Anda di halaman 1dari 2

Diet Keto dan Paleo Bisa Tingkatkan Risiko

Gangguan Irama Jantung

Dewi Anggraini - detikFood Rabu, 13 Mar 2019 14:14 WIB


Foto: iStock

Jakarta - Diet keto dan paleo yang membatasi asupan karbohidrat ternyata bisa membuat
tidak teraturnya irama denyut jantung (AFid). Begini penjelasan para ahli.

Diet rendah karbohidrat merupakan diet yang mengharuskan seseorang untuk mengasup
sebanyak 44.8 persen kalori harian bersumber dari karbohidrat. Diet ini disukai banyak orang
karena bisa memicu turunnya berat badan.

Diet keto sendiri membatasi asupan karbohidrat hingga kurang dari 10 persen dari total kalori
harian. Sedangkan diet tinggi karbohidrat justru menyarankan agar konsumsi karbohidrat
harian seseorang mencapai lebih dari 52,4 persen jumlah kalori dari karbohidrat.

Baru-baru ini, sebuah penelitian yang dipresentasikan dalam Sesi Ilmiah Tahunan ke-68 di
American College of Cardiology menunjukkan bahwa diet rendah karbohidrat justru
meningkatkan risiko gangguan irama jantung yang disebut atrial fibrillation (AFib) lapor
Daily Meal (8/3).
AFib merupakan detak jantung yang tidak teratur hingga menyebabkan pusing dan kelelahan.
Menurut American Heart Association, penderita AFib berkepanjangan bisa terserang
penyakit pembekuan darah, stroke, gagal jantung, dan penyakit komplikasi lainnya.

Awalnya, para peneliti menganalisis sekitar 14.000 data yang masuk ke dalam tim peneliti
National Institutes of Health. Belasan ribu data itu didapat dari tahun 1985 hingga 2016.

Setelah dilakukan pengamatan selama 22 tahun, peneliti menemukan banyaknya penganut


diet rendah karbohidrat yang terdiagnosis AFib.

Penganut diet rendah kalori memiliki risiko terserang AFid sebesar 18 persen lebih besar
dibanding penganut diet karbohidrat moderat. Sedangkan pelaku diet tinggi karbohidrat
memiliki risiko sebesar 16 persen terserang Afid.

Dengan adanya fakta itu, American College of Cardiology menyatakan bahwa diet rendah
karbohidrat harus dijalankan dengan hati-hati.

Lewat penelitian ini, para ahli juga mengemukakan beberapa penyebab peningkatan risiko
terkena AFid. Mungkin banyak orang yang berpikir bahwa hal itu disebabkan oleh besarnya
jumlah lemak jenuh yang dikonsumsi pada pelaku diet rendah karbohidrat. Namun nyatanya,
meningkatnya risiko AFib bukan berasal dari protein atau lemak yang dikonsumsi untuk
mengganti kalori dari karbohidrat yang diasup pelaku diet.

Sebaliknya para peneliti menjelaskan bahwa hal itu disebabkan oleh rendahnya konsumsi
sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian. Bahan-bahan itu bisa mengurangi peradangan yang
sebabkan masalah jantung. Selain itu, banyak orang yang mengganti makanan kaya
karbohidrat dengan protein dan lemak. Hal itu justru sebabkan stres oksidatif yang juga
berkaitan erat dengan AFib.

Sayangnya, para peneliti belum bisa membuktikan kaitan dari faktor lain yang juga bisa
memengaruhi kesehatan jantung. Penelitian ini juga tidak memperhitungkan perubahan pola
makan yang terjadi usai penelitian selesai.

Anda mungkin juga menyukai