Anda di halaman 1dari 12

Makalah Rational Emotive Therapy

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya penyusun
bisa menyelesaikan makalah berjudul “Rational Emotive Therapy”. Makalah ini di buat guna
memenuhi tugas mata kuliah Model-model Konseling I.

Dalam penyusunan makalah ini, tentunya penyusun mendapat bimbingan, arahan dan saran
dari berbagai pihak, Oleh karena itu pada kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan
terimakasih kepada :

1. Ayah dan bunda tercinta yang telah memberi semangat sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini.
2. Bapak Pramana Adi Wiguna selaku dosen pembimbing.
3. Teman – teman di kampus Universitas Pancasakti Tegal terimakasih atas saran dan
diskusinya

Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bisa
memberikan manfaat terutama bagi penyusun dan bagi pembaca pada umumnya.

Tegal, 11 Juni 2014

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………

KATA PENGANTAR …………………………………………………

DAFTAR ISI …………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN

1.1. A. Latar Belakang……………………………………………………

1.2. B. Rumusan Masalah……………………………………………….

1.3. C. Tujuan penulisan…………………………………………………..


BAB II PEMBAHASAN

1. Nama Tokoh dan pengertian Rational Emotive Therapy……….

2. Konsep Dasar Konseling Rational Emotive Therapy…………….

3. Asumsi Perilaku Bermasalah…………………………………………..

4. Tujuan Konseling………………………………………………………….

5. Peran Konseling……………………………………………………………

6. Deskripsi Konseling Rational Emotive Therapy…………………..

7. Teknik- teknik Konseling Rational Emotive Therapy……………

8. Kelebihan dan Keterbatasan…………………………………………..

9. Contoh Penerapan…………………………………………………………

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………………………

B. Saran……………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.A. Latar Belakang

Rational Emotive Therapy atau Teori Rasional Emotif mulai dikembangan di Amerika pada
tahun 1960-an oleh Alberl Ellis, seorang Doktor dan Ahli dalam Psikologi Terapeutik yang
juga seorang eksistensialis dan juga seorang Neo Freudian. Teori ini dikembangkanya ketika
ia dalam praktek terapi mendapatkan bahwa sistem psikoanalisis ini mempunyai kelemahan-
kelemahan secara teoritis (Ellis, 1974).

Teori Rasional Emotif ini merupakan sintesis baru dari Behavior Therapy yang klasik
(termasuk Skinnerian Reinforcement dan Wolpein Systematic Desensitization). Oleh karena
itu Ellis menyebut terapi ini sebagai Cognitive Behavior Therapy atau Comprehensive
Therapy.Konsep ini merupakan sebuah aliran baru dari Psikoterapi Humanistik yang berakar
pada filsafat eksistensialisme yang dipelopori oleh Kierkegaard, Nietzsche, Buber,
Heidegger, Jaspers dan Marleu Ponty, yang kemudian dilanjutkan dalam bentuk
eksistensialisme terapan dalam Psikologi dan Psikoterapi, yang lebih dikenal sebagai
Psikologi Humanistik.

1.2.B. Permasalahan

1. Bagaimana pengertian rational emotive therapy?


2. Bagaimana konsep dasar teori rational emotive therapy?
3. Bagaimana asumsi perilaku rational emotive therapy?
4. Apa tujuan konseling rational emotive therapy?
5. Bagaimana peran konselor?
6. Bagaimana deskripsi proses konseling?
7. Apa saja teknik konseling rational emotive therapy?
8. Apa kelebihan dan keterbatasan rational emotive therapy?
9. Bagaimana penerapan teori rational emotive therapy?

1.3.C Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian rational emotive therapy.


2. Mengetahui konsep dasar rational emotive therapy.
3. Memahami asumsi perilaku bermasalah.
4. Mengetahui tujuan konseling dalam rational emotive therapy.
5. Mengetahui peran konselor dalam rational emotive therapy.
6. Mengetahui deskripsi proses konseling.
7. Mengetahui teknik konseling rational emotive therapy.
8. Mengetahui kelebihan dan keterbatasan konseling rational emotive therapy.
9. Mengetahui penerapan teori rational emotive therapy.

