Anda di halaman 1dari 19

KOMUNIKASI TERAPEUTIK ORANG TUA DENGAN ANAK FOBIA SPESIFIK 93

KOMUNIKASI TERAPEUTIK ORANG TUA DENGAN


ANAK FOBIA SPESIFIK

Rachmaniar
Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Bina Sarana Informatika Bandung

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dalam rangka memahami kesadaran orang tua terhadap masalah anak-anak dengan
fobia spesifik, meneliti bagaimana orang tua mengidentifikasi fobia spesifik, memahami tahapan metode
yang digunakan untuk mengatasi orang tua anak yang fobia spesifik, dan menjelaskan alasan orang tua
menggunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengatasi fobia spesifik anak. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif studi kasus. Objek penelitian ini adalah komunikasi
terapeutik orang tua. Subyek penelitian adalah lima anak dari orang tua yang memiliki fobia spesifik sebagai
sumber informasi utama, yaitu, ibu dari anak-anak fobia spesifik; anak-anak dan kerabat sebagai sumber
pendukung informasi. Hasil dari penelitian ini adalah adanya tiga model komunikasi terapeutik orang tua
dengan anak fobia spesifik: model pengalaman perwakilan, model pengalaman nyata, dan bermain model
pengalaman.

Kata-kata kunci: Komunikasi terapeutik, orang tua, anak, fobia spesifik

PARENTS THERAPEUTIC COMMUNICATION WITH CHILDREN


WITH SPECIFIC PHOBIAS

ABSTRACT

This research purpose is understand parental awareness of children’s issues on specific phobias, examines
how parents identify specific phobias, understand the stages of the method used by parents to overcome the
child’s specific phobia, and explain the reasons why parents use therapeutic communication techniques to
overcome child’s specific phobias. The method used in this research is qualitative case study approach. The
object of this research is parent’s therapeutic communications. The research subjects are five children who
have specific phobias as a main source of information, i.e., mother of the child with specific phobias; children
and relatives as an additional of information. The results of this research is the existence of three models of
therapeutic communication parents with children with specific phobias: vicarious experience models, real
experience models, and playing experience models.

Keywords: Therapeutic communication, parents, child, specific phobias

Korespondensi: Rachmaniar, M.I.Kom. Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Bina Sarana Informatika
Bandung, Jl. Sekolah International No. 1-6 Antapani Bandung. Email: seremoniar@gmail.com
94 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 3, No. 2, Desember 2015, hlm 93-111

PENDAHULUAN situasi sosial) yaitu takut menjadi pusat


perhatian, seperti berbicara atau melakukan
Rasa takut berlebih yang dialami seseorang sesuatu di depan publik, makan di tempat
dalam ilmu psikologi dikenal dengan istilah umum, menggunakan toilet umum, atau hampir
fobia. Fobia atau yang dalam bahasa Yunani semua aktivitas lain yang dilakukan di tempat
disebut dengan phobos, adalah rasa takut yang terdapat orang lain. Fobia kompleks
berlebih yang terjadi pada seseorang yang yaitu fobia terhadap tempat atau situasi ramai
berlangsung secara terus-menerus pada suatu dan terbuka, seperti jalan raya, jalan umum,
objek yang sifatnya irasional. dan lain-lain. Sedangkan fobia spesifik yaitu
Rafy (2004) menyatakan bahwa fobia fobia terhadap suatu objek atau keadaan
adalah ketakutan yang berlebih-lebihan tertentu seperti pada binatang, tempat tertutup,
terhadap benda-benda atau situasi-situasi ketinggian, sekolah, dll
tertentu yang seringkali tidak beralasan dan Phobia is characterized by irrational
tidak berdasarkan pada kenyataan. Fobia adalah fear of objects, situations and activities
rasa ketakutan yang berlebihan pada sesuatu hal resulting in avoidance behaviours. It is a
atau fenomena. kind of anxiety disorder including social
Kartono (2000) menyebutnya sebagai phobia (irrational fear of social situations),
kekuatan atau kecemasan yang abnormal kuat, agoraphobia (irrational fear of open
tidak rasional, dan tidak bisa dikontrol terhadap places), and specific phobia (clinically
suatu situasi atau objek tertentu. Fobia ini significant anxiety provoked by exposure
kebanyakan terjadi pada masa kanak kanak of a specific object or situation) (Yihun,
walaupun dapat juga terjadi pada saat dewasa 2011).
(Mahendratto, 2007). Menurut para ahli lain,
Phobias are relatively common in childhood Dan fobia spesifik menjadi fobia yang
(Lichtenstein, 2000) dan Interestingly, spesific paling banyak terjadi pada anak-anak.
phobias tend to start during childhood (Davis Along with generalized anxiety disorder
III, 2012). (GAD) and separation anxiety disorder
Hal ini disebabkan masa kanak-kanak yang (SAD), specific phobias are one of the more
merupakan masa dimana anak belajar dari commonly diagnosed anxiety disorders in
lingkungannya. Orang tua yang berteriak ketika children (McKay, 2011:8).
melihat objek tertentu, menunjukkan ekspresi Studies published in recent years confirm
takut yang berlebihan, bahkan melarang anak the high prevalence of specific phobias
untuk mendekati objek atau situasi yang ditakuti in the general population, especially in
tersebut tanpa memberikan alasan yang jelas children (Bener, 2011).
dapat menularkan fobia tersebut pada anak-
anaknya. Disamping itu karena pengalaman Untuk itu para psikolog terus
menakutkan yang terjadi secara tiba-tiba yang mengembangkan metode-metode guna
menyebabkan anak mengalami fobia (Sondang, mengatasi masalah fobia spesifik yang terjadi
2010). pada anak, diantaranya:
(1) Psikoterapi: dirancang untuk membantu
Hal ini membuat timbulnya fobia dengan anak belajar cara-cara baru mengontrol
jenis beragam – coulrophobia (takut badut), ketakutan, kecemasan dan serangan panik
pediophobia (takut boneka), anthophobia
jika dan ketika hal tersebut terjadi. Anak-
(takut bunga), achluophobia (takut gelap),
anak diajarkan mengatasi fobia dengan
ombrophobia (takut hujan), altophobia (takut
menggunakan teknik-teknik seperti self talk
ketinggian), automysophobia (takut kotor),
ailurophobia (takut kucing), thalassophobia – mengingat apakah hal yang ditakutinya
(takut laut), agyrophobia (takut menyeberang), tersebut nyata atau bayangan. Ketika rasa
xenophobia (takut orang asing), dan lain-lain. takut melanda, anak-anak diminta untuk
Anxiety Disorders Association of America mengatakan pada dirinya bahwa “Saya
membagi fobia ini dalam tiga kategori, yaitu OK, saya tidak ada dalam bahaya nyata, ini
fobia sosial, fobia kompleks, dan fobia spesifik. hanya otak yang menciptakan rasa panik,
Fobia sosial (fobia terhadap pemaparan dan jika saya mengambil napas dalam-
KOMUNIKASI TERAPEUTIK ORANG TUA DENGAN ANAK FOBIA SPESIFIK 95

dalam serta berpikir tenang, perasaan takut adalah segala sesuatu yang memfasilitasi proses
akan pergi”. penyembuhan (Nurjannah, 2005: 1); melakukan
(2) Obat anti-kecemasan: Ketika anak yang atau mengkomunikasikan perkataan, perbuatan,
mengalami fobia tidak merespon terapi atau ekspresi yang menfasilitasi proses
yang dilakukan, terapis dapat memberikan penyembuhan (Titisan, 2011).
obat anti kecemasan. Hal ini dilakukan Purwanto (1994) menyatakan bahwa
guna mendukung pengobatan serta komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
membuat yang mengalami fobia menjadi direncanakan secara sadar, bertujuan dan
lebih rileks dan tenang, dan (3) Emotive kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan
imagery, play therapy, past-life hypnotic pasien. Sementara Suryani (2005) menyebutkan
bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi
regression, eye movement desensitization
yang dilakukan atau dirancang untuk tujuan
and reprocessing, cognitive behavioral
terapi dimana seorang penolong atau perawat
therapies (Ginsburg & Walkup, 2004: 182).
dapat membantu klien mengatasi masalah
Hal ini menunjukkan bahwa tidak
yang dihadapinya melalui komunikasi. Pada
semua metode sesuai bagi anak yang sedang
kasus ini, pendekatan yang dilakukan orang tua
mengalami fobia spesifik karenanya anjuran
memosisikan orang tua sebagai penolong, anak
membawa anak yang mengalami fobia spesifik
sebagai klien atau pasien yang dibantu masalah
pada psikolog merupakan anjuran yang tepat,
fobia spesifik, dan komunikasi terapeutik
seperti diungkap Fabiola P. Harliamsyah,
sebagai proses yang terjadi didalamnya.
M.Psi dari Lembaga Terapan Psikologi UI
Penggunaan metode yang dilakukan
pada Tabloid Nova. Beliau menyatakan bahwa
orang tua dalam mengatasi fobia spesifik pada
untuk mendapat penanganan yang tepat, maka
anak tanpa bantuan psikolog menyebabkan
anak yang mengalami fobia seharusnya dibawa
penulis tertarik untuk memahami bagaimana
oleh orang tua mereka pada psikolog anak,
penggunaan komunikasi terapeutik orang
karena setiap anak adalah unik sehingga setiap
tua dalam mengatasi fobia spesifik pada anak
penanganan fobia yang terjadi pada anak akan
dengan pendekatan yang dibuatnya sendiri (self
berbeda antara satu anak dengan anak lainnya
treatment).
meski fobianya serupa (Sondang, 2010)
Rumusan masalah dalam penelitian ini
Untuk beberapa kasus, anak yang
yaitu: (1) Bagaimana kesadaran orang tua pada
mengalami fobia spesifik ditangani langsung
masalah anak fobia spesifik? (2) Bagaimana
oleh orang tua mereka tanpa bantuan psikolog.
cara orang tua mengidentifikasi anak terkena
Orang tua berusaha memahami penyebab rasa
fobia spesifik? (3) Bagaimana tahapan metode
takut anak, lalu menyusun pesan-pesan, dan
yang digunakan orang tua untuk mengatasi
menginformasikan pada anak bahwa objek
anak fobia spesifik?, dan (4) Mengapa orang
yang ditakuti tersebut bukan sesuatu yang
tua menggunakan teknik komunikasi terapeutik
berbahaya, bukan sesuatu yang menyakitkan,
untuk mengatasi anak fobia spesifik?
dan bukan sesuatu yang layak ditakuti dengan
Berdasarkan latar belakang yang telah
metode mereka sendiri. Selanjutnya orang tua
diuraikan, maka penelitian ini menggunakan
berupaya membawa anak berhadapan langsung
pendekatan studi kasus dengan tujuan untuk:
dengan objek yang ditakutinya tersebut secara
(1) Memahami kesadaran orang tua pada anak
rutin dan berkelanjutan dengan metode-metode
masalah fobia spesifik, (2) Menelaah cara orang
tertentu.
tua mengidentifikasi anak fobia spesifik, (3)
Metode yang dilakukan orang tua ini pada
Memahami tahapan metode yang digunakan
dasarnya untuk mengubah pandangan negatif
orang tua untuk mengatasi anak fobia
anak tentang objek yang ditakuti tersebut.
spesifik, dan (4) Menjelaskan alasan orang tua
Metode-metode tersebut terdiri dari kumpulan
menggunakan teknik komunikasi terapeutik
pesan yang digulirkan secara sengaja, terus-
untuk mengatasi anak fobia spesifik.
menerus dengan tujuan untuk mengubah
Manfaat dari penelitian ini secara teoritis
pengetahuan, sikap, dan perilaku atas objek yang
diharapkan dapat menambah kajian teoritis
ditakuti anak – mengatasi masalah fobia spesifik
dalam bidang komunikasi antarpribadi pada
pada anak. Proses penyampaian pesan semacam
umumnya, dan komunikasi terapeutik pada
ini dalam ilmu komunikasi dikenal dengan
khususnya, serta secara praktis penelitian ini
sebutan komunikasi terapeutik. Terapeutik
96 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 3, No. 2, Desember 2015, hlm 93-111

