Anda di halaman 1dari 109

GAMBARAN TEKANAN DARAH BERDASARKAN FAKTOR

PEMBERAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI PEROKOK DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPUTAT KOTA TANGERANG

SELATAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Meraih Sarjana S-1 Keperawatan (S.Kep.)

Oleh :

ARGA INDERA WAHYUDI

108104000046

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1435 H/2014 M
RIWAYAT HIDUP

Nama : ARGA INDERA WAHYUDI

Jenis Kelamin : laki-laki

Tempat, Tanggal Lahir : Pasuruan, 5 November 1989

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : RT/RW 02/02 Desa Sukorejo, Kec. Pohjentrek, Kab.

Pasuruan, Jawa Timur 67171

Anak ke : Pertama dari dua bersaudara

Telepon : 085755106679

E-Mail : argaindera@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

1994-1996 : TK Dharma Rini VI Pasuruan

1996-2002 : SD Negeri Randusari 1 Pasuruan

2002-2005 : SMP Negeri 2 Pasuruan

2005-2008 : SMA Darul Ulum 2 Jombang

2008-2013 : S1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

PENGALAMAN ORGANISASI

2005-2006 : Paskibraka Kec. Peterongan, Kab. Jombang, Jawa

Timur
2005-2007 : Pengurus HIMSAPODA Asrama Pondok Tinggi PP

Darul Ulum Jombang

2006-2007 : Ketua Departemen Pengembangan Lomba UKIR

SMA Darul Ulum 2 Jombang

2006-2007 : Bendahara IKAPPDAR Komisariat Pasuruan-

Malang-Probolinggo PP Darul Ulum Jombang

2008-2012 : Pengurus BEM FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

2011-2012 : Pengurus CSS MoRA Nasional

2013-2014 : Pengurus PC PMII Ciputat


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Skripsi, Februari 2013
Arga Indera Wahyudi, NIM : 108104000046

Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Faktor Pemberat Hipertensi


pada Pasien Hipertensi Perokok di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat
Kota Tangerang Selatan
xiii+ 77 halaman, 17 tabel, 2 gambar, 4 lampiran

ABSTRAK
Riskesdas 2007 menunjukkan tingginya prevalensi hipertensi di Indonesia
yaitu 31,7% dimana 7,2% mengetahui tentang penyakitnya dan 0,4% yang
minum obat antihipertensi. Banyak faktor yang mempengaruhi hipertensi,
salah satunya merokok. Tingkat konsumsi rokok di Indonesia juga tinggi.
Survei nasional 2004 menyebutkan 63,2% laki-laki adalah perokok. Untuk
mencegah terjadinya keparahan dan penderita hipertensi yang lain maka
perlu diketahui gambaran tekanan darah berdasarkan faktor resiko hipertensi.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran tekanan darah berdasarkan
faktor resiko hipertensi. Jenis penelitian ini kuantitatif dengan desain
penelitian deskriptif. Jumlah sampelnya 106 orang, yaitu pasien hipertensi
perokok yang berada di wilayah kerja Puskesmas Ciputat. Pengambilan
sampel dengan accidental sampling dimana pengumpulan data dilakukan
dengan pengisian kuesioner dan pengukuran tekanan darah.
Hasil penelitian ini seluruh responden berjenis kelamin laki-laki dengan
tekanan darah rata-rata 134,91/89,81mmHg dan mayoritas responden berusia
41-60 tahun, yaitu 49 orang (46,23%). Rata-rata tekanan darah responden
yang merokok >20 batang perhari : 146,5/100,5 mmHg. Rata-rata tekanan
darah responden yang merokok >10 tahun : 139,83/93,17 mmHg. Rata-rata
tekanan darah responden yang mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan
tinggi garam : 146/99,5 mmHg dan 146/98 mmHg. Rata-rata tekanan darah
responden yang jarang/tidak pernah olahraga : 136,76/90,29 mmHg. Serta
rata-rata tekanan darah responden yang tidak patuh dalam pengobatan :
140/93,44 mmHg. Dapat disimpulkan bahwa masih banyak penderita
hipertensi yang merokok dan memiliki kebiasaan hidup yang tidak baik.

Kata Kunci : Hipertensi, Rokok, Riwayat Keluarga, Konsumsi Lemak


Tinggi, Konsumsi Garam Tinggi, olahraga, kepatuhan
pengobatan.
Daftar Bacaan : 56 (1991-2012)

i
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
NURSING SCIENCE STUDY
STATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Paper, February 2013
Arga Indera Wahyudi, NIM : 108104000046

A Description about Blood Tension Based on Hypertension Serious


Factors in Smooking Hypertensionpatients at Working Area of Ciputat
Health Center South Tangerang City
xiii+ 77 pages, 17 table, 2 picture, 4 attachment

ABSTRACT
Prevalence of hypertension in Indonesia, based on Riskesdas 2007, is
high(31,7%). But, just 7,2% people know about their disease and just 0,4%
were taking antihypertensive medication. The risk factors of hypertension is
so many kind, smoking is one of them. Level of cigarette consumption in
Indonesia is high. National survey in 2004 found that 63,4% of men were
smokers. To prevent the occurence and severity of hypertension, we need to
know an overview of risk factors of hypertension
The aim of the study is to describe blood pressure based on the risk factors of
hypertension. This descriptive research had 106 samples, which is smokers
hypertension patients in Working Area of Puskesmas Ciputat,South
Tangerang. Accidental sampling is used. Data collected by filling out the
questionnaire and blood pressure measurements.
The result of the study is the blood pressure of smokers that have level of
cigarettes >20 per day is 146,5/100,5 mmHg. The blood pressure of >10
years smokers 139,83/93,17 mmHg. The blood pressure of respondents that
have high level of fatty consumption is 146/99,5 mmHg, while salty
consumption is 146/98 mmHg. The respondents with low level activity have
136,76/90,29 mmHg. The respondents who do not take medication have
140/93,44 mmHg. The conclusion is so many smoker hypertension patients
who have bad life style that can make their disease worse.

Keyword : Hypertension, Smoking, Genetics, High Fat Consumption,


High Salt consumption, Exercise, Medication Adherence.
References : 56 (1991-2012)

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur kehadirat Allah SWT,

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita nabi

Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabat beserta pengikutnya hingga akhir

zaman.

Atas kekuasaan dan izin Allah SWT Skripsi dengan judul “Gambaran

Tekanan Darah Berdasarkan Faktor Pemberat Hipertensi pada Pasien Hipertensi

Perokok di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan” telah

selesai. Dalam penulisan skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan kelemahan.

Namun, dengan bantuan berbagai pihak skripsi ini dapat terselesaikan.

Oleh karena itu, tiada ungkapan yang lebih pantas diucapkan kecuali

ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. (hc) dr. M. K. Tadjudin Sp. And. Selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep., MKM. Selaku Kepala Program Studi

dan Ibu Ns. Eni Nur’aini Agustini, S.Kep., M.Sc. selaku Sekretaris Program

Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep., MNS. Selaku Dosen Pembimbing

pertama dan Ibu Nia Damiati, S.Kp., MSN. Selaku Dosen Pembimbing kedua

yang senantiasa memberikan waktu dan bimbingannya selama penyusunan

skripsi ini.

iii
4. Ibu Irma Nurbaeti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat. Selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang senantiasa memberikan saran dan masukan selama penulis

melakukan study di Program Study Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Kepala UPT Puskesmas Ciputat beserta staff yang telah memberikan

waktu dan tempat untuk pelaksanaan penelitian dan pengambilan data.

6. Bpk/Ibu Dosen Jurusan Ilmu Keperawatan yang telah memberikan ilmu yang

sangat berguna untuk perbekalan penulis nanti.

7. Ayah (Wahyudi), ibu (Lilik Surti P.) dan Adikku tersayang (Ainun Anugerah

W.) yang selalu sabar mendengarkan keluh kesah, serta memberi nasehat dan

masukan yang sangat membantu.

8. Abi (Khariri Machmud), Umi (Nanik Ni’matus S.) dan Mayli serta Fika yang

telah bersedia menjadi keluarga kedua penulis selama beberapa tahun

perantauan di ibu kota ini.

9. Seluruh keluarga besar Pondok Pesantren Darul Ulum Peterongan Jombang

Jawa Timur, atas segala doa dan petuah yang mengantar dan mengingatkan

penulis dalam perantauan ini.

10. Pihak Kementerian Agama RI seta pengelola PBSB yang telah memberi

kepercayaan kepada penulis untuk mendapatkan beasiswa dalam Program

Beasiswa Santri Berprestasi, sehingga penulis bisa menempuh studi disini.

11. Saudara-saudaraku dalam naungan rumah CSS MoRA, baik CSS MoRA

Nasional maupun CSS MoRA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang memberi

semangat, inspirasi, nasehat, canda, tawa, dan ilmu yang tak henti-hentinya.

iv
12. Sahabat-Sahabatiku dalam wadah kebersamaan PMII, yang memberi siraman

rohani dan mengingatkan akan indahnya syukur kepada-Nya.

13. Teman-teman matrikulasi 2008 pada umumnya, dan teman-teman

keperawatan angkatan 2008 khususnya, atas segala diskusi dan beda pendapat

yang selalu mewarnai.

14. Seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya tugas ini, yang tidak bisa

penulis sebutkan satu persatu. Kehadiran kalian, sekecil apapun, adalah bagian

yang tidak terpisahkan, yang dapat membentuk kepribadian penulis yang

sedemikian rupa ini.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis menyerahkan segalanya

dengan harapan semoga amal baik yang telah dicurahkan guna membantu

penyusunan skripsi ini mendapat balasan. Amiin.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna. Untuk itu, penulis menerima segala bentuk kritik, saran, dan masukan

yang membangun demi perbaikan di masa mendatang.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Jakarta, Maret 2014

Arga Indera Wahyudi

v
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSEMBAHAN

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ............................................................................................................... i

ABSTRACT ............................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xi

DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

A. Latar Belakang .......................................................................................1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................5
C. Tujuan Penelitian....................................................................................5
1. Tujuan Umum .................................................................................5
2. Tujuan Khusus ................................................................................5
D. Manfaat Penelitian..................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................8

A. Tekanan Darah .......................................................................................8


1. Pengertian Tekanan Darah ..............................................................8
2. Mekanisme Kerja Jantung ..............................................................10
vi
3. Pengaturan Tekanan Darah ............................................................11
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah ......................12
B. Hipertensi ..............................................................................................13
1. Pengertian Hipertensi .....................................................................13
2. Kriteria dan Klasifikasi Hipertensi ................................................14
3. Etiologi Hipertensi .........................................................................17
4. Patogenesis .....................................................................................18
5. Faktor Resiko Hipertensi yang Tidak Dapat Dirubah ....................20
6. Faktor Resiko Hipertensi yang Dapat Dirubah ..............................21
7. Penatalaksanaan Hipertensi ............................................................26
8. Pengukuran Tekanan Darah ...........................................................29
C. Kerangka Teori ......................................................................................32

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ...............33

A. Kerangka Konsep ..................................................................................33


B. Definisi Operasional ..............................................................................34

BAB IV METODE PENELITIAN .......................................................................37

A. Jenis Penelitian ......................................................................................37


B. Variabel Penelitian ................................................................................37
C. Lokasi Dan Waktu Penelitian ................................................................37
1. Lokasi Penelitian ............................................................................37
2. Waktu Penelitian ............................................................................38
D. Populasi Dan Sampel ............................................................................38
1. Populasi ..........................................................................................38
2. Sampel ............................................................................................38
3. Cara Pemilihan Sampel ..................................................................40
E. Metode Pengumpulan Data ...................................................................40
F. Instrumen Penelitian ..............................................................................42
G. Teknik Analisa Data ..............................................................................42
1. Analisis Univariat...........................................................................42
H. Pengolahan Data ....................................................................................42
1. Editing ............................................................................................43
2. Coding ............................................................................................43
3. Entri data ........................................................................................43
4. Clening Data...................................................................................43
I. Etika Penelitian .....................................................................................43
1. Lembar Persetujuan ........................................................................43
2. Tanpa Nama ...................................................................................44
3. Kerahasiaan ....................................................................................44

BAB V HASIL PENELITIAN ..............................................................................45

A. Gambaran Tempat Penelitian ................................................................45


1. Gambaran Umum ...........................................................................45
2. Program Puskesmas .......................................................................46
vii
B. Karakteristik Responden .......................................................................47
1. Umur Responden ............................................................................47
2. Riwayat Keturunan Hipertensi dalam Keluarga.............................48
3. Frekuensi Merokok ........................................................................49
4. Lama Merokok ...............................................................................49
5. Kebiasaan Konsumsi Makanan dengan Kadar Lemak Tinggi .......50
6. Kebiasaan Konsumsi Makanan dengan Kadar Garam Tinggi .......51
7. Aktifitas Olah Raga ........................................................................51
8. Kepatuhan Pengobatan ...................................................................52
C. Analisis Univariat ..................................................................................53
1. Tekanan Darah ................................................................................53
2. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Frekuensi Merokok .........53
3. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Lama Merokok. ...............54
4. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi
Makanan Tinggi Lemak ..................................................................56
5. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi
Makanan Tinggi Garam ..................................................................57
6. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Aktifitas Olah Raga .........58
7. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Kepatuhan Pengobatan...59

BAB VI PEMBAHASAN .......................................................................................60

A. Karakteristik Responden .......................................................................60


1. Umur Responden .............................................................................60
2. Jenis Kelamin responden .................................................................61
3. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Riwayat Keturunan
Hipertensi dalam Keluarga ..............................................................62
B. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Faktor Pemberat Hipertensi.. 63
1. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Frekuensi Merokok .........63
2. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Lama Merokok ................65
3. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi
Makanan Tinggi Lemak ..................................................................66
4. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi
Makanan Tinggi Garam ..................................................................68
5. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Aktifitas Olah Raga .........70
6. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Kepatuhan pengobatan... 71
C. Keterbatasan Penelitian .........................................................................74

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................75

A. Simpulan................................................................................................75
B. Saran ......................................................................................................76

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC VII ...........................................15

Tabel 2. Definisi Operasional ..................................................................................34

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur .................................48

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Keturunan

Hipertensi dalam Keluarga.........................................................................48

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi Merokok ...........49

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Merokok ..................49

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi

Makanan dengan Kadar Lemak Tinggi ......................................................50

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi

Makanan dengan Kadar Garam Tinggi ......................................................51

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Olahraga ............................52

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepatuhan Pengobatan... 52

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Responden .....................................53

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Frekuensi Merokok.. 54

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Lama Merokok .........55

Tabel 14. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi

Makanan Tinggi Lemak...........................................................................56

Tabel 15. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi

Makanan Tinggi Garam .............................................................................57

Tabel 16. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Aktifitas Olahraga ... 58

ix
Tabel 17. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Kepatuhan

Pengobatan .................................................................................................59

x
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Teori .......................................................................................32

Gambar 2. Kerangka Konsep ...................................................................................33

xi
DAFTAR SINGKATAN

C.O = Cardiac Output

Ditjen = Direktorat Jenderal

HDL = High Density Lipoprotein

JNC = The Joint National Committee on Prevention, Detection

and Treathment of High Blood Pressure

KTP = Kartu Tanda Penduduk

LDL = Low Density Lipoprotein

mEq = mili Equivalen

mg/dL = mili gram per desi liter

ml = mili liter

mm = mili meter

mmHg = milimeter hydrargyrum

Puskesmas = Pusat Kesehatan Masyarakat

RISKESDAS = Riset Kesehatan Dasar

SFA = Saturated Fatty Acid

SV = stroke volume

TD = Tekanan Darah

WHO = World Health Organization

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Cara Ukur Tekanan Darah

Lampiran 2. Informed Consent

Lampiran 3. Kuisioner

Lampiran 4. Surat Penelitian

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan terjadinya transisi epidemiologi saat ini, terjadi perubahan

pola penyakit dari penyakit infeksi menjadi non infeksi (penyakit degeneratif)

seperti penyakit jantung, hipertensi, ginjal dan stroke yang akhir-akhir ini banyak

terjadi di masyarakat. Penyakit-penyakit tersebut digolongkan kedalam penyakit

tidak menular yang frekuensi kejadiannya mulai meningkat seiring dengan

perkembangan teknologi, perubahan pola makan, gaya hidup serta kemajuan

ekonomi bangsa (Bustan, 2000).

Salah satu masalah kesehatan masyarakat yang sedang dihadapi saat ini

dalam pembangunan kesehatan di Indonesia adalah beban ganda penyakit, yaitu

disatu pihak masih adanya penyakit infeksi yang harus ditangani dan dilain pihak

semakin meningkatnya penyakit tidak menular. Proporsi angka kematian penyakit

tidak menular meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi 59,5% pada tahun

2007 (Depkes RI., 2010).