BAB II

PEMBAHASAN

KONSELING “RATIONAL EMOTIVE THERAPY”

Tokoh teori Albert Ellis ahli psikologi klinis sering mengkususkan diri dalam bidang
konseling perkawinan dan keluarga. Berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya dalam
teori belajar behavioral, kemudian ia mengembangkan suatu pendekatan sendiri yang disebut
rational emotive therapy (RET) atau terapi rasional emotif.

Rational Emotive Therapy

Rational emotive therapy dapat diartikan dengan corak konseling yang menekankan
kebersamaan dan interaksi antara berfikir dengan akal sehat, berperasaan, dan perilaku serta
sekaligus menekankan bahwa suatu suatu perubahan yang mendalam.
Corak konseling RET berpangkal dari beberapa keyakinan tentang martabat manusia dan
tentang proses manusia dapat mengubah diri, yang sebagian bersifat falsafah dan sebagian
lagi bersifat psikologi yaitu :

1. Manusia adalah makhluk manusiawai artinya manusia mempunyai kekurangan dan


keterbatasan, selama hidup di dunia dia dapat berusaha untuk menikmatinya sebaik
mungkin.
2. Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh bekal keturunan atau pembawaan.
3. Hidup secara rasional berarti berfikir, berperasaan, dan berperilaku sedemikian rupa
sehingga kebahagiaan dapat dicapai secara efisien dan efektif.
4. Manusia memiliki kecenderungan yang kuat untuk hidup secara rasional dan sehat.
5. Orang yang kerap berpegang pada keyakinan yang sebenarnya kurang masuk akal
atau irasional.
6. Pikiran-pikiran manusia biasanya menggunakan lambang verbal dan dituangkan
dalam bentuk bahasa.
7. Bilamana manusia tidak bahagia dan mengalami gejolak perasaan yang tidak
menyenangkan serta menumbuhkan semangat hidup, rasa-rasa itu bukan berpangkal
pada kejadian dan pengalaman yang telah berlangsung, melainkan pada tanggapannya
yang tidak rasional terhadap kejadian dan pengalaman itu.
8. Untuk membantu orang mencapai taraf kebahagiaan hidup yang lebih baik dengan
hidup lebih rasional.
9. Mengubah diri dalam berfikir irasional bukan perkara yang mudah, karena orang
memiliki kecenderungan untuk mempertahankan keyakinan yang sebenarnya tidak
masuk akal, ditambah perasaan cemas.

1. Konselor RET harus berusaha membantu orang menaruh perhatian wajar pada
kebahagiaan batinnya sendiri, menerima tanggung jawab atas pengaturan hidupnya
sendiri tanpa menuntut secara mutlak dukungan dari orang lain.
2. Konselor harus membantu konseli mengubah pikirannya yang irasional dengan
mendiskusikannya secara terbuka dan terus terang.
3. Diskusi itu menghasilkan efek-efek, yaitu pikiran yang lebih rasional, perasaan yang
lebih wajar, dan berperilaku yang lebih tepat dan sesuai

1. Konsep pokok

Ellis memandang manusia bersifat rasional dan irasional. Orang berperilaku dalam cara-cara
tertentu, mempunyai derajat yang tinggi dalam sugestibilitas dan emosionalitas yang
negatif.Para penganut teori RET percaya bahwa tidak ada orang yang disalahkan dalam
secala sesuatu yang dilakukannya, tetapi setiap orang bertanggungjawab akan semua
perilakunya.