diharapkan dapat membantu para orang tua komunikan. Moore menyebut keberhasilan
mengatasi fobia spesifik pada anak dengan komunikasi sangat ditentukan oleh daya
penggunaan komunikasi terapeutik. tarik pesan (Rakhmat, 1998:297). Sementara
Onong Effendy dalam buku Ilmu Teori dan
KAJIAN LITERATUR Filsafat Komunikasi menyatakan bahwa
komunikasi akan berhasil bila pesan yang
Terapeutik menurut As Hornby (1974) disampaikan memenuhi syarat berikut: a) pesan
adalah kata sifat yang dihubungkan dengan direncanakan, b) pesan menggunakan bahasa
seni penyembuhan – segala sesuatu yang yang dapat dimengerti kedua belah pihak, c)
menfasilitasi proses penyembuhan (Nurjannah, pesan menarik minat dan kebutuhan pribadi
2005:1). Seseorang yang melakukan terapeutik, penerima, dan d) pesan berisi hal-hal yang
seseorang tersebut sedang mengkomunikasikan mudah dipahami.
perkataan, perbuatan, atau ekspresi untuk Komunikasi orangtua pada anak fobia
menfasilitasi proses penyembuhan. spesifik bertujuan mengubah sikap dan
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi perilaku anak fobia spesifik – menyembuhkan
yang direncanakan secara sadar, bertujuan, anak fobia spesifik – komunikasi terapeutik
dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan dengan memperhatikan kemampuan orangtua
pasien; mengacu pada pendekatan yang untuk menyampaikan pesan serta bagaimana
direncanakan secara sadar, bertujuan, dan pengemasan pesan tersebut diciptakan orangtua.
dengan kegiatan yang terpusat. Carl Rogers Dalam komunikasi terapeutik pada anak,
(1961) menyebutnya dengan bagaimana Mahmud Machfoedz pada buku Komunikasi
seseorang melakukan komunikasi tersebut Keperawatan menyebut hal-hal yang harus
dengan orang lain, bukan tentang apa yang diperhatikan pada anak ketika terapeutik:
dilakukan seseorang, dan ini membuat Rogers (1) Nada suara – tempo bicara rendah,
berhasil mengidentifikasi tiga factor dasar dalam memperlambat pembicaraan, tidak mendesak
mengembangkan hubungan saling membantu – menunjang komunikasi efektif dengan anak.
(helping relationship): pembantu harus benar- (2) Mengalihkan perhatian – anak tertarik pada
benar ikhlas dan memahami tentang dirinya aktivitas yang disukai; perlu dibuat jadwal agar
atau keikhlasan (genuineness), pembantu harus aktivitas yang disukai diprogramkan dan dapat
menunjukan rasa empati, individu yang dibantu diatur waktunya. (3) Jarak interaksi – perhatian
harus merasa bebas untuk mengeluarkan segala jarak yang sesuai ketika berinteraksi dengan
sesuatunya tentang dirinya dalam menjalin anak. (4) Marah – perlu mempelajari isyarat
hubungan atau kehangatan (warmth) (Mundakir, kontrol perilaku pada anak untuk menghindari
2006:119), dan ini mencakup unsur komunikasi kemarahan anak; tidak bersuara keras dan
berikut: (1) sumber komunikasi yaitu pengirim bersikap otoriter; mengurangi kontak mata
pesan atau sering disebut komunikator yaitu ketika respon meningkat. Jika respon mulai
orang yang menyampaikan atau menyiapkan terkendali, kontak mata dapat dilakukan,
pesan. Komunikator dalam hal ini adalah namun komunikasi melalui sentuhan ditunda
orangtua yang membantu anak mengatasi fobia terlebih dahulu. (5) Kesadaran diri – selalu
spesifiknya. Komunikator memiliki peran untuk memberikan motivasi dan persetujuan jika
membentuk kesamaan persepsi dengan pihak diperlukan. (6) Sentuhan – berjabat tangan
lain, untuk kasus ini adalah anak fobia spesifik. dapat menghilangkan stres dan cemas pada
Kemampuan komunikator mencakup keahliaan anak.
atau kredibilitas daya tarik dan keterpercayaan Terdapat banyak teknik komunikasi
menjadi faktor penting dan berpengaruh terapeutik verbal maupun nonverbal yang dapat
terhadap keberhasilan komunikasi ( Tan, diterapkan pada anak saat terapeutik. Teknik
1981:104). (2) Unsur komunikasi terapeutik komunikasi terapeutik nonverbal diantaranya
selain komunikator, yaitu pesan merupakan adalah: (1) Teknik orang ketiga – teknik ini
salah satu unsur penting yang harus ada dalam berusaha mengungkapkan ekspresi orang
proses komunikasi . Tanpa kehadiran pesan, ketiga, seperti “dia atau mereka.” (2) Bercerita
proses komunikasi tidak terjadi. Komunikasi − menggunakan bahasa anak, sekaligus
akan berhasil bila pesan disampaikan dengan menyelidiki perasaan; berusaha menghindari
tepat, dapat dimengerti, dan dapat diterima hambatan yang disengaja – meminta anak
KOMUNIKASI TERAPEUTIK ORANG TUA DENGAN ANAK FOBIA SPESIFIK 97

menceritakan pengalamannya secara spesifik jiwa anak fobia spesifik, dan orangtua menjadi
saat berada di rumah sakit. (3) Tiga Permintaan guru utama untuk menerjemahkan keberadaan
(Three Wishes) − merupakan suatu strategi objek-objek tersebut, serta menuntun anak
yang digunakan untuk mengundang anak-anak fobia spesifik agar berpikir rasional dan logis
masuk dalam sebuah percakapan. dalam menanggapi keberadaan objek-objek
Sedangkan teknik komunikasi terapeutik yang ditakutinya tersebut.
verbal diantaranya adalah: (1) Menulis − Phobia berasal dari bahasa Yunani “phobos”,
merupakan alternative yang digunakan untuk yang berarti obyek atau situasi yang ditakuti
melakukan pendekatan komunikasi dengan (dari nama dewa Yunani yang menakutkan
anak. (2) Menggambar − merupakan bentuk musuh-musuhnya).
komunikasi yang berharga melalui pengamatan Phobia adalah ketakutan yang berlebih-lebihan
gambar. (3) Teknik bermain − merupakan bentuk terhadap benda-benda atau situasi-situasi
komunikasi yang paling penting dan menjadi tertentu yang seringkali tidak beralasan dan
teknik yang efektif untuk bisa berhubungan dan tidak berdasar pada kenyataan.
berkomunikasi dengan anak (Mundakir, 2006 : Baker Encyclopedia of Psychology and
154). Counseling menyebutnya dengan obyek atau
Evelyn Millis Duvall dalam buku Marriage situasi-situasi yang tidak berbahaya; ketakutan,
and Family Development menyebut bahwa gamang, perasaan takut yang tak terkendalikan
orang tua adalah orang yang berperan pada terhadap situasi yang seringkali tanpa alasan
pengasuhan anak untuk meningkatkan yang dapat diterima oleh akal (Sudarsono,
perkembangan fisik, mental, emosional, dan 1996:179-180); ketakutan yang menetap dan
sosialnya; orang tua memberikan perawatan tidak rasional terhadap suatu obyek, aktivitas
fisik dan perhatian emosional serta mengarahkan atau situasi yang spesifik, yang menimbulkan
perkembangan kepribadian anak. suatu keinginan mendesak atau menghindarinya
Sementara Yupi Supartini dalam buku (Hawari, 2007:64); reaksi ketakutan yang hebat
Konsep Dasar Keperawatan Anak menyatakan (abnormal) terhadap situasi atau benda yang
bahwa tujuan pengasuhan anak adalah untuk khusus (Semiun, 2006:323); rasa takut yang
mempertahankan perkembangan fisik anak, kuat dan menetap serta tidak sesuai dengan
meningkatkan kesehatan anak, memfasilitasi stimulus, tidak rasional bahkan bagi si penderita
anak untuk mengembangkan kemampuannya sendiri, yang menyebabkan penghindaran objek
sejalan dengan tahap pertumbuhan dan maupun situasi yang ditakuti tersebut (Tomb,
perkembangannya yang mendorong 2000:100).
peningkatan kemampuan berperilaku sesuai Ivan Ward dalam buku Phobia menyebutnya
dengan nilai agama dan budaya yang diyakini. dengan ketakutan yang tidak masuk akal.
Kemampuan orang tua untuk menjalankan peran Kaplan, Sadock, dan Greb dalam buku Sinopsis
pengasuhan ini tidak dapat dipelajari secara Psikiatri Ilmu Pengetahuan Psiatri Klinis
formal, tetapi harus berdasarkan pengalaman menyatakannya dengan ketakutan irasional
yang dilaluinya serta pengalaman orangtua lain yang perlu dihidari, ketakutan yang memiliki
yang sudah lebih dulu menjalani peran sebagai ratusan macam kasus.
orangtua. Dalam penelitian ini, anak-anak yang
Marilyn M. Friedman dalam buku penulis temui memiliki ketakutan berlebih pada
Keperawatan Keluarga menyebutnya objek-objek yang tidak menakutkan – irasional.
sebagai guru yang utama karena orang tua Ketakutan ini sifatnya sangat kuat, menetap,
menginterpretasikan dunia masyarakat bagi dan konsisten tertuju pada objek tersebut.
anak-anak. Lingkungan seperti kekuatan- Menurut Anxiety Disorders Association of
kekuatan dari luar merupakan hal penting America, fobia dibagi dalam tiga jenis, yaitu:
bagi orang tua untuk menuntun anak berpikir (1) Fobia sosial adalah ketakutan menetap dan
menerjemahkan arti-arti penting yang dimiliki tidak rasional yang umumnya berkaitan dengan
lingkungan (kekuatan-kekuatan luar). keberadaan orang lain (Davison & Neale,
Hal-hal yang ditakuti anak fobia spesifik 2006:185). Individu yang menderita fobia sosial
– objek-objek yang dirisaukan anak fobia biasanya mencoba menghindari situasi di mana
spesifik merupakan lingkuangan luar yang ia mungkin dinilai dan menunjukkan tanda-tanda
memilki kekuatan besar yang mempengaruhi kecemasan atau berperilaku secara memalukan.
98 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 3, No. 2, Desember 2015, hlm 93-111

