Anda di halaman 1dari 14

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MODUL KESETIMBANGAN

KIMIA BERBASIS MULTIPEL REPRESENTASI DI SMA


KOTA BANDAR LAMPUNG

Ahmad Tohir, Herpratiwi, dan Ratu Betta Rudibyani


FKIP Unila Jl. Prof. Sumantri Brodjonegoro no. 1 Bandarlampung
E-mail : ahmadtohir182@gmail.com
HP : 081278946750

Abstract: Development Of Module Chemical Equilibrium Based Multiple


Representations In Sma Bandar Lampung. This research aimed to describe:
1) conditions and potential of instructional materials use now, 2) effectiveness,
3) efficiency, and 4) attractiveness. Research approach used is research and
development. This research was conducted at SMAN 13 Bandar Lampung,
Bandar Lampung SMAN 15 and SMAN 16 Bandar Lampung. Collection of data
through observation, unstructured interviews, questionnaires and tests. Data were
analyzed by descriptif statistics and n-Gain. The conclusion of this research are:
1) conditions of learning are still teacher centered, characteristics of student at the
age of 15-17 years are less motivated to learn use learning resources textbooks. So
the potential for development of teaching materials in modules. 2) Products
modules effective with category index gain medium, average value of n-Gain
experimental class 0.47 > control class 0.39. 3) The use of module efficient in
learning, with efficiency values of 1.3. 4) The attractiveness of module in the
category of attractive (88.21%).

Keywords: teaching materials, modules, chemical equilibrium

Abstrak : Pengembangan Bahan Ajar Modul Kesetimbangan Kimia Berbasis


Multipel Representasi Di SMA Kota Bandar Lampung. Tujuan penelitian ini
adalah mendeskripsikan: 1) kondisi dan potensi bahan ajar yang ada dan digunakan
saat ini, 2) efektivitas, 3) efisiensi, dan 4) kemenarikan. Pendekatan penelitian yang
digunakan adalah penelitian dan pengembangan. Penelitian ini dilakukan di SMAN
13 Bandar Lampung, SMAN 15 Bandar Lampung, dan SMAN 16 Bandar
Lampung. Pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara tidak
terstruktur, angket dan tes. Data dianalisis secara statistik deskriptif dan n-Gain.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1) kondisi pembelajaran masih berpusat pada
guru, karakteristik siswa di usia 15-17 tahun kurang termotivasi untuk belajar
menggunakan sumber belajar buku paket. Sehingga berpotensi untuk
dikembangkan bahan ajar berupa modul. 2) Produk modul efektif dengan kategori
indeks gain sedang, rata-rata nilai n-Gain kelas eksperimen 0,47 > kelas kontrol
0,39. 3) Penggunaan modul efisien digunakan dalam pembelajaran, dengan nilai
efisiensi 1,3. 4) Daya tarik modul dalam kategori menarik (88,21%).