Unsur pokok terapi rasional-emotif adalah asumsi bahwa berfikir dan emosi bukan dua proses
yang terpisah. Emosi disebabkan dan dikendalikan oleh pikiran. Emosi adalah pikiran yang
dialihkan dan diprasangkakan sebagai suatu proses sikap dan kognitif yang intrinsik.
Pandangan yang penting ,Ellis (Shertzer & Stone, 1980, 175-176) mengemukakan ada 12
pikiran yang tak rasional yang dapat menimbulkan perilaku neurosis atau psikologis :

1. Manusia yang hidup dalam masyarakat mau tidak mau dapat dicintai ataupun ditolak
oleh orang lain disekitarnya setiap saat.
2. Bahwa seseorang yang hidup dalam masyarakat harus mempersiapkan diri secara
kompeten, edekuat agar ia dapat mencapai kehidupan yang layak dan berguna bagi
masyarakat.
3. Bahwa banyak orang dalam kehidupan masyarakat yang tidak baik, merusak, jahat
ataupun kejam dan oleh karena itu patutlah disalahkan dihukum setimpal dengan
dosanya.
4. Bahwa kehidupan mausia senantiasa dihadapkan kepada berbagai kemungkinan
malapetaka, bencana yang dahsyat, mengerikan, menakutkan yang mau tidak mau
harus dihadapi oleh manusia dalam hidupnya.
5. Bahwa ketidaksenangan atau penderitaan emosional dari seseorang muncul dari
tekanan ekternal dan individu hanya mempunyai kemampuan sedikit sekali untuk
mengontrol perasaannya atau untuk menghilangkan perasaan depresi atau yang
bertentangan.
6. Bila ada suatu hal yang berbahaya atau menakutkan, maka individu berusaha keras
untuk menghadapi dan mengatasi depresi atau yang bertentangan.
7. Bahwa lebih mudah untuk menjauhi kesulitan hidup tertentu dan tanggungjawab diri
daripada usaha untuk mengadapi dan mengahargainya hanya untuk menghargai
bentuk disiplin diri.

8. Bahwa sisa pengalaman masa lalu semuanya sangat penting karena hal itu
berpengaruh sangat kuat terhadap kehidupan individu dan menentukan perasaan dan
perilaku individu yang ada sekarang.
9. Bahwa individu akan lebih baik untuk menghindarkan diri daripada mengerjakan
sesuatu.
10. Bahwa individu akan mencapai kebahagiaan hidup dengan menyenangkan diri
sendiri.
11. Bahwa individu akan mencapai sesuatu derajat yang tinggi dalam hidupnya untuk
merasakan sesuatu yang menyenangkan, atau memerlukan kekuatan supernatural
untuk mencapainya.
12. Bahwa individu secara umum mempunyai nilai diri sebagai manusia dan penerimaan
diri untuk tergantung dari kebaikan penampilan individu dan tingkat penerimaan oleh
orang lain terhadap individu.

2. Asumsi Dasar Perilaku Bermasalah

Menurut Albert Ellis, manusia pada dasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan
untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkah laku rasional manusia
akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan bertingkah laku irasional individu
itu menjadi tidak efektif. Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh
evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari. Hambatan psikologis
atau emosional tersebut merupakan akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional,
yang mana emosi yang menyertai individu dalam berpikir penuh dengan prasangka, sangat
personal, dan irasional. Berpikir irasional ini diawali dengan belajar secara tidak logis yang
biasanya diperoleh dari orang tua dan budaya tempat dibesarkan. Berpikir secara irasional
akan tercermin dari kata-kata yang digunakan. Kata-kata yang tidak logis menunjukkan cara
berpikir yang salah dan kata-kata yang tepat menunjukkan cara berpikir yang tepat. Perasaan
dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan
logis, yang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang
rasional.

Dalam perspektif pendekatan konseling rasional emotif tingkah laku bermasalah, didalamnya
merupakan tingkah laku yang didasarkan pada cara berpikir yang irrasional. Adapun ciri-ciri
berpikir irasional adalah:

1. Tidak dapat dibuktikan.


2. Menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan, kekhawatiran, prasangka) yang
sebenarnya tidak perlu.
3. Menghalangi individu untuk berkembang dalam kehidupan sehari-hari yang efektif.