Hipertensi sendiri merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan

angka kesakitan yang tinggi. Hipertensi akan memberi gejala yang berlanjut untuk

suatu target organ seperti otak (stroke), pembuluh darah jantung (penyakit jantung

koroner), otot jantung (left ventricle hypertrophy) (Bustan, 2000). Hipertensi

sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer) karena termasuk dalam

penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu

sebagai peringatan bagi korbannya (Sustrani, 2006).

1
2

Prevalensi Hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi.

Selain itu, akibat yang ditimbulkannya menjadi masalah kesehatan masyarakat.

Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap

kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah. Hipertensi sering tidak

menunjukkan gejala, sehingga baru disadari bila telah menyebabkan gangguan

organ seperti gangguan fungsi jantung atau stroke. Tidak jarang hipertensi

ditemukan secara tidak sengaja pada waktu pemeriksaan kesehatan rutin atau

datang dengan keluhan lain (Depkes RI, 2010).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan, sebagian besar

kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil

pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi

hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, dimana hanya 7,2% penduduk yang sudah

mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat

hipertensi.

Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan menggunakan

sphygmomanometer. Menurut WHO batas normal tekanan darah adalah 120-140

mmHg tekanan sistolik dan 80-90 mmHg tekanan diastolik. Seseorang

dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya lebih dari 140/90 mmHg.

Sedangkan menurut JNC VII 2003 tekanan darah pada orang dewasa dengan usia

diatas 18 tahun diklasifikasikan menderita hipertensi stadium I apabila tekanan

sistoliknya 140-159 mmHg dan tekanan diastoliknya 90-99 mmHg.

Diklasifikasikan menderita hipertensi stadium II apabila tekanan sistoliknya lebih

160 mmHg dan diastoliknya lebih dari 100 mmHg sedangkan hipertensi stadium
3

III apabila tekanan sistoliknya lebih dari 180 mmHg dan tekanan diastoliknya

lebih dari 116 mmHg (Sustrani, 2006).

Faktor risiko hipertensi antara lain adalah : faktor genetik, umur, jenis

kelamin, etnis, stress, obesitas, asupan garam, dan kebiasaan merokok. Hipertensi

bersifat diturunkan atau bersifat genetik. Individu dengan riwayat keluarga

hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi

daripada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.

Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia, dan pria

memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal. Hipertensi

lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam daripada yang berkulit putih.

Obesitas dapat meningkatkan kejadian hipertensi. Hal ini disebabkan lemak dapat

menimbulkan sumbatan pada pembuluh darah sehingga dapat meningkatkan

tekanan darah. Asupan garam yang tinggi akan menyebabkan pengeluaran

berlebihan dari hormon natriouretik yang secara tidak langsung akan

meningkatkan tekanan darah. Kebiasaan merokok berpengaruh dalam

meningkatkan risiko hipertensi walaupun mekanisme timbulnya hipertensi belum

diketahui secara pasti (Sitepoe, 1997).

Hasil study pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti ditemukan bahwa dari

10 pasien hipertensi, 7 diantaranya aktif merokok walaupun responden juga

mengetahui bahwa merokok dapat menganggu kesehatan dan meningkatkan

tekanan darah. Sedangkan 3 orang lainnya tidak merokok. Berdasarkan study

pendahuluan tersebut ditemukan fenomena bahwa walaupun responden telah

mengehaui bahwa dirinya terkena hipertensi namun responden tetap melakukan

kebiasaan yang dapat memperberat hipertensi responden, seperti merokok.


4

Beberapa cara untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi

antara lain dengan cara menurunkan berat badan berlebih (obesitas), pembatasan

asupan garam, melakukan olah raga teratur, berhenti merokok dan minum obat

secara teratur (Depkes, 2008). Sitepoe (1997) berpendapat bahwa beberapa zat

kimia dalam rokok bersifat kumulatif, sehingga pada kurun waktu yang lama

dosis racun akan mencapai titik toksin sehingga kelihatan gejala yang

ditimbulkannya. Sedangkan Sitorus (2005) menyatakan merokok sebatang setiap

hari akan meningkatkan tekanan darah sistolik 10-25 mmHg serta menambah

detak jantung 5-20 kali/menit.

Konsumsi pangan tinggi lemak juga dapat menyebabkan penyumbatan

pembuluh darah yang dikenal dengan aterosklerosis (Almatsier 2003). Asupan

garam yang tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari hormon

natriouretik yang secara tidak langsung akan meningkatkan tekanan darah

(Sitepoe, 1997). Olahraga menyebabkan perubahan besar dalam sistem sirkulasi

dan pernapasan, dimana keduanya berlangsung bersamaan sebagai bagian dari

respon homeostatik. Respon tubuh terhadap olahraga yang melibatkan kontraksi

otot dapat berupa peningkatan kecepatan denyut jantung (Amira, 2009). Menurut

Wolff (2006) menjelaskan bahwa diseluruh dunia sekitar 20% dari semua pasien

hipertensi yang di diagnosis untuk minum obat yang diresepkan oleh dokter

sedangkan menurut Departemen Kesehatan 2006, hanya 50% pasien yang

diresepkan obat antihipertensi tidak minum obat sesuai anjuran tenaga kesehatan.
5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena yang ditemukan peneliti dalam study pendahuluan

dan berdasarkan uraian latar belakang tersebut penulis tertarik untuk meneliti

gambaran tekanan darah berdasarkan faktor-faktor yang memperberat hipertensi

pada pasien hipertensi perokok di wilayah kerja Puskesmas Ciputat, Kota

Tangerang Selatan.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum :

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran tekanan darah

berdasarkan faktor-faktor yang memperberat resiko hipertensi pada pasien

hipertensi perokok di wilayah kerja Puskesmas Ciputat, Kota Tangerang

Selatan.

2. Tujuan Khusus :

a. Untuk mengetahui karakteristik responden, antara lain berdasarkan usia,

jenis kelamin, riwayat keturunan hipertensi dalam keluarga, frekuensi dan

lama merokok, kebiasaan konsumsi makanan dengan kadar lemak dan

garam tinggi, aktifitas olahraga dan kepatuhan pengobatan.

b. Untuk mengetahui gambaran tekanan darah berdasarkan frekuensi

merokok pada pasien hipertensi perokok di wilayah kerja Puskesmas

Ciputat.

c. Untuk mengetahui gambaran tekanan darah berdasarkan lama merokok

pada pasien hipertensi perokok di wilayah kerja Puskesmas Ciputat.


6

d. Untuk mengetahui gambaran tekanan darah berdasarkan kebiasaan

konsumsi makanan dengan kadar lemak tinggi pada pasien hipertensi

perokok di wilayah kerja Puskesmas Ciputat.

e. Untuk mengetahui gambaran tekanan darah berdasarkan kebiasaan

konsumsi makanan dengan kadar garam tinggi pada pasien hipertensi

perokok di wilayah kerja Puskesmas Ciputat.

f. Untuk mengetahui gambaran tekanan darah berdasarkan aktifitas olahraga

pada pasien hipertensi perokok di wilayah kerja Puskesmas Ciputat.

g. Untuk mengetahui gambaran tekanan darah berdasarkan kepatuhan

pengobatan pada pasien hipertensi perokok di wilayah kerja Puskesmas

Ciputat.

D. Manfaat Penelitian

1. Untuk klien dan masyarakat :

Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada klien dan masyarakat untuk

merubah gaya hidupnya ke arah yang lebih sehat.

2. Untuk institusi pendidikan :

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk menambah wawasan

tentang gambaran tekanan darah berdasarkan faktor-faktor yang memperberat

hipertensi pada pasien hipertensi perokok bagi semua mahasiswa

keperawatan sebagai sumber ilmu dan informasi.

3. Untuk peneliti :

Penelitian ini dapat memberikan pengalaman yang berharga bagi peneliti

untuk melakukan penelitian.


7

4. Untuk penelitian yang akan datang :

Hasil penelitian dapat dijadikan data dasar dalam pengembangan penelitian

lain dengan ruang lingkup yang sama.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tekanan Darah

1. Pengertian Tekanan Darah

Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap

dinding pembuluh darah, bergantung pada volume darah yang terkandung di

dalam pembuluh dan compliance, atau daya regang (distensibility) dinding

pembuluh yang bersangkutan. Apabila volume darah yang masuk arteri sama

dengan volume darah yang meninggalkan arteri selama periode yang sama,

tekanan darah arteri akan konstan. Namun yang terjadi, selama sistol ventrikel,

volume sekuncup darah masuk arteri-arteri dari ventrikel, sementara hanya

sekitar sepertiga darah dari jumlah tersebut yang meninggalkan arteri untuk

masuk ke arteriol-arteriol. Selama diastol, tidak ada darah yang masuk ke

dalam arteri, sementara darah terus meninggalkan mereka, terdorong oleh

recoil elastik. Tekanan maksimum yang ditimbulkan di arteri sewaktu darah

disemprotkan masuk ke dalam arteri selama sistol, atau tekanan sistolik, rata-

rata adalah 120 mmHg. Tekanan minimum di dalam arteri sewaktu darah

mengalir keluar selama diastol, yakni tekanan diastolik, rata-rata 80 mmHg.

Tekanan arteri tidak turun menjadi 0 mmHg karena timbul kontraksi jantung

berikutnya dan mengisi kembali arteri sebelum semua darah keluar

(Sherwood, 2001).

Tekanan darah merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri oleh

darah yang didorong dengan tekanan dari jantung. Tekanan sistemik (arteri

8
9

darah), merupakan tekanan darah dalam sistem arteri tubuh, adalah indikator

yang baik tentang kesehatan kardiovaskuler. Aliran darah mengalir pada

sistem sirkulasi karena perubahan tekanan. Darah mengalir dari daerah yang

tekanannya tinggi ke daerah yang tekanannya rendah. Kontraksi jantung

mendorong darah dengan tekanan tinggi aorta. Puncak dari tekanan

maksimum saat ejeksi terjadi adalah tekanan sistolik. Pada saat ventrikel

relaks, darah yang tetap dalam arteri menimbulkan tekanan diastolik atau

minimum. Tekanan diastolik adalah tekanan minimal yang mendesak dinding

arteri setiap waktu (Poter & Perry, 2005).

Tekanan darah hampir selalu dinyatakan dalam millimeter air raksa

(mm Hg) karena manometer air raksa telah dipakai sebagai rujukan baku

untuk pengukuran tekanan darah dalam sejarah Fisiologi. Kadang-kadang

tekanan juga dinyatakan dalam sentimeter air (Guyton, 1997). Tetapi, unit

standar untuk pengukuran tekanan darah adalah millimeter air raksa (mm Hg).

Pengukuran menandakan sampai setinggi mana tekanan darah dapat mencapai

kolom air raksa. Tekanan darah dicatat dengan pembacaan sistolik sebelum

diastolik (misal : 120/80 mmHg). Bila seseorang mengatakan bahwa tekanan

dalam suatu pembuluh darah adalah 50 mm Hg, maka berarti bahwa kekuatan

yang dikerahkan adalah cukup untuk mendorong suatu kolom air raksa ke atas

sampai setinggi 50 mm. Bila tekanan adalah 100 mm Hg, maka kolom air

raksa akan didorong setinggi 100 mm. (Guyton, 1997). Perbedaan antara

sistolik dengan diastolik adalah tekanan nadi. Untuk tekanan darah 120/80

mmHg, tekanan nadi adalah 40 (Poter & Perry, 2005)


10

2. Mekanisme Kerja Jantung

Dalam melakukan kerjanya jantung mempunyai tiga periode yaitu:

a. Periode Konstriksi (periode sistole)

Periode konstriksi merupakan suatu keadaan dimana jantung bagian

ventrikel dalam keadaan menguncup. Katup bikus dan trikuspidalis dalam

keadaan tertutup valvula semilinaris aorta dan valvula semilunaris arteri

pulmonalis terbuka, sehingga darah dari ventrikel dekstra mengalir ke

arteri pulmonalis masuk ke paruparu kiri dan kanan, sedangkan darah dari

ventrikel sinistra mengalir ke aorta kemudian dialirkan ke seluruh tubuh

(Lawson, 2007).

b. Periode dilatasi (periode diastole)

Periode diastole merupakan suatu keadaan dimana jantung

mengembang. Katup bikuspidalis dan trikuspidalis terbuka sehingga darah

dari atrium sinistra masuk ke ventrikel sinistra dan darah dari atrium

dekstra masuk ke ventrikel dekstra. Selanjutnya darah yang ada di paru-

paru kiri dan kanan melalui vena pulmonalis masuk ke atrium sinistra dan

darah dari seluruh tubuh melalui vena cava masuk ke atrium dekstra

(Lawson, 2007).

c. Periode istirahat

Peride istirahat yaitu waktu antara periode konstriksi (sistole) dan

dilatasi (diastole) dimana jantung berhenti kira-kira 1/10 detik (Lawson,

2007).
11

3. Pengaturan Tekanan Darah

Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa

cara sebagai berikut: (Aditama, 2005)

a. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan

pada setiap detiknya.

b. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka

tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri

tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk

melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan

naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, di mana dinding

arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara

yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi,

yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena

perangsangan saraf atau hormone di dalam darah.

c. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya

tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga

tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh.

Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga

meningkat. Sebaliknya jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri

mengalami pelebaran dan banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka

tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil. Penyesuaian

terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam

fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari system saraf yang

mengatur berbagai fungsi secara otomatis).


12

Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom, yang

untuk sementara waktu berfungsi untuk: (Aditama, 2005)

a. Meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight (reaksi fisik

tubuh terhadap ancaman dari luar).

b. Meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung, juga

mempersempit sebagian besar arteiola, tetapi memperlebar arteriola di

daerah tertentu (misalnya otot rangka, yang memerlukan pasokan darah

yang lebih banyak).

c. Mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan

meningkatkan volume darah dalam tubuh.

d. Melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin),

yang merangsang jantung dan pembuluh darah.

4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Suatu tekanan darah dipengaruhi oleh Cardiac Output (C.O) dan

resistensi perifer (TPR). Bila salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan

darah mengalami kenaikan, maka tekanan darah akan mengalami peningkatan.

Bisa disebabakan oleh C.O yang meningkat dan atau TPR yang meningkat.

a. Cardiac Output merupakan volume darah yang dipompakan oleh ventrikel

dalam unit waktu. C.O dapat dihitung melalui denyut jantung (Heart Rate)

yang dikalikan dengan stroke volume (SV). Stroke Volume merupakan

jumlah darah yang dipompakan dalam sekali denyut jantung, yaitu sekitar

70 mL (Majid, 2005).
13

b. Resistensi perifer total dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu, viskositas

(kekentalan) darah, panjang pembuluh, dan jari-jari pembuluh. Viskositas

mengarah pada pergeseran antara molekul suatu cairan yang timbul ketika

molekul tersebut bergesekan satu sama lain selama cairan mengalir.

Semakin besar viskositas maka semakin besar resistensi terhadap aliran.

Jadi, semakin kental suatu cairan maka semakin tinggi pula tingkat

viskositasnya. Pergesekan darah yang terjadi pada lapisan dalam pembuluh

sewaktu mengalir, menyebabkan semakin besar luas permukaan yang

berkontak dengan darah, sehingga resistensi terhadap aliran pun

meningkat. Luas permukaan dipengaruhi oleh panjang (L) dan jari-jari (r)

pembuluh. Pada kenyataannya, jari-jari arteriol adalah pembuluh resistensi

utama pada pohon vaskuler. Berbeda dengan resistensi arteri yang rendah,

resistensi arteriol yang tinggi menyebabkan penurunan yang bermakna

terhadap tekanan rata-rata ketika darah mengalir melalui pembuluh-

pembuluh ini (Sherwood, 2001).

B. Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik

sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg (Price &

Wilson, 2006). Sedangkan menurut WHO, hipertensi atau tekanan darah

tinggi yaitu tekanan darah sistole sama dengan atau diatas 140 mmHg,

diastole di atas 90 mmHg (Mansjoer, 2000). Hipertensi merupakan tekanan

darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling tidak pada tiga
14

kesempatan yang berbeda (dilakukan 4 jam sekali). Dianggap mengalami

hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140 mmHg sistolik atau

90 mmHg diastolik (Corwin, 2000).

Selain itu menurut The Seventh Report of The Joint National

Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High

Blood Pressure (JNC VII) hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik >

140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik > 90 mmHg. Tekanan darah 120-

139/80-89 mmHg dikategorikan sebagai prehipertensi. Seseorang yang

memiliki tekanan darah pada batas tersebut memiliki risiko dua kali lipat

untuk menderita hipertensi dibandingkan dengan mereka yang tekanan

darahnya normal.

Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan

angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Basha, 2008).

Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada

pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa

oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan.

Hipertensi seringkali disebut sebagai pembunuh gelap (Silent Killer), karena

termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya

lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya (Sustrani, 2006).

