Kelompok 6
Kelompok 6
BLOK 10 DEWASA
MODUL 2 INFEKSI MIKROBA
Disusun Oleh:
Kelompok 6
Fauziah Putri Chatamy 1710015024
Grace Maychale Lambe 1710015032
Daffa’ Raditya Umar 1710015037
Ratih Ayu Farahdilla 1710015061
Rachmad Musyaffa Safii 1710015069
Rezki Amaliah 1710015075
Sya’idah Alawiah D. 1710015081
Muh. Rijal Muttaqin 1710015095
Dhyna Hardianti 1710015107
Nurul Fadhila Lestari 1710015109
Arina Dini 1510015074
Tutor :
dr. Marwan, M.Kes, Sp.P
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2018
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkah-Nya
kami selaku kelompok VI telah menyelesaikan laporan hasil diskusi kelompok kecil
pada Blok 10 Modul 1 Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman 2018.
Dalam proses penyusunan laporan ini, kami mengucapkan terima kasih
kepada:
1. dr. Marwan, M.Kes, Sp.P selaku penanggung jawab Modul 2 Blok 10 dan
tutor kelompok VI yang telah membimbing kami selama menjalani diskusi
kelompok kecil (DKK) I dan (DKK) II sehingga materi diskusi dapat mencapai
sasaran pembelajaran yang sesuai.
2. Rekan sekelompok yang telah mengkondusifkan suasana diskusi tutorial dan
bekerja sama dalam penyelesaian laporan ini
3. Dosen dosen yang telah memberikan materi pendukung pada pembahasan
sehingga semakin membantu pemahaman kami terhadap materi ini.
4. Kepada seluruh pihak yang turut membantu penyelesaian laporan ini, baik
sarana dan prasarana kampus yang kami pergunakan.
Kami mengharapkan agar laporan ini dapat berguna bagi penyusun maupun
bagi para pembaca di kemudian hari. Kami memohon maaf apabila dalam
penulisan laporan hasil diskusi kelompok kecil (DKK) ini terdapat kata kata yang
kurang berkenan di hati para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak. Semoga laporan kami ini dapat mendukung
pemahaman pembaca terhadap materi tersebut.
Kelompok VI
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Tujuan 3
1.3 Manfaat 3
BAB II PEMBAHASAN
Skenario 4
2.1 Klarifikasi Istilah…... 4
2.2 Identifikasi Masalah 4
2.3 Analisis Masalah 5
2.4 Strukturisasi Konsep 7
2.5 Identifikasi Tujuan Belajar 7
2.6 Belajar Mandiri 7
2.7 Sintesis 8
DAFTAR PUSTAKA 40
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronik yang sudah sangat
lama dikenal pada manusia, bahkan diperkirakan salah satu Fir’aun Mesir
meninggal dikarenakan penyakit ini. TB sampai saat ini masih merupakan salah
satu masalah kesehaan masyarakat dunia walupun upaya pengendalian
dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment, Short cause) telah di
terapkan di banyak negara sejak tahun 1995.
B. TUJUAN
Dari proses pembelajaran di modul ini, mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan etiologi, patogenesis, faktor resiko, manifestasi klinis/ tanda dan
gejala, penegakan diagnosa dan cara mendiagnosa, penatalaksanaan,
prognosis, komplikasi dan pencegahan/ profilaksis dari beberapa penyakit
Tuberkulosis.
C. MANFAAT
Agar mahasiswa dapat mengetahui kalsifikasi dari TB, mikobakteria
penyebab TB, patogenesis yang dapat menyebabkan komplikasi yang nantinya
akan membantu memenuhi kompetensi sebagai mahasiswa kedokteran.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Skenario
Meriang
5
5. Apakah ada hubungan antara penyakit Ny. Dince dengan pekerjaan
sebelumnya ?
6. Mengapa kita perlu mengetahui Ny. Dince mempunyai anak ?
7. Pemeriksaan apa saja yang dilakukan pada Ny. Dince ?
8. Apa saja diagnosis banding dari skenario ?
3. Batuk adalah respon tubuh untuk meengeluarkan zat asing dari saluran
pernafasan.