Sebab-sebab individu tidak mampu berpikir secara rasional disebabkan oleh:

1. Individu tidak berpikir jelas tentang saat ini dan yang akan datang, antara kenyatan
dan imajinasi
2. Individu tergantung pada perencanaan dan pemikiran orang lain
3. Orang tua atau masyarakat memiliki kecenderungan berpikir irasional yang diajarkan
kepada individu melalui berbagai media.

Indikator sebab keyakinan irasional adalah:

1. Manusia hidup dalam masyarakat adalah untuk diterima dan dicintai oleh orang lain
dari segala sesuatu yang dikerjakan.
2. Banyak orang dalam kehidupan masyarakat yang tidak baik, merusak, jahat, dan
kejam sehingga mereka patut dicurigai, disalahkan, dan dihukum.
3. Kehidupan manusia senantiasa dihadapkan kepada berbagai malapetaka, bencana
yang dahsyat, mengerikan, menakutkan yang mau tidak mau harus dihadapi oleh
manusia dalam hidupnya.
4. Lebih mudah untuk menjauhi kesulitan-kesulitan hidup tertentu dari pada berusaha
untuk menghadapi dan menanganinya.
5. Penderitaan emosional dari seseorang muncul dari tekanan eksternal dan bahwa
individu hanya mempunyai kemampuan sedikit sekali untuk menghilangkan
penderitaan emosional tersebut.
6. Pengalaman masa lalu memberikan pengaruh sangat kuat terhadap kehidupan
individu dan menentukan perasaan dan tingkah laku individu pada saat sekarang
7. Untuk mencapai derajat yang tinggi dalam hidupnya dan untuk merasakan sesuatu
yang menyenangkan memerlukan kekuatan supranatural.
8. Nilai diri sebagai manusia dan penerimaan orang lain terhadap diri tergantung dari
kebaikan penampilan individu dan tingkat penerimaan oleh orang lain terhadap
individu.

Menurut Albert Ellis juga menambahkan bahwa secara biologis manusia


memang“diprogram” untuk selalu menanggapi “pengondisian-pengondisian” semacam
ini. Keyakinan-keyakinan irasional tadi biasanya berbentuk pernyataan-pernyataan absolut.
Ada beberapa jenis “pikiran-pikiran yang keliru” yang biasanya diterapkan
orang,diantaranya:

1. Mengabaikan hal-hal yang positif


2. Terpaku pada yang negatif
3. Terlalu cepat menggeneralisasi

Secara ringkas, Ellis mengatakan bahwa ada tiga keyakinan irasional:

1. “Saya harus punya kemampuan sempurna, atau saya akan jadi orang yang tidak berguna”

2. “Orang lain harus memahami dan mempertimbangkan saya, atau mereka akan menderita”.

3. “Kenyataan harus memberi kebahagiaan pada saya, atau saya akan binasa”.

Tujuan Konseling Rasional – Emotif : Memperbaiki dan meruban sikap, persepsi, cara
berfikir, keyakinan serta pandangan klien yang irasional dan logis menjadi rasional dan logis
agar klien dapat mengembangkan diri, meningkatkan self actualizationnya seoptimal
mungkin melalui prilaku kognitif dan afektif yang positif. Menghilangkan gangguan
emosional yang merusak diri sendiri,seperti rasa benci,rasa takut, rasa bersalah,rasa berdosa,
rasa cemas, rasa was-was, dan rasa marah dengan melatih system keyakinan hidup secara
rasional serta membangkitkan keberanian untuk memiliki kepercayaan dan kemampuan diri
sendiri dalam menghadapi masa depan.(Sayekti Pujosuwarno 1993:14)

Secara lebih khusus Ellis (Corey, 1986; 215) menyebutkan bahwa terapi ini akan tercapai
pribadi yang ditandai dengan :

1) Minat kepada diri sendiri

2) Minat sosial

3) Pengarahan diri

4) Toleransi terhadap pihak lain

5) Fleksibelitas

6) Menerima ketidakpastian

7) Komitmen terhadap sesuatu diluar dirinya

8) Berfikir ilmiah

9) Penerimaan diri

10) Berani mengambil resiko

11) “Non utopianism” yaitu menerima kenyataan.