2. Kriteria dan Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan,

yaitu (Mansjoer, 2000) :


15

a. Hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui

penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik, terdapat sekitar 95% kasus.

Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan,

hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek

dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraselular, dan faktor-faktor

yang meningkatkan risiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta

polisitemia.

b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal, terdapat sekitar 5% kasus.

Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit

ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom

Cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan

dengan kehamilan, dan lain-lain.

Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC VII

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal < 120 < 80

Pre Hipertensi 120-139 80-89

Hipertensi

Derajat 1 140-159 90-99

Derajat 2 >160 >100

Sumber : Klasifikasi Pengukuran Tekanan Darah Orang Dewasa dengan

Usia diatas 18 Tahun Menurut The Seventh Report of The Joint National

Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High

Blood Pressure (JNC 7), Tahun 2003.


16

Klasifikasi hipertensi menurut bentuknya ada dua yaitu hipertensi

sistolik dan hipertensi diastolik. Pertama yaitu hipertensi sistolik adalah

jantung berdenyut terlalu kuat sehingga dapat meningkatkan angka sistolik.

Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri bila jantung

berkontraksi (denyut jantung). Ini adalah tekanan maksimum dalam arteri

pada suatu saat dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai

tekanan atas yang nilainya lebih besar. Kedua yaitu hipertensi diastolik terjadi

apabila pembuluh darah kecil menyempit secara tidak normal, sehingga

memperbesar tahanan terhadap aliran darah yang melaluinya dan

meningkatkan tekanan diastoliknya. Tekanan darah diastolik berkaitan

dengan tekanan dalam arteri bila jantung berada dalam keadaan relaksasi

diantara dua denyutan. Sedangkan faktor yang mempengaruhi prevalensi

hipertensi antara lain ras, umur, obesitas, asupan garam yang tinggi, adanya

riwayat hipertensi dalam keluarga (Arjatmo, 2001).

Klasifikasi hipertensi menurut sebabnya dibagi menjadi dua yaitu

primer dan sekunder. Hipertensi primer merupakan jenis yang penyebab

spesifik tidak diketahui. Sedangkan hipertensi sekunder merupakan jenis yang

penyebab spesifiknya dapat diketahui. Penderita hipertensi sekunder ada 5%-

10% kasus. Pada hipertensi penyebab dan patofisiologinya sudah diketahui

sehingga dapat dikendalikan dengan obat-obatan atau pembedahan (Arjatmo

& Hendra, 2001). Penyebab paling sering dari hipertensi sekunder adalah

adanya kelainan dan keadaan dari sistem organ lain seperti ginjal (gagal ginjal

kronik, glomerolus nefritis akut), kelainan endokrin (tumor kelenjar adrenal,


17

sindroma cushing) serta bisa diakibatkan oleh penggunaan obat-obatan

(kortikosteroid dan hormonal) (Sustrani, 2006).

Klasifikasi hipertensi menurut gejala dibedakan menjadi dua yaitu

hipertensi Benigna dan hipertensi Maligna. Hipertensi Benigna adalah

keadaan hipertensi yang tidak menimbulkan gejala-gejala, biasanya

ditemukan pada saat penderita dicek up. Hipertensi Maligna adalah keadaan

hipertensi yang membahayakan biasanya disertai dengan keadaan kegawatan

yang merupakan akibat komplikasi organ-organ seperti otak, jantung dan

ginjal (Wardoyo, 1996).

3. Etiologi Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang

beragam. Pada kebanyakan pasien etiologi patofisiologinya tidak diketahui

(essensial atau hipertensi primer). Hipertensi primer ini tidak dapat

disembuhkan tetapi dapat dikontrol. Kelompok lain dari populasi dengan

persentase rendah mempunyai penyebab yang khusus, dikenal sebagai

hipertensi sekunder. Banyak penyebab hipertensi sekunder; endogen maupun

eksogen. Bila penyebab hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi

pada pasien-pasien ini dapat disembuhkan secara potensial (Ditjen Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2006).

a. Hipertensi primer (esensial)

Hipertensi primer adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri

yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik

normal, Hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya dan mencakup ± 90%


18

dari kasus hipertensi. Pada umumnya hipertensi esensial tidak disebabkan

oleh faktor tunggal, melainkan karena berbagai faktor yang saling

berkaitan. Salah satu faktor yang paling mungkin berpengaruh terhadap

timbulnya hipertensi esensial adalah faktor genetik karena hipertensi

sering turun temurun dalam suatu keluarga. (Ditjen Bina Kefarmasian dan

Alat Kesehatan, 2006).

b. Hipertensi sekunder

Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan penderita hipertensi

sekunder dari berbagai penyakit atau obat-obat tertentu yang dapat

meningkatkan tekanan darah. Disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis

atau penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering.

Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat

menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan menaikkan

tekanan darah. Apabila penyebab sekunder dapat diidentifikasi, dengan

menghentikan obat atau mengobati/mengoreksi penyakit yang menyertai

merupakan tahap awal penanganan hipertensi sekunder (Ditjen Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2006).

4. Patogenesis

Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tekanan perifer.

Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tekanan perifer akan

mempengaruhi tekanan darah seperti asupan garam yang tinggi, faktor

genetik, stres, obesitas, faktor endotel. Selain curah jantung dan tahanan

perifer sebenarnya tekanan darah dipengaruhi juga oleh tebalnya atrium


19

kanan, tetapi tidak mempunyai banyak pengaruh. Dalam tubuh terdapat

sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang

disebabkan oleh gangguan sirkulasi yang berusaha untuk mempertahankan

kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang. (Beevers et al, 2002).

Sistem pengendalian tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian

dimulai dari sistem yang bereaksi dengan cepat misalnya reflek

kardiovaskuler melalui sistem saraf, reflek kemoreseptor, respon iskemia,

susunan saraf pusat yang berasal dari atrium, arteri pulmonalis otot polos.

Dari sistem pengendalian yang bereaksi sangat cepat diikuti oleh sistem

pengendalian yang bereaksi kurang cepat, misalnya perpindahan cairan antara

sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang dikontrol hormon angiotensin dan

vasopresin. Kemudian dilanjutkan sistem yang poten dan berlangsung dalam

jangka panjang misalnya kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang

dipertahankan oleh sistem yang mengatur jumlah cairan tubuh yang

melibatkan berbagai organ. Peningkatan tekanan darah pada hipertensi primer

dipengaruhi oleh beberapa faktor genetik yang menimbulkan perubahan pada

ginjal dan membrane sel, aktivitas saraf simpatis dan renin, angiotensin yang

mempengaruhi keadaan hemodinamik, asupan natrium dan metabolisme

natrium dalam ginjal serta obesitas dan faktor endotel. (Beevers et al, 2002).

Akibat yang ditimbulkan dari penyakit hipertensi antara lain

penyempitan arteri yang membawa darah dan oksigen ke otak, hal ini

disebabkan karena jaringan otak kekurangan oksigen akibat penyumbatan

atau pecahnya pembuluh darah otak dan akan mengakibatkan kematian pada

bagian otak yang kemudian dapat menimbulkan stroke. Komplikasi lain yaitu
20

rasa sakit ketika berjalan kerusakan pada ginjal dan kerusakan pada organ

mata yang dapat mengakibatkan kebutaan (Beevers et al, 2002). Gejala–

gejala hipertensi antara lain sakit kepala, jantung berdebar-debar, sulit

bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat beban kerja, mudah lelah,

penglihatan kabur, wajah memerah, hidung berdarah, sering buang air kecil

terutama di malam hari telingga berdering (tinnitus) dan dunia terasa berputar

(Sustrani, 2006).

5. Faktor Resiko Hipertensi yang Tidak Dapat Dirubah

Berikut ini adalah beberapa faktor resiko hipertensi yang tidak dapat dirubah :

a. Faktor Keturunan atau Gen

Kasus hipertensi esensial 70%-80% diturunkan dari orang tuanya.

Apabila riwayat hipertensi di dapat pada kedua orang tua maka dugaan

hipertensi esensial lebih besar bagi seseorang yang kedua orang tuanya

menderita hipertensi ataupun pada kembar monozygot (sel telur) dan salah

satunya menderita hipertensi maka orang tersebut kemungkinan besar

menderita hipertensi. Penelitian yang dilakukan pada orang kembar yang

dibesarkan secara terpisah atau bersama dan juga terdapat pada anak-anak

bukan adopsi telah dapat mengungkapkan seberapa besar tekanan darah

dalam keluarga yang merupakan akibat kesamaan dalam gaya hidup.

Berdasarkan penelitian tersebut secara kasar, sekitar separuh tekanan darah

di antara orang-orang tersebut merupakan akibat dari faktor genetika dan

separuhnya lagi merupakan akibat dari faktor pola makan sejak masa awal

kanak-kanak (Beevers et al, 2002).


21

b. Faktor Jenis Kelamin (Gender)

Wanita penderita hipertensi diakui lebih banyak dari pada laki-laki.

Tetapi wanita lebih tahan dari pada laki-laki tanpa kerusakan jantung dan

pembuluh darah. Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita

hipertensi dari pada wanita. Pada pria hipertensi lebih banyak disebabkan

oleh pekerjaan, seperti perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan.

Sampai usia 55 tahun pria beresiko lebih tinggi terkena hipertensi

dibandingkan wanita. Menurut Edward D. Frohlich seorang pria dewasa

akan mempunyai peluang lebih besar yakni satu di antara 5 untuk

mengidap hipertensi (Sustrani, 2006).

c. Faktor Usia

Tekanan darah cenderung meningkat seiring bertambahnya usia,

kemungkinan seseorang menderita hipertensi juga semakin besar. Pada

umumnya penderita hipertensi adalah orang-orang yang berusia 40 tahun

namun saat ini tidak menutup kemungkinan diderita oleh orang berusia

muda. Boedhi Darmoejo dalam tulisannya yang dikumpulkan dari

berbagai penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa

1,8%-28,6% penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita

hipertensi (Beevers at al, 2002).

6. Faktor Resiko Hipertensi yang Dapat Dirubah

Faktor-faktor resiko hipertensi dibawah ini dapat menjadi faktor yang

dapat memperberat keadaan hipertensi seseorang apabila pasien hipertensi

tidak dapat mengendalikan gaya hidup sehat. Berikut adalah faktor resiko
22

hipertensi yang dapat dirubah atau juga bisa diesebut sebagai faktor yang

dapat memperberat hipertensi :

a. Frekuensi Merokok

Jumlah rokok yang dihisap dapat dalam satuan batang, bungkus, pak

per hari. Jenis rokok dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu :

1) Perokok Ringan disebut perokok ringan apabila merokok kurang dari

10 batang per hari.

2) Perokok Sedang disebut perokok sedang jika menghisap 10 – 20 batang

per hari.

3) Perokok Berat disebut perokok berat jika menghisap lebih dari 20

batang per hari (Bustan, 2000).

b. Lama Merokok

Adanya dampak lama merokok terhadap tekanan darah sangat

beralasan, sebab semakin awal seseorang merokok, makin sulit untuk

berhenti merokok. Rokok juga mempunyai dose-respone effect, dimana

semakin muda usia merokok, akan semakin besar pengaruhnya karena

akan lebih banyak toksin yang menumpuk di dalam tubuh sehingga pada

kurun waktu yang lama dosis racun akan mencapai titik toksin sehingga

kelihatan gejala yang ditimbulkannya (Smet, 1994).

Walaupun peningkatan tekanan darah tidak begitu tampak namun

dalam waktu yang lama (10-20 tahun), dampak rokok akan terasa sehingga

dapat mengakibatkan beberapa penyakit yang berbahaya seperti stroke,

infark miokardium, jantung, impotensi, kanker dan lain-lain (Rustan,

2006)
23

Sitepoe (1997) berpendapat bahwa beberapa zat kimia dalam rokok

bersifat kumulatif, sehingga pada kurun waktu yang lama dosis racun akan

mencapai titik toksin sehingga kelihatan gejala yang ditimbulkannya.

Akumulasi yang berlebihan ini lama-kelamaan dapat mengganggu tekanan

darah si perokok hingga akhirnya dapat terjadi hipertensi.

c. Faktor Konsumsi Lemak

Konsumsi pangan tinggi lemak juga dapat menyebabkan

penyumbatan pembuluh darah yang dikenal dengan aterosklerosis. Lemak

yang berasal dari minyak goreng tersusun dari asam lemak jenuh rantai

panjang (long-saturated fatty acid). Keberadaannya yang berlebih di

dalam tubuh akan menyebabkan penumpukan dan pembentukan plak di

pembuluh darah. Pembuluh darah menjadi semakin sempit dan

elastisitasnya berkurang. Kandungan lemak atau minyak yang dapat

mengganggu kesehatan jika jumlahnya berlebih lainnya adalah :

kolesterol, trigliserida, low density lipoprotein (LDL) (Almatsier 2003).

Jeroan (usus, hati, babat, lidah, jantung, dan otak, paru) banyak

mengandung asam lemak jenuh (saturated fatty acid/ SFA). Jeroan

mengandung kolesterol 4-15 kali lebih tinggi dibandingkan dengan daging.

Secara umum, asam lemak jenuh cenderung meningkatkan kolesterol

darah, 25-60% lemak yang berasal dari hewani dan produknya merupakan

asam lemak jenuh. Setiap peningkatan 1% energi dari asam lemak jenuh,

diperkirakan akan meningkatkan 2.7 mg/dL kolesterol darah, akan tetapi

hal ini tidak terjadi pada semua orang. Lemak jenuh terutama berasal dari

minyak kelapa, santan dan semua minyak lain seperti minyak jagung,
24

minyak kedelai yang mendapat pemanasan tinggi atau dipanaskan

berulang-ulang. Kelebihan lemak jenuh akan menyebabkan peningkatan

kadar LDL kolesterol (Almatsier 2003).

d. Faktor Konsumsi Garam

WHO (1990) menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur

hingga 6 gram sehari (sama dengan 2400 mg Natrium). Konsumsi garam

memiliki efek langsung terhadap tekanan darah. Masyarakat yang

mengkonsumsi garam yang tinggi dalam pola makannya juga adalah

masyarakat dengan tekanan darah yang meningkat seiring bertambahnya

usia. Sebaliknya, masyarakat yang konsumsi garamnya rendah

menunjukkan hanya mengalami peningkatan tekanan darah yang sedikit,

seiring dengan bertambahnya usia (Beevers et al, 2002).

Natrium bersama klorida yang terdapat dalam garam dapur dalam

jumlah normal dapat membantu tubuh mempertahankan keseimbangan

cairan tubuh untuk mengatur tekanan darah. Namun natrium dalam jumlah

yang berlebih dapat menahan air (retensi), sehingga meningkatkan volume

darah. Akibatnya jantung harus bekerja lebih keras untuk memompanya

dan tekanan darah menjadi naik (Sustrani, 2006).

e. Aktivitas Fisik (Olahraga)

Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi

karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tekanan darah.

Kurangnya melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan

timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan

memudahkan timbulnya hipertensi (Arjatmo & Hendra, 2001). Meskipun


25

tekanan darah meningkat secara tajam ketika sedang berolahraga, namun

jika berolahraga secara teratur akan lebih sehat dan memiliki tekanan

darah lebih rendah dari pada mereka yang melakukan olah raga. Olahraga

yang teratur dalam jumlah sedang lebih baik dari pada olahraga berat

tetapi hanya sekali (Beevers et al, 2002).

f. Stres Pekerjaan

Hampir semua orang di dalam kehidupan mereka mengalami stress

berhubungan dengan pekerjaan mereka. Hal ini dapat dipengaruhi karena

tuntutan kerja yang terlalu banyak (bekerja terlalu keras dan sering kerja

lembur) dan jenis pekerjaan yang harus memberikan penilaian atas

penampilan kerja bawahannya atau pekerjaan yang menuntut tanggung

jawab bagi manusia. Stres pada pekerjaan cenderung menyebabkan

hipertensi berat. Sumber stres dalam pekerjaan (Stressor) meliputi beban

kerja, fasilitas kerja yang tidak memadai, peran dalam pekerjaan yang

tidak jelas, tanggung jawab yang tidak jelas, masalah dalam hubungan

dengan orang lain, tuntutan kerja dan tuntutan keluarga (Smet, 1994).

Beban kerja meliputi pembatasan jam kerja dan meminimalkan kerja

shift malam. Jam kerja yang diharuskan adalah 6-8 jam setiap harinya.