- Batuk kering : terjadi diawal hanya untuk menengeluarkan zat asing
- Batuk berdahak : terjadi ketika sudah mengalami peradangan/inflamasi
- Batuk bedarah : terjadi ketika ada pembuluh darah kecil yang pecah
Mengapa tidak seelelu berdahak karena mungkin di tempat inflamasi masih
ada iritan setelah dahak yang sebelumnya telah dikeluarkan, sehingga masih
bisa terjadi reaksi inflamasi keembali dan menghasilkan dahak lagi.
4. Bisa jadi ada pengaruh dari peenyakit suaminya. Kemungkinan dari penyakit
yang dialami suaminya :
- Peningkatan asam lambung
6
- HIV / AIDS
- Gangguan gigi dan mulut
- Gastroenteritis
- Infeksi dari bakteri stapilococus
- TB
6. Kita perlu mengetahuinya karena infeksi yang dialami Ny. Dince dapat
ditularkan dari suami ataupun dari Ny. Dince sendiri yang memiliki
kmungkinan besar dapat ditularkan juga keepada anaknya.
7. ● anamneesia
Pemeriksaan fisik
- Genitalia Ny. Dince
- Toraks Ny. Dince
- Perkusi : redup
- Auskultasi ; rongki basah
- Pemeriksaan KGB
Pemeriksaan bakteriologi : menggunakan spesimen (SPS)
Test tuberkulin : 0-4 negatif
5- 10 meragukan
>10 positif
Foto toraks
Pemeriksaan serologis HIV
7
2.4 Strukturisasi konsep
2.5 LO
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi, epidemiologi,
etiologi, patogenesis, patofisiologi, manifestasi klinik, diagnosis, diagnosis
banding, komplikasi dan manajemen dari Tuberkulosis (TB)
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan perbedaan TB, pneumoni
dan ISPA
8
2.7 STEP 7 (Sintesis)
Learning Objective
Definisi, epidimiologi, etiologi, patogenesis, patofisiologi, manifestasi klinis,
diagnosis, diagnosis banding, komplikasi, penatalaksanaan, dan pencegahan
Tuberculosis
2.7.1 Definisi
Tuberkulosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh
Mycobacterium Tuberculosis dan ditandai oleh pembentukan granuloma pada
jaringan yang terinfeksi dan oleh hipersensitivitas yang diperantarai-sel (cell-
mediated hypersensitivity). Penyakit biasanya terletak di paru, tetapi dapat
mengenai organ lain.
2.7.2 Epidemiologi
EPIDEMIOLOGI GLOBAL
Walaupun pengobatan TB yang efektif sudah tersedia dengan lengkap tapi sampai
saat ini TB masih tetap menjadi masalah kesehatan dunia yang utama. Dalam
situasi TB didunia yang memburuk dengan meningkatnya jumlah kasus TB dan
pasien TB yang tidak berhasil disembuhkan terutama pada 22 negara dengan beban
TB paling tinggi di dunia yakni: India, Cina, Indonesia, Bangladesh, Nigeria,
Pakistan, Afrika Selatan, Filipina, Rusia, Ethiopia, Kenya, Congo, Vietnam,
Tanzania, Brazilia, Thailand, Zimbabwe, Kamboja, Myanmar, Uganda, Afganistan,
dan Mozambik. Pada bulan Maret 1993 WHO mendeklarasikan TB sebagai global
health emergency. TB dianggap sebagai masalah kesehatan dunia yang penting
karena sekitar 1/3 penduduk dunia terinfeksi oleh bakteri TB. Sebagian besar angka
kejadian dari kasus TB ini (95%) dan angka kematiannya (98%) terjadi di negara-
negara yang sedang berkembang. Karena penduduk yang padat serta tingginya
prevalensi TB di Asia, maka lebih >65% dari kasus-kasus TB yang baru dan
kematiannya muncul disana. 75% TB menyerang usia produktif yakni umur 20-50
tahun.
9
Maslah munculnya atau meningkatnya beban TB global ini antara lain karena :
1. Kemiskinan pada berbagai penduduk, tidak hanya pada negara yang sedang
berkembang tetapi juga pada penduduk perkotaan tertentu di negara maju.
2. Adanya perubahan demografik dengan meningkatnya penduduk dunia dan
perubahan dari struktur usia manusia yang hidup.
3. Perlindungan kesehatan yang tidak mencukupi pada penduduk di kelompok
yang rentan terutama di negara-negara miskin.
