Anda di halaman 1dari 19

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 2


BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3
A. SUMBER ENERGI .................................................................................................................... 3
1. Pengertian Energi Angin ......................................................................................................... 3
2. Jenis – Jenis Angin.................................................................................................................. 3
3. Faktor yang mempengaruhi terjadinya angin .......................................................................... 5
B. POTENSI ENERGI ANGIN DI INDONESIA ........................................................................... 6
C. Teknologi Konversi Angin.......................................................................................................... 8
D. Proses Konversi Energi Angin .................................................................................................. 15
E. PEMANFAATAN ENERGI ANGIN ....................................................................................... 16
BAB III PENUTUP .............................................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 19

1
BAB I
PENDAHULUAN

Energi merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan makhluk hidup. Sejak
zaman dahulu, pemanfaatan energi sudah ada. Seperti menggerakan kapal layar, menjemur
baju, memanggang daging, dan sebagainya. Pada zaman modern, energi dikembangkan
menjadi banyak macamnya seperti energi mekanik, energi listrik, energi elektromagnetik,
energi kimia, energi nuklir, dan energi panas. Berdasarkan sumbernya energi dibagi menjadi
dua yaitu: energi terbarukan dan energi tidak terbarukan. Salah satu energi terbarukan yang
adalah angin.
Angin sangat berpotensi untuk dikonversikan menjadi energi mekanik dan energi
listrik. Karena angin sendiri sudah mewakili energi kinetic. Selain itu, angin sangatlah
melimpah, bersih dan mudah diperoleh. Alat konversi energi angin yaitu kincir angin yang
dilengkapi system konversi energi angin. Dalam pemanfaatannya, diperlukan data yang akurat
mengenai informasi potensi angin disuatu wilayah yang nantinya akan dilakukan instalasi
pembangkit listrik tenaga angin.
Indonesia sangat berpotensi untuk membangun pembangkit listrik tenaga angin
karena memiliki lokasi potensi energi angin yang banyak. Seperti di pantai, pegunungan dan
lembah. Apalagi Indonesia memiliki garis pantai yang panjang.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. SUMBER ENERGI

1. Pengertian Energi Angin


Angin merupakan sumber energi yang berasal dari radiasi matahari yang tiba di
permukaan bumi menimbulkan perbedaan temperatur dan rapat massa udara di
permukaan bumi yang mengakibatkan terjadinya perbedaan tekanan, sehingga
kemudian menjadi aliran udara. Aliran udara tersebut dapat dipercepat dengan adanya
perputaran bumi pada porosnya dengan kecepatan putar konstan.

Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa temperatur tinggi berarti tekanan
udara rendah, sedangkan temperatur rendah berarti tekanan udara tinggi. Udara
mengalir dari tekanan tinggi menuju tekanan rendah atau dari suhu rendah menuju suhu
tinggi.

2. Jenis – Jenis Angin


a. Angin Laut dan Angin Darat

Angin laut adalah angin yang berhembus dari lautan ke daratan. Angin
laut terjadi pada siang hari pada pukul 06:00-18:00.

Angin darat adalah angin yang berhembus dari daratan ke lautan. Angin
darat terjadi pada malam hari pada pukul 18:00-06:00

b. Angin Lembah dan Angin Gunung

Angin lembah adalah angin yang berhembus dari lembah ke puncak


gunung. Angin lembah terjadi pada siang hari.

Angin gunung adalah angin yang berhembus dari puncak gunung ke


lembah. Angin gunung terjadi pada malam hari.

3
c. Angin Muson Barat dan Angin Muson Timur

Angin muson barat adalah angin yang bertiup dari Benua Asia menuju
Benua Australia. Angin muson barat menyebabkan musin dingin di Benua Asia
dan musim panas di Benua Australia. Di Indonesia terjadi musim hujan dan
terjadi pada bulan Oktober-April.

Angin muson timur adalah angin yang bertiup dari Benua Australia
menuju Benua Asia. Angin muson timur menyebabkan musim dingin di Benua
Australia dan musim panas di Benua Asia. Di Indonesia terjadi musim kemarau
dan terjadi pada bulan Mei-September.