Kata Kunci: bahan ajar, modul, kesetimbangan kimia


PENDAHULUAN karena materi yang terdapat dalam
buku paket terbatas. Disisi lain, guru
Upaya mendukung keberhasilan proses belum banyak yang membuat bahan
pembelajaran dan pemahaman ajar untuk membantu siswa mudah
mengenai suatu materi, perlu adanya belajar secara mandiri. Hal ini
peran guru, siswa, dan media atau alat menyebabkan hasil belajar siswa
pembelajaran. Media sangat rendah.
dibutuhkan dalam proses pembelajaran,
di mana proses belajar mengajar pada Banyak faktor yang menyebabkan hasil
hakekatnya adalah terjadinya interaksi belajar siswa rendah, salah satunya
antara guru dengan peserta didik. diduga karena belum dikembangkan
Salah satu yang merupakan media dan digunakannya bahan ajar secara
pembelajaran adalah bahan ajar. optimal. Selama ini bahan ajar yang
digunakan di sekolah dibuat seadanya,
Terdapat banyak jenis bahan ajar yang tanpa memandang kebutuhan dan
ada seperti buku, modul, dan LKS. kemampuan siswa itu sendiri. Guru
Pembelajaran akan berjalan secara hanya menyediakan bahan ajar berupa
efektif dan efisien jika menggunakan buku paket yang sudah tersedia dan
bahan ajar yang sesuai dengan tinggal digunakan serta tidak perlu
kebutuhan siswa, mendukung bersusah payah membuatnya. Siswa
kompetensi yang hendak dicapai siswa, yang merasa bosan mengikuti
memiliki uraian yang sistematis, tes pembelajaran dan sulit memahami
yang terstandar serta strategi materi pelajaran maka akan menyita
pembelajaran yang sesuai bagi siswa. waktu yang lama. Hal ini
Oleh karena itu, seorang guru harus mengakibatkan proses pembelajaran
mampu menyiapkan bahan ajar dan menjadi tidak efisien dari segi waktu
juga strategi pembelajaran yang cocok dan pembelajaran menjadi tidak efektif.
dalam setiap pembelajaran di kelas. Oleh karena itu diperlukan langkah-
Namun pada kenyataannya, proses langkah yang harus dilakukan oleh
pembelajaran kimia di sekolah hanya seorang guru agar pembelajaran
mengandalkan buku paket yang menjadi efisien dan juga efektif dengan
terkesan sulit dipahami oleh siswa mengembangkan kreativitas guru untuk
merencanakan dan membuat bahan ajar mengidentifikasi, mengajukan
yang sesuai dengan kebutuhan siswa. pertanyaan, mengumpulkan data,
Salah satu bahan ajar yang sesuai meramalkan, menerapkan konsep,
dengan kebutuhan siswa, dapat merencanakan percobaan, dan
digunakan untuk belajar baik dikelas mengkomunikasikan hasil pengamatan.
maupun secara pribadi yaitu modul.
Kimia sebagai produk dapat berupa
Menurut Mahmud (2012:1), hukum, konsep, dan teori. Sedangkan
keunggulan modul adalah berfokus kimia sebagai sikap meliputi
pada kemampuan individual untuk keterampilan berkomunikasi, bekerja
bekerja sendiri dan lebih bertanggung sama, ulet, kritis, kreatif, tanggung
jawab atas tindakan-tindakannya, jawab dan memiliki rasa ingin tahu
adanya kontrol terhadap hasil belajar yang tinggi ketika menjumpai suatu
melalui penggunaan standar fenomena. Mencakup ketiga hal
kompetensi dalam setiap modul, tersebut, diharapkan pembelajaran
relevansi kurikulum ditunjukkan kimia dapat menghasilkan siswa yang
dengan adanya tujuan dan cara memiliki kemampuan berpikir kritis
pencapaiannya, sehingga siswa dapat dan kreativitas tinggi.
mengetahui keterkaitan antara
pembelajaran dan hasil yang akan Pada dua dekade terakhir ini, fokus
diperolehnya. studi pengembangan pembelajaran
kimia lebih ditekankan pada tiga
Ilmu kimia merupakan salah satu ilmu dimensi representasi. Johnstone
dari rumpun sains yang mempelajari (Chandrasegaran, Treagust &
mengenai komposisi, struktur, dan sifat Mocerino, 2007) membedakan
zat atau materi dari skala atom hingga representasi kimia menjadi tiga level,
molekul serta perubahan materi dan yaitu level representasi makroskopik,
energi yang menyertai perubahan representasi submikroskopik dan
tersebut. Ilmu kimia merupakan representasi simbolik.
produk, proses, dan sikap yang tidak