Sisanya (16-18 jam setiap harinya) digunakan untuk keluarga dan

masyarakat, istirahat, tidur, dan lain-lain. Dalam satu minggu seseorang

bekerja dengan baik selama 40-50 jam, lebih dari itu terlihat

kecenderungan yang negatif seperti kelelahan kerja, penyakit dan

kecelakaan kerja (Suma’ mur dalam Rezky, 2011) Stres dapat

meningkatkan tekanan darah dalam waktu yang pendek, tetapi


26

kemungkinan bukan penyebab meningkatnya tekanan darah dalam waktu

yang panjang. Dalam suatu penelitian, stres yang muncul akibat

mengerjakan perhitungan aritmatika dalam suatu lingkungan yang bising,

atau bahkan ketika sedang menyortir benda berdasarkan perbedaan ukuran,

menyebabkan lonjakan peningkatan tekanan darah secara tiba-tiba

(Beevers et al, 2002).

7. Penatalaksanaan Hipertensi

Penatalaksanan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita

tekanan darah tinggi dapat dilakukan dengan farmakologi dan non

farmakologi.

a. Penatalaksanaan Farmakologi

Penatalaksanaan farmakologi adalah penatalaksanaan tekanan darah

tinggi dengan menggunakan obat-obatan kimiawi. Beberapa jenis obat

antihipertensi yang beredar saat ini, antara lain:

1) Diuretik

Diuretik adalah obat antihipertensi yang efeknya membantu

ginjal meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan air (Setiawati

dalam Rezky, 2011). Meningkatkan ekskresi pada ginjal akan

mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan

tekanan darah (Sheps, 2002).

2) Penghambat Adrenergik

Menurut Sheps (2002), penghambat adrenergik merupakan

sekelompok obat yang terdiri dari alfa-bloker, beta-bloker, dan alfa-


27

beta-bloker (abetol). Penghambat adrenergik berguna untuk

menghambat pelepasan rennin, angiotensin juga tidak akan aktif.

Angiotensin I tidak akan dibentuk dan angiotensin II juga tidak akan

berubah. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam

menaikkan TD (Setiawati dalam Rezky, 2011).

3) Vasodilator

Vasodilator adalah obat-obat antihipertensi yang efeknya

memperlebar pembuluh darah dan dapat menurunkan tekanan darah

secara langsung (Setiawati dalam Rezky, 2011). Obat vasodilator

mempengaruhi pembuluh darah untuk melebar dengan merelaksasikan

otot-otot polos arteriol (Setiawati dalam Rezky, 2011).

4) Penghambat Enzim Konversi Angiotensin

Penghambat enzim konversi angiotensin mengurangi

pembentukan angiotensin II sehingga terjadi vasodilatasi dan

penurunan sekresi aldosteron yang menyebabkan terjadinya ekskresi

natrium dan air, serta retensi kalsium. Akibatnya terjadi penurunan

tekanan darah pada penderita hipertensi (Setiawati dalam Rezky,

2011).

5) Antagonis Kalsium

Menurut Sheps (2002), cara kerja antagonis kalsium hamper

sama dengan vasodilator. Antagonis kalsium adalah obat

antihipertensi yang memperlebar pembuluh darah.


28

b. Penatalaksanaan Non Farmakologi

Penatalksanaan non farmakologis merupakan bagian yang tidak

dapat dipisahkan dalam mengobati tekanan darah tinggi. Beberapa contoh

penatalaksanaan non farmakologis antara lain:

7.2.1. Berhenti Merokok

Rokok dapat mempengaruhi kerja beberapa obat antihipertensi.

Obat bisa tidak bekerja dengan optimal atau tidak memberi efek sama

sekali. Dengan berhenti merokok efektifitas obat akan meningkat

(Sheps, 2002).

7.2.2. Tidak Mengkonsumsi Alkohol

Alkohol dalam darah merangsang pelepasan epineprin

(adrenalin) dan hormon-hormon lain yang membuat pembuluh darah

menyempit dan penumpukan lebih banyak natrium dan air. Minum

minuma beralkohol yang berlebihan juga menyebabkan kekurangan

gizi yaitu penurunan kadar kalsium dan magnesium (Sheps, 2002).

7.2.3. Diet

Penurunan diet natrium dari 180 mmol (10,5 gr) per hari

menjadi 80-100 mmol (4.7 - 5.8 gr) per hari dapat menurunkan

tekanan darah sistolik 4-6 mmHg (Joewono, 2003). Untuk

mengendalikan hipertensi, kita harus membatasi asupan natrium

dalam makanan. Selain membatasi natrium, mengurangi makanan

berlemak, makan lebih banyak biji-bijian, buah-buahan, sayuran dan

produk susu rendah lemak akan meningkatkan kesehatan kita secara


29

menyeluruh dan memberikan manfaat khusus bagi penderita tekanan

darah tinggi (Sheps, 2002).

7.2.4. Olahraga teratur

Olahraga teratur mampu menurunkan jumlah lemak serta

meningkatkan kekuatan otot terutama otot jantung. Berkurangnya

lemak dan volume tubuh, berarti mengurangi resiko tekanan darah

tinggi juga (Shep, 2002).

7.2.5. Penanganan Faktor Psikologis dan Stress

Hormon epineprin dan kortisol yang dilepaskan saat stress

menyebabkan peningkatan tekanan darah dengan menyempitkan

pembuluh darah dan meningkatkan denyut jantung. Besarnya

peningkatan tekanan darah tergantung pada beratnya stress dan sejauh

mana kita dapat mengatasinya. Penanganan stress yang adekuat dapat

berpengaruh baik terhadap penurunan tekanan darah (Sheps, 2002).

8. Pengukuran Tekanan Darah

Tekanan darah diukur dengan menggunakan alat sphygmomanometer

dan stetoskop. Ada tiga tipe dari sphygmomanometer yaitu dengan

menggunakan air raksa atau merkuri, aneroid, dan elektronik. Tipe air raksa

adalah jenis sphygmomanometer yang paling akurat. Tingkat bacaan dimana

detak tersebut terdengar pertama kali adalah tekanan sistolik. Sedangkan

tingkat dimana bunyi detak menghilang adalah tekanan diastolik.

Sphygmomanometer aneroid prinsip penggunaanya yaitu menyeimbangkan

tekanan darah dengan tekanan dalam kapsul metalis tipis yang menyimpan
30

udara didalamnya. Spygmomanometer elektronik merupakan pengukur

tekanan darah terbaru dan lebih mudah digunakan dibanding model standar

yang menggunakan air raksa tetapi, akurasinya juga relatif rendah (Sustrani,

2006). Sebelum mengukur tekanan darah yang harus diperhatikan yaitu :

a. Jangan minum kopi atau merokok 30 menit sebelum pengukuran

dilakukan.

b. Duduk bersandar selama 5 menit dengan kaki menyentuh lantai dan tangan

sejajar dengan jantung (istirahat).

c. Pakailah baju lengan pendek.

d. Buang air kecil dulu sebelum diukur , karena kandung kemih yang penuh

dapat mempengaruhi hasil pengukuran (Sustrani, 2006).

Pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan pada pasien setelah

istirahat yang cukup, yaitu sesudah berbaring paling sedikit 5 menit.

Pengukuran dilakukan pada posisi terbaring, duduk, dan berdiri sebanyak 2

kali atau lebih dengan interval 2 menit. Ukuran manset harus cocok dengan

ukuran lengan atas. Manset harus melingkari paling sedikit 80% lengan atas

dan lebar manset paling sedikit 2 atau 3 kali panjang lengan atas, pinggir

bawah manset harus 2 cm diatas fosa cubiti untuk mencegah kontak dengan

stetoskop. Sebaiknya disediakan barbagai ukuran manset untuk dewasa, anak

dan orang gemuk. Balon dipompa sampai ke atas tekanan diastolik kemudian

tekanan darah diturunkan perlahan-lahan dengan kecepatan 2-3 mmHg tiap

denyut jantung. Tekanan sistolik tercatat pada saat terdengar bunyi yang

pertama (korotkoff I) sedangkan tekanan diastolik dicatat jika bunyi tidak

terdengar lagi (korotkoff V). Pemeriksaan tekanan darah sebaiknya dilakukan


31

pada kedua lengan, pada posisi berbaring, duduk dan berdiri (Arjatmo &

Hendra, 2001).
32

C. Kerangka Teori
Konsumsi Lemak
Berlebih Stres Rokok Aktifitas Fisik

Munculnya plak dalam Aktifitas saraf Nikotin


pembuluh darah simpatis meningkat

Tekanan perifer Aktifitas Saraf Pelepasan Norepinefrin


berkurang Simpatis meningkat meningkat

Penurunan Konsumsi Garam


tekanan perifer Berlebih

Pelepasan renin

Substrat renin Angiotensin I


(protein plasma)

Angiotensin II

Aldosteron Vasokontriksi
arteri perifer

Retensi natrium Pengobatan


dan H2O
Keterangan :
Non
Variabel yang diteliti Volume plasma Farmakologi Farmakologi
meningkat

Variabel yang tidak diteliti

Tekanan darah
Gambar 1. Kerangka Teori meningkat
Modifikasi Arjatmo T, dan Hendra U. (2001), Gyton dan Hall (1997), Mangku
Sitepoe (1997).
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan

bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis

beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Hidayat, 2008).

Berdasarkan kerangka teori yang telah diuraikan pada studi pustaka, maka

peneliti membuat kerangka konsep untuk memudahkan mengidentifikasi konsep-

konsep sesuai penelitian sehingga dapat dimengerti.

Gambar 2. Kerangka Konsep


Variabel :
Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan :
1. Frekuensi merokok
2. Lama Merokok
3. Kebiasaan konsumsi makanan dengan kadar lemak tinggi
4. Kebiasaan konsumsi makanan dengan kadar garam tinggi
5. Aktifitas olahraga
6. Kepatuhan pengobatan

33
34

B. Definisi Operasional

Tabel 2. Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Skala


Tekanan suatu nilai yang Pengukuran Sphygmo Data numerik Rasio
Darah dinyatakan dalam dilakukan pada manomete (mmHg)
satuan mmHg dan posisi duduk r air raksa
terdiri dari dua angka, sebanyak 2 kali
yaitu sistole dan atau lebih dengan
diastole. Untuk tekanan interval 2 menit.
sistolik nilai normalnya Cara
adalah < 120 mmHg, pengukurannya
sedangkan untuk seperti pedoman
tekanan diastolik nilai yang berlaku
normalnya adalah < 80 (terlampir)
mmHg.
Frekuensi Dalam satu hari, berapa Meminta Kuesioner 1. Perokok ringan Ordinal
merokok rata-rata jumlah batang responden untuk
: 1-10 batang
rokok yang dihisap oleh menjawab
sehari
responden pertanyaan dalam
kuisioner. 2. Perokok Sedang

: 11-20 batang

sehari

3. Perokok Berat :

lebih dari 20

batang sehari.

(Bustan, 2000).
35

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Skala


Lama Waktu sejak pertama Meminta Kuesioner 1. Kurang dari 5 Ordinal
merokok kali responden merokok responden untuk tahun
sampai saat ini menjawab 2. 5-10 tahun
pertanyaan dalam 3. Lebih dari 10
kuisioner. tahun

Kebiasaan Rata-rata jumlah Meminta Kuesioner 1. 1-2x/minggu Ordinal


konsumsi makanan dengan kadar responden untuk 2. 3-6x/minggu
makanan lemak tinggi (seperti menjawab 3. 1x/hari
dengan susu, jeroan, goreng- pertanyaan dalam 4. > 1x/minggu
kadar gorengan, dan daging kuisioner.
lemak kambing) yang
tinggi dikonsumsi oleh
responden dalam 1
minggu
Kebiasaan Rata-rata jumlah Meminta Kuesioner 1. 1-2x/minggu Ordinal
konsumsi makanan dengan kadar responden untuk 2. 3-6x/minggu
makanan garam tinggi (seperti menjawab 3. 1x/hari
dengan mie instan, ikan asin, pertanyaan dalam 4. > 1x/minggu
kadar telur asin, kecap asin, kuisioner.
lemak keju, dan saus tomat)
tinggi yang dikonsumsi oleh
responden dalam 1
minggu
Aktifitas Rata-rata waktu yang Meminta Kuesioner 1. Jarang/tidak Ordinal
olahraga dihabiskan oleh responden untuk pernah
responden untuk menjawab 2. <30 menit/hari
berolahraga dalam 1 pertanyaan dalam atau < 3
minggu kuisioner. hari/minggu
3. ≥ 30 menit/hari
atau ≥ 3
36

hari/minggu

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil `Skala


Kepatuhan Kemauan responden Meminta Kuesioner 1. Ya Ordinal
pengobata dalam mengkonsumsi responden untuk 2. Tidak
n obat anti hipertensi menjawab
sesuai dengan resep pertanyaan dalam
dokter dalam 3 bulan kuisioner.
terakhir
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Desain penelitian merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan

penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun

peneliti pada seluruh proses penelitian (Setiadi, 2007). Penelitian ini merupakan

penelitian kuantitatif, desain yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif

yaitu penelitian untuk menggambarkan tekanan darah berdasarkan frekuensi

merokok dan faktor-faktor resiko hipertensi.

B. Variabel Penelitian

Variabel yang diteliti meliputi tekanan darah, dan faktor-faktor yang dapat

memperberat keadaan hipertensi responden seperti : frekuensi merokok dalam

sehari, lama merokok, kebiasaan konsumsi makanan dengan kadar lemak dan atau

garam tinggi, aktifitas olahraga dan kepatuhan pengobatan.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Kota

Tangerang Selatan. Pemilihan lokasi ini berdasarkan atas pertimbangan

bahwa belum pernah dilakukannya penelitian tentang gambaran tekanan

darah berdasarkan faktor yang dapat memperperat hipertensi pada pasien

hipertensi perokok di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan.

37
38

2. Waktu Penelitian

Penelitian dimulai dengan melakukan penelusuran pustaka, survei awal,

mempersiapkan proposal penelitian, dan dilanjutkan dengan pelaksanaan

penelitian sampai penyusunan laporan akhir. Penelitian ini dilaksanakan

bulan November 2012 sampai dengan Desember 2012.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat,

2008). Populasi penelitian ini adalah penderita hipertensi yang telah terdaftar

dalam laporan administrasi Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian

keperawatan, kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi

(Hidayat, 2008). Sampel pada penelitian ini adalah sampel yang memenuhi

kriteria inklusi sebagai berikut :

a. Pasien hipertensi laki-laki yang ada di wilayah kerja Puskesmas Ciputat

b. Pasien hipertensi yang merokok, yaitu seseorang yang menyatakan dirinya

adalah perokok.

c. Usia pasien ≥ 30 tahun.

d. Bersedia menjadi responden penelitian.


39

Jumlah sampel ditentukan dengan memakai rumus estimasi proporsi pada

populasi dari Paul Leedy sebagai berikut :

N.Z2 1- P( 1-P )

n=

( N-1 ).d2 + Z 2 1-

Keterangan:

N : jumlah populasi dalam penelitian

n : besar sampel minimum

Z1-∝/2 : nilai kepercayaan dalam penelitian ditetapkan sebesar 95 %

P : harga proporsi di populasi 40% (Alamsyah, 2009)

d : tingkat kesalahan atau presisi dalam penelitian ini ditetapkan 5 %.

Dalam penelitian ini, populasi penderita hipertensi yang ada diwilayah

Puskesmas Ciputat sebanyak 147 orang sehingga didapatkan perhitungan

sebagai berikut:

n= 147 x (1,96)2 x 0,4 x (1 – 0,4 )

(147 – 1) x (0,05)2 + (1,96)2 x 0,4 x (1 – 0,4)

= 147 x 3,84 x 0,24

146 x 0,0025 + 3,84 x 0,24

= 135,4752

0,365 + 0,9216
40

= 135,4752

1,2866

= 105,29706 = 106 orang

3. Cara Pemilihan Sampel

Cara pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara accidental

sampling yaitu bahwa setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai

kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel dan sempel diambil

seadanya saja tanpa direncanakan terlebih dahulu (Notoadmodjo 2005). Pada

cara ini dihitung terlebih dahulu jumlah subyek dalam populasi yang akan

dipilih sebagai sampel, kemudian setiap pengunjung yang memenuhi syarat

termasuk sampel.

Secara teknis pengambilan sampel dilakukan dengan tahapan sebagai

berikut :

a. Peneliti mengambil sampel penderita hipertensi yang ada di wilayah

puskesmas Ciputat Tangerang Selatan.

b. Mendata 106 orang yang akan dijadikan sampel sesuai nomor antrian di

Puskesmas.

c. Sampel yang didapat sebanyak 106 orang akan di ukur tekanan darahnya

dan akan disebar kuisioner untuk dilakukan penelitian.

E. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam penelitian


41

(Nursalam, 2008). Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan kuisioner. Penggumpulan data akan dilaksanakan di Puskesmas

Ciputat Kota Tangerang Selatan. Adapun tahapan pengumpulan data yang akan

dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Sebelum dilakukan wawancara, terlebih dahulu peneliti memberikan

penjelasan tentang tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan menjamin

kerahasiaan jawaban yang diberikan dalam kuisioner kepada calon responden

tersebut.