Ketakutan yang ditunjukkan dengan keringat situasional ( berada dalam pesawat terbang, lift,
berlebihan atau memerahnya wajah merupakan atau tempat tertutup ), tipe lainnya ( ketakutan
hal jamak. Berbicara atau melakukan sesuatu terhadap kostum karakter tertentu pada anak-
di depan public, makan di tempat umum, anak ) dengan kriteria untuk pengidap fobia
menggunakan toilet umum, atau hampir spesifik adalah adanya rasa takut yang persisten,
semua aktivitas lain yang dilakukan di tempat berlebihan dan tanpa alasan terhadap objek atau
yang terdapat orang lain dapat menimbulkan situasi tertentu, serta adanya respon secara tiba-
kecemasan ekstrem, bahkan serangan panik tiba terhadap stimulus atau rangsangan yang
(Davison & Neale., 2006:186). Fobia jenis ditakuti. Ketakutan tersebut terlalu berlebihan
ini biasanya si penderita akan mengalami atau tanpa alasan, menghindar dari situasi atau
kecemasan yang berlebihan jika berhadapan keadaan yang menimbulkan ketakutan tersebut,
dengan situasi sosial atau menghadapinya dan fobia tersebut berhubungan dengan fungsi
dengan penuh tekanan. Keadaan yang sering normal lainnya atau menyebabkan stress.
memicu terjadinya kecemasan pada penderita Dalam penelitian ini, anak-anak yang penulis
fobia social, adalah: berbicara di depan umum, temui memiliki fobia spesifik – ketakutan
tampil di depan umum, makan di depan orang berlebih pada satu objek tertentu (ketakutan
lain. Jenis fobia sosial yang lebih umum ditandai terhadap kostum karakter tertentu pada anak-
dengan kecemasan pada situasi sosial. penderita anak), persisten, dan segera menghindar jika
fobia sosial menyeluruh biasanya merasa bertemu objek yang ditakutinya tersebut.
bahwa penampilannya tidak sesuai dengan W. F. Maramis menjelaskan diantara
yang diharapkan, mereka akan merasa terhina gejala-gejala atau simptom-simptom fobia
atau dipermalukan. (2) Agoraphobia (takut adalah rasa takut yang diderita oleh klien dapat
berada di tempat terbuka atau pusat keramaian) mengakibatkan perasaan seperti akan pingsan,
didefinisikan oleh American Psychiatric rasa lelah, palpitasi, berkeringat, mual, tremor,
Association sebagai rasa takut berada di tempat dan panik. (Maramis, 1994: 267)
atau situasi, ketika meloloskan diri dianggap Ginsburg dan Walkup menyebut anak-
sulit atau memalukan, atau ketika pertolongan anak yang mengalami fobia spesifik akan
mungkin tidak diperoleh jika ia mengalami menderita diam-diam ; mengamuk, menangis,
serangan panik atau gejala mirip panik. Fobia dan menjadi agresif untuk melarikan diri dari
jenis ini biasanya si penderita ketakutan situasi ketika dihadapkan dengan objek yang
berada di tempat terbuka yang banyak orang, ditakutinya (Ginsburg & Walkup, 2004: 176).
seperti mal dan pasar dan berada dalam situasi American Psychiatric Association merinci
dimanapun secara fisik dan psikologis merasa menjadi: perasaan teror, panik, horor, atau
kesulitan melarikan diri atau sulit mendapat ketakutan; pemahaman diri bahwa rasa takut
pertolongan segera saat mendapat serangan. melampaui bahaya yang sebenarnya; ketakutan
Mereka umumnya jadi takut bepergian, yang begitu ekstrem sehingga mengganggu
menghindar dari kendaraan, atau pergi ke pikiran dan tindakan; gejala fisik seperti rasa
pasar. (3) Fobia spesifik adalah ketakutan yang sesak napas, jantung berdetak cepat atau
beralasan yang disebabkan oleh kehadiran atau gemetar.
antisipasi suatu objek atau situasi spesifik. Lebih Dalam penelitian ini, anak-anak yang
ringkasnya fobia ini disebabkan oleh obyek penulis temui memiliki beberapa gejala seperti
atau situasi spesifik. Fobia jenis ini merupakan yang disebutkan diatas saat bertemu dengan
jenis fobia yang sering terjadi. Contoh dari objek yang ditakutinya tersebut – jantung
fobia ini misalnya takut pada binatang, takut berdetak cepat, menangis, berkeringat, atau
pada ketinggian dan sebagainya. Penderita panic.
fobia spesifik biasanya mengatasi ketakutannya Orangtua yang berteriak ketika melihat
dengan cara menghindari benda atau keadaan objek tertentu, menunjukkan ekspresi takut
yang membuatnya takut. Menurut American yang berlebihan, bahkan melarang anak untuk
Psychiatric Association, fobia spesifik dibagi mendekati objek atau situasi yang ditakuti
dalam lima jenis: tipe fobia terhadap binatang ( tersebut tanpa memberikan alasan yang jelas
tikus, anjing atau binatang berbulu lebat ), tipe dapat menularkan fobia tersebut pada anak-
lingkungan alam ( ketinggian, kilat atau air ), tipe anaknya.
fobia terhadap darah, suntikan, atau luka, tipe Anxiety and fear can be inherited. Just as
KOMUNIKASI TERAPEUTIK ORANG TUA DENGAN ANAK FOBIA SPESIFIK 99

a child can inherit a parent’s brown hair, mengubah pola pikir sekaligus meningkatkan
green eyes and nearsightedness, a child can kepercayaan diri penderita. (5) Hipnoterapi:
also inherit that parent’s tendency toward atau otak seseorang distimulus agar otak orang
excessive anxiety. In addition, anxiety may tersebut dalam keadaan trance (gelombang otak
be learned from family members and others beta pada saat itu berkurang, yang aktif adalah
who are noticeably stressed or anxious gelombang alfa dan beta). Hipnoterapis akan
around a child. For example, a child whose berperan mengendalikan pikiran orang tersebut
parent shows immense fear of spiders may untuk membantunya menemukan jalan pikiran,
learn to fear spiders, too. perasaannya, hingga mampu memengaruhi
Disamping itu karena pengalaman menakutkan tindakan orang tersebut guna membantunya
yang terjadi secara tiba-tiba yang menyebabkan mengatasi problema. (5) Pendekatan Cognitive
anak mengalami fobia. Behaviour: yaitu suatu konseling yang akan
A traumatic experience (such as a divorce, menggali pikiran, perasaan dan perilaku
illness or death in the family) or even just seseorang dalam rangka mengembangkan cara-
a major life event like the start of a new cara praktif yang efektif untuk melawan fobia.
school year may also trigger the onset of an Dalam penelitian ini, anak-anak yang penulis
anxiety disorder. temui diatasi langsung permasalahan fobianya
Individuals who have been attacked by a oleh orangtua mereka, dan dapat disembuhkan
dog may develop a specific phobia disorder hingga tidak mengalami ketakutan berlebih
and become conditioned to fear dogs. pada objek yang sebelumnya ditakuti
Para psikolog terus mengembangkan metode- Ciri-ciri normal (tidak fobia): (1) Fungsi
metode guna mengatasi masalah fobia yang Psikologis: dimana seseorang mampu untuk
terjadi pada anak: (1) Psikoterapi: dirancang menjalani peran atau fungsi dalam kehidupannya
untuk membantu anak belajar cara-cara atau kesehariannya, meliputi aspek kognitif,
baru mengontrol ketakutan, kecemasan dan afektif dan psikomotor. Kognitif: Seseorang
serangan panik jika dan ketika hal tersebut tidak mempunyai kecemasan terhadap objek
terjadi. Seorang terapis akan mengajarkan tertentu, dalam situasi tertentu dan saat bertemu
anak bagaimana mengatasi fobia dengan objek tertentu, menyebabkan seseorang tidak
menggunakan berbagai teknik seperti berlatih menghindari situasi yang ada di sekitarnya.
self-talk untuk mengingat apa hal tersebut Apabila seseorang berada pada situasi-situasi
nyata atau bayangan (misalnya, Saya OK. Saya tersebut maka seseorang akan merasa biasa
mungkin merasa seperti akan mati karena saya saja. Afektif: ketika seseorang berada dalam
sangat takut, tapi itu hanya otak saya yang situasi atau posisi yang membuatnya mengalami
menciptakan panik. Saya tidak ada dalam bahaya kecemasan, seseorang tetap nyaman dan tidak
nyata. Jika saya mengambil napas dalam-dalam merasa telah membuat keanehan. Psikomotor:
dan berpikir dengan tenang, perasaan ini akan seseorang tidak gemetar, tangannya tidak
pergi). (2) Obat anti-kecemasan: Jika anak yang berkeringat, dan jantungnya tidak berdebar
fobia tidak merespon terapi, terapis dapat kencang ketika bertemu dengan objek tertentu
menambahkan obat anti kecemasan dalam atau situasi tertentu. (2) Pairment: seseorang
rencana pengobatan. Obat-obat ini dapat sangat tidak menunjukan pada keadaan dimana ia
bermanfaat membantu anak menjadi lebih rileks merusak dirinya baik secara fisik ataupun
ketika dihadapkan pada pemecahan masalah psikologis. Secara fisik: ketika seseorang
dan keterampilan mengatasi ketakutannya mengalami perasaan tidak cemas, orang
pada saat terapi berlangsung. (3) Konseling: tersebut tidak akan kehilangan atau kelebihan
konselor biasanya akan mendengarkan berat badan dalam waktu yang cepat (semula
permasalahan seseorang, seperti ketakutannya kehilangan 15kg kemudian dengan cepat
saat berhadapan dengan barang atau situasi memperoleh 25kg), tidak akan mengalami
yang membuatnya fobia. Setelah itu konselor kurang tidur dengan sering terbangun di pagi
akan memberikan cara untuk mengatasinya. (4) hari, tidak akan kelelahan saat siang hari, dan
Desensitization: atau secara bertahap penderita tidak akan mengalami kesulitan berkonsentrasi.
fobia dihadapkan pada situasi atau obyek yang Secara psikologis: karena tidak lagi mengalami
membuatnya takut. Kemudian terapis akan kecemasan, seseorang tidak akan merasa
melakukan komunikasi dengan penderita untuk tertekan, pemalu, pendiam, atau gugup ketika
100 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 3, No. 2, Desember 2015, hlm 93-111