dapat dipisahkan. Kimia sebagai Hasil penelitian di beberapa SMA di
proses meliputi kegiatan mengamati, Propinsi Lampung (Sunyono dkk,
2009) menunjukkan bahwa dalam materi pada representasi makroskopis
penyampaian materi kimia SMA dan simbolis. Namun, melibatkan
umumya guru kurang memberikan ketiga level representasi kimia yaitu
contoh konkrit baik langsung maupun makroskopis, submikroskopis, dan
visual tentang reaksi kimia, siswa simbolik.
hanya dijejali informasi yang bersifat
teoritis dan verbalistis. Pembelajaran Berdasarkan permasalahan yang
kimia yang berlangsung pun lebih muncul, maka untuk memecahkan
banyak direpresentasikan dengan hanya masalah pembelajaran tersebut, peneliti
dua representasi, yaitu makroskopis mengambil alternatif untuk
dan simbolis atau matematis. Dimensi meningkatkan kualitas pembelajaran,
mikroskopis atau dimensi molekuler maka peneliti mengambil langkah
kurang mendapatkan apresiasi dan dalam proses pembelajaran di kelas
hanya direpresensikan secara verbal, dengan menggunakan bahan ajar
padahal model-model molekul tersebut berupa modul berbasis multipel
dapat menjembatani pembelajaran representasi.
kimia antara ketiga dimensi tersebut.
Modul merupakan bahan ajar cetak
Sebagaimana telah diuraikan bahwa yang dirancang untuk dapat dipelajari
pembelajaran kimia merupakan proses, secara mandiri oleh peserta
produk, dan sikap yang pembelajaran. Modul disebut juga
berkesinambungan dan diharapkan media untuk belajar mandiri karena
dapat menghasilkan siswa yang mampu didalamnya telah dilengkapi dengan
berpikir kritis dan berkreativitas tinggi. petunjuk untuk belajar sendiri. Artinya
Selain itu, perlu adanya bahan ajar pembaca dapat melakukan kegiatan
yang dapat membantu siswa dalam belajar tanpa kehadiran pengajar secara
memahami konsep kimia yang langsung (Syamsudin, 2005: 168).
kompleks dan abstrak melalui
penyajian gambar yang dapat Pembelajaran dengan menggunakan
mendukung dalam penjelasan konsep modul lebih mempermudah siswa
tersebut. Bahan ajar yang tidak hanya karena terdapat peta informasi atau
cenderung memprioritaskan penyajian panduan belajar sehingga siswa lebih
tertarik dan termotivasi untuk belajar development, yakni tingkat
secara mandiri. perkembangan sedikit di atas daerah
seseorang saat ini. Satu lagi ide
Belajar merupakan suatu proses penting dari Vigotsky adalah
pembentukan pengetahuan. Scaffolding, yakni pemberian bantuan
Pembentukan ini harus dilakukan oleh kepada anak selama tahap-tahap awal
si belajar. Ia harus aktif melakukan perkembangan dan mengurangi
kegiatan, aktif berpikir, menyusun bantuan tersebut dan memberikan
konsep dan memberi makna tentang kesempatan kepada anak untuk
hal-hal yang sedang dipelajari mengambil alih tanggung jawab yang
(Budiningsih, 2005:58). Dalam semakin besar setelah anak dapat
pembelajaran menggunakan modul melakukannya. Penafsiran terkini
selain siswa mengalami perubahan terhadap ide-ide Vigotsky adalah siswa
tingkah laku juga menekankan agar seharusnya diberikan tugas-tugas
individu secara aktif menyusun dan kompleks, sulit, dan realistis yang
membangun (mengkonstruksi) kemudian diberikan bantuan
pengetahuannya sendiri. secukupnya untuk menyelesaikan
tugas-tugas itu.
Menurut Thorndike dalam Karwono
(2010 : 50) memandang bahwa yang Pada tahun 1978, klasifikasi variabel-
menjadi dasar terjadinya belajar adalah variabel pembelajaran dimodifikasi
adanya asosiasi atau menghubungkan menjadi tiga, yaitu kondisi
antara stimulus dengan respon yang pembelajaran, metode pembelajaran,
disebut dengan connecting. dan hasil pembelajaran. Kondisi
pembelajaran didefinisikan sebagai
Menurut Vigotsky (Trianto, 2009:39), faktor yang mempengaruhi efek
proses pembelajaran akan terjadi jika metode dalam meningkatkan hasil
anak bekerja atau menangani tugas- pembelajaran. Yang termasuk variabel
tugas yang belum dipelajari, namun ini adalah tujuan pembelajaran,
tugas-tugas tersebut masih berada karakteristik bidang studi, dan
