Kasus seperti yang terjadi di Kep.Mentawai dapatlah memiliki kepastian hukum jika saat itu telah ada
pngadilan khusus pemilu, sehingga antar lembaga peradilan tidak saling lempar batu sembunyi tangan
terkait perkara tersebut yang akan bermuara kepada makelar kasus dan permainan uang dalam ruang
lingkup peradilan.
Komisi Yudisial sebagai lembaga yang mengawasi hakim ditolak untuk mengawasi hakim MK sesuai
putusan MK termasuk hakim MK yang mnengani perkara pemilu maupun pemilukada, hal inilah yang
kemudian dapat berubah ketika ada lembaga peradilan khusus pemilu yang kemudian dapat diawasi oleh
Komisi Yudisial karena para hakimnya juga dibawah lingkup peradilan Mahkamah Agung.
Seperti kasus akil mochtar yang terindikasi memenangkan calon dari salah satu partai tertentu yang
kemudian separtai pula dengnnya merupakan salah satu nilai keobjetifitasannya dipertanyakan ketika
ada calon dari DPR yang notabennya merupakan perwakilan partai yang disisipkan di korps tuhan ini,
maka ketika hakim di pengadilan khsus pemilu yang menrupakan hakim karir di MA menangani perkara
pemilu maka subyektifitasnya terhadapa peserta pemilu tidak aka nada, malah obyektifitasnya yang akan
terlihat dari setiap putusan.