Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Yang telah memberikan rahmat
serta hidayah-Nya kepada kami sehingga tugas makalah mengenai “Evaluasi Belajar” ini dapat
kami selesaikan dengan tepat waktu. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Prof. Dr.
Hj. Zaenab Hanim HAM, M. Pd selaku dosen Belajar dan Pembelajaran yang telah memberikan
kami kesempatan untuk menyelesaikan tugas ini sehingga kami mendapatkan pengetahuan yang
lebih tentang evaluasi pendidikan.
Melalui kata pengantar ini kami lebih dulu meminta maaf seandainya di dalam makalah ini
terdapat kekurangan ataupun penulisan yang kurang tepat. Dengan ini kami mempersembahkan
makalah ini dengan penuh rasa terimakasih dan semoga Allah Swt. memberkahi makalah ini
sehingga dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Samarinda, 13 Februari 2018
Penulis,
Kelompok VIII
Page |2
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam dunia pendidikan, evaluasi memegang peranan yang amat penting. Dari
evaluasi itu, para pengambil keputusan pendidikan mendasarkan diri dalam
memutuskan apakah seorang siswa dapat dinyatakan lulus atau tidak serta layak
diberikan sertifikasi atau tidak.
Ulangan dan Ulangan Umum yang dulu disebut THB (Tes Hasil Belajar) dan
TPB (Tes Prestasi Belajar) adalah alat ukur yang banyak digunakan untuk menentukan
taraf keberhasilan sebuah proses belajar mengajar. Sementara itu istilah evaluasi
biasanya dipandang sebagai ujian untuk menilai hasil pembelajaran para siswa pada
akhir jenjang pendidikan tertentu. Di Indonesia ujian seperti ini disebut Ujian Akhir
Nasional (UAN).
Isu aktual yang berkembang dalam pendidikan saat ini adalah rendahnya mutu
pendidikan Indonesia yang telah disadari oleh berbagai pihak, terutama oleh para
pemerhati pendidikan di Indonesia. Rendahnya mutu pendidikan ini dapat dilihat, antara
lain dari rendahnya rata-rata nilai Ujian Akhir Nasional (UAN) untuk semua bidang
studi yang di-UAN-kan, baik di tingkat nasional maupun daerah.
Rendahnya pendidikan di Indonesia dapat diketahui dari hasil
penelitian Programme for International Student Assesment (PISA) 2006 yang
diterbitkan Selasa, 4 desember 2007, menunjukkan bahwa kemampuan mambaca
(reading literacy) anak-anak Indonesia usia 15 tahun berada pada peringkat ke-48,
kemampuan matematika berada pada peringkat ke-50, dan kemampuan Ilmu
Pengetahuan Alam berada pada peringkat ke-50 dari 57 negara yang diteliti.
Kemampuan membaca siswa usia 15 masih pada peringkat ke-48 (peringkat bawah),
padahal kemampuan membaca ini merupakan faktor yang terpenting untuk melakukan
eksplorasi informasi yang sangat erat dengan kegiatan siswa dalam belajarnya.
Kemampuan matematika dan ilmu pengetahuan alam berada pada peringkat ke-50, hal
ini juga sangat memprihatinkan dalam sejarah pendidikan Indonesia.
Laporan dari PISA ini juga sejalan dengan laporan yang dikeluarkan
oleh International Association for the Evaluation of Educational Achuievement (IEA)
berdasarkan hasil studi Trends in International Mathematic and Sciense Study (TIMSS)
2004 menunjukkan bahwa untuk bidang matematika, siswa sekolah menengah pertama
(SMP) kelas II di Indonesia berada pada peringkat ke-34 dari 45 negara. Sementara
Page |4
untuk bidang sains, siswa Indonesia pada tingkat yang sama berada pada urutan ke-36
dari 45 negara.
Nilai kelulusan UAN yang dicapai oleh sebagian besar siswa kita sebenarnya
merupakan nilai yang tidak wajar. Namun, masyarakat kelihatannya senang jika sekolah
tertentu semua siswanya (100%) lulus. Masyarakat senang jika anak-anak lulus dengan
nilai baik, walaupun dengan cara yang tidak mendidik dan tidak masuk akal. Barangkali
sekarang, sudah saatnya sekolah tidak memberi tanda lulus dengan disertai dengan nilai
kelulusan. Sekolah cukup memberikan Surat Tanda Tamat Belajar (STTB). Dalam
STTB cukup diterangkan, seorang anak telah tamat belajarnya di SD, SMP, SMA atau
SMK. Jika orang mau melihat prestasi yang dimiliki siswa, silahkan melihat nilai yang
dimilikinya.
“On logical and empirical grounds, IQ test scores are not necessary for the
definition of learning disabilities”, artinya pada dasar logis dan empiris, nilai tes IQ
tidak diperlukan untuk definisi ketidakmampuan belajar.