2. Kemudian responden mengisi formulir persetujuan wawancara.

3. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya tentang hal-hal

yang tidak dipahami dan tidak jelas di dalam kuisioner.

4. Data primer, berupa jumlah rokok yang dihisap dalam sehari, lama merokok,

riwayat keturunan hipertensi, kebiasaan konsumsi makanan dengan kadar

garam dan lemak tinggi, aktifitas olahraga, kepatuhan pengobatan dan

tekanan darah pasien, dikumpulkan dengan wawancara menggunakan

kuesioner dan pengukuran langsung menggunakan sphygmomanometer jenis

air raksa yang sebelumnya telah dikalibrasi terlebih dahulu. Untuk

pengukuran langsung, dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh beberapa

orang yang sebelumnya dilakukan pengujian dan penyamaan persepsi dengan

peneliti sehingga hasil pengukuran antara peneliti dengan yang membantu

menghasilkan data yang sama. Waktu pengukuran adalah saat pasien datang

ke Puskesmas dan dipersilakan untuk istirahat terlebih dahulu untuk

kemudian dilakukan pengukuran tekanan darah sebanyak dua kali atau lebih.
42

5. Data sekunder, berupa riwayat hipertensi pasien dan keluarga pasien,

diperoleh dari pencatatan dan laporan administrasi Puskesmas Ciputat

Tangerang Selatan Tahun 2012.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang

terdiri dari delapan pertanyaan yang akan ditanyakan langsung pada pasien dan

sphygmomamometer jenis air raksa yang telah dikalibrasi terlebih dahulu.

G. Teknik Analisa Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisis tiap variabel yang dinyatakan

dengan menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam

bentuk tabel atau grafik (Setiadi, 2007). Analisis ini bertujuan untuk

memperoleh gambaran tekanan darah berdasarkan faktor pemberat hipertensi.

Dari data ini diperoleh faktor pemberat hipertensi, antara lain berupa lama

merokok, riwayat keturunan hipertensi, kebiasaan konsumsi makanan dengan

kadar garam dan lemak tinggi, aktifitas olahraga, kepatuhan pengobatan

H. Pengolahan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengolahan data yang

terdiri dari:

1. Editing
43

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan sendiri oleh peneliti di

tempat penelitian agar apabila jika ada kekurangan data dapat segera

dilengkapi.

2. Coding

Coding merupakan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang

terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila

pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.

3. Entri Data

Data entri adalah kegiatan memasukan data dari kuesioner kedalam paket

program komputer agar dapat dianalisis, kemudian membuat distribusi

frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontingensi.

4. Cleaning Data

Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang

sudah dimasukkan ke dalam komputer untuk memastikan data telah bersih dari

kesalahan sehingga data siap dianalisa (Hidayat, 2008).

I. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini menekankan masalah etika penelitian yang

meliputi:

1. Lembar Persetujuan (informed consent)

Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden yang

akan diteliti yang memenuhi kriteria sampel dan disertai judul penelitian serta

manfaat penelitian dengan tujuan responden dapat mengerti maksud dan


44

tujuan penelitian. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti

maksud dan tujuan penelitian serta mengetahui dampaknya.

2. Tanpa nama (anonymity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data yang diisi

responden, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode tertentu.

3. Kerahasiaan (confidentially)

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok

data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian. Data yang telah

diolah dalam penelitian di wilayah kerja Puskesmas Ciputat ini ditampilkan

dalam bentuk narasi yang disertai teks, tabel, dan gambar distribusi frekuensi

sehingga memudahkan pembaca dalam memahami hasil penelitian ini.


BAB V

HASIL PENELITIAN

Bab ini akan memaparkan secara lengkap hasil penelitian gambaran tekanan

darah berdasarkan faktor yang memperberat hipertensi pada pasien hipertensi

perokok di Puskesmas Ciputat. Penelitian dilaksanakan dengan menyebarkan

kuisioner secara accidental sampling kepada setiap pengunjung yang berobat di

puskesmas dan melakukan kunjungan rumah kepada pasien yang telah

terdiagnosis hipertensi dan merokok kemudian dilakukan pengukuran tekanan

darah.

A. Gambaran Tempat Penelitian

1. Gambaran Umum

Sejarah berdirinya Puskesmas Ciputat berawal dari balai pengobatan

yang dipimpin oleh H. Kamsari Kadri tamatan Sekolah Perawat RSUP Jakarta

tahun 1935. Pada tahun 1950-1955, balai pengobatan ini semakin berkembang,

pasien yang berobat bukan saja warga masyarakat Kecamatan Ciputat, akan

tetapi dari Serpong, pondok Aren, Pondok Betung, bahkan dari Pondok Pinang

sampai masyarakat kemang,sebab pada waktu itu Kedinasan Kesehatan masih

bergabung dengan Kebayoran Lama. Pada tahun 1956 sampai dengan

sekarang, setelah menjadi Puskesmas Ciputat, gedung, sarana dan prasarana

bertambah lengkap begitu juga tenaga paramedik.

Puskesmas Ciputat merupakan salah satu dari 3 Puskesmas yang ada di

wilayah Kecamatan ciputat, letak berbatasan dengan :

45
46

a. Sebelah Utara : Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Sawah

b. Sebelah Selatan : Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang

c. Sebelah Barat : Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang

d. Sebelah Timur : Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur

Puskesmas Ciputat terletak ± 27 km sebelah tenggara Kota Tangerang,

Luas wilayah Kecamatan Ciputat kira-kira 13.311 Ha dengan sebagian besar

berupa tanah darat/kering (93,64%) sisanya adalah tanah rawa/danau.

2. Program Puskesmas

Adapun program yang terdapat di Puskesmas Ciputat yaitu: program

kesehatan dasar, pengembangan wajib, dan pengembangan pilihan.

1) Pengembangan kesehatan dasar meliputi :

a) Promosi kesehatan

b) Kesehatan lingkungan

c) Kesehatan ibu dan anak

d) Perbaikan gizi

e) P2PL

f) Pengobatan

2) Pengembangan wajib meliputi:

a) Usaha Kesehatan Sekolah

b) Lansia

c) NAPZA

3) Pengembangan pilihan meliputi:

a) Kesehatan jiwa

b) UKGMD
47

c) Laboratorium

Untuk program puskesmas yang fokus pada penyakit hipertensi lebih

di titik beratkan pada program kuratif dan rehabilitatifnya. Sementara

untuk promotif dan preventif kurang begitu digalakkan. Dalam program

promotif dan preventif lebih banyak ditugaskan pada kader saat

dilakukannya Posbindu. Yaitu dengan cara penyuluhan kesehatan sehingga

kurang begitu berpengaruh terhadap warga yang masih berusia remaja dan

dewasa awal. Selain itu menurut pengamatan penulis, setiap pasien yang

berobat ke puskesmas selalu dilakukan pengukuran tekanan darah sebelum

dilakukan pengobatan, walaupun pasien tersebut tidak berobat untuk

hipertensi. Dari pemeriksaan awal tersebut didapat tekanan darah sehingga

jika pasien pada saat itu tekanan darahnya tinggi dapat pula diberikan

informasi agar pasien tersebut tidak terkena hipertensi.

Dari segi kuratif dan rehabilitatifnya lebih terprogram. Setiap satu

bulan sekali atau setidaknya jika obat antihipertensinya sudah habis, pasien

hipertensi diwajibkan untuk kontrol ke puskesmas. Selain itu mulai tahun

ini, setiap pasien yang datang berobat dengan membawa KTP Tangerang

Selatan, di gratiskan dalam berobat, sehingga mahalnya biaya pengobatan

dan harga obat sudah tidak menjadi kendala lagi.

B. Karakteristik Responden

1. Umur Responden

Menurut Hurlock dalam Alamsyah (2009), masa kedewasaan seseorang

dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu young adult / dewasa awal (18-40 tahun),
48

middle life / dewasa menengah (40-60 tahun), dan late adulthood / dewasa

lanjut (>60 tahun). Responden dalam penelitian ini merupakan pasien

hipertensi yang merokok di wilayah kerja Puskesmas Ciputat, Kota

Tangerang Selatan. Jumlah responden adalah sebanyak 106 orang. Sebagian

besar responden memiliki umur 41-60 tahun, yaitu 49 orang (46,23 %),

sedangkan yang paling sedikit adalah responden yang berumur lebih dari 60

tahun tahun, yaitu 18 orang (16,98 %).

Berikut ini distribusi responden berdasarkan umur dalam tabel berikut

ini :

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Umur Frekuensi Persentase


(Tahun) (%)
30-40 39 36,79
41-60 49 46,23
>60 18 16,98
Total 106 100

2. Riwayat Keturunan Hipertensi dalam Keluarga

Berikut adalah tabel penyebaran responden berdasarkan riwayat

hipertensi yang ada dalam keluarga responden :

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Keturunan

Hipertensi dalam Keluarga

Keturunan Frekuensi Persentase


Hipertensi (%)
Ya 73 68,87
Tidak 33 31,13
Total 106 100
49

Data di atas menunjukkan sebagian besar responden mempunyai

riwayat keturunan hipertensi dalam keluarganya. yaitu 73 responden (68,87

%). Sedangkan 33 responden (31,13 %) tidak memiliki riwayat keturunan

hipertensi dalam keluarganya.

3. Frekuensi Merokok

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 106 responden yang

merokok, sebagian besar menghabiskan antara 1-10 batang rokok perhari

serta 11-20 batang rokok perhari, dua kategori ini memiliki jumlah yang

sama, yaitu masing-masing 43 orang (40,57 %), sedangkan 20 orang (18,86

%) menghabiskan lebih dari 20 batang rokok perhari.

Berikut data penyebaran responden berdasarkan frekuensi merokok :

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi Merokok

Frekuensi Merokok Jumlah Persentase


(Batang/Hari) (%)
1 – 10 43 40,57
11 – 20 43 40,57
> 20 20 18,86
Total 106 100

4. Lama Merokok

Berikut tabel penyebaran responden berdasarkan lama merokok :

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Merokok

Lama Merokok Frekuensi Persentase


(Tahun) (%)
<5 13 12,26
5-10 33 31,13
> 10 60 56,61
Total 106 100
50

Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden, bahkan

melebihi setengah dari jumlah sampel, telah merokok lebih dari sepuluh

tahun, yaitu sebanyak 60 responden (56,61 %). Jumlah responden yang

merokok kurang dari lima tahun hanya sebanyak 13 responden (12,26 %).

5. Kebiasaan Konsumsi Makanan dengan Kadar Lemak Tinggi

Berikut adalah tabel sebaran responden berdasarkan kebiasaan

responden dalam mengkonsumsi makanan dengan kadar lemak tinggi, seperti

susu, jeroan, goreng-gorengan serta daging kambing :

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi

Makanan dengan Kadar Lemak Tinggi

Kebiasaan Konsumsi Frekuensi Persentase


Makanan Tinggi Lemak (%)
1-2x perminggu 44 41,51
3-6x perminggu 19 17,92
1x perhari 23 21,7
> 1x perhari 20 18,87
Total 106 100

Dari data diatas dapat diketahui bahwa kebiasaan responden dalam

mengkonsumsi makan makanan berlemak, seperti susu, jeroan, goreng-

gorengan serta daging kambing, sebagian besar adalah sebanyak 1-2 kali

dalam satu minggu, yaitu 44 responden (41,51 %). Sedangkan responden

yang mengkonsumsi makanan berlemak antara 3-6 kali dalam satu minggu

adalah kategori yang paling sedikit, yaitu berjumlah 19 responden (17,92 %)

saja.
51

6. Kebiasaan Konsumsi Makanan dengan Kadar Garam Tinggi

Berikut adalah tabel sebaran responden berdasarkan kebiasaan

mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi garam, seperti mie instan,

ikan asin, kecap asin, keju dan saus tomat :

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi

Makanan dengan Kadar Garam Tinggi

Kebiasaan Konsumsi Frekuensi Persentase


Makanan Tinggi Garam (%)
1-2x perminggu 37 34,91
3-6x perminggu 35 33,02
1x perhari 19 17,92
> 1x perhari 15 14,15
Total 106 100

Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki

kebiasaan mengkonsumsi makanan yang memiliki kadar garam tinggi dalam

kisaran 1-2 kali dalam seminggu, yaitu sebanyak 37 responden (34,91 %).

Sedangkan responden yang mengkonsumsi makanan tinggi garam lebih dari 1

kali dalam sehari adalah yang paling sedikit, yaitu 15 responden (14,15 %).

7. Aktifitas Olahraga

Berikut tabel sebaran responden berdasarkan aktifitas fisik, terutama

olah raga yang dilakukan oleh responden :


52

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Olahraga

Aktifitas Olahraga Frekuensi Persentase


(%)
Jarang/tidak pernah 68 64,15
< 30menit/hari atau < 3hari/minggu 29 27,36
> 30 menit/hari atau > 3hari/minggu 9 8,49
Total 106 100

Data di atas menunjukkan sebagian besar responden jarang atau bahkan

tidak pernah melakukan aktifitas olahraga. Jumlahnya mencapai 68 responden

(64,15 %). Kemudian hanya ada 9 responden (8,49 %) yang melakukan

aktifitas olahraga lebih dari 30 menit perhari dan atau lebih dari 3 hari

perminggu.

8. Kepatuhan Pengobatan

Sebaran responden berdasarkan kepatuhan responden terhadap

pengobatan dapat diketahui dari tabel di bawah ini :

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepatuhan

Pengobatan

Kepatuhan Frekuensi Persentase


Pengobatan (%)
Ya 42 39,62
Tidak 64 60,38
Total 106 100

Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak

mengkonsumsi obat penurun hipertensi sesuai petunjuk dokter dalam tiga

bulan terakhir. Jumlahnya mencapai 64 responden (60,38 %). Sedangkan


53

sisanya, yaitu 42 responden (39,62 %) mengkonsumsi obat penurun hipertensi

sesuai petunjuk dokter dalam tiga bulan terakhir.

C. Analisis Univariat

1. Tekanan Darah

Berikut adalah tabel gambaran tekanan darah responden :

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Responden

Tekanan Darah
Keterangan
Sistole Diastole
Min 100 70
Rata-Rata 134,91 89,81
Max 180 140

Melihat data tersebut dapat diketahui bahwa 106 responden yang

diteliti, tekanan sistolik minimalnya adalah sebesar 100 mmHg, sedangkan

tekanan diastolik minimalnya adalah 70 mmHg. Kemudian untuk tekanan

sistolik rata-ratanya adalah 134,91 mmHg, sedangkan tekanan diastolik rata-

ratanya adalah 89,81 mmHg. Kemudian untuk tekanan sistolik maksimalnya

adalah sebesar 180 mmHg, dan tekanan diastolik maksimalnya adalah sebesat

140 mmHg.

2. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Frekuensi Merokok

Berikuttabel tentang gambaran tekanan darah berdasarkan frekuensi

merokok :
54

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Frekuensi

Merokok

Frekuensi Merokok
Keterangan 1-10 11-20 > 20
Sistole Diastole Sistole Diastole Sistole Diastole
Nilai Minimal 100 70 100 70 120 80
Nilai Rata-Rata 130,7 85,35 133,72 89,3 146,5 100,5
Nilai Maksimal 180 140 170 120 160 140

Tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang merokok antara 1-10

batang perhari memiliki tekanan sistolik rata-rata sebesar 130,7 mmHg,

dengan nilai tekanan sistolik terendah adalah 100 mmHg serta tekanan

sistolik tertinggi sebesar 180 mmHg. Sedangkan untuk tekanan diastolik, rata-

ratanya adalah sebesar 85,35 mmHg dengan tekanan diastolik terendah adalah

70 mmHg dan tekanan diastolik tertinggi adalah 140 mmHg.

Responden yang merokok lebih dari 20 batang perhari, memiliki

tekanan sistolik rata-rata 146,5 mmHg, tekanan sistolik terendah adalah 120

mmHg dan tekanan sistolik tertinggi adalah 160 mmHg. Kemudian untuk

tekanan diastolik, rata-ratanya adalah 100,5 mmHg, terendahnya adalah 80

mmHg dan tertingginya adalah 140 mmHg.

3. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Lama Merokok

Berikut adalah tabel gambaran tekanan darah berdasarkan lama

merokok :
55

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Lama Merokok

Lama Merokok
Keterangan < 5 Tahun 5-10 Tahun > 10 Tahun
Sistole Diastole Sistole Diastole Sistole Diastole
Nilai Minimal 100 70 100 70 110 70
Nilai Rata-Rata 126,15 82,31 129,39 86,67 139,83 93,17
Nilai Maksimal 150 100 160 140 180 140

Data di atas menunjukkan bahwa responden yang merokok kurang dari

5 tahun memiliki tekanan sistolik rata-rata sebesar 126,15 mmHg dengan

tekanan sistolik minimal adalah 100 mmHg dan tekanan sistolik maksimalnya

adalah 150 mmHg. Sedangkan untuk responden yang merokok lebih dari 10

tahun memiliki tekanan sistolik rata-rata sebesar 139,83 mmHg dengan

tekanan sistolik minimal adalah 110 mmHg dan tekanan sistolik maksimal

adalah 180 mmHg.