bertemu dengan objek atau situasi yang tindakan orang lain melalui penggunaan
ditakutinya. (3) Respon Actipical: merupakan simbol-simbol, interpretasi, dan pada akhirnya
sesuatu yang diharapkan terkait dengan budaya. tiap individu tersebut akan berusaha saling
Seseorang yang merasa takut dan cemas ketika memahami maksud dan tindakan masing-
berhadapan dengan objek atau situasi tertentu, masing, untuk mencapai kesepakatan bersama;
ini merupakan sesuatu yang tidak sesuai dengan menyatakan bahwa manusia atau individu
budaya pada umumnya, karena tidak mungkin hidup dalam suatu lingkungan yang dipenuhi
terus-menerus menghindar bertemu dengan oleh simbol-simbol. Tiap individu memberikan
suatu objek atau situasi terntentu.Seseorang tanggapan terhadap simbol-simbol yang
merasa gemetar, tangannya berkeringat, ada – penilaian individu menanggapi suatu
jantungnya berdebar lebih kencang ketika rangsangan (stimulus) dari suatu yang bersifat
berhadapan dengan objek atau situasi tertentu, fisik.
ini juga tidak sesuai dengan budaya sebab jika Pemahaman individu terhadap simbol-
bagaimanapun objek atau situasi tertentu adalah simbol merupakan hasil pembelajaran dalam
sesuatu yang tidak dapat dihindari. berinteraksi di tengah masyarakat, dengan cara
Interaksi simbolik berasal dari kata mengkomunikasikan simbol-simbol yang ada
“interaksi” dan “simbolik”. Interaksi berarti disekitar mereka, baik secara verbal maupun
proses saling mempengaruhi dalam bentuk non verbal.
perilaku atau kegiatan di antara anggota- Emory A. Griffin dalam buku A First Look
anggota masyarakat (Effendy, 1989: 184); hal at Communication Theory menyebut bahwa
yang saling melakukan aksi, berhubungan, Herbert Blumer dan George Herbert Mead
mempengaruhi; antarhubungan (Kam, 2001: sebagai yang pertama-tama mendefinisikan
438). Sementara simbolik berarti bersifat teori symbolic interactionism.
melambangkan sesuatu (Effendy, 1989: 352); Mead memfokuskan pada isyarat non verbal
sebagai lambang, menjadi lambang, mengenai dan makna dari suatu pesan verbal, akan
lambang (Kam, 2001: 1066). mempengaruhi pikiran orang yang sedang
Interaksi simbolik berarti segala hal yang berinteraksi.
saling berhubungan dengan pembentukan Dalam terminologi Mead, setiap isyarat non
makna dari suatu benda atau lambang atau verbal (seperti body language, gerak fisik,
simbol, baik benda mati atau hidup, melalui baju, status, dll) dan pesan verbal (seperti kata-
proses komunikasi baik verbal atau non kata, suara, dll) yang dimaknai berdasarkan
verbal, dengan tujuan akhir memaknai lambang kesepakatan bersama oleh semua pihak yang
atau simbol (objek) tersebut berdasarkan terlibat dalam suatu interaksi merupakan satu
kesepakatan bersama yang berlaku di wilayah bentuk simbol yang mempunyai arti yang
atau kelompok komunitas masyarakat tertentu. sangat penting (a significant symbol).
Douglas (1970) menyebut makna tersebut Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss
berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain dalam buku Teori Komunikasi menyebut bahwa
untuk membentuk makna, selain dengan teori sibenertika menekankan hubungan timbale
membangun hubungan dengan individu lain balik di antara semua bagian dari sebuah
melalui interaksi (Ardianto dan Q-Anees, 2007: sistem; pelaku komunikasi banyak berbagi
136). dengan sosiopsikologis, keduanya terfokus
Ralph Larossa dan Donald C. Reitzes pada sistem kognitif individu – sebuah susunan
(1993) meyatakan bahwa interaksi simbolik keyakinan, sikap, serta nilai yang kompleks
sebagai kerangka referensi untuk memahami serta saling berinteraksi yang memengaruhi dan
bagaimana manusia, bersama dengan orang lain, dipengaruhi oleh perilaku.
menciptakan dunia simbolik dan bagaimana Pikiran seseorang sebuah sistem yang
cara dunia membentuk perilaku manusia (West mengambil input dari lingkungan dalam bentuk
dan Turner, 2008: 96). informasi, dalam bentuk pesan-pesan yang
Menekankan bahwa manusia dalam proses saling dikirimkan; pikiran bekerja atau memproses
menterjemahkan, dan saling mendefinisikan berdasarkan informasi tersebut dan selanjutnya
tindakannya, tidak dibuat secara langsung menciptakan perilaku-perilaku yang kemudian
antara stimulus-response, tetapi didasari pada memengaruhi semua hal di sekitar orang
pemahaman makna yang diberikan terhadap tersebut.
KOMUNIKASI TERAPEUTIK ORANG TUA DENGAN ANAK FOBIA SPESIFIK 101

Ada salah satu genre terkait teori sibenertika, paradigma yang bertolak belakang dengan
yaitu teori penggabungan informasi. positivisme. Positivisme memandang subjek
Pendekatan penggabungan informasi (manusia) dan objek komunikasi sebagai dua hal
(information-integration) bagi pelaku terpisah, konstruktivisme memandang manusia
komunikasi berpusat pada seseorang dan objek penelitian sebagai satu kesatuan –
mengakumulasi dan mengatur informasi menganggap manusia merupakan bentuk objek
tentang semua orang, objek, situasi, dan gagasan penelitian.
yang membentuk sikap atau kecenderungan Elvinaro Ardianto dan Bambang Q-Anees
untuk bertindak dengan cara yang positif atau dalam buku Filsafat Ilmu Komunikasi tahun
negative terhadap beberapa objek; menawarkan 2007 menyebut subjek memiliki kemampuan
untuk menjelaskan pembentukan informasi dan control terhadap maksud-maksud tertentu
perubahan sikap. pada setiap wacana. Komunikasi dipahami,
Model ini bermula dengan konsep kognisi diatur, dan dihidupkan oleh pernyataan-
yang digambarkan sebagai sebuah kekuatan pernyataan yang bertujuan – setiap pernyataan
sistem interaksi. adalah tindakan penciptaan makna – tindakan
Informasi adalah salah satu dari kekuatan pembentukan diri serta pengungkapan jati diri
tersebut dan berpotensi untuk memengaruhi sang pembicara.
sebuah sistem kepercayaan atau sikap individu. Semesta merupakan proses konstruksi
Sebuah sikap dianggap sebagai sebuah sosial – keterkaitan antara pikiran manusia
akumulasi dari informasi tentang sebuah objek, dengan semesta dibentuk melalui wacana-
seseorang, situasi, atau pengalaman. wacana yang berkembang dalam pikiran
Dua variable yang memiliki peranan penting manusia, menghasilkan makna jamak (multiple
dalam memengaruhi perubahan sikap, pertama reality) dalam memahami satu fenomena –
adalah valence atau arahan. Valence mengacu menghasilkan beragam makna yang terbentuk
pada apakah informasi mendukung keyakinan dalam pikiran manusia.
seseorang atau menyangkal mereka. Ketika Dalam kerangka paradigma penelitian,
informasi menyokong keyakinan seseorang, Denzim dan Lincoln pada buku Handbook of
maka informasi tersebut mempunyai valence Qualitative Research memaparkan tiga landasan
“positif”. Ketika tidak menyokong, maka filosofis bagi paradigma konstruktivisme
valence “negative” sebagai paradigma penelitian: (1) Ontologi:
Variabel kedua yang memengaruhi dampak Relativis. Realitas bisa dipahami dalam bentuk
dari informasi adalah bobot – sebuah kegunaan konstruksi mental yang bermacam-macam yang
dari kredibilitas. Jika seseorang berpikir bahwa tak dapat diindra, didasarkan pada sosial dan
informasi tersebut adalah benar, maka seseorang pengalaman, berciri local dan spesifik, bentuk
akan memberikan bobot yang lebih tinggi pada serta isi tergantung pada manusia atau kelompok
informasi tersebut; jika tidak, maka seseorang indvidual yang memiliki konstruksi tersebut.
akan memberikan bobot yang lebih rendah. Pada pengertian mutlak, konstruksi mental
Perubahan sikap terjadi karena informasi tidak kurang atau lebih ”benar”, tetapi sekedar
baru yang muncul dalam keyakinan, lebih atau kurang dan atau canggih. Konstruksi
menyebabkan adanya perubahan dalam sikap dapat diubah sebagaimana “realitas” ikutannya
atau karena informasi yang baru mengubah demikian. (2) Epistemologi: Transaksional
bobot atau valence pada sebuah informasi. Jadi, dan subjektivis. Penulis dan objek penelitian
valence memengaruhi bagaimana informasi dianggap terhubung – timbale balik sehingga
memengaruhi sistem keyakinan seseorang dan “hasil-hasil penelitian” tercipta secara literal
bobot memengaruhi seberapa banyak pengaruh seiring dengan berjalannya proses penelitian.
itu bekerja. Perbedaan konvensional antara ontology dengan
epistemology lenyap, sebagaimana yang terjadi
METODE PENELITIAN dalam teori kritis. (3) Metodologi: Hermeneutis
dan Dialektis. Sifat variable dan personal
Penelitian ini adalah penelitian dengan dari konstruksi sosial menunjukkan bahwa
menggunakan paradigma konstruktivis, konstruksi individu hanya dapat diciptakan dan
pendekatan kualitatif dengan tradisi penelitian disempurnakan melalui interaksi antara dan di
studi kasus. Konstruktivisme merupakan antara penulis dengan para responden.
102 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 3, No. 2, Desember 2015, hlm 93-111