4
d. Angin Fohn

Angin Fohn adalah angin yang terjadi apabila ada gerakan massa
udara yang menaiki suatu pegunungan dengan ketinggian lebih dari 200
meter. Massa udara yang mencapai puncak pegunungan akan
mengalami kondensasi dan akhirnya timbul hujan pada satu sisi lereng.
Adapun pada lereng yang lain tidak terjadi hujan karena terhalang tingginya
pegunungan. Daerah yang tidak mengalami hujan disebut daerah bayangan
hujan.
Pada daerah bayangan hujan itu angin dari atas pegunungan akan
bergerak menuruni lereng pegunungan dengan kecepatan tinggi. Hal itu
menyebabkan naiknya suhuudara, karena setiap turun 100 meter udara naik
1 °C. Dengan demikian angin yang turun bersifat panas dan kering. Angin
itulah yang disebut angin fohn.

3. Faktor yang mempengaruhi terjadinya angin


a) Gradien Barometris
Semakin besar gradien barometrisnya, maka semakin cepat tiupan angin.
Gradien Barometrik adalah angka yang menunjukkan perbedaan tekanan udara
melalui dua garis isobar yang dihitung untuk tiap-tiap 111 km = 1° di ekuator.
b) Letak Tempat
Kecepatan angin di daerah tropis lebih cepat daripada di daerah dingin
c) Tinggi Tempat
Semakin tinggi tempat, semakin kencang angin yang bertiup, hal ini
dikarenakan pengaruh gaya gesek yang menghambat laju udara. Gaya gesek
timbul karena permukaan bumi yang tidak rata.
d) Waktu
Di siang hari angin bergerak lebih cepat daripada di malam hari. Hal ini
dikarenakan suhu dan tekanan pada siang hari yang mengakibatkan angin
berhembus dengan cepat.

5
B. POTENSI ENERGI ANGIN DI INDONESIA

Di tengah potensi angin yang melimpah di kawasan pesisir Indonesia, total


kapasitas dalam sistem konversi energi angin saat ini adalah kurang dari 800kW.
Untuk mengembangkan potensi energi terbarukan yang satu ini, maka perlu
dilakukan penaksiran potensi energi itu sendiri. Penaksiran potensi energi ini
memuat data dan informasi mengenai kecepatan angin rata-rata tahunan dan daya
spesifik berdasarkan pemantauan dan pengukuran yang di dukung oleh data-data
topografi. Proses ini dilakukan minimal selama satu tahun, meliputi perhitungan,
pengolahan dan evaluasi. Perhitungan dapat dilakukan dengan cara manual
ataupun dengan menggunakan program yang memfasilitasi proses pengolahan.

Tujuan dari penaksiran energi ini adalah :

 Mengidentifikasi daerah-daerah potensial agar energi angin tersebut


sesuai dengan kelas pemanfaatannya
 Mengetahui potensi nyata di berbagai daerah di Indonesia dengan
pernyataan dalam bentuk kecepatan angin rata-rata tahunan dan daya spesifiknya

Kita ketahui bahwa Indonesia ini memiliki kondisi topografi yang berdeba-
beda, yang mana ini merupakan faktor yang sangat menentukan kontur atau
distribusi kecepatan angin di masing-masing daerah. Kondisi topografi akan
mempengaruhi distribusi dan pola angin kemudian energi aktual yang dihasilkan.
Berikut merupakan elemen-elemen dari topografi :

 Kekasaran permukaan
Merupakan hasil kolektif dari permukaan daratan dan rintangan yang akan
menyebabkan penurunan kecepatan angin di dekat permukaan tanah yang disebut
geser angin.
 Orografi
Suatu bentuk daratan yang menghasilkan pengaruh tambahan terhadap
angin, yakni mempercepat atau memperlambat. Sebagai contoh di dekat puncak,
kecepatan angin bertambah, sedangkan di bagian lembah kecepatan angin
berkurang.
 Rintangan

6
Kondisi rintangan di berbagai daerah di Indonesia ini sangat mempengaruhi
kecepatan angin itu sendiri. Efek yang di timbulkan secara vertikal adalah
kecepatan akan bertambah sampai 3 kali lipat, sedangkan secara horizontal akan
bertambah sampai 30 atau 40 kali lipat.