Kemudian untuk tekanan diastolik, responden yang merokok kurang

dari 5 tahun memiliki tekanan diastolik rata-rata sebesar 82,31 mmHg dengan

tekanan diastoilik minimal adalag 70 mmHg dan tekanan diastolik maksimal

adalah 100 mmHg. Lalu untuk responden yang merokok lebih dari 10 tahun

memiliki tekanan diastolik rata-rata sebesar 93,17 mmHg dengan tekanan

diastolik minimal adalah 70 mmHg dan tekanan diastolik maksimal adalah

140 mmHg.
56

4. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi Makanan

Tinggi Lemak

Berikut adalah tabel gambaran tekanan darah berdasarkan kebiasaan

responden dalam mengkonsumsi makanan dengan kadar lemak tinggi, seperti

susu, jeroan, goreng-gorengan serta daging kambing :

Tabel 14. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan

Konsumsi Makanan Tinggi Lemak

Kebiasaan Konsumsi Makanan Tinggi Lemak


Keterangan 1-2x perminggu 3-6x perminggu 1x perhari > 1x perhari
Sistole Diastole Sistole Diastole Sistole Diastole Sistole Diastole
Nilai Minimal 100 70 110 70 120 80 130 80
Nilai Rata-Rata 128,41 85 134,21 87,89 138,26 92,17 146 99,5
Nilai Maksimal 170 120 160 100 160 100 180 140

Data diatas menunjukkan responden yang memiliki kebiasaan

mengkonsumsi makanan dengan kadar lemak tinggi antara 1-2 kali

perminggu memiliki tekanan sistolik rata-rata 128,41 mmHg, dengan tekanan

sistolik minimal adalah 100 mmHg dan tekanan sistolik maksimalnya adalah

170 mmHg. Sedangkan tekanan diastolik rata-ratanya adalah 85 mmHg

dengan tekanan diastolik minimalnya adalah 70 mmHg dan tekanan diastolik

maksimalnya adalah 120 mmHg.

Responden yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan dengan

kadar lemak tinggi lebih dari 1 kali dalam sehari memiliki tekanan sistolik

rata-rata 146 mmHg dengan tekanan sistolik minimalnya adalah 130 mmHg

dan tekanan sistolik maksimalnya adalah 180 mmHg. Sedangkan tekanan

diastolik rata-ratanya adalah 99,5 mmHg dengan tekanan diastolik


57

minimalnya adalah 80 mmHg dan tekanan diastolik maksimalnya adalah 140

mmHg.

5. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi Makanan

Tinggi Garam

Berikut adalah tabel gambaran tekanan darah berdasarkan kebiasaan

responden dalam mengkonsumsi makanan dengan kadar garam tinggi, seperti

mie instan, ikan asin, kecap asin, keju dan saus tomat :

Tabel 15. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan

Konsumsi Makanan Tinggi Garam

Kebiasaan Konsumsi Makanan Tinggi Garam


Keterangan 1-2x perminggu 3-6x perminggu 1x perhari > 1x perhari
Sistole Diastole Sistole Diastole Sistole Diastole Sistole Diastole
Nilai Minimal 100 70 120 70 120 80 120 80
Nilai Rata-Rata 126,49 83,51 135,71 91,14 141,05 93,16 146 98
Nilai Maksimal 170 120 160 140 160 110 180 140

Data diatas menunjukkan bahwa responden yang mengkonsumsi

makanan dengan kadar garam tinggi antara 1-2 kali perminggu memiliki

tekanan sistolik rata-rata 126,49 mmHg dengan tekanan sistolik minimalnya

adalah 100 mmHg dan tekanan sistolik maksimalnya adalah 170 mmHg.

Sedangkan tekanan diastolik rata-ratanya adalah 83,51 mmHg dengan

tekanan diastolik minimalnya adalah 70 mmHg dan tekanan diastolik

maksimalnya adalah 120 mmHg.

Responden yang mengkonsumsi makanan dengan kadar garam tinggi

lebih dari 1 kali dalam sehari memiliki tekanan sistolik rata-rata 146 mmHg

dengan tekanan sistolik minimal sebesar 120 mmHg dan tekanan sistolik
58

maksimal adalah 180 mmHg. Sedangkan tekanan diastolik rata-ratanya

adalah 98 mmHg dengan tekanan diastolik minimalnya sebesar 80 mmHg dan

tekanan diastolik maksimalnya adalah 140 mmHg.

6. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Aktifitas Olahraga

Berikut tabel gambaran tekanan darah berdasarkan aktifitas olah raga

yang dilakukan oleh responden :

Tabel 16. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Aktifitas

Olahraga

Aktifitas Olahraga
< 30menit/hari atau ≥ 30 menit/hari atau
Keterangan
Jarang/tidak pernah < 3hari/minggu ≥ 3hari/minggu
Sistole Diastole Sistole Diastole Sistole Diastole
Nilai Minimal 100 70 100 70 100 70
Nilai Rata-Rata 136,76 90,29 132,07 91,93 130 92,22
Nilai Maksimal 180 140 170 120 150 140

Data diatas dapat diketahui bahwa responden yang jarang atau tidak

pernah berolahraga memiliki tekanan sistolik rata-rata 136,76 mmHg dengan

tekanan sistolik minimal 100 mmHg dan tekanan sistolik maksimal 180

mmHg. Sedangkan tekanan diastolik rata-rata dari responden yang jarang

atau tidak pernah olahraga adalah 90,29 mmHg dengan tekanan diastolik

minimal 70 mmHg dan tekanan diastolik maksimal 140 mmHg.

Sedangkan responden yang berolahraga lebih dari atau sama dengan 30

menit perhari atau lebih dari atau sama dengan 3 hari perminggu memiliki

tekanan sistolik rata-rata 130 mmHg dengan tekanan sistolik minimal 100

mmHg dan tekanan sistolik maksimal 150 mmHg. Sedangkan tekanan


59

diastolik rata-ratanya adalah 92,22 mmHg dengan tekanan diastolik minimal

70 mmHg dan tekanan diastolik maksimalnya adalah 140 mmHg.

7. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Kepatuhan Pengobatan

Berikut adalah tabel gambaran tekanan darah berdasarkan kepatuhan

responden terhadap program pengobatan dalam 3 bulan terakhir :

Tabel 17. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Kepatuhan

Pengobatan

Kepatuhan Pengobatan
Keterangan Ya Tidak
Sistole Diastole Sistole Diastole
Nilai Minimal 100 70 110 70
Nilai Rata-Rata 127,14 84,29 140 93,44
Nilai Maksimal 170 120 180 140

Tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang meminum obat anti

hipertensi sesuai dengan petunjuk dokter dalam 3 bulan terakhir memiliki

tekanan sistolik rata-rata 127,14 mmHg dengan tekanan sistolik minimal 100

mmHg dan tekanan sistolik maksimal 170 mmHg. Sedangkan tekanan

diastolik rata-ratanya adalah 84,29 mmHg dengan tekanan diastolik minimal

70 mmHg dan tekanan diastolik maksimal 120 mmHg.

Responden yang tidak mengkonsumsi obat anti hipertensi sesuai

petunjuk dokter dalam 3 bulan terakhir memiliki tekanan sistolik rata-rata 140

mmHg dan tekanan diastolik rata-rata 140 mmHg dengan tekanan sistolik

minimal 110 mmHg dan tekanan sistolik maksimal 180 mmHg serta tekanan

diastolik minimal 70 mmHg dan tekanan diastolik maksimal 140 mmHg.


BAB VI

PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan pembahasan yang meliputi karakteristik responden,

interpretasi dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian dan selanjutnya akan

dibahas juga tentang bagaimana implikasi dari hasil penelitian yang akan

dibandingkan dua hal pokok yaitu antara lain kerangka konsep dengan hasil

penelitian yang telah dilakukan mengenai gambaran tekanan darah berdasarkan

faktor-faktor pemberat hipertensi pada pasien hipertensi perokok di Puskesmas

Ciputat.

A. Karakteristik Responden

1. Umur Responden

Pada penelitian gambaran tekanan darah di Puskesmas Ciputat Timur

diperoleh sebanyak 106 responden sesuai dengan sampel yang direncanakan.

106 responden yang diteliti adalah responden dengan umur diatas 30 tahun.

Krummel (2004) menyatakan bahwa penyakit hipertensi paling banyak

dialami oleh kelompok umur 31-55 tahun. Sejalan dengan bertambahnya

umur hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah. Tekanan

sistolik terus meningkat sampai umur 80 tahun dan tekanan diastolik terus

meningkat sampai umur 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan

atau bahkan menurun drastis.

Kategori dengan responden terbanyak adalah antara umur 41-60 tahun,

yaitu 49 orang (46,23 %). Peneliti mengambil responden dengan umur diatas

60
61

30 tahun karena menurut hasil penelitian Aisyiyah (2009) dan Irza (2009)

menyatakan bahwa ada hubungan antara faktor usia dengan hipertensi dan

resiko hipertensi semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Krummel

(2004) juga menyatakan, semakin bertambahnya umur hampir setiap orang

mengalami kenaikan tekanan darah.

2. Jenis Kelamin

Penelitian ini sengaja hanya mengambil responden dengan jenis

kelamin laki-laki karena menurut Sustrani (2006) wanita penderita hipertensi

diakui lebih banyak dari pada laki-laki. Tetapi wanita lebih tahan dari pada

laki-laki tanpa kerusakan jantung dan pembuluh darah. Pria lebih banyak

mengalami kemungkinan menderita hipertensi dari pada wanita. Pada pria

hipertensi lebih banyak disebabkan oleh pekerjaan, seperti perasaan kurang

nyaman terhadap pekerjaan. Sampai usia 55 tahun pria beresiko lebih tinggi

terkena hipertensi dibandingkan wanita. Menurut Edward D. Frohlich (dalam

Sustrani, 2006) seorang pria dewasa akan mempunyai peluang lebih besar

yakni satu di antara 5 untuk mengidap hipertensi. Khomsan (2004)

menyebutkan bahwa hipertensi pada laki-laki lebih tinggi daripada

perempuan, karena perempuan memiliki hormon estrogen yang berperan

sebagai protektor peningkatan tekanan darah. Syukraini (2009) dalam

penelitiannya juga menyatakan bahwa faktor jenis kelamin berhubungan

dengan hipertensi.
62

3. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Riwayat Keturunan Hipertensi

dalam Keluarga

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan

keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan

dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara

potasium terhadap sodium. Individu dengan orang tua dengan hipertensi

mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada

orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu

didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam

keluarga (Rohaendi dalam Irza, 2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Beevers (2002) pada orang kembar yang

dibesarkan secara terpisah atau bersama dan juga terdapat pada anak-anak

bukan adopsi telah dapat mengungkapkan seberapa besar tekanan darah

dalam keluarga yang merupakan akibat kesamaan dalam gaya hidup.

Berdasarkan penelitian tersebut secara kasar, sekitar separuh tekanan darah di

antara orang-orang tersebut merupakan akibat dari faktor genetika dan

separuhnya lagi merupakan akibat dari faktor pola makan sejak masa awal

kanak-kanak.

Hasil penelitian ini juga menggambarkan bahwa ada perbedaan antara

tekanan sistolik rata-rata dan tekanan diastolik rata-rata pada responden yang

memiliki riwayat keturunan hipertensi jika dibandingkan dengan responden

yang tidak memiliki riwayat keturunan hipertensi pada keluarganya.

Responden yang memiliki riwayat keturunan hipertensi dalam keluarganya

memiliki tekanan sistolik rata-rata 138,63 mmHg dan tekanan diastolik rata-
63

rata 92,05 mmHg. Responden yang tidak memiliki riwayat keturunan

hipertensi dalam keluarganya memiliki tekanan sistolik dan diastolik rata-rata

lebih rendah daripada responden yang memiliki riwayat keturunan hipertensi

dalam keluarganya, yaitu 126,67 mmHg untuk tekanan sistolik rata-ratanya

dan 84,85 mmHg untuk tekanan diastolik rata-ratanya.

Hasil penelitian ini senada dengan hasil penelitian Irza (2009). Irza

yang mengambil sampel semua responden tanpa melihat apakah responden

tersebut merokok serta apakah responden tersebut telah terdiagnosis

hipertensi menyatakan bahwa faktor riwayat keluarga sangat berpengaruh

terhadap kemungkinan terjadinya hipertensi.

B. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Faktor Pemberat Hipertensi

1. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Frekuensi Merokok

Sitorus (2005) menyatakan merokok sebatang setiap hari akan

meningkatkan tekanan darah sistolik 10-25 mmHg serta menambah detak

jantung 5-20 kali/menit. Sitepu (2012) menyatakan bahwa orang yang

mempunyai kebiasaan merokok memiliki resiko 5,320 kali lebih besar untuk

terjadinya hipertensi. Sitepoe (1997) juga menyatakan bila sebatang rokok

dihabiskan dalam sepuluh kali hisapan, maka dalam tempo setahun, bagi

perokok yang merokok lebih dari 20 batang per hari akan mengalami 70.000

hisapan asap rokok. Semakin banyak jumlah rokok yang dihisap, maka akan

semakin besar pula kecenderungan seseorang untuk menderita hipertensi. Hal

ini karena beberapa zat kimia dalam rokok bersifat kumulatif (ditambahkan),

suatu saat dosis racunnya akan mencapai titik toksin sehingga mulai kelihatan
64

gejala yang ditimbulkannya. Oleh karena itu, pada perokok-perokok berat

dengan jumlah rokok yang dihisap lebih dari 20 batang setiap hari akan

merasakan dampak yang ditimbulkan oleh asap rokok tersebut lebih cepat

dibandingkan perokok ringan dengan jumlah rokok yang dihisapnya kurang

dari 10 batang setiap harinya.

Selaras dengan pernyataan tersebut, hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa semakin banyak rokok yang dikonsumsi, maka tekanan darah

responden juga akan semakin meningkat. Dalam hal ini berdasarkan kategori

perokok ringan, sedang dan berat. Responden yang masuk kategori perokok

ringan (menghabiskan 1-10 batang perhari) memiliki tekanan sistolik rata-rata

130,7 mmHg dan tekanan diastolik rata-rata 85,35 mmHg. Responden yang

termasuk kategori perokok sedang (menghabiskan 11-20 batang perhari)

memiliki tekanan sistolik rata-rata sedikit lebih tinggi dibanding responden

dengan kategori perokok ringan, yaitu 133,72 mmHg. Tekanan diastolik rata-

ratanya juga sedikit lebih tinggi, yaitu 89,3 mmHg. Responden yang masuk

kategori perokok berat memiliki tekanan sistolik rata-rata 146,5 mmHg dan

tekanan diastolik rata-rata 140 mmHg.

Walaupun berbeda sampel yang diteliti, hasil penelitian ini juga senada

dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Syazana (2007). Syazana

mengambil sampel responden yang merokok dan yang tidak merokok namun

mengabaikan apakah responden terdiagnosis hipertensi atau tidak. Hasil

penelitian Syazana (2007) menyatakan bahwa ada perbedaan antara rata-rata

tekanan darah dengan jumlah rokok yang dihisap, yaitu semakin banyak

jumlah rokok yang dihisap, maka rata-rata tekanan darah responden juga
65

meningkat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Irza (2009) juga

menunjukkan hasil yang sama. Dalam penelitian Irza yang mengambil sampel

responden yang merokok dan yang tidak merokok dengan mengabaikan

berapa jumlah batang rokok yang dikonsumsi dalam sehari dan apakah

responden telah terdiagnosis hipertensi atau tidak, hasilnya menyatakan

bahwa faktor merokok atau tidaknya responden berhubungan dengan kejadian

hipertensi. Kurniati (2012) juga menyatakan bahwa semakin banyak jumlah

rokok yang dihisap dalam setiap hari maka aka berpengaruh terhadap

peningkatan tekanan darah.

2. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Lama Merokok

Adanya dampak lama merokok terhadap tekanan darah sangat

beralasan, sebab semakin awal seseorang merokok, makin sulit untuk berhenti

merokok. Rokok juga mempunyai dose-respone effect, dimana semakin muda

usia merokok, akan semakin besar pengaruhnya karena akan lebih banyak

toksin yang menumpuk di dalam tubuh sehingga pada kurun waktu yang lama

dosis racun akan mencapai titik toksin sehingga kelihatan gejala yang

ditimbulkannya (Smet, 1994).