Karakteristik terapi rasional-emotif

1. Aktif-direktif

Dalam hubungan konseling lebih aktif membantu mengarahkan klien dalam menghadapi dan
memecahkan masalah

2. Kognitif-eksperiensial

Hubungan yang dibentuk harus berfokus pada aspek kognitif dari klien dan berintikan
pemecahan masalah yang rasional

3. Emotif-eksperiensial

Hubungan yang dibentuk juga melihat aspek emotif klien dengan mempelajari sumber
gangguan emosional, sekaligus membongkar akar-akar keyakinan yang keliru yang
mendasari gangguan tersebut.

4. Behavioristik

Hubungan yang dibentuk harus menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan perilaku
dalam diri kliennya

5. Kondisional

Hubungan dalam terapi rasional – emotif dilakukan dengan membuat kondisi tertentu
terhadap klien melalui berbagai teknik kondisioning untuk mencapai tujuan terapi konseling.

Gambaran tentang apa yang dilakukan oleh seorang praktisi rasional-emotif

1. Mengajak klien untuk menanggalkan ide-ide rasional yang mendasari gangguan


emosional dan perilaku.
2. Menantang klien dengan berbagai ide yang valid dan rasional.
3. Menunjukkan kepada klien asas ilogis dalam berfikir.
4. Menggunakan analisis logis untuk mengurangi keyakinan irasional klien.
5. Menunjukkan bahwa keyakinan irasional ini adalah kooperative. Menggunakan
humor untuk menantang irasionalitas pemikiran klien.
6. Menjelaskan kepada klien bagaimana ide yang irasional ini dapat ditempatkan
kembali atau didistribusikan kepada ide-ide rasional yang harus secara empirik
melatarbelakangi kehidupannya
7. Mengajarkan bagaimana mengaplikasikan pendekatan ilmiah, obyektif dan logis
dalam berfikir.

4. Peran Konselor

Dalam proses konseling pendekatan RET ini ,peran konselor aktif ,direktif namun tetap
obyektif. Konselor meyakinkan konseli bahwa pikiran rasional dan irasional harus
dipisahkan. Setelah itu konselor menunjukkan bahwa pikiran irasional itu adalah sumber dari
permasalahan yang sedang dihadapi konseli. Pada konseling RET ,konselor dapat menjadi
model bagi konseli yang mengarahkan konseli untuk membebaskan diri dari pikiran irasional.

1. Aktif: berbicara, mengkonfrontasikan (yang irrasional), menafsirkan, menyerang


falsafah yang menyalahkan diri
2. Direktif

– Menerangkan ketidakrasionalan yang dialami & yang ditunjukkan : verbal, sikap,


perilaku)

– Membujuk

– Mengajari klien (untuk menggunakan metode-metode perilaku : PR, desentisasi,


latihan asertif dsb)

Peranan konselor dalam proses konseling rasional-emotif akan nampak dengan jelas dalam
langkah konseling sebagai berikut:

a. Langkah Pertama : Dalam Langkah ini konselor berusaha menunjukkan kepada


klien bahwa masalah yang dihadapinya berkaitan dengan keyakinannya yang tidak rasional.

b. Langkah Kedua : Peranan Konselor adalah menyadarkan klien bahwa pemecahan masalah
yang dihadapinya merupakan tanggung jawab sendiri.

c. Langkah Ketiga : Konselor berperan mangajak klien menghilangkan cara berpikirdan


gagasan yang tidak rasional.

d. Langkah keempat : Peranan konselor adalah mengembangkan pandangan – pandangan


yang realistis dan menghindarkan diri dari keyakinan yang tidak rasional.