4. Tidak memadainya pendidikan kesehatan mengenai TB diantara para dokter.
5. Terlantar dan kurangnya biaya untuk obat, sarana diagnostik, dan
pengawasan kasus TB dimana terdeteksi adanya kasus yang tidak
tertatalaksana dengan baik dan benar.
6. Adanya epidemi HIV/AIDS di seluruh dunia terutama Afrika dan Asia.
Sesudah tahun 1993 dimulailah program pengobatan TB yang intensif yang dikenal
sebagai DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) di berbagai negara
terutama dengan insiden TB tingi yang dimotori oleh WHO dan IUALTD
(International Union Against Lung & Tuberculosis Disease). Dalam pengendalian TB
dengan menurunnya angka penemuan kasus baru dan angka kematian TB dalam
dua dekade terakhir itu, insidens TB secara global dilaporkan menurun dnegan laju
2,2% pada tahun 2010-2011. Walaupun ada kemajua yang cukup berarti ini, beban
global akibat TB masih tetap besar antara lain adanya masalah TB yang resisten
terhadap ibat standar (obat anti TB lini pertama).
Berdasarkan WHO tahun 2013, diketahui ada 8,6 juta insidens tuberkulosis, dengan
1,1 juta (13%) penderita HIV positif. Selama tahun 1995-2012, 56 juta penderita TB
sudah diobati dengan obat anti TB. Pada tahun 2012, diperkirakan 450.000 orang
sakit karena MDR-TB (Multidrug-resistant tuberculosis), dan 170.000 orang
meninggal karena MDR-TB.
11
2.7.3 Etiologi
Penyebab Tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis, tipe humanus,
sejenis kuman berbentuk batang (basil) dengan ukuran panjang 1-4 µm. Spesies
lain yang dapat memberikan infeksi pada manusia adalah M. bovis, M. kansasi,
M. intercellulare.
Penyebabnya adalah Mycobacterium tuberculosis, tetapi kadang disebabkan
oleh M. bovis, M. kansasi, M .intercellulare atau M. africanum. Yang tergolong
dalam kuman Mycobacterium tuberculosis complex adalah:
M. Tuberculosis,
Varian asian,
Varian african I,
Varian african II,
M. bovis.
sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak (lipid). Lipid inilah yang
membuat kuman lebih tahan asam (BTA) sehingga warnanya tidak dapat
dihilangkan dengan alkohol asam setelah diwarnai. Karena adanya lipid
ini, panas atau detergen biasanya diperlukan untuk menyempurnakan
perwarnaan primer dan tahan terhadap trauma kimia dan fisik;
protein yang bersifat antigenik kuat;
polisakarida yang berfungsi merangsang pembentukan antibodi dari
tubuh.
12
Mycobacterium lainnya lebih sedikit menyebabkan penyakit yang biasanya
terdapat pada manusia. Sebagian besar Mycobacterium tidak patogen pada
manusia, dan banyak yang mudah diisolasi dari sumber lingkungan. Kuman ini
dapat hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan
bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman dalam sifat
dorman. Dari sifat dorman ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan
tuberkulosis aktif lagi bila sistem imun tubuh manusia menurun.
Sifat lain kuman adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih
menyenangi jaringan yang tinggi kadar oksigennya. Dalam hal ini tekanan
oksigen pada bagian apikal paru – paru lebih tinggi dari bagian lain, sehingga
bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.
2.7.4 Patogenesis
a. Tuberkulosis primer
Penularan TB paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersihkan ke luar
dalam bentuk droplet nuklei (percikan sputum). Droplet yang mengandung
kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama 1-2 jam tergantung
ada tidaknya sinar ultraviolet, kelembaban, dan ventilasi yang baik. Orang
akan terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan.
13
Bila M.tuberculosis ini terhisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada
jalan nafas atau paru-paru. Kebanyakan partikel ini akan mati atau
dibersihkan oleh makrofag keluar dari cabang trakheobronkhial beserta
gerakan silia dengan sekretnya.
Bila bakteri menetap di jaringan paru (dorman), ia akan bertumbuh dan
berkembang dalam sitoplasma makrofag. Bakteri ini dapat terbawa masuk ke
organ tubuh lainnya. Bakteri yang bersarang di jaringan paru akan
membentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer
atau afek primer, dan ini dapat terjadi di bagian mana saja jaringan paru.
