapat dilihat bahwa pengaruh kenaikan suhu tidak besar
pada kisaran suhu kelvin yang cukup sempit itu (suhu normal untuk aktivitas
organisme). Pada banyak macam gas, Q10 untuk difusi kira-kira sebesar 1,03,
artinya gas berdifusi hanya 1,03 kali lebih cepat bila suhu dinaikkan 10C . Tapi,
linarut dalam air bernilai Q10 untuk difusi sebesar 1,2-1,4. Hal ini terjadi karena
naiknya suhu mematahkan ikatan hidrogen pada air, sehingga linarut dapat
berdifusi lebih cepat. Kekentalan air (tabel 2.1) menurun sedangkan permeabilitas
air terhadap linarut naik. Karena partikel yang kurang masif mempunyai
kecepatan rerata lebih tinggi pada suhu tertentu, maka partikel itu akan berdifusi
lebih cepat dari pada partikel yang lebih besar (persamaan 2.1) bila semua faktor
lain tetap.
8RT 1/2
r = ( ) (2.1)
M
dengan:
Fisiologi Umum 9
R = tetapan gas molar (8,3144 Jmol1K 1; J m2 .kg dtk 2 )
M = bobot molekul, dalam gram / mol (g mol1; disebut juga dalton, Da)
= 3,1416
2.10 Beberapa Keberatan
Dalam bab ini, berbagai prinsip dasar termodinamika diberikan untuk
membantu menjelaskan dasar konsep yang berhubungan dengan potensial air.
Gagasan ini berkembang sejak tahun 1960an. Kini konsep itu telah diterima
secara luas, dan diakui penting untuk mempelajari fisiologi tumbuhan modern.
Akhir-akhir ini penulis mempertanyakan nilai dari konsep potensial air.
Potensial air adalah Energi yang dimiliki air untuk bergerak atau untuk
mengadakan reaksi.
Misalnya, Sinclair dan Ludlow (1985) mendebat bahwa respons fisiologis
tumbuhan lebih berkaitan erat dengan kandungan air relatif, dari pada dengan
potensial air. Kandungan air relatif (RWC) diukur dengan mengambil contoh
jaringan segar (W f ) , membiarkan jaringan itu menyerap air (biasanya dengan
mengapungkannya di atas air) sampai jenuh, menimbangnya dalam keadaan
turgid (Wt ) , dan menimbangnya lagi setelah dikeringkan dalam oven pada suhu
85-90C sampai diperoleh massa kering (Wd ) . Kandungan air relatif
menunjukkan banyaknya air dalam contoh awal, sebagai persentase terhadap
banyaknya air dalam jaringan yang terhidrasi penuh:
(W f Wd )
RWC = 100 (2.19)
(Wt Wd )
Daftar Pustaka
- Riandary, H. 2007. Biologi 2. Tiga Serangkai. Solo.
Fisiologi Umum 10
- Santoso M. Si, D. B. 2005. Biologi dan Kecakapan Hidup. Ganeca. Jakarta.
- Salisbury, F.B. dan C.W.Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan jilid 3.
DiterjemahkanOleh Dr. Diah, R. Lukman dan Ir. Sumaryono, MSc., ITB Press,
Bandung.
- Pratiwi, D. 2007. Biologi. Erlangga. Jakarta.
Fisiologi Umum 11