dalam jangkauan mereka yang biasa karateristik siswa. Metode
disebut dengan zone of proximal pembelajaran didefinisikan sebagai
cara-cara yang berbeda untuk mencapai memudahkan untuk memilih strategi,
hasil pembelajaran yang berbeda di teknologi, media, dan bahan ajar yang
bawah kondisi pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam
berbeda. Yang termasuk variabel ini pembelajaran yang efektif, efisien, dan
adalah strategi pengorganisasian menarik. Begitu juga langkah evaluasi
pembelajaran, strategi penyampaian dan revisi yang dapat dimanfaatkan
pembelajaran, dan strategi pengelolaan untuk menjamin kualitas dalam proses
pembelajaran. Hasil pembelajaran pembelajaran yang diciptakan.
mencakup semua efek yang dapat
dijadikan sebagai indikator tentang Uno (2008 : 21), mengemukakan
nilai dari penggunaan metode bahwa keefektifan pembelajaran
pembelajaran di bawah kondisi biasanya diukur dengan tingkat
pembelajaran yang berbeda, seperti pencapaian si belajar. Pada aspek
keefektifan pembelajaran, efisiensi efisiensi waktu, Uno (2008 : 21)
pembelajaran, dan daya tarik efisiensi pembelajaran biasanya diukur
pembelajaran (Degeng 2013: 11-12). dengan rasio antara keefektifan dan
jumlah waktu yang dipakai si belajar
Smaldino (2007:84), model desain dan/atau jumlah biaya pembelajaran
pembelajaran ASSURE dikembangkan yang digunakan.
untuk menciptakan aktivitas
pembelajaran yang efektif dan efisien, Daya tarik atau kemenarikan
khususnya pada kegiatan pembelajaran merupakan kecenderungan siswa untuk
yang menggunakan media dan tetap/terus belajar yang dapat terjadi
teknologi. karena bidang studi maupun kualitas
pembelajarannya. Untuk
Model ASSURE merupakan model mempreskripsikan daya tarik sebagai
desain pembelajaran yang bersifat hasil pembelajaran, maka tekanan
praktis dan mudah diimplementasikan diletakkan pada kualitas
untuk mendesain aktivitas pembelajarannya, bukan dari bidang
pembelajaran baik yang bersifat studi. Variabel yang dapat digunakan
individual maupun klasikal. Langkah sebagai indikator daya tarik
analisis karakteristik siswa akan pembelajaran adalah penghargaan dan
keinginan lebih (lebih banyak atau makroskopis, submikroskopis dan
lebih lama) yang diperlihatkan oleh simbolik (Johnstone, 1982)
siswa (Degeng, 2013:200-201).
METODE PENELITIAN
Representasi konsep-konsep dalam
sains yang memang merupakan konsep Jenis penelitian ini adalah penelitian
ilmiah, secara inheren melibatkan pengembangan atau Research and
multimodal, yaitu melibatkan Development (R & D). Menurut
kombinasi lebih dari satu modus Sugiyono (2011 : 298), penelitian dan
representasi. Dengan demikian, pengembangan juga didefinisikan
keberhasilan pembelajaran sains sebagai suatu metode penelitian yang
meliputi konstruksi asosiasi mental digunakan untuk menghasilkan produk
diantara tingkat makroskopik, tertentu dan menguji keefektifan
submikroskopik, dan simbolik dari produk tersebut.
representasi fenemomena sains dengan
menggunakan modus representasi yang Langkah pertama penelitian dan
berbeda (Chang & Gilbert, 2009). pengembangan (Borg and Gall,
Berdasarkan karakteristik konsep- 1983:772) adalah penelitian
konsep sains, mode-mode representasi pendahuluan dan pengumpulan
sains diklasifikasikan dalam level informasi, yang meliputi analisis
representasi makroskopik, kebutuhan, telaah literatur, studi
submikroskopik, dan simbolik. penelitian berskala kecil dan persiapan
Representasi makroskopik yaitu laporan pada perkembangan terbaru.
representasi yang diperoleh melalui Analisis kebutuhan telah dilakukan di
pengamatan nyata terhadap suatu awal sebagai bahan penyusunan
fenomena yang dapat dilihat dan proposal penelitian.
dipersepsi oleh panca indera atau dapat
berupa pengalaman sehari-hari Langkah-langkah dalam penelitian
pembelajar dan mendeskripsikan pengembangan ini meliputi: (1)
bahwa fenomena kimia dapat pendahuluan, (2) perencanaan, (3)
dijelaskan dengan tiga level pengembangan produk awal, (4) uji