Beragam konstruksi diinterpretasikan mencakup individu, kelompok budaya, ataupun


menggunakan teknik-teknik hermeneutic suatu potret kehidupan.
konvensional dan dikomparasikan serta Penelitian ini berfokus pada kejadian
diperbandingkan melalui pertukaran dialektis yang terjadi pada individu dengan kasus yang
dengan tujuan akhir mendapatkan sebuah spesifik – komunikasi terapeutik orangtua pada
konstruksi consensus yang lebih matang dan anak fobia spesifik.
canggih daripada semua konstruksi sebelumnya. Lebih lanjut Creswell mengemukakan
Sementara penelitian kualitatif adalah beberapa karakteristik dari suatu studi kasus
penelitian yang bersifat empiris (dapat diamati yaitu : (1) mengidentifikasi “kasus” untuk suatu
dengan pancaindera sesuai dengan kenyataan), studi. Kasus yang diangkat dalam penelitian
dengan pengamatan atas data tidak didasarkan ini untuk studi komunikasi; (2) Kasus tersebut
pada ukuran-ukuran matematis yang terlebih merupakan sebuah “sistem yang terikat” oleh
dulu ditetapkan peneliti dan harus disepakati waktu dan tempat. Kasus dalam penelitian ini
(direplikasi) oleh pengamatan lain, tetapi berlangsung pada tahun 2012 di Bandung ; (3)
berdasarkan ungkapan subjek penelitian, Studi kasus menggunakan berbagai sumber
sebagaimana yang dikehendaki dan dimaknai informasi dalam pengumpulan datanya untuk
oleh subjek penelitian. Pendekatan kualitatif memberikan gambaran secara terinci dan
menggunakan konsep kealamiahan (kecermatan, mendalam tentang respons dari suatu peristiwa
kelengkapan, atau orisinalitas) data dan apa dan (4) Menggunakan pendekatan studi
yang sebenarnya terjadi di lapangan. kasus, peneliti akan “menghabiskan waktu”
Pendekatan kualitatif terutama layak dalam menggambarkan konteks atau setting
untuk menelaah sikap atau perilaku dalam untuk suatu kasus. Kasus dalam penelitian ini
lingkungan yang agak artifisial, seperti dalam memiliki berbagai sumber informasi – orangtua,
survei atau eksperimen. Peneliti kualitatif lebih anak, serta kerabat lain yang tinggal bersama
menekankan proses dan makna ketimbang keluarga. Untuk penelitian ini, penulis sudah
kuantitas, frekuensi atau intensitas (yang secara memiliki informasi ada yang sejak tahun 2011
matematis dapat diukur), meskipun peneliti lalu, dan ada yang sejak tahun 2012 lalu.
tidak mengharamkan statistik deskriptif dalam Berdasarkan paparan di atas, dapat
bentuk distribusi frekuensi atau presentase diungkapkan bahwa studi kasus adalah sebuah
untuk melengkapi analisis datanya (Mulyana & eksplorasi dari “suatu sistem yang terikat” atau
Solatun, 2007: 11). “suatu kasus/beragam kasus” yang dari waktu
Lalu untuk tradisi penelitian studi kasus ke waktu melalui pengumpulan data yang
adalah penelitian dimana peneliti menggali suatu mendalam serta melibatkan berbagai sumber
fenomena tertentu (kasus) dalam suatu waktu informasi yang “kaya” dalam suatu konteks.
dan kegiatan (program, even, proses, institusi Sistem terikat ini diikat oleh waktu dan tempat
atau kelompok sosial) serta mengumpulkan sedangkan kasus dapat dikaji dari suatu program,
informasi secara terinci dan mendalam dengan peristiwa, aktivitas atau suatu individu. Dengan
menggunakan berbagai prosedur pengumpulan perkataan lain, studi kasus merupakan penelitian
data selama periode tertentu. dimana peneliti menggali suatu fenomena
Studi kasus adalah sebuah eksplorasi dari tertentu (kasus) dalam suatu waktu dan kegiatan
“suatu sistem yang terikat” atau suatu (program, even, proses, institusi atau kelompok
kasus (beragam kasus) yang dari waktu sosial) serta mengumpulkan informasi secara
ke waktu melalui pengumpulan data yang terinci dan mendalam dengan menggunakan
mendalam serta melibatkan berbagai berbagai prosedur pengumpulan data selama
sumber informasi yang “kaya” dalam suatu periode tertentu.
konteks. Sistem terikat ini diikat oleh waktu Selanjutnya Creswell mengungkapkan
dan tempat sedangkan kasus dapat dikaji bahwa apabila kita akan memilih studi untuk
dari suatu program, peristiwa, aktivitas suatu kasus seyogyanya menggunakan berbagai
atau suatu individu (Creswell, 1997: 61). sumber informasi. Konteks kasus dapat
John W. Creswell dalam buku Qualitative “mensituasikan” kasus di dalam settingnya
Inquiry And Research Design menyatakan yang terdiri dari setting fisik maupun setting
bahwa fokus studi kasus adalah spesifikasi sosial, sejarah atau setting ekonomi. Sedangkan
kasus dalam suatu kejadian baik itu yang fokus di dalam suatu kasus dapat dilihat dari
KOMUNIKASI TERAPEUTIK ORANG TUA DENGAN ANAK FOBIA SPESIFIK 103

keunikannya, memerlukan suatu studi (studi adalah penelitian dimana peneliti


kasus intrinsik) atau dapat pula menjadi suatu menggali suatu fenomena tertentu (kasus)
isu (isu-isu) dengan menggunakan kasus dalam suatu waktu dan kegiatan (program,
sebagai instrumen untuk menggambarkan isu even, proses, institusi atau kelompok sosial)
tersebut (studi kasus instrumental). Ketika suatu serta mengumpulkan informasi secara terinci
kasus diteliti lebih dari satu kasus hendaknya dan mendalam dengan menggunakan berbagai
mengacu pada studi kasus kolektif . prosedur pengumpulan data selama periode
Penelitian ini memiliki fokus pada studi tertentu.
kasus intrinsic, kasus dilihat dari keunikannya, Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek
dimana masalah fobia spesifik pada anak penelitian adalah orangtua yang memiliki anak
diselesaikan oleh orangtua bukan oleh psikolog fobia spesifik sebagai sumber informasi utama,
Menurut Creswell, pendekatan studi kasus yaitu ibu dari anak-anak fobia spesifik – Wik,
lebih disukai untuk penelitian kualitatif. Untuk Na, Jeng, Rah, dan Is; serta anak dan kerabat
itu Creswell menyarankan bahwa peneliti yang sebagai sumber informasi pendukung.
akan mengembangkan penelitian studi kasus Anak, yaitu anak-anak yang mengalami
hendaknya pertama-tama, mempertimbangan fobia spesifik kostum karakter – Gel, Nar,
tipe kasus yang paling tepat. Kasus tersebut dapat Gem, Ir, dan Del; serta kerabat sebagai sumber
merupakan suatu kasus tunggal atau kolektif , informasi pendukung, yaitu yang mengetahui
banyak tempat atau di dalam tempat, berfokus tahapan metode – terlibat dalam komunikasi
pada suatu kasus atau suatu isu (intrinsik- terapeutik yang dilakukan orangtua terhadap
instrumental). Penelitian ini merupakan kasus anak fobia spesifik – Ca, Yu, Ham, dan Na,
tunggal, yaitu fobia spesifik yang terjadi pada dengan pengambilan sampel secara bertujuan
tempat tertentu dengan berfokus pada suatu (purposive sampling).
kasus. Lalu untuk triangulasi sumber, untuk
Kedua, dalam memilih kasus yang akan memperkaya data yang diperoleh, penulis
diteliti dapat dikaji dari berbagai aspek seperti mewawancarai seorang psikolog anak yang
beragam perspektif dalam permasalahannya, memahami kasus fobia spesifik – Yunita Sari,
proses atau peristiwa. Ataupun dapat dipilih M.Psi.
dari kasus biasa, kasus yang dapat diakses atau Objek dari penelitian ini adalah hal-hal
kasus yang tidak biasa. Penelitian ini mengkaji yang berkaitan dengan kemampuan orangtua
proses komunikasi terapeutik orangtua yang mengatasi fobia spesifik pada anak melalui
dilakukan pada anak fobia spesifik, dan hal ini komunikasi terapeutik, serta tahap-tahap
merupakan kasus yang dapat diakses. penyelesaiannya, dan alasan orangtua (ayah
Lebih lanjut Creswell mengemukakan atau ibu) untuk menangani kasus tersebut
beberapa “tantangan” dalam perkembangan tanpa bantuan psikolog anak. Hal ini tentu
studi kasus kualitatif sebagai berikut: (1) akan menjelaskan kemampuan orangtua (ayah
Peneliti hendaknya dapat mengidentifikasi atau ibu) secara verbal dan non verbal dalam
kasusnya dengan baik; (2) Peneliti hendaknya menyampaikan pesan-pesan tersebut pada anak
mempertimbangkan apakah akan mempelajari serta bagaimana pengemasan pesan tersebut
sebuah kasus tunggal atau multikasus; (3) diciptakan orangtua.
Dalam memilih suatu kasus diperlukan dasar Penelitian akan dilaksanakan pada
pemikiran dari peneliti untuk melakukan keluarga yang memiliki anak fobia spesifik di
strategi sampling yang baik sehingga dapat pula Bandung – Cigereleng, Buahbatu, Kopo, dan
mengumpulkan informasi tentang kasus dengan Cikarees dengan menggunakan subjek manusia
baik pula; (4) Memiliki banyak informasi untuk sebagai instrumen utama. Penulis melakukan
menggambarkan secara mendalam suatu kasus wawancara mendalam dengan orang tua dan
tertentu; (5) Dalam merancang sebuah studi kerabat yang mengetahui masalah penelitian
kasus, peneliti dapat mengembangkan sebuah ini, observasi partisipatif pasif dan juga studi
matriks pengumpulan data dengan berbagai literatur. (1) Wawancara – penulis melakukan
informasi yang dikumpulkan mengenai suatu wawancara mendalam dengan orangtua dan
kasus; (6) Memutuskan “batasan” sebuah jika ada kerabat yang mengetahui masalah
kasus. Batasan-batasan tersebut dapat dilihat penelitian ini. Wawancara mendalam adalah
dari aspek waktu, peristiwa, dan proses. wawancara tidak terstruktur yang dilakukan
104 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 3, No. 2, Desember 2015, hlm 93-111