“Identification of children with learning disabilities is based on understanding
the difference between ability and achievement”, artinya identifikasi anak-anak dengan
ketidakmampuan belajar didasarkan pada pengertian perbedaan antara kemampuan dan
prestasi.
Dari uraian di atas pemakalah ingin menjelaskan lebih lanjut tentang bagaimana
dunia evaluasi dalam pendidikan. Agar kita mengetahui makna sebenarnya dari evaluasi
untuk selanjutnya menjadi lebih bijak dalam mengaplikasikannya pada proses belajar
mengajar sehingga pendidikan di Indonesia tidak tertinggal dengan negara lain dan
mampu bersaing dalam dunia global.
B. Rumusan Masalah
1. Mengapa evaluasi belajar penting untuk dilakukan?
2. Apa ragam alat evaluasi belajar ?
3. Bagaimana cara mengevaluasi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik siswa?
C. Tujuan
Tujuan di dalam makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui konsep evaluasi belajar.
2. Untuk mengetahui evaluasi ranah kognitif, afektif, psikomotorik.
3. Untuk mengetahui alat evaluasi belajar.
Page |5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian yang integeral dari pendidikan/pengajaran, sehingga
perencanaan/penyusunan, pelaksanaan dan penggunaannya pun tidak dapat
dipisahkan dari keseluruhan program pendidikan/pengajaran. Di dalam membahas
langkah-langkah evaluasi pun tidak dapat dipisahkan dari langkah-langkah
pengajaran. Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai
tujuan yang telah di tetapkan dalam sebuah program.
Fungsi dan tujuan evaluasi belajar
1. Fungsi Evaluasi
Di samping memiliki tujuan, evaluasi belajar juga memiliki fungsi-fungsi sebagai
berikut:
a) Fungsi administrasi untuk penyusunan daftar nilai dan pengsianbuku raport.
b) Fungsi promosi untuk menetapakan kenaikan atau kelulusan.
c) Fungsi diagnostik untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dan
merencanakan program remedial teaching (pengajaran perbaikan ).
d) Dumber daya BP untuk memasok data siswa tertentu yang memerlukan
bimbingan dan penyuluhan (BP).
e) Bahan pertimbangan pengembangan pada masa yang akan datang yang
meliputi pengembangan kurikulum, metode dan alat-alat PBM.
Selanjutnya Muhibin Syah (1999) menjelaskan bahwa selain memiliki fungsi-
fungsi seperti di atas, evalusi juga mengandung fungsi psikologis yang cukup
signifikan bagi siswa maupun bagi guru maupun bagi orang tuanya. Bagi siswa,
penilaian guru merupkan alat bantu untuk mengatasi ketidakmampuannya dalam
menilai kemampuan dan kemajuan dirinya sendiri, siswa memiliki self-
consciousnes, kesadaran yang lugas menegenai eksistensi dirinya, dan
juga metacognitive, pengetahuan yang benar mengenai batas kemampuan akal
sendiri (Mulchacyet al, 1991). Dengan demikian, siswa diharapkan mampu
menentukan posisi dan statusnya secara tepat di antara teman-teman dan
masyarakatnya sendiri.
Selain itu juga ada fungsi lain untuk evaluasi belajar antara lain:
Page |6
Kelima, untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode
mengajar yang telah di gunakan guru dalam proses belajar mengajar. Dengan
demikian, apabila sebuah metode yang digunakan guru tidak mendorong
munculnya prestasi belajar siswa yang memuaskan, guru sebaiknya mengganti
metode tersebut atau mengkombinasikannya dengan metode lain yang serasi.
B. Pengertian Belajar
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi
perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan. Belajar merupakan akibat adanya
interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru
kepada pelajar, sedangkan respon adalah berupa reaksi atau tanggapan pelajar
terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Oleh karena itu, apa yang
diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pelajar (respon) harus
dapat diamati dan diukur.
Siswa dikatakan telah mencapai tujuan pengajaran apabila dia telah menguasai
sebagian besar materi yang berhubungan dengan pengajaran yang telah ditetapkan.
Tingkat keberhasilan siswa dalam belajar dapat ditentukan dengan melihat
kedudukan kurva yang dibentuk oleh nilai-nilai hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
Evaluasi belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data
dan informasi), pengelolaan, penafsiran dan perimbangan untuk membuat keputusan
tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik setelah melakukan
kegiatan belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai oleh peserta
didik (Hamalik, 2008).
3) Skala thurstone
4) Skala guttman
5) Semantic differential
6) Pengukuran minat
informasi yang lebih akurat mengenai kemampuan kognitif siswa, selain tes B-S,
tes pilihan berganda juga sebaiknya tidak digunakan, sebagai gantinya, anda sangat
dianjurkan untuk menggunakan tes pencocokan (matching test), tes isian dan tes
esai.
2. Evaluasi ranah afektif
Pengukuran ranah afektif tidaklah semudah mengukur ranah kognitif..
