Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
CLINIC, SWEDEN
Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hortikultura berasal dari Bahasa Latin yang terdiri dari dua patah kata yaitu
hortus (kebun) dan culture (bercocok tanam). Hortikultura memiliki makna seluk beluk
kegiatan atau seni bercocok tanam sayur-sayuran, buah – buahan atau tanaman hias.
Tanaman Hortikurtura memiliki beberapa fungsi yakni sebagai sumber bahan makanan,
Hiasan / keindahan, dan juga. Pekerjaan. Hortikultura terbagi atas 4 bagian yaitu: Sayur-
sayuran, Buah-buahan, tanaman hias, dan tanaman obat. Ilmu hortikultura berhubungan
erat dengan ilmu pengetahuan lainnya, seperti teknik budidaya tanaman, mekanisasi,
menciptakan tanaman baru dari berbagai sumber atau bagian tanaman, seperti biji, stek,
umbi, dan bagian tanaman lainnya (Wikipedia, 2012). Tujuan utama dari pembiakan
tanaman adalah untuk mencapai pertambahan jumlah, memelihara sifat-sifat penting dari
tanaman (Askari, 2010), dan juga untuk mempertahankan eksistensi jenisnya. Ada dua
cara perbanyakan tanaman, yaitu perbanyakan secara seksual atau generative dan
dengan budidaya tanaman lainnya. Hasil yang diperoleh dari budidaya holtikultura ini per
unit areanya juga biasanya lebih tinggi. Lebih lanjut dikatakan tanaman holtikultura
memiliki berbagai fungsi dalam kehidupan manusia. Misalnya tanaman hias berfungsi
untuk memberi keindahan (aestetika), buah – buahan sebagai makanan, dan lain-lain.
Holtikultura berinteraksi dengan disiplin ilmu lainnya seperti kehutanan, agronomi, dan
Oleh karena itu perawat harus dapat membangkitkan semangat dan kreasi klien
dalam memecahkan masalah dan mengurangi rasa putus asa, rendah diri, rasa
keterbatasan akibat dari ketidakmampuan fisik dan kelainan yang dideritanya. Dapat
disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya dengan
upaya pengobatan medis dalam proses penyembuhan dan ketenangan para klien.
klien dalam situasi yang ada pada saat klien dirawat sehingga klien lebih mampu
merawat diri sendiri, banyak aktivitas dan lebih mandiri. Salah satu terapi modalitas yaitu
terapi berkebun merupakan terapi dengan menggunakan berkebun secara terapeutik untuk
meningkatkan fungsi fisik, psikologis, kognitif, perilaku dan fungsi sosial serta
rasa aman dan membuat peserta merasa lebih baik dengan memanfaatkan waktu
mencangkok, merawat dan memelihara tanaman sehingga dapat menurunkan stress yang
dideritanya.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah bagaimana terapi hortikultura: ‘taman
penyembuhan’ dan berkebun dalam tindakan rehabilitasi di klinik rehabilitasi rumah sakit
Danderyd, Swedia?
C. Tujuan
Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui terapi hortikultura: ‘taman
penyembuhan’ dan berkebun dalam tindakan rehabilitasi di klinik rehabilitasi rumah sakit
Danderyd, Swedia.
BAB II
RESUME JURNAL
A. Isi Jurnal
1. Nama Peneliti
3. Tujuan Penelitian
Tujuannya penelitian ini adalah untuk meninjau literatur tentang terapi hortikultura
dan menggambarkan Taman Terapi Hortikultura Rumah Sakit Danderyd dan program
4. Metode Penelitian
Metode penelitian ini diperoleh dari beberapa literatur, diantaranya yaitu dari Allied
and Complimentary Medicine (AMED), the Cumulative Index to Nursing & Allied
Agricultural University.
5. Hasil Penelitian
melihat alam, mengunjungi taman penyembuhan rumah sakit dan, yang paling
penting, berkebun yang sebenarnya. Diharapkan untuk mempengaruhi penyembuhan,
kehidupan sosial dan mempeke1rjakan kembali untuk orang dengan penyakit mental
atau fisik. Taman Terapi Hortikultura digambarkan mengenai desain lingkungan luar
ruangan, adaptasi alat berkebun, metode budidaya dan bahan tanaman. Program terapi
reorganisasi kognitif dan pelatihan fungsi motorik sensor diuraikan dan keterampilan
Pada tahun 1979, salah satu evaluasi ilmiah pertama yang lebih teratur dari terapi
berkebun dalam ruangan di antara 32 penduduk yang cacat fisik dari panti jompo,
menggunakan materi rekreasi atau berkeliling atau berinteraksi dengan warga lain.
Penduduk yang berpartisipasi dalam sesi berkebun mingguan terlibat lebih dari 90%
dari waktu yang diamati, sementara penduduk yang tidak berpartisipasi terlibat
kurang dari 40% dari waktu yang diamati. Dapat disimpulkan bahwa melakukan
berkebun berlebihan menjadi keterlibatan sosial dan pekerjaan dalam kegiatan sehari-
tidak hanya diperuntukkan bagi pasien dengan gangguan mental tetapi juga
berkebun dengan menyediakan lahan dan bibit sehingga pasien dapat melakukan
terapi ini secara bersama sehingga bias dijadikan kegiatan rehabilitasi medik pasien
gangguan jiwa.
mengurangi gejala depresi, kecemasan peserta kelompok serta meningkatkan harga diri.
DAFTAR PUSTAKA