secara instensif, kualitatif, dan secara terbuka analitis dan menulis catatan singkat sepanjang
serta bersifat luwes juga susunan pertanyaan penelitian.
dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan Dalam penelitian apapun dan siapapun
dapat diubah pada saat wawancara sesuai penelitinya menginginkan data yang mampu
dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara. dipertanggungjawabkan, karena keabsahan
(2) Observasi Partisipatif Pasif – penulis data bersifat krusial dalam peneitian kualitatif.
melakukan observasi partisipatif pasif dengan Untuk menentukan keabsahan data maka ada
berusaha melihat respon anak fobia spesifik beberapa teknik yang bisa digunakan seperti
pada objek yang ditakutinya. Observasi realibilitas, validitas, dan generalisabilitas.
partisipatif pasif adalah suatu bentuk observasi Untuk menguji keabsahan data dalam
khusus dimana peneliti tidak terlibat dalam penelitian ini, maka digunakan teknik validitas
kegiatan tersebut. Peneliti hanya menjadi dengan pendekatan triangulasi. Triangulasi
pengamat dan tidak mengambil peran dalam bisa diartikan sebagai usaha untuk mengecek
situasi tertentu, atau tidak berpartisipasi dalam kebenaran data atau informasi yang diperoleh
peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi tersebut. penulis dari berbagai sudut pandang yang
(3) Studi Literatur – penulis melakukan berbeda dengan cara mengurangi sebanyak
studi literatur dengan maksud mendapatkan mungkin bias yang terjadi pada saat
gambaran yang menyeluruh tentang apa yang pengumpulan dan analisis data. Menurut Patton
sudah dikerjakan orang lain dan bagaimana triangulasi dibedakan menjadi beberapa jenis,
orang mengerjakannya, kemudian melihat yaitu, triangulasi data (disebut juga triangulasi
perbedaan penelitian yang akan dilakukan. sumber), triangulasi metode, triangulasi teori,
Studi literatur yang dilakukan penulis antara dan triangulasi peneliti (Pawito, 99:2007).
lain berdasarkan buku, jurnal, serta artikel blog Dari empat jenis triangulasi di atas, penulis
dari para akademisi. menggunakan pendekatan triangulasi metode
dan triangulasi data. Triangulasi metode
Dari hasil wawancara mendalam dengan menuntut penulis untuk membandingkan
orangtua dan jika ada kerabat yang mengetahui temuan data dari hasil catatan lapangan selama
masalah penelitian ini, juga berdasarkan observasi partisipatif pasif dengan hasil transkip
hasil observasi partisipatif pasif dilapangan atau rekaman dari wawancara mendalam
ditambah studi literatur berdasarkan buku, mengenai komunikasi terapeutik orangtua dan
jurnal, serta artikel blog dari para akademisi, anak fobia spesifik. Sementara triangulasi data
maka peneliti melakukan proses analisis data menuntut penulis untuk menggunakan berbagai
dengan cara mereduksi data. Proses reduksi sumber data seperti dokumen, arsip, hasil
data yang dilakukan peneliti meliputi memilih wawancara, hasil observasi, atau juga dengan
data, menyaring data, mengkode data serta mewawancarai lebih dari satu subjek yang
menajamkan data yang kemudian membuat dianggap memiliki sudut pandang berbeda.
abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat Alasan penulis menguji keabsahan data dengan
rangkuman yang inti, proses, dan pernyataan- pendekatan triangulasi adalah untuk mengetahui
pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap fenomena tunggal yang sedang berlangsung
berada didalamnya (Moleong, 1999:190). dari sudut pandang yang berbeda-beda dan
Setelah melakukan reduksi data maka memungkinkan mendapatkan kebenaran yang
peneliti mencoba untuk menyajikan data dengan bisa dipertanggungjawabkan serta mengurangi
membuat tabel, bagan atau grafik. Kemudian bias dan subjektivitas. Sebagaimana diketahui
setelah proses penyajian data maka proses penulis merupakan instrumen utama dalam
terakhir adalah penarikan kesimpulan. penelitian kualitatif, sehingga sulit terhindar
Analisis data merupakan bagian terpenting dari bias dan subjektivitas.
dalam penelitian. Data yang dikumpulkan Menurut Moleong setiap penelitian
akan bermakna dan berguna dalam menjawab memerlukan uji keabsahan data atau uji validitas
permasalahan penelitian jika diolah dan dan pemeriksaan terhadap keabsahan data
dianalisis. Creswell berasumsi bahwa analisis mutlak dilakukan sehingga penelitian tersebut
data merupakan proses berkelanjutan yang benar-benar dapat dipertanggungjawabkan
membutuhkan refleksi terus-menerus terhadap dari segala segi. Sedangkan menurut Creswell
data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan menyatakan bahwa validitas data merupakan
KOMUNIKASI TERAPEUTIK ORANG TUA DENGAN ANAK FOBIA SPESIFIK 105

kekuatan lain dalam penelitian kualitatif selain Maramis (1994) menjelaskan diantara
reliabilitas. gejala-gejala atau symptoms fobia adalah
Dalam buku Qualitative Inquiry And rasa takut yang diderita oleh klien dapat
Research Design karya John W. Creswell, mengakibatkan perasaan seperti akan pingsan,
Asmussen dan Creswell mencoba mengkaji rasa lelah, palpitasi, berkeringat, mual, tremor,
studi kasus kualitatif melalui laporan kasus dan panik – gejala tersebut mirip dengan gejala
substantif dari Lincoln & Guba. Format Lincoln yang dialami oleh Gel dan Nar ketika akan
& Guba ini dimulai dengan : (1) membuktikan atau bertemu dengan objek yang ditakutinya
penjelasan masalah, sebuah deskripsi yang tersebut.
terinci mengenai konteks atau setting serta proses Sementara Ginsburg dan Walkup menyebut
yang diamati, sebuah diskusi tentang elemen anak-anak yang mengalami fobia spesifik akan
penting dan pada akhirnya menyusun hasil menderita diam-diam; mengamuk, menangis,
penelitian melalui “pelajaran yang dipelajari”. dan menjadi agresif untuk melarikan diri dari
(2) setelah memperkenalkan studi kasus situasi ketika dihadapkan dengan objek yang
dengan masalah tertentu, kemudian penulis ditakutinya (Ginsburg & Walkup, 2004: 176)
memberikan deskripsi secara terinci mengenai – Gem, Ir, dan Del mengalami gejala serupa
setting dan kronologis tentang masalah tersebut. seperti yang disebutkan diatas.
Kemudian beralih kepada tema penting yang Kelima anak fobia spesifik tersebut
muncul dalam analisis. (3) mengumpulkan data cenderung mudah diidentifikasi rasa takutnya
melalui berbagai macam teknik pengumpulan lewat bahasa nonverbal mereka. Sementara
data. (4) naratif menggambarkan peristiwa untuk konsistensi anak terhadap objek yang
dengan menghubungkan konteks pada bingkai ditakutinya – kelima orang tua menjawab serupa,
kerja yang lebih luas. (5) melakukan verifikasi anak-anak secara konsisten takut terhadap
kasus dengan menggunakan beberapa sumber objek-objek tersebut. Seperti dikatakan oleh
data untuk suatu tema melalui triangulasi dan Hawari (2007) Fobia adalah ketakutan yang
pengecekkan anggota. menetap dan tidak rasional terhadap suatu
objek, aktivitas atau situasi yang spesifik, yang
HASIL DAN PEMBAHASAN menimbulkan suatu keinginan mendesak atau
menghindarinya.
Wik – orang tua Gel mengaku menyadari Lalu untuk wujud dari objek yang ditakuti
Gel terkena fobia saat menyaksikan program anak fobia spesifik, kelima orang tua memiliki
acara kesehatan di televisi. Saat itu ditampilkan jawaban beragam.
secara jelas bagaimana respon penderita fobia Baker Encyclopedia of Psychology and
terhadap badut sebagai objek yang ditakutinya Counseling (1999) menyebut fobia sebagai
– persis dengan yang dialami Gel. Sementara ketakutan terhadap objek atau situasi-situasi
Jeng – orang tua Gem mengaku menyadari yang tidak berbahaya.
Gem terkena fobia setelah berdiskusi dengan Wik – orang tua Gel menyebutnya dengan
saya – sebelumnya Jeng membahas fobia yang ketakutan yang berlebihan “lebay”, Jeng –
dialami saudaranya serupa dengan fobia yang orang tua Gem menyebutnya sebagai ketakutan
dialami vokalis band favoritnya (Korn). Lalu yang tidak layak ditakuti.
Na – orang tua Nar mengaku hanya mengetahui Pada tahapan metode orang tua mengatasi
Nar terkena fobia, tidak mengerti definisi fobia; anak fobia spesifik, Wik menggunakan media
Rah dan Is sama sekali tidak menyadari Ir dan videoclip dalam treatment nya dan mengganti
Del terkena fobia. kata badut dengan boneka orang.

Tabel 1 Gambaran Singkat Anak Fobia Spesifik


No Nama Jenis Kelamin Fobia Spesifik Awal Fobia Usia 2013
1 Gel Perempuan Badut 2011 5 tahun
2 Nar Perempuan Dokter 2011 4 tahun
3 Gem Laki-laki Polisi 2012 4 tahun
4 Ir Perempuan Penganten 2011 4 tahun
5 Del Perempuan Silverman 2011 5 tahun
106 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 3, No. 2, Desember 2015, hlm 93-111

Tabel 2 Wujud Objek Yang Ditakuti Anak Fobia Spesifik


Konsistensi Wujud
No Nama Gejala Fobia Akibat
pada Objek Objek
1 Gel muka cemas, konsisten beragam – seram, tidak menolak pergi ke
berkeringat seram mall
2 Nar sakit perut konsisten beragam – ramah, tidak menolak pergi ke
ramah dokter
3 Gem Mengamuk konsisten biasa menolak pergi jauh

4 Ir menangis, konsisten cantik menolak datang ke


menjerit-jerit undangan

5 Del mengamuk, konsisten lucu menolak lewat


menangis, marah setopan

Memiliki pengalaman melihat badut tanpa takut polisi.


kepala badutnya. Rah menggunakan media orang
Na menggunakan media orang (dokter (penganten asli) dalam treatmentnya dan
asli) dalam treatmentnya dan membiasakan memperkenalkan Ir dengan tata rias – make up
diri menggunakan baju – blazer, kemeja warna salon.
putih. Memajang foto pernikahan berukuran
Menyebut dokter dengan sebutan “teman besar di rumah dan menekankan pada Ir bahwa
Teh Ca, guru Teh Ca”; dan melakukan kontak di tempat resepsi tersedia banyak makanan – es
khusus dengan dokter meminta dokter memberi krim, baso tahu, dan lain-lain.
Nar kue ketika akan menyuntik. spidol dan pewarna kuku perak dalam
Jeng menggunakan media lagu dan buku treatmentnya, dan melibatkan Kakak Del (Na)
cerita dalam treatmentnya, dan melibatkan untuk bermain bersama Del dengan media-
Nay (adik Gem) dalam treatment tersebut media tersebut.
mengkomunikasikan seakan-akan adik tidak Alasan orang tua menggunakan teknik

Tabel 3 Tahapan Metode Orang tua Gel (Fobia Badut)


Tahapan Metode
Tahap Awal Mengatasi Anak Fobia Spesifik
1. Memperhatikan kesukaan Gel
2. Mencari videoclip lagu yang sesuai dengan fobia Gel
3. Memutar lagu berkali-kali tanpa memutar videoclipnya
4. Gel menyukai lagu tersebut
Tahap Pertengahan Mengatasi Anak Fobia Spesifik
5. Memutar lagu dengan memutar videoclipnya
6. Gel melihat videoclip tersebut, dan tidak takut dengan badut
7. Orang tua (ibu) tidak berkomentar – diam
8. Ibu berbicara pada adik bahwa yang ada dalam videoclip tersebut boneka orang (badut)
9. Ibu menegaskan bahwa boneka orang tersebut lucu
Ibu menegaskan bahwa ibu dapat seperti itu jika memakai kostum tersebut

Tahap Akhir Mengatasi Anak Fobia Spesifik


10. Videoclip diputar terus-menerus, dan setiap kemunculan badut, ibu dan adik serempak
(nada tertentu) menyebut boneka orang
11. Ada pengalaman tidak disengaja melihat badut tanpa kepala – ibu dan adik serempak
menyebut boneka orang
12. Gel menyadari bahwa kostum badut berisikan orang
13. Gel tidak menolak diajak ke mall besar
Selalu menyebut badut dengan sebutan boneka orang
KOMUNIKASI TERAPEUTIK ORANG TUA DENGAN ANAK FOBIA SPESIFIK 107

Tabel 4 Tahapan Metode Orang tua Nar (Fobia Dokter)