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju
hilus (limfangitis lokal) dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening
hilus (limfadenitis regional). Sarang primer + limfangitis lokal + limfadenitis
regional = kompleks primer.
Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi:
14
atas paru (bagian apikal-posterior lobus superior atau inferior). Invasinya
adalah ke daerah parenkim paru dan tidak ke nodus hiler paru.
Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia yang kecil.
Dalam 3-10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang
terdiri dari sel-sel histiosit dan sel Datia-Langerhans yang dikelilingi oleh sel-
sel limfosit dan berbagai jaringan ikat.
TB sekunder juga berasal dari infeksi eksogen dari usia muda menjadi TB
usia tua (elderly tuberculosis). Tergantung dari jumlah kuman, virulensi, dan
imunitas pasien. Sarang dini ini dapat menjadi:
meluas lagi dan menimbulkan sarang pneumonia baru. Bila isi kavitas ini
masuk ke dalam peredaran darah arteri, maka akan terjadi TB millier.
Dapat juga masuk ke paru sebelahnya atau tertelan masuk ke lambung
dan selanjutnya ke usus menjadi TB usus. Bisa juga terjadi TB
endobronkial dan TB endotrakeal atau empiema bisa ruptur ke pleura,
15
memadat dan membungkus diri menjadi tuberkuloma. Tuberkuloma ini
dapat menyembuh dan mengapur atau dapat aktif kembali menjadi cair
dan jari cavitas lagi. Komplikasi kronik kavitas adalah kolonisasi oleh
fungus seperti Aspergillus dan kemudian menjadi mycetoma, bersih dan
menyembuh, disebut juga open healed cavity. Dapat juga menyebuh
dengan membungkus diri menjadi kecil. Kadang-kadang berakhir sebagai
kavitas yang terbungkus, menciut, dan berbentuk seperti bintang disebut
stellate shaped.
Demam
Batuk/Batuk Darah
Gejala ini banya ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus.
Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Karena
terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada
setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu
atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-
produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan
sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh
darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas,
tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
16
Sesak Napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas.
Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya
sudah meliputi setengah bagian paru.
Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang
sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua
pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya.
Malaise
17
Evaluasi proporsi kasus sesuai lokasi penyakit, hasil pemeriksaan
bakteriologis dan riwayat pengobatan
Analisis kohort hasil pengobatan
Pemantauan kemajuan dan evaluasi efektivitas program TB secara tepat
baik dalam maupun antar kabupaten/kota, provinsi, nasional, dan global
Klasifikasi Pasien TB
19
Klasifikasi TB berdasarkan hasil pemeriksaan uji kepekaan obat
Pengelompokan pasien disisni berdasarkan hasil uji kepekaan
Mycobacterium tuberculosis terhadap OAT dan dapat berupa :
- Mono resisten ( TB MR) : resisten terhadap salah satu jenis OAT lini
pertama saja
- Poli resisten (TB PR) : resisetn terhadap lebih dari satu jenis OAT
lini pertama selain Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara
bersamaan
- Multi drug resisten (TB MDR) : resisten terhadap Isonoazid (H) dan
Rifampisin (R) secara bersamaan
- Extensive drug resisten (TB XDR) : adalah TB MDR yang sekaligus
juga resisten terhadap salah satu OAT golongan flurokuinolon dan
minimal salah satu dari OAT lini kedua jenis suntikan (Kanamisin,
Kapreomisin dan Amikasin)
- Resistan Rifampisin (TB RR) : resisten terhadap Rifampisin dengan
atau tanpa resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksi
menggunakan metode genotip (tes cepat) atau metode fenotip
(konvensional).
Catatan :
Apabila pada pemeriksaan selanjutnya ternyata hasil tes HIV menjadi positif,
20
pasien harus disesuaikan kembali klasifikasinya sebagai pasien TB dengan
HIV positif
Adalah pasien TB tanpa ada bukti pendukung hasil tes HIV saat
diagnosis TB ditetapkan
Catatan :
Apabila pada pemeriksaan selanjutnya dapat diperoleh hasil tes HIV pasien,
pasien harus disesuaikan kembali klasifikasinya berdasarkan hasil tes HIV
terakhir.