Pengubahan sikap seseorang memerlukan waktu yang relatif lama. Pertanyaan
afektif tidak menuntut jawaban benar atau salah, tetapi jawaban khusus tentang
dirinya mengenai minat, sikap dan internalisasi nilai.
Dewasa ini banyak ditemukan teknik konstruksi skala sikap, tetapi
pelaksanaan dan pengolahannya menuntut kemampuan dan keahlian ilmu statistik,
sehingga tidak setiap guru mampu menggunakannya. Ada beberapa bentuk skala
yang dapat digunakan untuk mengukur sikap antara lain :
a) Skala Likert
Skala ini berbentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh lima respons yang
menunjukkan tingkatan. Misalnya: SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TB (Tidak
Berpendapat), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju). Rentang skala ini
diberi skor 1 sampai 5 atau 1 sampai 7 bergantung kebutuhan.
b) Skala Thurstone
Skala Thurstone mirip skala Likert karena merupakan suatu instrumen yang
jawabannya menunjukkan tingkatan. Pernyataan yang diajukan kepada
responden disarankan oleh Thurstone kira-kira 10 butir, tetapi tidak kurang dari
5 butir.
c) Skala Guttman
Skala ini berupa tiga atau empat buah pernyataan masing-masing harus dijawab
“ya” atau “tidak”. Pernyataan-pernyataan tersebut menunjukkan tingkatan yang
berurutan sehingga bila responden setuju pernyataan nomor 2, diasumsikan
setuju nomor 1 dan seterusnya.
d) Semantic Differential
Instrument yang disusun oleh Osgood dan kawan-kawan ini mengukur konsep-
konsep untuk tiga dimensi yakni baik-tidak baik, kuat-lemah, cepat-lambat atau
aktif-pasif atau dapat juga berguna-tidak berguna.
P a g e | 13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Evaluasi merupakan bagian yang integeral dari pendidikan/pengajaran, sehingga
perencanaan/penyusunan, pelaksanaan dan penggunaannyapun tidak dapat dipisahkan
dari keseluruhan program pendidikan/pengajaran. Di dalam membahas langkah-langkah
evaluasipun tidak dapat dipisahkan dari langkah-langkah pengajaran. Evaluasi artinya
penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai fungsi dan tujuan yang telah di
tetapkan dalam sebuah program. Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam
perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan. Alat evaluasi
dikatakan baik apabila mampu mengevaluasi sesuatu yang dievaluasi dengan evaluator
menggunakan cara atau teknik, dan oleh karena itu dikenal dengan teknik evaluasi, yaitu
teknik nontes dan teknik tes.
Evaluasi ranah kognitif yaitu mengukur keberhasilan siswa yang berdimensi
kognitif (ranah cipta) dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan te tertulis
maupun tes lisan dan perbuatan, karena semakin membengkaknya jumlah siswa di
sekolah-sekolah, tes lisan dan perbuatan hampir tak pernah digunakan lagi. Alasan lain
mengapa tes lisan khususnya kurang mendapat perhatian ialah karena sikap dan
perlakuannya yang subjektif dan kurang adil, sehingga soal yang diajukan pun tingkat
kesukarannya berbeda antara satu dengan yang lainnya. Evaluasi ranah afektif yaitu
pengukuran ranah afektif tidaklah semudah mengukur ranah kognitif.. Pengubahan sikap
seseorang memerlukan waktu yang relatif lama. Pertanyaan afektif tidak menuntut
jawaban benar atau salah, tetapi jawaban khusus tentang dirinya mengenai minat, sikap
dan internalisasi nilai. Evaluasi ranah psikomotorik yaitu cara yang dipandang tepat
untuk mengevaluasi keberhasilan belajar yang berdimensi ranah psikomotor (ranah
karsa) adalah observasi. Bentuk tes ini berupa petunjuk-petunjuk atau perintah-perintah
baik secara lisan atau tertulis, dapat berupa penyediaan situasi dimana peserta didik
diminta untuk bereaksi baik dengan sengaja atau tidak.
P a g e | 15
DAFTAR PUSTAKA
Algozzine, B., Ysseldyke, J.E., & Shinn, M. E. 1982. “Identifying children with learning
disabilities: When is a discrepancy severe?” Journal of School Psychology, 20,
299-305.
Najib, Ainun. 1994. Makalah Evaluasi Belajar,
http://ainunnajib1994.blogspot.co.id/2016/02/makalah-evaluasi-
belajar.html?m=1, (diakses tanggal 12 Februari 2018 pukul 16:11).
Prayitno. 2015. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta.
Siegel, Linda S. 1989. “IQ Is Irrelevent to the Definiton of Learning Disabilities.”
Journal of Learning Disabilities, 22, 469-478.
Sulistyorini. 2009. Evaluasi Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Suwarto. 2013. Pengembangan Tes Diagnostik dalam Pembelajaran. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Syah, M. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.