5. Deskripsi Proses Konseling

Tugas konselor menurut Ellis adalah membantu individu yang tidak bahagian dan
menghadapi hambatan, untuk menunjukkan bahwa :

1. Kesulitannya disebabkan oleh persepsi yang terganggu dan pikiran yang tidak logis
2. Usaha memperbaikinya adalah harus kembali kepada sebab-sebab permulaan

Konselor yang efektif akan membantu klien untuk mengubah pikiran, perasaan, danperilaku
yang tidak logis.

Tujuan utama terapi rasional-emotif adalah menunjukkan kepada klien bahwa verbalisasi diri
mereka merupakan sumber gangguan emosionalnya.

Kemudian membantu klien agar memperbaiki cara berpikir,merasa,dan berperilaku ,sehingga


ia tidak lagi mengalami gangguan emosional di masa yang akan datang.

1. Proses Terapi (konseling)


(a) Konselor berusaha menunjukan klien kesulitan yang dihadapi sangat berhubungan
dengan keyakinan irrasional, dan menunjukan bagaimana klien harus bersikap rasional dan
mampu memisahkan keyakinan irrasional dengan rasional.

(b) Setelah klien menyadari gangguan emosi yang bersumber dari pemikiran irrasional,
maka konselor menunjukan pemikiran klien yang irrasional, serta klien berusaha mengubah
kepada keyakinan menjadi rasional.

(c) Konselor berusaha agar klien menghindari diri dari ide-ide irrasionalnya, dan konselor
berusaha menghubungkan antara ide tersebut dengan proses penyalahan dan perusakan diri.

(d) Proses terakhir konseling adalah konselor berusaha menantang klien untuk
mengembangkan filosofis kehidupannya yang rasional, dan menolak kehidupan yang
irrasional dan fiktif dengan memperbaiki cara berpikir,merasa,dan berperilaku ,sehingga ia
tidak lagi mengalami gangguan emosional di masa yang akan datang .

6. Teknik-teknik terapi

Teknik emotif (afektif)

1. Teknik Assertive Training , yaitu teknik yang digunakan untuk melatih, medorong
dan membiasakan klien untuk terus menerus menyesuaikan diri dengan perilaku
tertentu yang diinginkan.
2. Teknik sosiodrama, yang digunakan untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan
yang menekan (perasaan negatif) melalui suasana yang didramatisasikan.
3. Teknik self modeling atau diri sebagai model, yakni teknik yang digunakan untuk
meminta klien agar berjanji atau mengadakan komitmen dengan konselor untuk
menghilangkan perasaan atau perilaku tertentu.
4. Teknik imitasi, yakni teknik yang digunakan dimana klien diminta untuk menirukan
secara terus menerus soal model perilaku tertentu dengan maksud menhadapi dan
menghilangkan perilakunya sendiri yang negatif.

Teknik Behavioristik

1. Teknik reinforcement / penguatan, yaitu teknik yang digunakan untuk mendorong


klien kearah perilaku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian
verbal (reward) ataupun punishment/ hukuman.
2. Teknik social modeling/ penguatan modeling, yakni teknik yang digunakan untuk
memberikan perilaku-perilaku baru kepada klien.
3. Teknik live models/ model dari kehidupan nyata, yang digunakan untuk
menggambarkan perilaku tertentu.

Teknik-teknik kognitif
1. Home work assigments/ pemberian tugas rumah , klien diberikan tugas rumah untuk
berlatih, membiasakan diri serta menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang
menurut pola perilaku yang diharapkan.
2. Teknik Assertive , teknik yang digunakan untuk melatih keberanian klien dalam
mengekspresikan perilaku tertentu yang diharapkan melalui role playing atau bermain
peran.
3. Bibliotherapy, teknik yang digunakan untuk membalikkan pola pikir irasional dan
ketidaklogisan dalam diri konseli yang menyebabkan permasalahan lewat buku-buku.
Konselor memilih buku-buku bacaan yang sekiranya dapat membantu konseli dalam
mengubah pola pikir irasional menjadi rasional.