representasi yang berbeda, yaitu
coba produk, (5) uji lapangan, dan (6) homogenitas untuk mengetahui apakah
penyempurnaan produk. data memiliki varians yang homogen
atau tidak. Pengujian hipotesis dalam
Penelitian ini dilaksanakan di 3 SMA penelitian ini menggunakan uji
yang ada di Bandar Lampung yaitu perbedaan dua rata-rata dengan uji-t.
SMA Negeri 13 Bandar Lampung,
SMA Negeri 15 Bandar Lampung, dan Pengukuran efisiensi yaitu
SMA Negeri 16 Bandar Lampung pada membandingkan rasio waktu yang
siswa kelas XI semester ganjil. disediakan (waktu yang diperlukan
Pengambilan sampel menggunakan berdasarkan volume kegiatan
teknik sampling purposif. pembelajaran) dengan waktu yang
digunakan oleh guru dalam
Produk/modul yang telah dikembangan pelaksanaan pembelajaran.
dilakukan uji coba lapangan Kualitas daya tarik dapat dilihat dari
menggunakan desain eksperimen aspek kemenarikan dan kemudahan
nonequivalent control group design penggunaan modul.
(Sugiyono, 2011:79).
HASIL PENELITIAN DAN
Dalam penelitian pengembangan PEMBAHASAN
modul pembelajaran ini menggunakan
teknik pengumpulan data melalui Sebelum proses pengembangan produk,
observasi, wawancara tidak terstruktur, terlebih dahulu peneliti melakukan
angket dan tes yang di analisis secara penelitian pendahuluan atau analisis
statistik. kebutuhan melalui penyebaran angket
di sekolah tempat penelitian. Hasil
Efektivitas diukur melalui perbedaan angket yang diberikan kepada guru,
rata-rata nilai n-Gain antara kelas hasil belajar siswa pada materi
eksperimen dan kelas kontrol. kesetimbangan kimia, sebanyak
Kemudian dilakukan uji normalitas 83,33% guru menyatakan tidak
yang bertujuan untuk mengetahui mencapai KKM. Lalu sebanyak
apakah data penelitian berdistribusi 66,67% guru menyatakan bahwa bahan
normal atau tidak dan dilakukan uji ajar yang digunakan tidak
memudahkan siswa dalam memahami oleh siswa dalam pembelajaran yang
materi kesetimbangan kimia dan ketika disesuaikan dengan kondisi sarana di
peneliti menyatakan akan membuat sekolah dan karakteristik siswa.
bahan ajar berupa modul
kesetimbangan kimia berbasis multipel Selanjutnya, proses pengembangan
representasi sebanyak 83,3% guru produk awal berdasarkan analisis
menyatakan setuju. kebutuhan dan telaah KI, KD,
indikator. Pengembangan produk awal
Selanjutnya untuk hasil angket yang yang telah ada selanjutnya di uji
diberikan kepada siswa, berkenaan kepada ahli desain, ahli media dan ahli
dengan hasil belajar kimia secara materi. Masing-masing dari ahli
keseluruhan dan ketuntasan,sebanyak memberikan saran dan komentar untuk
83% siswa menjawab tidak tuntas. perbaikan pengembangan modul
Selanjutnya pada pernyataan kepuasan sebelum di uji coba.
hasil belajar kimia pada materi
kesetimbangan, sebanyak 76,67% Melalui proses revisi, maka diperoleh
siswa menjawab tidak puas terhadap produk yang siap untuk di uji coba
hasil belajarnya. Kemudian ketika perorangan, uji coba kelompok kecil
peneliti menyatakan akan membuat dan uji coba kelompok kelas. Setiap
bahan ajar berupa modul tahap ujicoba dilakukan proses revisi
kesetimbangan kimia berbasis multipel berdasarkan saran dan komentar dari
representasi, sebanyak 93,3% siswa pelaksanaan uji coba modul. Setelah
setuju. melalui proses uji coba, selanjutnya
produk siap untuk diuji lapangan untuk
Berdasarkan penjelasan di atas, kondisi mengetahui tingkat efektifitas,
dan potensi tersebut mendukung efisiensi, dan kemenarikan dari
dikembangkannya bahan ajar berupa penggunaan modul.
modul kimia pada materi
kesetimbangan kimia. Pengembangan Efektivitas yang diukur pada penelitian
modul pembelajaran dimungkinkan ini dilihat dari perbedaan n-Gain antara
untuk dikembangkan sebagai salah satu kelas eksperimen dengan kelas kontrol.
sumber belajar yang dapat digunakan Pembelajaran dikatakan efektif jika
rata-rata nilai n-Gain kelas eksperimen Berikut rata-rata nilai n-Gain dari hasil
lebih besar daripada kelas kontrol. uji lapangan:

Tabel 1. Rata-Rata Nilai Pretes, Postes, Dan N-Gain Pada Uji Lapangan
Rata-rata
Rata-Rata Rata-Rata
Nama Sekolah Kelas Nilai n-
Nilai Pretes Nilai Postes
Gain
SMAN 13 Bandar Eksperimen 46,25 71,64 0,47
Lampung Kontrol 49,38 69,29 0,39

Berdasarkan tabel tersebut dapat Berdasarkan uji normalitas yang telah


diketahui bahwa rata-rata nilai n-Gain dilakukan terhadap perolehan nilai
untuk kelas eksperimen sebesar 0,47 penguasaan konsep, pada kelas
dengan indeks gain sedang, dan rata- eksperimen diperoleh χ2hitung sebesar
rata nilai n-Gain kelas kontrol yakni 6,061. Karena χ2hitung lebih kecil dari
0,39 dengan indeks gain sedang. Dari pada χ2tabel (6,061 < 7,81), maka terima
hasil yang diperoleh dapat diketahui H0 dan tolak H1, artinya data penelitian
bahwa rata-rata nilai n-Gain kelas berdistribusi normal. Pada kelas
eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol diperoleh χ2hitung sebesar 7,169.
kontrol (0,47 > 0,39), dengan kata lain Karena χ2hitung lebih kecil dari pada
modul efektif kategori sedang. χ2tabel (7,169 < 7,81), maka terima H0
Selanjutnya untuk mengetahui apakah dan tolak H1, artinya data penelitian
data berlaku untuk populasi dilakukan berdistribusi normal.
pengujian hipotesis. Sebelum
dilakukan uji hipotesis perlu diketahui Selanjutnya dilakukan uji homogenitas
apakah data berdistribusi normal atau dua varians pada data penguasaan
tidak serta apakah data memiliki konsep untuk mengetahui apakah data
varians yang homogen atau tidak. homogen atau tidak. Hasil dari uji
Untuk mengetahui apakah data homogenitas ini yang kemudian
berdistribusi normal atau tidak digunakan dalam penentuan rumus
digunakan uji normalitas. yang dipakai untuk melakukan
pengujian hipotesis.
Berdasarkan uji homogenitas, diperoleh kimia berbasis multipel representasi
harga F sebesar 1,79. Oleh karena F yang dikembangkan efektif dalam
hitung lebih kecil dari F tabel meningkatkan penguasaan konsep
(1,79<1,867), sehingga terima Ho. siswa. Hal ini dapat terjadi oleh
Dari hasil tersebut, diperoleh data beberapa faktor, salah satunya modul
penelitian mempunyai variansi yang yang telah dibuat berbasis multipel
homogen sehingga rumus yang dipakai representasi. Dalam multipel
untuk pengujian hipotesis adalah uji representasi, siswa memperoleh hal-hal
perbedaan dua rata-rata (uji-t). baru dalam belajar kimia, yang semula
hanya terbatas pada aspek makroskopis
Oleh karena data nilai penguasaan dan simbolik, menjadi tiga aspek, yaitu
konsep siswa yang diperoleh makroskopis, mikroskopis, dan
berdistribusi normal dan homogen, simbolik. Aspek makroskopis
maka pengujian menggunakan uji merupakan aspek yang dapat dilihat
statistik parametrik, yaitu secara kasat mata, seperti perubahan
menggunakan uji-t. Berdasarkan suhu, perubahan warna larutan, dan
perhitungan, diperoleh data uji terbentuknya suatu endapan. Aspek
perbedaan dua rata-rata untuk harga t simbolik merupakan aspek yang berisi
hitung sebesar 2,503 dan harga t tabel tentang reaksi-reaksi kimia. Dari kedua
sebesar 2,00. Oleh karena thitung(2,503) aspek tersebut, yang sudah biasa