Walaupun peningkatan tekanan darah tidak begitu tampak namun dalam

waktu yang lama (10-20 tahun), dampak rokok akan terasa sehingga dapat

mengakibatkan beberapa penyakit yang berbahaya seperti stroke, infark

miokardium, jantung, impotensi, kanker dan lain-lain (Rustan, 2006)

Sitepoe (1997) berpendapat bahwa beberapa zat kimia dalam rokok

bersifat kumulatif, sehingga pada kurun waktu yang lama dosis racun akan
66

mencapai titik toksin sehingga kelihatan gejala yang ditimbulkannya.

Akumulasi yang berlebihan ini lama-kelamaan dapat mengganggu tekanan

darah si perokok hingga akhirnya dapat terjadi hipertensi.

Syazana (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada hubungan

antara lama merokok dengan kenaikan tekanan darah, yaitu makin lama

seseorang merokok maka tekanan darah seseorang akan semakin tinggi. Hasil

penelitian kali ini juga menunjukkan perbedaan tekanan sistolik dan diastolik

rata-rata pada responden dengan beberapa kategori lama merokok. Responden

yang telah merokok selama kurang dari 5 tahun memiliki tekanan sistolik

rata-rata 126,15 mmHg dan tekanan diastolik rata-rata 82,31 mmHg.

Responden yang telah merokok antara 5-10 tahun memiliki tekanan sistolik

rata-rata 129,39 mmHg dan tekanan diastolik rata-rata 86,67 mmHg.

Responden yang telah merokok selama lebih dari 10 tahun memiliki tekanan

sistolik rata-rata 139,83 mmHg dan tekanan diastolik rata-rata 93,17 mmHg.

3. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi Makanan

Tinggi Lemak

Konsumsi pangan tinggi lemak juga dapat menyebabkan penyumbatan

pembuluh darah yang dikenal dengan aterosklerosis. Lemak yang berasal dari

minyak goreng tersusun dari asam lemak jenuh rantai panjang (long-saturated

fatty acid). Keberadaannya yang berlebih di dalam tubuh akan menyebabkan

penumpukan dan pembentukan plak di pembuluh darah. Pembuluh darah

menjadi semakin sempit dan elastisitasnya berkurang. Kandungan lemak atau

minyak yang dapat mengganggu kesehatan jika jumlahnya berlebih lainnya


67

adalah : kolesterol, trigliserida, low density lipoprotein (LDL) (Almatsier

2003).

Jeroan (usus, hati, babat, lidah, jantung, dan otak, paru) banyak

mengandung asam lemak jenuh (saturated fatty acid/ SFA). Jeroan

mengandung kolesterol 4-15 kali lebih tinggi dibandingkan dengan daging.

Secara umum, asam lemak jenuh cenderung meningkatkan kolesterol darah,

25-60% lemak yang berasal dari hewani dan produknya merupakan asam

lemak jenuh. Setiap peningkatan 1% energi dari asam lemak jenuh,

diperkirakan akan meningkatkan 2.7 mg/dL kolesterol darah, akan tetapi hal

ini tidak terjadi pada semua orang. Lemak jenuh terutama berasal dari minyak

kelapa, santan dan semua minyak lain seperti minyak jagung, minyak kedelai

yang mendapat pemanasan tinggi atau dipanaskan berulang-ulang. Kelebihan

lemak jenuh akan menyebabkan peningkatan kadar LDL kolesterol

(Almatsier 2003).

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari 106 responden,

responden yang mengkonsumsi makanan dengan kadar lemak tinggi (seperti

susu, jeroan, goreng-gorengan serta daging kambing) sebanyak lebih dari 1

kali perhari memiliki tekanan sistolik dan diastolik rata-rata tertinggi, yaitu

146 mmHg untuk tekanan sistolik rata-rata dan 99,5 mmHg untuk tekanan

diastolik rata-rata. Responden yang mengkonsumsi makanan dengan kadar

lemak tinggi sebanyak 1-2 kali dalam seminggu memiliki tekanan sistolik dan

diastolik rata-rata terendah, yaitu 128,41 mmHg untuk tekanan sistolik rata-

rata dan 85 mmHg untuk tekanan diastolik rata-rata. Hasil ini sama dengan

hasil penelitian Irza (2009) yang menyatakan bahwa faktor konsumsi lemak
68

berhubungan dengan hipertensi yaitu makin sering mengkonsumsi makanan

dengan tinggi lemak, maka tekanan darah juga akan semakin tinggi.

Walaupun dalam penelitiannya, Irza hanya membagi respondennya menjadi

responden yang mengkonsumsi lemak tinggi dan rendah serta mengabaikan

status hipertensi pada responden. Aisyiyah (2009) juga menyatakan hal yang

sama, hal ini karena konsumsi jeroan berlebih dapat menimbulkan

penimbunan kolesterol LDL dan meningkatkan penyempitan pembuluh

darah.

4. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi Makanan

Tinggi Garam

WHO (1990) menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur hingga

6 gram sehari (sama dengan 2400 mg Natrium). Anjuran WHO tersebut

disebabkan karena konsumsi garam memiliki efek langsung terhadap tekanan

darah. menurut Beevers (2002) masyarakat yang mengkonsumsi garam yang

tinggi dalam pola makannya juga adalah masyarakat dengan tekanan darah

yang meningkat seiring bertambahnya usia. Sebaliknya, masyarakat yang

konsumsi garamnya rendah menunjukkan hanya mengalami peningkatan

tekanan darah yang sedikit, seiring dengan bertambahnya usia.

Reabsorpsi natrium oleh tubulus ginjal akan meningkat pada penderita

hipertensi primer yang disebabkan oleh stimulasi beberapa pengangkut

natrium yang terletak di membran luminal seperti halnya pompa natrium yang

terletak di membran basolateral dan menyediakan energi untuk transpor

tersebut. Selain itu suatu zat endogen yang disebut digitalis-like factor yang
69

identik dengan ouabain atau merupakan stereoisomer dari ouabain, dilepaskan

oleh kelenjar adrenal sebagai respon terhadap asupan natrium yang tinggi.

Pada penderita hipertensi primer ditemukan kadar digitalis-like factor yang

tinggi di dalam plasma dan berhubungan langsung dengan tekanan darah

digitalis-like factor mengakibatkan retensi natrium dengan cara meningkatkan

aktivitas pompa natrium ginjal (Adrogue dalam Irza, 2009).

Irza (2009) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa faktor konsumsi

natrium berhubungan dengan hipertensi. Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian ini yang menunjukkan bahwa rata-rata tekanan sistolik dan

diastolik responden yang mengkonsumsi makanan dengan kadar garam

tinggi (seperti mie instan, ikan asin, kecap asin, keju dan saus tomat) lebih

dari 1 kali sehari adalah yang tertinggi. Tekanan sistolik rata-ratanya adalah

146 mmHg dan tekanan diastolik rata-ratanya adalah 98 mmHg. Sedangkan

responden yang mengkonsumsi makanan dengan kadar garam tinggi antara 1-

2 kali perminggu memiliki rata-rata tekanan sistolik dan diastolik terrendah,

yaitu 126,49 mmHg untuk tekanan sistolik rata-ratanya dan 83,51 mmHg

untuk tekanan diastolik rata-ratanya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan Williams (1991) yang menjelaskan

bahwa makan natrium berlebih dapat mengganggu kerja ginjal. Krummel

(2004) menambahkan, populasi yang mengkonsumsi garam dalam jumlah

yang kecil (70mEq/hari) terbukti memiliki riwayat hipertensi yang rendah

pula. Sulchan (2012) menyatakan bahwa asupan tinggi natrium berresiko

sebesar 7,9 kali terhadap hipertensi.


70

5. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Aktifitas Olahraga

Menurut dr. Rai Wahyuni dalam Amira (2009), olahraga dapat

memperbaiki profil lemak darah, yaitu menurunkan kadar total kolestrol,

LDL, dan trigliserida. Olahraga juga dapat memperbaiki HDL, yaitu jenis

kolestrol yang kadarnya sukar dinaikkan. Di samping itu, berbagai faktor

risiko seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan kegemukan dapat diturunkan

dengan menjalankan olahraga yang tepat takaran, durasi, dan frekuensinya.

Olahraga juga dapat memperlancar pemasokan darah ke seluruh tubuh

Keadaan jantung pada orang yang berolahraga (terlatih) jauh berbeda dengan

orang yang tidak berolahraga. Jantung orang yang tidak berolahraga (tidak

terlatih) biasanya dalam satu kali denyutan volume darah yang dapat

dipompakan 70 ml sedangkan bagi yang terlatih dapat mencapai 200 ml, ini

dipengaruhi oleh kekuatan kontraksi otot jantung terutama ventrikel. Dengan

demikian pasokan darah keseluruh tubuh menjadi lancar, Karena

meningkatnya volume darah yang dapat dipompakan dalam satu kali

denyutan (stroke volume) (Amira, 2009).

Amira (2009) juga menyatakan bahwa saat berolahraga jalan cepat,

bersepeda, joging, berenang, atau mengikuti aktivitas erobik lainnya, tekanan

darah akan naik cukup banyak. Misalnya selama melakukan latihan-latihan

fisik yang keras, tekanan darah sistolik dapat naik menjadi 150 - 200 mmHg

dari tekanan sistolik ketika istirahat sebesar 110 - 120 mmHg. Sebaliknya,

segera setelah latihan selesai, tekanan darah akan turun sampai di bawah

normal dan berlangsung selama 30 - 120 menit. Penurunan ini terjadi karena

pembuluh darah mengalami pelebaran dan relaksasi. Pada penderita


71

hipertensi, penurunan itu akan nyata sekali. Kalau dilakukan berulang-ulang,

lama kelamaan penurunan tekanan darah tadi berlangsung lebih lama. Itulah

sebabnya latihan olahraga secara teratur akan dapat menurunkan tekanan

darah.

Hasil penelitian yang dilakukan Amira (2009) terhadap mahasiswa yang

tidak merokok dan tidak terdiagnosis hipertensi menyatakan bahwa ada

hubungan antara olahraga dengan tekanan darah. Wau (2011) juga

menyatakan bahwa kurangnya aktifitas fisik dapat meningkatkan resiko

hipertensi. Hasil tersebut selaras dengan hasil penelitian ini dimana responden

yang jarang atau tidak pernah berolahraga mempunyai rata-rata tekanan

sistolik dan diastolik lebih tinggi dibandingkan responden yang berolahraga

kurang dari 30 menit perhari atau kurang dari 3 hari perminggu. Rata-rata

tekanan sistolik responden yang jarang atau tidak pernah berolahraga adalah

136,76 mmHg dan tekanan diastolik rata-ratanya adalah 90,29 mmHg.

Responden yang berolahraga kurang dari 30 menit perhari atau kurang dari 3

hari perminggu memiliki tekanan sistolik rata-rata 132,07 mmHg dan tekanan

diastolik rata-ratanya adalah 91,93 mmHg.

6. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Kepatuhan Pengobatan

Pada umumnya pasien hipertensi memerlukan dua atau lebih obat

antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan.

Penambahan obat kedua dari kelas yang berbeda dimulai apabila pemakaian

obat tunggal dengan dosis lazim gagal mencapai target tekanan darah.

Apabila tekanan darah melebihi 20/10 mm Hg diatas target, dapat


72

dipertimbangkan untuk memulai terapi dengan dua obat. Hal yang harus

diperhatikan adalah risiko untuk hipotensi ortostatik, terutama pada pasien-

pasien dengan diabetes, disfungsi autonomik, dan lansia (Ayu dalam Irza,

2009).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan, sebagian

besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari

hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan

prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, dimana hanya 7,2%

penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus

yang minum obat hipertensi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang patuh terhadap

program pengobatan, dalam hal ini mengkonsumsi obat anti hipertensi secara

teratur sesuai petunjuk dokter dalam 3 bulan terakhir memiliki rata-rata

tekanan sistolik dan diastolik yang lebih rendah jika dibandingkan dengan

responden yang tidak patuh terhadap program pengobatan. Responden yang

patuh terhadap program pengobatan memiliki tekanan sistolik rata-rata

127,14 mmHg dan tekanan diastolik rata-rata 84,29 mmHg. Responden yang

tidak patuh terhadap program pengobatan memiliki tekanan sistolik rata-rata

140 mmHg dan tekanan diastolik rata-ratanya 93,44 mmHg.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa dari 106 responden, 64 (60,38

%) responden diantaranya tidak patuh terhadap program pengobatan. Hal ini

disebabkan oleh beberapa sebab. Menurut hasil penelitian Adriansyah (2010)

menyebutkan bahwa semakin bertambahnya usia seseorang dan semakin lama

seseorang mengidap hipertensi maka kepatuhan seseorang terhadap program


73

pengobatan akan semakin berkurang. Hal yang sama juga diungkapkan oleh

Jaya (2009) dalam hasil penelitiannya. Pasien dengan usia antara 56-80 tahun,

9 kali cenderung untuk tidak patuh daripada pasien yang berusia 32-55 tahun.

Pada umumnya pasien dengan umur yang sudah lanjut ditambah lagi dengan

sudah lamanya menderita hipertensi, mengaku sering lupa atau enggan untuk

meminum obatnya. Ada beberapa alasan yang diutarakan pasien tersebut

diantaranya sudah jenuh meminum obat (karena penyakit yang dideritanya

sudah cukup lama), sedangkan penyakitnya tidak kunjung sembuh

sepenuhnya (Adriansyah 2010).

Tingginya pendidikan seseorang juga mempengaruhi kepatuhan

seseorang terhadap perogram pendidikan. Menurut Adriansyah (2010) dengan

semakin tingginya pendidikan, ada kemungkinan pasien tersebut tidak patuh

dalam menjalani pengobatannya. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya

sedikit pengetahuan yang dimiliki pasien tersebut mengenai penyakitnya,

akibat pengetahuan yang tidak menyeluruh, pasien sering mengabaikan

instruksi yang telah diberikan oleh dokter kepadanya dan sering menganggap

penyakit hipertensi tidak begitu fatal bagi kesehatannya padahal komplikasi

yang timbul dari penyakit tersebut sangat membahayakan seiring tidak segera

mengobatinya.

Komunikasi antara dokter dan pasien juga menjadi salah satu faktor

yang berpengaruh terhadap kepatuhan seseorang terhadap program

pengobatan hipertensi. Hal ini seperti diungkapkan oleh Salamah (2010)

dalam penelitiannya yang menyebutkan bahwa semakin baik komunikasi


74

pasien dokter maka semakin tinggi tingkat kepatuhan pasien dalam mengikuti

aturan pengobatan.

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis masih memiliki keterbatasan penelitian.

Keterbatasan penelitian yang dimaksud diantaranya keterbatasan penulis dalam

dana, waktu dan tenaga. Karena masih terdapat banyak faktor faktor resiko

hipertensi yang dapat di gali lagi. Namun karena kemampuan peneliti yang

terbatas dalam hal waktu, dana dan tenaga maka faktor-faktor resiko hipertensi

yang dapat dikaji hanya meliputi frekuensi merokok, lama merokok, kebiasaan

konsumsi makanan dengan kadar garam dan atau lemak tinggi, kebiasaan olahraga

dan kepatuhan pengobatan.

Selain itu dalam cara mengkategorikan hasil penelitian tentang kebiasaan

konsumsi makanan dengan kadar lemak dan garam tinggi, peneliti juga memiliki

kekurangan sumber bacaan sehingga ditakutkan hasilnya akan bias karena antara

kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi tidak dikaji lebih lanjut.

Kemudian variabel kepatuhan pengobatan juga tidak dikaji lebih lanjut, karena

responden hanya diberi pertanyaan apakah responden mengkonsumsi obat sesuai

resep dokter dalam tiga bulan terakhir, tanpa dipastikan lebih lanjut oleh peneliti

apakah responden benar-benar mengkonsumsi obatnya atau tidak.


BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Penelitian ini telah mengidentifikasi beberapa karakteristik dari 106

responden. Mayoritas responden adalah responden yang berusia antara umur

41-60 tahun, yaitu 49 orang (46,23 %). Jenis kelamin responden semuanya

laki-laki. 73 orang (68,87 %) memiliki riwayat keturunan hipertensi dalam

keluarganya. Berdasarkan frekuensi merokok, responden yang merokok

antara 1-10 batang perhari dan 11-20 batang perhari memiliki jumlah yang

sama besar, yaitu masing-masing 43 orang (40,57 %). Berdasarkan lama

merokok, jumlah responden yang merokok lebih dari 10 tahun adalah yang

terbanyak, yaitu 60 orang (56,61 %). Berdasarkan konsumsi makanan dengan

kadar lemak tinggi, responden yang mengkonsumsi antara 1-2 kali perminggu

adalah yang terbanyak, yaitu 44 responden (41,51 %). Kebiasaan konsumsi

makanan dengan kadar garam tinggi yang terbanyak adalah responden yang

mengkonsumsi antara 1-2 kali perminggu, yaitu 37 orang (34,91 %).