7. Kelebihan dan Kelemahannya

RET menunjukkan baik kelebihan maupun kelemahan. Kelebihannya yaitu tekanannya pada
peranan tanggapan kognitif terhadap timbulnya reaksi-reaksi perasaan. Kelemahannya ialah
kurangnya pengakuan terhadap perasaan dasar sebagai suatu faktor yang sangat dominan
dalam kehidupan manusia, yang tidak sebegitu mudah mengalami perubahan.

Meski demikian corak konseling sangat bermanfaat untuk diterapkan oleh konselor sekolah
terhadap siswa remaja dan mahasiswa.

8.Contoh Penerapan

Penerapan teori konseling Rasional-emotif ini sangat ideal apabila diterapkan disekolah,
terutama oleh:Guru,Konselor atau pemimbing yang berwibawa. Contoh penerapan di
gunakan pada kasus , berpikir mengenai hal-hal yang tidak rasional.

Guru/konselor yang berwibawa akan mampu untuk membantu siswa yang mengalami
gangguan mental atau gangguan emosional untuk mengarahkan secara langsung pada para
siswa yang memiliki pola berfikir yang tidak rasional, serta mempengaruhi cara berfikir
mereka yang tidak rasional untuk meninggalkan anggapan atau pandangan yang keliru itu
menjadi rasional dan logis.

Guru melalui bidang studi yang diajarkan kepada siswanya secara langsung bisa mengaitkan
pola bimbingan yang terpadu untuk mempengaruhinya, untuk secara meninggalkan tindakan
pikiran dan perasaan yang tidak rasional.

Pendekatan ini pada menekankan pentingnya pemikiran sebagai dasar dari gangguan-
gangguan pribadi. Sumbangan utamanya adalah penekananya pada keharusan praktek dan
bertindak menuju perubahan tingkah laku masalah.

Contoh kasusnya :

Ada siswa mau ujian . Ia takut,cemas akan ujian nya nanti,ia takut tidak lulus.Padahal ujian
masih 4 bulan lagi. Siswa tersebut berpikir irasional. Konselor membantu klien agar klien
sadar dan bisa berpikir rasional karena jika klien tetap berpikir irasional itu akan membuat
klien tidak siap menghadapi ujian dan bisa berakibat pada konsentrasi saat mengerjakan soal
ujian dan bisa berakibat buruk. Konselor membantu klien mengubah pikiran irasional
menjadi rasional sehingga klien menyadari akan pikirannya itu,klien bisa berpikir rasional
dengan belajar selama 4 bulan itu dan menjadi siap menghadapi ujian.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Pengertian Rational Emotive Therapy (RET), yakni corak konseling yang menekankan
kebersamaan dan interaksi antara berpikir dan akal sehat(rational thinking),
berperasaan(emoting), dan berperilaku(acting), serta sekaligus menekankan bahwa suatu
perubahan yang mendalam dalam cara berpikir dapat menghasilkan perubahan yang berarti
dalam cara berperasaan dan berperilaku. Maka, orang yang mengalami gangguan dalam alam
perasaannya, harus dibantu untuk meninjau kembali caranya berpikir dan memanfaatkan akal
sehat.

Tujuan Rational Emotive Therapy

Memperbaiki dan mengubah segala perilaku yang irasional dan tidak logis menjadi rasional
dan logis agar klien dapat mengembangkan dirinya.

1. Saran

Memiliki kemampuan dalam konseling humanistik merupakan hal yang


penting,dapat mengarahkan ke masa depan yang lebih baik. Untuk itu kita perlu memahami
lebih dalam teori-teori konseling humanistik dengan baik agar kita dapat memahami dan
mengetahui hal-hal atau masalah klien kita nantinya.

Anda mungkin juga menyukai