2.7.6 Diagnosis
GAMBARAN KLINIK
Gejala klinik
1. Gejala respiratorik
batuk ≥ 3 minggu
batuk darah
sesak napas
21
nyeri dada
Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai
gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang penderita terdiagnosis
pada saat medical check
up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka penderita mungkin
tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan
selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar. Gejala tuberkulosis
ekstra paru tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada limfadenitis
tuberkulosa akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar getah
bening, pada meningitis tuberkulosa akan terlihat gejala meningitis, sementara pada
pleuritis tuberkulosa terdapat gejala sesak napas & kadang nyeri dada pada sisi
yang rongga pleuranya terdapat cairan.
2. Gejala sistemik
Demam
gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan
menurun
Pemeriksaan Fisik/Jasmani
22
kadang-kadang di daerah ketiak. Pembesaran kelenjar tersebut dapat menjadi “cold
abscess”
Pemeriksaan Bakteriologik
Cara pengambilan dahak 3 kali, setiap pagi 3 hari berturut-turut atau dengan
cara:
• Mikroskopik
• biakan
Pemeriksaan mikroskopik:
Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA dengan atau tanpa foto lateral.
Pemeriksaan lain atas indikasi : foto apiko-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada
pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam-macam
bentuk (multiform).
Pemeriksaan Penunjang
b. Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh
manusia. Uji ini menggunakan antigen lipoarabinomannan (LAM)
25
yang direkatkan pada suatu alat yang berbentuk sisir plastik. Sisir
plastik ini kemudian dicelupkan ke dalam serum penderita, dan bila di
dalam serum tersebut terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam
jumlah yang memadai yang sesuai dengan aktiviti penyakit, maka
akan timbul perubahan warna pada sisir yang dapat dideteksi dengan
mudah Uji peroksidase anti peroksidase (PAP) Uji ini merupakan
salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi yang terjadi
c. ICT
Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICT tuberculosis)
adalah uji serologik untuk mendeteksi antibodi M.tuberculosis dalam
serum. Uji ICT tuberculosis merupakan uji diagnostik TB yang
menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari membran
sitoplasma M.tuberculosis, diantaranya antigen M.tb 38 kDa. Ke 5
antigen tersebut diendapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada
membran immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung
dalam 1 garis) dismaping garis kontrol. Serum yang akan diperiksa
sebanyak 30 µl diteteskan ke bantalan warna biru, kemudian serum
akan berdifusi melewati garis antigen. Apabila serum mengandung
antibodi IgG terhadap M.tuberculosis, maka antibodi akan berikatan
dengan antigen dan membentuk garis warna merah muda. Uji
dinyatakan positif bila setelah 15 menit terbentuk garis kontrol dan
minimal satu dari empat garis antigen pada membran. Dalam
menginterpretasi hasil pemeriksaan serologi yang diperoleh, para
klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang mempengaruhi
kadar antibodi yang terdeteksi. Saat ini pemeriksaan serologi belum
bisa dipakai
sebagai pegangan untuk diagnosis
3. Pemeriksaan BACTEC
Dasar teknik pemeriksaan biakan dengan BACTEC ini adalah metode
radiometrik. M tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian
26
menghasilkan CO2 yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini.
Sistem ini dapat menjadi salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara
cepat untuk membantu menegakkan diagnosis.
27
sering meningkat pada proses aktif, tetapi laju endap darah yang normal
tidak menyingkirkan tuberkulosis. Limfositpun kurang spesifik.