Tahapan Metode
Tahap Awal Mengatasi Anak Fobia Spesifik
1. Nar bertemu kerabat (Ca – dokter) saat sakit
2. Nar diperiksa dirumah Ca; Ca menyambut dengan ramah; Ca menggunakan piyama, dan
Nar tidak takut
3. Orang tua dan Nar menemui Ca di puskesmas; Ca menyambut dengan ramah; Ca tidak
menggunakan jas dokter, dan Nar tidak takut
Tahap Pertengahan Mengatasi Anak Fobia Spesifik
4. Nar dan keluarga kerap menggunakan pakaian putih – baju, celana, blazer, dan dress
putih
5. Orang tua dan Nar menemui Ca di klinik; Ca menyambut dengan ramah; Ca tidak
menggunakan jas dokter; Ca menggunakan baju putih, dan Nar tidak takut
6. Orang tua dan Nar menemui Ca di klinik; Ca menyambut dengan ramah; Ca
menggunakan jas dokter, dan Nar tidak takut
Tahap Akhir Mengatasi Anak Fobia Spesifik
7. Ibu menyebut dokter dengan sebutan teman Teh Ca (dokter muda), dan guru Teh Ca
(dokter senior)
8. Ibu menginformasikan pada Nar bahwa orang-orang yang ada di klinik dan rumah sakit
adalah teman Teh Ca dan guru Teh Ca
9. Orang tua dan Nar menemui teman-teman Ca di klinik; teman-teman Ca menyambut
dengan ramah; teman-teman Ca menggunakan jas dokter, dan Nar tidak takut

komunikasi terapeutik tertentu pada anak menarik perhatian Gem – fokus ibu tetap pada
fobia spesifik adalah (1) Wik dengan videoclip anak; mencari sesuatu yang ringan, sederhana,
lagu memiliki alasan karena Gel menyukai dan tidak membebani Gem. (4) Rah menyatakan
lagu – mencari videoclip yang sesuai dengan bahwa alasan menggunakan treatment ini
fobia Gel (badut). (2) Na menggunakan media karena coba-coba, berdasar pengalaman yang
orang (dokter asli) dalam treatment karena tidak disengaja, membuat Rah ingin mencoba
pengalaman bertemu Ca yang membuat Nar treatment ini pada penganten yang lain., dan (5)
tidak dipenuhi rasa takut seperti sebelumnya. Is mengaku bahwa treatment yang dilakukannya
Na penasaran untuk melakukan treatment didapat dari seorang teman, dan merasa tidak
selanjutnya. (3) Jeng dengan bercerita lewat ada salahnya untuk mempraktekkan itu pada
videoclip dan buku cerita memiliki alasan untuk Del.

Tabel 5 Tahapan Metode Orang tua Gema (Fobia Polisi)


Tahapan Metode
Tahap Awal Mengatasi Anak Fobia Spesifik
1. Orang tua (ibu) menemukan videoclip lagu yang sesuai dengan fobia anak; ibu membeli
buku cerita yang sesuai dengan fobia anak
2. Ibu menceritakan isi lagu pada adik; ibu menceritakan isi buku cerita pada adik – tugas
polisi (mengatur jalan, membatu orang menyeberang jalan) dan ucapan terimakasih pada
polisi
Tahap Pertengahan Mengatasi Anak Fobia Spesifik
3. Gem memperhatikan cerita ibu
4. Ibu fokus – serius bercerita pada adik
Tahap Akhir Mengatasi Anak Fobia Spesifik
5. Ibu berkali-kali bercerita pada adik; Gem terbiasa mendengar cerita polisi
6. Setiap melihat polisi, ibu tidak berkomentar; ibu menyebut, “Alhamdulillah, hebat” saat
melihat polisi mengatur jalan
108 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 3, No. 2, Desember 2015, hlm 93-111

Tabel 6 Tahapan Metode Orang tua Irma (Fobia Penganten)


Tahapan Metode
Tahap Awal Mengatasi Anak Fobia Spesifik
1. Ir melihat proses make-up penganten
2. Ir melihat proses make-up ibu di salon
Tahap Pertengahan Mengatasi Anak Fobia Spesifik
3. Orang tua memajang foto pernikahan (ukuran besar) di rumah
Tahap Akhir Mengatasi Anak Fobia Spesifik
4. Orang tua (ibu) menginformasikan banyak makanan di resepsi
5. Ibu menyatakan makanan di resepsi enak dan banyak

Pada Kesadaran Orang tua pada Masalah sama biasanya menyukai pesan yang sama dan
Anak Fobia Spesifik, Jeng dan Wik memiliki seringkali mereka memberikan respons yang
jenjang pendidikan S1 – mengonsumsi bacaan relative sama.
(majalah) atau program acara (televisi) yang Yang menarik adalah yang terjadi pada Na
informatif dan mengandung unsur pendidikan. (orang tua Nar) – tidak mengenyam pendidikan
Sementara Rah dan Is (orang tua Ir, dan Del) S1, tetapi menyadari bahwa Nar terkena fobia,
cenderung mengonsumsi acara hiburan – meski tidak mengerti arti fobia. Disini Na hanya
keduanya tidak mengenyam pendidikan S1. meyakini yang disampaikan orang medis (Ca
Ardianto, Komala, dan Karlinah (2007) – kerabat Na seorang dokter) – berlaku teori
menyebutkan bahwa The Social Categories penggabungan informasi.
Theory berangkat dari sebuah kenyataan Kelima orang tua anak fobia spesifik
bahwa anggota masyarakat dikelompokkan tersebut tidak ada yang memahami fobia secara
berdasarkan kesamaan kategori, seperti: ras, mendalam. Wik dan Jeng hanya mengerti
agama, kewarganegaraan, jenis kelamin, usia, istilah fobia ketika mengonsumsi media massa
tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan – majalah (sebuah artikel), televisi (program
lain-lain, dimana pada tiap-tiap kategori akan acara kesehatan) yang fokus membahas fobia
ditemukan karakteristik yang sama. Anak-anak dengan durasi (televisi) dan jumlah halaman
menyukai radio Kids FM; remaja menyukai (majalah) terbatas.
radio OZ, Ardan, Prambors, 99ers, dan lain- Rakhmat (1998) menyebutkan bahwa media
lain; wanita dewasa menyukai radio Female massa – surat kabar, majalah, radio, televisi,
dan Sky FM – khalayak dari satu kategori yang dan film merupakan media yang memiliki ciri

Tabel 7 Tahapan Metode Orang Tua Adel (Fobia Silverman)


Tahapan Metode
Tahap Awal Mengatasi Anak Fobia Spesifik
1. Orang tua membeli spidol perak; orang tua (ibu) membeli pewarna kuku perak
2. Kakak dan Del semangat – antusias mewarnai menggunakan spidol perak; kakak dan Del
semangat – antusias mewarnai kuku dengan pewarna kuku perak
Tahap Pertengahan Mengatasi Anak Fobia Spesifik
3. Ibu membeli boneka plastik
4. Kakak dan Del semangat – antusias mewarnai boneka plastik dengan warna perak
5. Kakak menginformasikan pada Del bahwa boneka-boneka plastik tersebut seperti orang-
orang di jalan (silverman), dan Del tidak takut
Tahap Akhir Mengatasi Anak Fobia Spesifik
6. Ibu membawa boneka-boneka plastik tersebut ke dalam mobil saat akan bepergian
7. Ibu menyimpan boneka-boneka plastik tersebut diatas dashboard mobil
8. Ibu membawa boneka plastik dan spidol perak saat akan bepergian (bermain di dalam
mobil)
KOMUNIKASI TERAPEUTIK ORANG TUA DENGAN ANAK FOBIA SPESIFIK 109

mengutamakan unsur isi pada pesan; informasi isyarat verbal dan nonverbal dalam treatmentnya
disusun berdasarkan sistem tertentu dan ditulis – membantu anak fobia spesifik mengubah
dengan menggunakan tanda-tanda baca serta persepsinya terhadap objek yang ditakutinya.
pembagian paragraph yang tertib, urutan Seperti yang terjadi pada Gel, Wik
informasi dibuat runut, dan penggunaan bahasa berbicara pada Nai (adik Gel) bahwa badut
mudah dimengerti oleh semua pihak. adalah boneka orang – mengganti kata badut
Khalayak dalam media massa heterogen dengan boneka orang – mengubah persepsi Gel
dan anonim – penyajian harus disesuaikan terhadap badut, teori interaksionisme simbolik.
dengan keberadaan khalayak menghasilkan Yang menurut Rakhmat (1998) bahwa persepsi
salah satu efek isi pesan – kognitif, efek ialah memberikan makna pada stimuli inderawi.
prososial kognitif – keberadaan media massa Na menyebut dokter dengan sebutan teman
telah memberikan manfaat bagi masyarakat, Teh Ca (dokter muda) dan guru Teh Ca (dokter
menanamkan pengetahuan, menjadi sumber senior). Hal ini dapat mengubah persepsi Nar
informasi dan rujukan bagi khalayaknya. terhadap dokter. Pesan verbal teman Teh Ca,
Keduanya terkena efek prososial guru Teh Ca dimaknai lebih bersahabat – dekat
kognitif media massa – Wik dan Jeng mampu oleh Nar – konotasi positif, teori interaksionisme
mengidentifikasi masalah fobia dengan tepat, simbolik.
meski tidak detail dan rinci seperti seorang Wik dan Jeng melakukan peneguhan
psikolog atau buku-buku teks psikologi (Wik dengan mengungkapkan bahwa “Wik dapat
dan Jeng tidak berusaha mencari informasi seperti badut jika memakai kostum badut”; Jeng
tambahan terkait fobia spesifik pada anak). mengucap “Alhamdulillah, hebat” (melihat
Media massa telah menarik perhatian Jeng polisi mengatur jalan) – peneguhan. Rakhmat
– menceritakan pengalaman fobia vokalis band (1998) menjelaskan bahwa peneguhan adalah
favorit Jeng – menjadikan Jeng mengingat dan proses memperteguh respon yang baru dengan
mengerti istilah fobia (artikel majalah berfokus mengasosiasikannya pada stimuli tertentu
pada objek fobia). berkali-kali. Sementara Rah dan Na mengalami
Media massa telah menampilkan kejadian tertentu – menyebabkan anak fobia
pengalaman serupa dengan pengalaman Wik spesifik tidak takut dengan objek dokter dan
– menjadikan Wik memperhatikan tayangan penganten.
– menyimpulkan isi dari tayangan (tayangan Rakhmat (1998) menyebutkan bahwa
televisi berfokus pada gejala fobia), dan pengalaman mempengaruhi kecepatan persepsi.
mengerti istilah fobia. Bila yang disajikan Pengalaman tidak selalu lewat proses belajar
televisi itu ternyata juga cocok dengan apa yang formal, tetapi akan bertambah melalui rangkaian
disaksikan pemirsanya pada lingkungannya, peritiwa yang pernah dihadapi – teori belajar;
daya penanaman ideologi dari televisi ini makin tidak mempersoalkan manusia baik atau jelek,
kuat. Ini disebut Gerbner sebagai “resonance” rasional atau emosional; perilaku manusia
(Rakhmat, 1998: 250). dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan;
Pada tahapan metode orang tua mengatasi perilaku adalah hasil pengalaman (paling
anak fobia spesifik, Na, Rah, dan Is menggunakan berpengaruh dalam membentuk perilaku) –
teknik komunikasi terapeutik verbal, sementara teori belajar.
Wik dan Jeng menggunakan teknik komunikasi Lalu Na dan Is menggunakan isyarat
terapeutik nonverbal – menghasilkan tiga model nonverbal – pakaian warna putih dan boneka
komunikasi terapeutik: (1) Vicarious experience plastik yang diwarnai perak. Hal ini dapat
models – terjadi pada treatment yang dilakukan mengubah persepsi anak fobia spesifik terhadap
Wik dan Jeng, menggunakan media wakilan objek yang ditakutinya – teori interaksionisme
(videoclip dan buku cerita), (2) Noticeable simbolik.
experience models – terjadi pada treatment yang Griffin (2003) menyebut bahwa setiap
dilakukan Na dan Rah, menggunakan media asli isyarat nonverbal (seperti body language, gerak
(sesungguhnya), dan (3) Playing experience fisik, baju, status, dll) dan pesan verbal (seperti
models – terjadi pada treatment yang dilakukan kata-kata, suara, dll) yang dimaknai berdasarkan
Is, menggunakan media permainan. kesepakatan bersama oleh semua pihak yang
Kelimanya menyertakan unsur-unsur terlibat dalam suatu interaksi merupakan satu
pengalaman langsung, peneguhan, penggunaan bentuk simbol yang mempunyai arti yang
110 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 3, No. 2, Desember 2015, hlm 93-111