Berdasarkan aktifitas olahraga, sebaran responden yang paling banyak adalah

responden yang jarang atau tidak pernah berolahraga, yaitu 68 orang (64,15

%). Berdasarkan kepatuhan pengobatan, responden yang tidak patuh terhadap

program pengobatan adalah yang terbanyak, yaitu 64 orang (60,38 %).

2. Gambaran rata-rata tekanan darah berdasarkan frekuensi merokok adalah

sebagai berikut : 1-10 batang : 130,7/85,35 mmHg; 11-20 batang :

133,72/89,3 mmHg; >20 batang : 146,5/100,5 mmHg.

75
76

3. Gambaran rata-rata tekanan darah berdasarkan lama merokok adalah sebagai

berikut : <5tahun : 126,15/82,31 mmHg; 5-10 tahun : 129,39/86,67 mmHg;

>10 tahun : 139,83/93,17 mmHg.

4. Gambaran rata-rata tekanan darah berdasarkan kebiasaan konsumsi makanan

tinggi lemak adalah sebagai berikut : 1-2 kali perminggu : 128,41/85 mmHg;

3-6 kali perminggu : 134,21/87,89 mmHg; 1 kali perhari : 138,26/92,17

mmHg; >1 kali perhari : 146/99,5 mmHg.

5. Gambaran rata-rata tekanan darah berdasarkan kebiasaan konsumsi makanan

tinggi garam adalah sebagai berikut : 1-2 kali perminggu : 126,49/83,51

mmHg; 3-6 kali perminggu : 135,71/91,14 mmHg; 1 kali perhari :

141,05/93,16 mmHg; >1 kali perhari : 146/98 mmHg.

6. Gambaran rata-rata tekanan darah berdasarkan aktifitas olahraga adalah

sebagai berikut : jarang / tidak pernah : 136,76/90,29 mmHg; < 30 menit

perhari / < 3 hari perminggu : 132,07/91,93 mmHg; ≥ 30 menit perhari / ≥ 3

hari perminggu : 130/92,22 mmHg

7. Gambaran rata-rata tekanan darah berdasarkan kepatuhan pengobatan adalah

sebagai berikut : ya : 127,14/84,29 mmHg; tidak : 140/93,44 mmHg

B. Saran

a. Bagi klien dan masyarakat :

Diharapkan kepada masyarakat untuk merubah gaya hidupnya ke arah yang

lebih sehat, terutama mengurangi atau bahkan berhenti merokok, mengurangi

konsumsi makanan berlemak dan berkadar garam tinggi, berolahraga yang

rajin dan mematuhi program pengobatan.


77

b. Bagi Pelayanan kepada masyarakat :

Upaya sosialisasi kepada masyarakat, terkait dengan faktor-faktor risiko

hipertensi hendaknya dilakukan terus-menerus baik oleh pemerintah maupun

instansi terkait untuk menurunkan kejadian hipertensi yang merupakan salah

satu penyakit yang memiliki risiko kematian tinggi

c. Bagi penelitian yang akan datang :

Dapat dijadikan sebagai acuan dan diharapkan mengambil populasi yang

lebih spesifik dan lebih besar. Dan agar dapat mengendalikan faktor perancu

atau counfounding factor dengan analisis lebih lanjut.


DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Tj. Y. 2005. Mayo Clinic Hipertensi. PT. Duta Prima. Cetakan I.
Jakarta.

Adriansyah. 2010. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Ketidakpatuhan


Pasien Penderita Hipertensi pada Pasien Rawat Jalan di RSU H. Adam
Malik Medan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.

Aisyiyah, Farida Nur. 2009. Faktor Risiko Hipertensi pada Empat


Kabupaten/Kota dengan Prevalensi Hipertensi Tertinggi di Jawa dan
Sumatera. Skripsi. IPB.

Alamsyah, Rika Mayasari. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan


Merokok dan Hubungannya dengan Status Penyakit Periodontal Remaja di
Kota Medan Tahun 2007. Tesis. Universitas Sumatera Utara

Almatsier S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.

Amira, Nor. 2010. Gambaran Tekanan Darah pada Mahasiswa Fakultas


Kedokteran Universitas Sumatera Utara Sebelum dan Sesudah Olahraga.
Skripsi. Universitas Sumatera Utara.

Arjatmo T, Hendra U., 2001. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI.

Arora, Anjali, 2008. 5 Langkah Mencegah Dan Mengobati Tekanan Darah


Tinggi. PT. Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia, Jakarta.

Beevers, Gareth, D., Lip, Gregory Y. H., Eoin, O., 2002. ABC of Hypertension, 5th
ed. Blackwell Publishing.

Bustan, N.M., 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. PT. Rineka Cipta.
Jakarta.

Chaplin, J.P. 1997. Kamus Lengkap Psikologi. (Terjemahan Dr. Kartini Kartono).
Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Corwin, Elizabeths J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Terjemahan Brahman U.


Jakarta : EGC.

Departemen Kesehatan R.I. 2007. Pedoman Pengendalian Penyakit Paru


obstruktif kronik, Jakarta.
2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia
Tahun 2007. Jakarta : Balitbangkes-Depkes RI.

2010. Rencana Program Nasional Pencegahan dan


Penanggulangan Penyakit Tidak Menular Tahun 2010-2014, Kementerian
Kesehatan RI, Direktorat Jenderal PP&PL, Direktorat Pengendalian PTM,
2010, Jakarta.

Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2006. Pharmeceutical Care


Hipertensi. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Gondodiputro, Sharon , 2007. Bahaya Tembakau dan Bentuk-Bentuk Sediaan


Tembakau. Fakultas kedokteran Universitas Padjajaran. Bandung.

Guyton dan Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Penerjemah Irawati Setiawan, dkk.
Jakarta : EGC.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik


Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika.

Irza, Syukraini. 2009. Analisis Faktor Resiko Hipertensi pada Masyarakat Nagari
Bungo Tanjung, Sumatera Barat. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.

Jaya, Nandang Tisna Ali Ami. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Tingkat Kepatuhan Pasien dalam Minum Obat Anti Hipertensi di
Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan Propinsi Banten Tahun
2009. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah.

Joewono, Boedi Soesetyo. 2003. Ilmu Penyakit Jantung. Surabaya : Airlangga


University Press.

Khomsan A. 1996. Defisiensi dan Kelebihan Gizi. Bogor : IPB Press.

Komasari, D. & Helmi, AF. 2000. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok


Pada Remaja. Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada, 2. Yogyakarta :
Universitas Gadjah Mada Press.

Krummel DA. 2004. Medical Nutrition Therapy in Hypertension. USA: Saunders


co.

Kurniati, Apriana Et Al. 2012. Gambaran Kebiasaan Merokok dengan Profil


Tekanan Darah pada Mahasiswa Perokok Laki-Laki Usia 18-22 Tahun.
Jurnal Kesehatan Mayarakat FKM Universitas Diponedoro, Volume 1, No.
1, Tahun 2012.

Lawson R.Wulsin and Arthur J, BarskyVictor RG, Kaplan NM, 2007. Systemic
hypertension: mechanisms and diagnosis. In: Libby P, Bonow RO, Mann
DL, Zipes DP, eds.,. Braunwald's Heart Disease: A Textbook of
Cardiovascular Medicine. 8th ed. Philadelphia, Pa; Saunders Elsevier: chap
86.

Majid, Abdul., 2005. Fisiologi Kardiovaskular. edisi 2: Fakultas Kedokteran


Universitas Sumatera Utara.

Mansjoer A., 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid I. Jakarta: Media Aesculapius.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi. Jakarta:


Rineka Cipta.

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Peraturan Pemerintah, 2003. Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan. PP No 19 tahun


2003.

Potter, Patricia A; Anne Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental


Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik, Edisi 4 Volume 2. Jakarta:
EGC

Price, S.A. & Wilson L.M., 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Perjalanan Penyakit, 6th ed. Gangguan Sistem Kardiovaskular. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 517-688.

Rezky, Aisyah. 2011. Efektifitas Bunga Rosella untuk Menurunkan Tekanan


Darah Tinggi di Desa Sunggal Kanan Dusun V Deli Serdang. Skripsi.
Universitas Sumatera Utara.

Rochadi, K, 2005. Berbagai Upaya Penanggulangan Perilaku Merokok Di


Indonesia, Info Kesehatan Majalah Kesehatan Masyarakat, FKM USU,
Medan.

Salamah, Raudatus. 2010. Hubungan Antara Komunikasi Pasien-Dokter, Otonomi


Pasien, dan Kepatuhan Pasien Terhadap Aturan Pengobatan pada
Penderita Hipertensi. Tesis. UGM

Sarwono, S. 1993. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: CV. Rajawali.

Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Sheps, Sheldon G 2002. Mayo Clinic Hipertensi, Jakarta: Intisari


Sherwood, L., 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Pembuluh Darah dan
Tekanan Darah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 297-340.

Sitepoe, M., 1997. Usaha Mencegah Bahaya Merokok. Jakarta: Gramedia.

Sitepu, Rahmadani. 2012. Pengaruh Kebiasaan Merokok dan Status Gizi


Terhadap Hipertensi pada Pegawai kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi Sumatera Utara. Tesis. Universitas Sumatera Utara.

Sitorus, Ronald, 2005. Gejala Penyakit Dan Pencegahannya. Yrama Widya,


Bandung.

Situmorang, Kamri, 2009. Perbedaan Tekanan Darah Perokok Nikotin Tinggi dan
Nikotin Rendah pada Laki-Laki Berumur 15-30 Tahun di Lingkungan I
Kelurahan Pulo Brayan Kota Kecamatan Medan Barat Kotamadya Medan
Tahun 2009. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.

Smet, B., 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana.


Indonesia.

Soeharto I., 2001. Kolesterol & Lemak Jahat Kolesterol & Lemak Baik. Yayasan
Pembina Kardiovaskuler Indonesia.

Suhardi., 1995. Perilaku Merokok di Indonesia menurut Susenas dan SKRT 1995.
Jurnal Cermin Dunia Kedokteran.

Sulchan, Muhammad, Vindy Destiany. 2012. Asupan Tinggi Natrium dan Lama
Menonton TV Sebagai Faktor Risiko Hipertensi Obeistik pada Remaja
Awal. Journal of Nutrition College, No. 1, Tahun 2012.

Sustrani L., 2006. Hipertensi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Syazana, Nur Adibah. 2010. Pengaruh Tekanan Darah pada Perokok di


Kalangan Mahasiswa Lelaki Angkatan 2007 Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.

Walgito, B. 1994. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar) Edisi Revisi. Yogyakarta:


Penerbit Andi Offset.

Wardoyo, 1996. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. Solo: Toko Buku


Agency.

Wau, Herbert. 2011. Faktor Risiko Hipertensi Esensial pada Dewasa Muda di
Kecamatan Manyudono Kabupaten Boyolali. Tesis. UGM.

Whincup, P.H., Glig, J.A., Emberson, J.R., Jarvis, M.J., Feyerabend, C., Bryant,
A., et al., 2004. Passive Smoking and Risk of Coronary Heart Disease and
Stroke: Prospective study with cotinine measurement. BMJ,
bmj.38146.427188.55

Williams GH. 1991. Hypertensive vascular disease. Di dalam: Wilson Jean D. Et


al.,editor. Harrison’s Principles of Internal Medicine - 12th ed. Spanish :
McGraw-Hill, Inc. hlm. 1001-1015.
Lampiran I. Cara Ukur Tekanan Darah

Tekanan darah diukur dengan menggunakan alat sphygmomanometer

dan stetoskop. Ada tiga tipe dari sphygmomanometer yaitu dengan

menggunakan air raksa atau merkuri, aneroid, dan elektronik. Tipe air raksa

adalah jenis sphygmomanometer yang paling akurat. Karena itu dalam

penelitian kali ini yang digunakan adalah sphygmomanometer air raksa.

Tingkat bacaan dimana detak tersebut terdengar pertama kali adalah tekanan

sistolik. Sedangkan tingkat dimana bunyi detak menghilang adalah tekanan

diastolik. Sebelum mengukur tekanan darah yang harus diperhatikan yaitu :

a. Jangan minum kopi atau merokok 30 menit sebelum pengukuran

dilakukan.

b. Duduk bersandar selama 5 menit dengan kaki menyentuh lantai dan tangan

sejajar dengan jantung (istirahat).

c. Pakailah baju lengan pendek.

d. Buang air kecil dulu sebelum diukur , karena kandung kemih yang penuh

dapat mempengaruhi hasil pengukuran (Sustrani, 2006).

Adapun cara pengukuran tekanan darah adalah sebagai berikut:

1. Pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan pada pasien setelah

istirahat yang cukup, yaitu sesudah duduk paling sedikit 5 menit.

2. Pengukuran dilakukan pada posisi duduk sebanyak 2 kali atau lebih

dengan interval 2 menit.

3. Ukuran manset harus cocok dengan ukuran lengan atas. Manset harus

melingkari paling sedikit 80% lengan atas dan lebar manset paling sedikit
2 atau 3 kali panjang lengan atas, pinggir bawah manset harus 2 cm diatas

fosa cubiti untuk mencegah kontak dengan stetoskop. Sebaiknya

disediakan barbagai ukuran manset untuk dewasa, anak dan orang gemuk.

4. Balon dipompa sampai ke atas tekanan diastolik kemudian tekanan darah

diturunkan perlahan-lahan dengan kecepatan 2-3 mmHg tiap denyut

jantung.

5. Tekanan sistolik tercatat pada saat terdengar bunyi yang pertama

(korotkoff I) sedangkan tekanan diastolik dicatat jika bunyi tidak terdengar

lagi (korotkoff V).

6. Pemeriksaan tekanan darah dilakukan pada lengan kanan dan pada posisi

duduk (Arjatmo & Hendra, 2001).


Lampiran 2. Formulir Persetujuan Menjadi Responden

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : ..................................................
No. Responden : ..................................................

Setelah mendapatkan penjelasan dari penulis, saya menyatakan (bersedia / tidak


bersedia*) menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, atas nama Arga Indera Wahyudi dengan judul “Gambaran Tekanan Darah
Berdasarkan Faktor Pemberat Hipertensi pada Pasien Hipertensi Perokok di
Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat, Tangerang Selatan Tahun 2013”.

Demikian surat persetujuan ini saya buat dengan sejujur-jujurnya tanpa ada
paksaan dan tekanan dari pihak manapun.

Ciputat, Januari 2013


Responden

( ..................................... )
Nama Terang
*) Coret yang tidak perlu
Lampiran 3. Kuisioner
GAMBARAN TEKANAN DARAH BERDASARKAN FAKTOR
PEMBERAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI PEROKOK DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPUTAT, TANGERANG SELATAN
TAHUN 2013
Petunjuk Pengisisan
a. Isilah terlebih dahulu biodata anda pada tempat yang telah disediakan !
b. Bacalah dengan seksama setiap pertanyaan, sebelum anda menjawabnya !
c. Berilah tanda check list (√ ) pada jawaban yang anda benar !

A. Identitas/Data Demografi Responden


Nama/Inisial Responden :
Tanggal wawancara :
TTL/Umur :
Pekerjaan :
Jenis Kelamin : Laki-laki
Berat Badan :

B. Perilaku Merokok
Pertanyaan Diisi Oleh
Peneliti
1. Apakah anda merokok?
a. Ya
b. Tidak
2. Sudah berapa lama anda merokok?
a. Kurang dari lima tahun
b. 5-10 tahun
c. Lebih dari 10 tahun
3. Berapa jumlah rokok yang anda konsumsi setiap harinya ?
a. 1-10 batang
b. 11-20 batang
c. Lebih dari 20 batang
4. Apakah dalam keluarga anda terdapat riwayat
atau keturunan hipertensi?
a. Ya
b. Tidak
5. Berapa kali keluarga anda mengkonsumsi makanan berlemak
tinggi (susu, jeroan, goreng-gorengan, daging kambing)?
a. >1x/hari
b. 1x/hari
c. 3-6x/minggu
d. 1-2x/minggu
6. Berapa kali keluarga anda mengkonsumsi makanan asin (mie
instant, ikan asin, telur asin, kecap asin, keju, saus tomat) ?
a. >1x/hari
b. 1x/hari
c. 3-6x/minggu
d. 1-2x/minggu
7. Apakah anda dan keluarga melakukan aktivitas fisik seperti
berolahraga?
a. Jarang/tidak pernah
b. Ya, <30 menit/hari dan atau <3 hari/minggu
c. Ya, ≥30 menit/hari dan ≥3 hari/minggu
8. Apakah anda rutin (sesuai petunjuk dokter) mengkonsumsi
obat anti hipertensi?
a. Ya
b. Tidak

C. Tekanan Darah
Tekanan Sistolik (mmHg) Tekanan Diastolik (mmHg)

Anda mungkin juga menyukai