7. Uji tuberkulin
Pemeriksaan ini sangat berarti dalam usaha mendeteksi infeksi TB di
daerah dengan prevalensi tuberkulosis rendah. Di Indonesia dengan
prevalensi tuberkulosis yang tinggi, pemeriksaan uji tuberkulin sebagai
alat bantu diagnostik kurang berarti, apalagi pada orang dewasa. Uji ini
akan mempunyai makna bila didapatkan konversi dari uji yang dilakukan
satu bulan sebelumnya atau apabila kepositifan dari uji yang didapat
besar sekali atau bula. Pada pleuritis tuberkulosa uji tuberkulin kadang
negatif, terutama pada malnutrisi dan infeksi HIV. Jika awalnya negatif
mungkin dapat menjadi positif jika diulang 1 bulan kemudian. Sebenarnya
secara tidak langsung reaksi yang ditimbulkan hanya menunjukkan
gambaran reaksi tubuh yang analog dengan ; a) reaksi peradangan dari
lesi yang berada pada target organ yang terkena infeksi atau b) status
respon imun individu yang tersedia bila menghadapi agent dari basil
tahan asam yang bersangkutan (M.tuberculosis)
b. Etiologi
28
Pneumonia terjadi saat kuman mengalahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga
menimbulkan peradangan pada paru-paru. Berdasarkan kuman penyebabnya,
pneumonia dapat digolongkan menjadi:
Penyebaran infeksi dapat melalui percikan air liur yang dikeluarkan oleh
penderita pneumonia ketika batuk atau bersin, yang tersebar di udara dan
dihirup orang lain. Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam
mikroorganisme yaitu bakteri, virus, dan jamur seperti tabel di bawah ini:
29
Adenovirus Bronkiektasis
c. Manifestasi klinis
Demam.
Berkeringat dan menggigil.
Batuk kering atau batuk dengan dahak kental berwarna kuning, hijau,
atau disertai darah.
Sesak napas.
Nyeri dada ketika menarik napas atau batuk
Mual atau muntah
Diare
Selera makan menurun
Lemas
Detak jantung menjadi cepat
d. Diagnosis
Anamnesis
1) Keluhan umum: demam, sakit kepala, gelisah, malaise, anoreksia,
keluhan GI.
2) Keluhan respiratorik: batuk kering atau batuk dengan dahak kental
berwarna kuning, hijau, atau disertai darah, sesak napas, retraksi
dada, takipneu, napas cuping hidung, suara napas tambahan, dan
sianosis.
Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi: pernapasan tidak teratur dan takipneu atau hipopneu (pada
bayi muda).
2) Perkusi: didapati suara pekak.
30
3) Palpasi: fremitus tidak simetris
4) Auskultasi: suara napas melemah dan ronki basah.
Pemeriksaan penunjang
1) Darah perifer lengkap.
2) Foto thoraks.
3) Pemeriksaan kultur dan pewarnaan Gram sputum pada kasus yang
berat pada anak dan dewasa.
4) Pemeriksaan antigen virus yang dilakukan pada anak <18 bulan.
5) Analisis cairan pleura, bila terdapat efusi pleura.
2. ISPA
a. Definisi.
infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran
pernapasan bagian bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau
bakteri, virus, maupun riketsia, tanpa atau disertai radang parenkim paru
(Alsagaff dkk, 2009).
ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak-anak, baik di
negara berkembang maupun di negara maju dan sudah mampu. Program
Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2
golongan, yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi
atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak
berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsillitis, dan penyakit
jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia.
b. Etiologi
ISPA ditularkan oleh virus dan bakteri. Berikut ini adalah beberapa
mikroorganisme yang menjadi penyebab munculnya ISPA:
Adenovirus. Gangguan pernapasan seperti pilek, bronkitis, dan
pneumonia bisa disebabkan oleh virus yang memiliki lebih dari 50 jenis
ini.
31
Rhinovirus. Virus ini menyebabkan pilek. Tapi pada anak kecil dan
orang dengan sistem kekebalan yang lemah, pilek biasa bisa berubah
menjadi ISPA pada tahap yang serius.
Pneumokokus. penyakit meningitis disebabkan oleh virus jenis ini.
Bakteri ini juga bisa memicu gangguan pernapasan lain, seperti halnya
pneumonia.
d. Manifestasi klinis
Demam
Gejala Flu : Sering bersin, Hidung tersumbat atau berair.
Sesak napas
Batuk-batuk dan tenggorokan terasa sakit.
Malaise
Mual dan muntah
e. Diagnosis
Anamnesis :Berdasarkan keluhan yang ditemukan : Demam, Gejala
Flu : Sering bersin, Hidung tersumbat atau berair, Sesak napas,
Batuk-batuk dan tenggorokan terasa sakit, Malaise, Mual dan muntah
Pemeriksaan Fisik : dapat ditemukan pernapasan cuping hidung,
retraksi dinding dada.