>ttabel(2,00), maka tolak H0 dan terima dikenal oleh siswa dan merupakan
H1, artinya rata-rata nilai n-Gain pemahaman yang sudah ada dalam
penguasaan konsep siswa dengan memori otak siswa dalam belajar
modul kesetimbangan kimia berbasis kimia, maka dapat dijadikan acuan
multipel representasi lebih tinggi dari untuk mempelajari tentang aspek
pada rata-rata nilai n-Gain penguasaan mikroskopis, yaitu aspek yang tidak
konsep siswa tanpa menggunakan dapat dilihat secara kasat mata dan
modul kesetimbangan kimia berbasis reaksi kimianya tetap berlangsung.
multipel representasi. Dengan menghubungkan ketiga aspek
tersebut, maka siswa akan lebih mudah
Berdasarkan hasil perhitungan, dapat untuk memahami kimia. Hasil ini
dikatakan bahwa modul kesetimbangan sesuai dengan pendapat Chittleborough
& Treagust (2007), yang menyatakan pembelajaran efisien dari segi waktu
bahwa pemahaman seseorang terhadap (Degeng, 2000:154). Berdasarkan
kimia ditunjukkan oleh kemampuannya analisa maka nilai efisiensi 1,3 berada
mentransfer dan menghubungkan pada analisa ketiga, artinya
antara fenomena makroskopik, pembelajaran efisien menggunakan
submiskroskopik dan representasi modul.
simbolik.
Efisiensi terletak pada penghematan
Efisiensi pembelajaran diukur dengan waktu dalam pembelajaran, modul
indikator utama mengacu pada waktu. dapat mengurangi kegiatan rutinitas
Hasil perhitungan efisiensi produk yang menjadi beban guru seperti yang
berkenaan dengan waktu belajar terjadi pada konvensional, misalnya
memiliki nilai efisiensi 1,3. mencatat materi pembelajaran dipapan
Analisisnya adalah: 1) jika waktu yang tulis, mempersiapkan media
dipergunakan siswa sama dengan pembelajaran, membagi lembar kerja
waktu yang diperlukan siswa, maka kepada siswa, dan mendikte soal.
nilai efisiensinya sama dengan 1 berarti Kegiatan rutin pembelajaran
pembelajaran berlangsung sesuai konvensional akan menghabiskan
dengan waktu yang direncanakan/ waktu yang banyak sehingga
ditetapkan atau berhasil sesuai target, pembelajaran kurang efektif. Kegiatan
2) jika waktu yang dipergunakan lebih guru yang banyak dapat dikurangi
besar dari waktu yang diperlukan siswa melalui ketersediaan seluruh rangkaian
maka nilai efisiensinya kurang dari 1 kegiatan pembelajaran dalam modul,
berarti pembelajaran berhasil dengan dimulai dari pendahuluan, kegiatan inti
waktu yang lebih lambat dari yang maupun kegiatan akhir pembelajaran.
direncanakan, dan 3) jika waktu yang Hal ini yang menjadi salah satu faktor
dipergunakan lebih kecil dari waktu penyebab modul kesetimbangan kimia
yang diperlukan siswa, maka nilai berbasis multipel representasi efektif
efisiensi lebih dari 1 berarti dalam pembelajaran.
pembelajaran menggunakan modul
membutuhkan waktu yang lebih sedikit Aspek kemenarikan merupakan
dari waktu yang direncanakan berarti variabel lain kategori keberhasilan
pembelajaran. Kemenarikan pada 3. Penggunaan modul kesetimbangan
penelitian ini diperoleh dari angket kimia berbasis multipel representasi
yang diberikan kepada siswa sebagai efisien digunakan dalam
pengguna modul. Aspek yang dinilai pembelajaran, dengan nilai efisiensi