sangat penting (a significant symbol). orang yang dianggap kredibel, (2) Cara orang
Berdasar hal tersebut dapat diketahui tua mengidentifikasi anak terkena fobia spesifik
bahwa kelima orang tua anak fobia spesifik ini dapat dilihat dari pemerolehan informasi
– Wik, Na, Jeng, Rah, dan Is memiliki alasan melalui media massa serta pengalaman orang
sendiri dalam menggunakan teknik komunikasi tua melakukan komunikasi antarpribadi
terapeutik verbal dan nonverbalnya. dengan orang medis, (3) Tahapan metode yang
Wik dan Jeng menggunakan videoclip digunakan orang tua untuk mengatasi anak fobia
lagu dan buku cerita memiliki alasan dengan spesifik dapat dilihat dari teknik komunikasi
teknik komunikasi terapeutik nonverbalnya. terapeutik verbal – dilakukan secara tidak
Jeng mencari sesuatu yang ringan, sederhana, rutin dan langsung, menghasilkan noticeable
dan tidak membebani Gem – menjadikan Gem experience models (media asli – sesungguhnya)
tertarik mendengar cerita Jeng, sementara Wik dan playing experience models (media
mengutamakan rasa empati dalam treatmentnya. permainan), sementara teknik komunikas
Rakhmat (1998) menjelaskan bahwa terapeutik nonverbal – menghasilkan vicarious
berempati tidak sekedar menempatkan diri experience models (media wakilan – videoclip
kita pada posisi orang lain, tetapi kita ikut dan buku cerita, rutin, tidak langsung), dan (4)
serta secara emosional dan intelektual dalam Alasan orang tua terkait teknik komunikasi
pengalaman orang lain. Berempati artinya terapeutik yang dilakukannya – berfokus
membayangkan diri kita pada kejadian yang pada anak (mengedepankan rasa empati –
menimpa orang lain; berusaha melihat seperti mencari sesuatu yang disukai anak, mencari
orang lain melihat, merasakan seperti orang lain sesuatu yang dapat menarik perhatian anak)
merasakannya. dan berfokus pada pengalaman pribadi orang
Keduanya – Wik dan Jeng fokus dengan tua (mengedepankan komunikasi antarpribadi
teknik komunikasi terapeutik nonverbalnya, orang tua dengan rekannya serta pengalaman
disamping mereka menambah teknik orang tua sendiri terkait objek fobia anak)
komunikasi terapeutik verbal dengan Sedangkan saran yang penulis ajukan yaitu:
melakukan treatment saat anak bertemu dengan (1) Kesadaran orang tua harus ditumbuhkan
objek yang ditakutinya (pengalaman langsung) dengan membaca atau menonton program-
– menjadikan anak yakin, percaya dengan apa program televisi yang bermanfaat serta banyak
yang sudah disampaikan ibu sebelumnya. berhubungan dengan orang-orang yang
Sementara Na, Rah, dan Is menggunakan dapat memberi nilai lebih – pengetahuan dan
pengalaman langsung dan kegiatan mewarnai pengalaman terkait tumbuh kembang anak, (2)
dalam treatmentnya (teknik komunikasi Identifikasi yang dilakukan orang tua berdasar
terapeutik verbal) – coba-coba dan penasaran. pemerolehan informasi melalui media massa
Ketiga orang tua (ibu) anak fobia atau pengalaman komunikasi antarpribadi
spesifik ini – Na, Rah, dan Is, cenderung dengan orang medis dan non medis sebaiknya
menggunakan teknik komunikasi terapeutik diimbangi dengan buku-buku parenting terkait
verbal dalam treatmentnya, disamping ada usia anak – informasi yang diberikan menjadi
yang menambahnya dengan teknik komunikasi lebih jelas dan detail, (3) Memilih treatment -
terapeutik nonverbal – Rah memajang foto treatment yang sesuai dengan hobi, kesukaan
pernikahan berukuran besar dengan alasan anak – mempermudah orang tua menentukan
tertarik untuk memajang foto tersebut. Kelima jenis treatment, membuat anak mudah terlibat
orang tua anak fobia spesifik ini memiliki dalam proses treatment. Disamping peran
alasan yang beragam dengan treatment yang seluruh anggota keluarga – ayah, kakak, adik
dilakukannya. dibutuhkan untuk memperkuat treatment yang
telah dilakukan ibu, dan (4) Alasan orang
SIMPULAN tua anak fobia spesifik dalam melakukan
teknik komunikasi terapeutik seharusnya
Simpulan yang diambil dari penelitian mengedepankan alasan empati – kepentingan
ini adalah bahwa: (1) Kesadaran orang anak, apapun yang dilakukan orang tua dapat
tua terhadap masalah fobia spesifik dapat diterima dengan mudah dan dimengerti oleh
ditimbulkan oleh konsumsi media massa yang anak – komunikasi.
relevan serta komunikasi antarpribadi dengan
KOMUNIKASI TERAPEUTIK ORANG TUA DENGAN ANAK FOBIA SPESIFIK 111

DAFTAR PUSTAKA Kartono, K. (2000). Hygiene mental. Bandung:


Mandar Maju.
Ardianto, E., Komala, L. dan Karlinah, S. Lichtenstein, P., & Annas, P. (2000). Heritability
(2007). Komunikasi massa suatu pengantar and prevalence of specific fears and phobias
Edisi Revisi. Bandung: Simbiosa Rekatama in childhood. Journal of Child Psychology
Media. and Psychiatry, 41, 927-937
Ardianto, Elvinaro., Q-Anees, Bambang. Littlejohn, Stephen W dan Karen A, Foss. 2009.
2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: Teori Komunikasi Edisi 9. Jakarta: Salemba
Simbiosa Rekatama Media. Humanika.
Bener, A., Ghuloum S., & Dafeeah, E. E. (2011). Mahendratto, B. (2007). Cara orang tua
Prevalence of common phobias and their mengatasi anak saat mogok sekolah.
socio-demographic correlates in children Jakarta: Grasindo.
and adolescents in a traditional developing Maramis, W. F. (1994). Catatan ilmu kedokteran
society. African Journal of Psychiatry, 14, jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.
140-145 Moleong, L. J. (1999). Metode penelitian
Benner, D.G.(ed) & Hill, P.C.(ed) (1999). kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Baker encyclopedia of psychology and Mulyana, D. & Solatun. (2007). Metode
counseling. Michigan: Baker Academic. penelitian komunikasi. Bandung: Remaja
Creswell, J. W. (1997). Qualitative inquiry Rosdakarya.
and research design: choosing among five Nurjanah, I. (2005). Dasar-dasar komunikasi
traditions. California: Sage Publications, bagi perawat. Yogyakarta: Moco Medika.
Inc. Purwanto, H. (1994). Komunikasi untuk
Denzim, Norman K., Lincoln. 1994. Handbook perawat. Jakarta: EGC.
of Qualitative Research. California: Sage Rafy, Y. A. (2004). Kamus ungkapan psikologi.
Publication, Inc. Jakarta: Restu Agung.
Duvall, Evelyn M. 1977. Marriage and Family Rakhmat, J. (1998). Psikologi komunikasi.
Development. New York: J.B. Lippincott Bandung: Remaja Rosdakarya.
Company Philadelpia. Sondang, E. (2010) Menghapus fobia. Diakses
Effendy, Onong Uchjana. 1989. Kamus dari http://m.tabloidnova.com/layout/set/
Komunikasi. Bandung: Mandar Maju. print/Nova/Keluarga/Anak/Menghapus-
Effendy, Onong Uchjana. 2000. Ilmu Teori Fobia
dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar
PT.Rosdakarya. Keperawatan Anak. Jakarta: Penerbit Buku
Friedman, Marilyn M. 1998. Keperawatan Kedokteran EGC.
Keluarga: Teori dan Praktik. Jakarta: EGC. Suryani. (2005). Komunikasi terapeutik: teori
Ginsburg, G.S. & Walkup, J.T. (2004). Phobic dan praktik. Jakarta: EGC.
and anxiety disorders in children and Titisan, M. (2011). Metode maternal reflektif
adolescents. Dalam Ollendick, T.H. & dalam komunikasi terapeutik (studi kasus
March, J.S. “Specific phobia”. New York: komunikasi terapeutik pada anak tunarungu
Oxford University Press. di SLB-B). FISIPOL (Ilmu Komunikasi),
Griffin, E. A. (2003). A first look at Vol 7, No 6
communication theory. 5th Edition. New Ward, Ivan. 2003. Fobia.Yogyakarta: Pohon
York: McGraw-Hill. Sukma.
Hawari, D. (2007). Pendekatan holistik pada West, Richard., Lynn H. Turner. 2008.
gangguan jiwa, Skizofrenia. Jakarta: FKUI Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan
Kam. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Aplikasi. Buku 1 edisi ke-3. Terjemahan.
Edisi ke-3 – Cetakan 1. Jakarta: Balai Maria Natalia Damayanti Maer. Jakarta:
Pustaka. Salemba Humanika.
Kaplan, Harold I., Sadock, Benjamin J, Yihun, A., Anand, P., & Abebe, F. (2011).
Grebb, Jack A. 2002. Sinopsis Psikiatri Psychological intervention of murophobia.
Ilmu Pengetahuan Psiatri Klinis. Jakarta: Internet Journal of Medical Update, 6(2),
Binarupa Aksara. 61-64.

Anda mungkin juga menyukai