Pemeriksaan penunjang : Sputum, kultur, Reaksi seologis, foto
thoraks/CT scan
32
2.7.8 Komplikasi
2.7.9 Prognosis
2.7.10 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan
34
Prinsip pengobatan
A. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan
gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap
(OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
B. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan
langsung (DOT= Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas
Menelan Obat (PMO)
C. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
Tahap awal (intensif)
a. Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu
diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
b. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya
pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waku 2 minggu.
c. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)
dalam 2 bulan.
Tahap Lanjutan
35
a. Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun
dalam jangka waktu yang lebih lama
b. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan
Paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) disediakan dalam bentuk paket, dengan
tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan
(kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam
satu (1) masa pengobatan.
36
b. Mencegah penggunaan obat tunggal sehingga menurunkan resiko terjadinya
resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep.
c. Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat
menjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien.
A. Kategori-1 (2HRZE/4H3R3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
a. Pasien baru TB paru BTA positif
b. Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
c. Pasien TB ekstra paru
B. Kategori-2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati
sebelumnya:
a. Pasien kambuh
b. Pasien gagal
c. Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)
37
Catatan:
2.7.11 Pencegahan
Vaksinasi BCG
Vaksin BCG yang dipergunakan berupa vaksin yang berisi M. bovis hidup
yang dilemahkan. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa vaksinasi BCG yang
38
telah dilakukan pada anak-anak selama ini hanya dapat memberikan daya
proteksi sebagian saja terhadap TB yakni 0-80%. Tetapi BCG ini masih tetap
dipakai karena ia dapat mengurangi keungkinan terhadap TB yang berat seperti
TB milier, meningitis dan TB ekstra paru lainnya. Pada anak yang terinveksi HIV,
pemberian BCG tidak banyak memberikan efek yang menguntungkan dan malah
dikuatirkan dapat menimbulkan BCG-itis disemnata yaitu penyakit TB aktif akibat
pemberian BCG pada pasien imuno-kompromais. WHO menetapkan bahwa
vaksinasi BCG merupakan kontra indikasi pada anak yang terinfeksi HIV yang
bergejala. Hal ini bisa jadi dilema pada bayi yang mendapat vaksinasi BCG
segera setelah lahir pada status HIV nya belum diketahui.
Kemoprofilaksis
Kemoprofilaksis terhadap TB merupakan masalah tersendiri dalam
penanggulangan TB paru disamping diagnosis yang cepat dan terapi yang
adekuat. Sekitar 50-60% anak kecil yang tinggal dengan pasien TB paru dewasa
dengan sputum BTA positif, akan terinfeksi kuman TB. Kira-kira 10% dari jumlah
tersebut akan mengalami sakit TB. Infeksi kuman TB pada anak kecil berisiko
tinggi menjadi sakit TB diseminata yang berat (TB milier, meningitis), sehingga
diperlukan pemberian kemoprofilaksis untuk mencegah sakit TB. INH profilaksis
banyak dipakai selama ini karena harganya murah dan efek sampingnya sedikit
(biasanya hepatitis imbas obat dengan frekuensi 1-2% saja). Obat alternatif
lainnya bisa dengan Rifampisin.
Terapi profilaksis dengan INH menurut IUALTD di berikan selama 1 tahun
dan ini dapat menurunkan insidens TB sampai 55-83%. Bila kepatuhan minum
obatnya baik maka penurunannya bisa mencapai 90%. Bila minum obatnya
intermiten, efektifitasnya masih cukup baik. ATS dan CDC USA menganjurkan
terapi INH profilaksis selama 6-12 bulan yang di tujukan pada tersangka dengan
hasil uji tuberkulin 5-10 mm. Pasien HIV positif juga diberikan INH profilaksis
selama 12 bulan. Yang kontak dengan pasien TB positif cukup diberi 6 bulan
saja. Pada negara-negara dengan populasi TB tinggi sebaiknya profilaksi s
diberikan terhadap semua pasien HIV positif dan pasien yang mendapat terapi
imuno-supresi.
39
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tuberkulosis merupakan suatu infeksi kronis yang salah satunya
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, suatu basil tahan asam yang
hidup sebagai parasit intraselular. Mycobacterium merupakan aerob obligat
yang dapat hidup berhari-hari di udara yang lembab dan gelap.
DAFTAR PUSTAKA
41