adalah kemenarikan modul dan 1,3.
kemudahan penggunaan untuk 4. Daya tarik modul kesetimbangan
memahami materi. Hasil rekapitulasi kimia berbasis multipel representasi
angket, dari 32 responden secara dalam kategori menarik (88,21%).
keseluruhan rata-rata kemenarikan
modul sebesar 88,21% yang berarti Berdasarkan simpulan, saran penelitian
menarik. ini adalah:
1. Cara membelajarkan konsep
KESIMPULAN DAN SARAN kesetimbangan kimia akan lebih
efektif jika memanfaatkan modul
Berdasarkan hasil penelitian dan kimia yang berbasis multipel
pembahasan, dapat disimpulkan representasi untuk siswa SMA
sebagai berikut: kelas XI IPA dalam pembelajaran
1. Kondisi pembelajaran yang masih baik secarara mandiri maupun
berpusat pada guru, karakteristik kelompok.
siswa di usia 15-17 tahun kurang 2. Cara belajar menggunakan modul
termotivasi untuk belajar kesetimbangan kimia untuk belajar
menggunakan sumber belajar hanya mandiri dengan mengikuti petunjuk
buku paket. Sehingga berpotensi penggunaan modul.
untuk dikembangkan bahan ajar
berupa modul. DAFTAR PUSTAKA
2. Produk modul kesetimbangan
Budiningsih, C.A. 2005. Belajar dan
kimia berbasis multipel representasi
Pembelajaran. Cetakan ke-1.
yang dihasilkan efektif dengan Jakarta: PT Rineka Cipta.
kategori indeks gain sedang, rata-
Borg, Walter R. & Gall, Meredith D.
rata nilai n-Gain kelas eksperimen 1983. Educational Research An
Introduction. New York:
0,47 > kontrol 0,39.
Longman Inc.
Chang, M. & Gilbert, J.K. 2009. Berorientasi Keterampilan Generik
Towards a better utilization of Sains pada Siswa SMA di Propinsi
diagrams in research into the use Lampung. Laporan Penelitian
of representative levels in chemical Hibah Bersaing Dikti.
education. in: J.K. Bandarlampung: Universitas
Lampung.
Chittleborough, G. D. & Treagust D.F.
2007. The modeling ability of Syamsudin. 2005. Psikologi
non-major Pendidikan dan Perkembangan.
chemistry students and their Yogya: Rineka Cipta 2.
understanding of the sub-
microscopic level. Trianto .2009. Mendesain Model
Chemistry Education Research Pembelajaran Inovatif
and Practice, 8:274-292. Progresif. Jakarta: Prestasi
Pustaka.
Degeng, I Nyoman. 2013. Ilmu
Pembelajaran: Klasifikasi Uno, Hamzah B. 2008. Perencanaan
Variabel Untuk Pengembangan Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Teori dan Penelitian. Bandung: Aksara.
Kalam Hidup.

Johnstone, A. H. 1982. Macro- and


Micro-Chemistry, School Science
Review., 227, No. 64. p. 377-379.

Karwono & Mularsih, Heni. 2010.


Belajar dan Pembelajaran serta
Pemanfaatan Sumber Belajar.
Ciputat: Cerdas Jaya.

Mahmud. 2012. http://mahmud09-


kumpulanmakalah.blogspot.com/2
011/01/ pembelajaranmodul.html.
[Online]. Diakses tanggal 27
Agustus 2014

Smaldino, Sharon, E. dkk. 2007.


Instructional Technology and
Media For Learning. New
Jersey Columbus: Pearson
Merrill Prentice Hall.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian


Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Bandung: ALFABETA.

Sunyono, dkk. 2009. Pengembangan


Model Pembelajaran Kimia

Anda mungkin juga menyukai