Yang menjadi tujuan atau sasaran pengukuran ini adalah :

 Memperoleh data potensi energi angin di berbagai daerah


 Identifikasi daerah potensi
 Pemilihan dan penetapan tempat penempatan aktual menara, dan
beberapa alternatif di suatu daerah

Adapun yang perlu kita ketahui selanjutnya adalah kecepatan angin vertikal
dan tekanan atmosfer. Kecepatan angin vertikal ini kadang-kadang diperlukan
guna mengetahui turbulensi. Sedangkan tekanan atmosfer (barometer) bersama
temperatur udara digunakan untuk menentukan kerapatan udara.

Setelah pengolahan data dilakukan, informasi akhir yang kita perlukan


adalah potensi angin aktual di daerah tertentu melalui proses komputasi, yaitu
kecepatan dan arah angin, yang meliputi :

 Rata-rata harian, bulanan dan tahunan


 Kecepatan angin minimum dan maksimum
 Kecepatan penuh
 Informasi statistik rata-rata, deviasi standar, distribusi kecepatan angin,
dan histogram
 Distribusi arah angin harian. Bulanan atau tahunan yang di nyatakan
dalam sektor-sektor arah angin yang memberikan presentasi arah angin.

Besarnya angin aktual di suatu daerah ditentukan oleh distribusi kecepatan


angin di daerah tersebut. Distribusi kecepatan angin di suatu daerah akan berdeda-
beda walaupun daerah-daerah itu memiliki rata-rata kecepatan angin yang sama.
Hal itu disebabkan oleh perbedaan kondisi topografi daerah tersebut yang
menyebabkan perbedaan pola distribusi angin.

7
C. Teknologi Konversi Angin

Energi angin merupakan energi yang jumlahnya tidak terbatas di bumi ini.
Energi dari angin menggerakan baling – baling pada kincir angin yang dapat
menghasilkan listrik. Pada zaman dahulu, energi angin digunakan untuk menguras
lahan pertanian di Belanda, dan di Eropa angin juga dimanfaatkan untuk memompa air.
Biasanya kincir angin diletakkan pada wilayah tertentu dengan intensitas angin
yang tinggi. Penempatan pembangkit tenaga angin ini biasanya berada di pantai, pesisir,
dan pegunungan.
Untuk menggerakan baling – baling pada kincir angin agar bisa berpuitar,
maka harus memiliki kecepatan angin minimal 2 m/detik dan untuk menghasilkan
listrik yang stabil sesuai dengan kapasitas generatornya rata – rata 6 s/d 10 m/detik.
JENIS JENIS TURBIN YANG DIGUNAKAN :

1. T u r b i n A n g i n S u m b u H o r i z o n t a l ( T A S H )

Turbin Angin Sumbu Horizontal ini merupakan turbin yang paling banyak
digunakan. Turbin ini memiliki poros yang sejajar dengan tanah dimana terdapat
menara yang menopang dan puncaknya terdapat baling – baling sebagai rotor.
Komponen utama turbin ini seperti gearbox dan generator berada di atas. Turbin ini
biasanya memiliki tiga buah baling – baling. Turbin jenis ini biasanya ditempatkan di
pegunungan atau di laut.

Spesifikasi pada TASH standar ini antara lain


 Memiliki kecepatan yang tinggi lebih dari 320 km / jam, efisiensi tinggi, dan
torsi rendah
 Baling – baling biasanya berwarna putih agar terllihat oleh pilot pesawat.
 Baling – baling memiliki panjang 20 sampai 40 meter (66-131 kaki) atau
lebih.
 Menara baja berbentuk tabung berkisar 60-90 meter (200 sampai 300 kaki).
 Dalam pemasangan turbin di lepas pantai memiliki ukuran baling baling 80 m,
Tinggi menara disesuaikan dengan lokasi penempatan turbin.

8
A. Turbin Jenis Downwind
Turbin jenis ini merupakan turbin horizontal yang arah rotor atau blade
nya membelakangi arah datangnya angin. Turbin ini tidak menggunakan
mekanisme yaw. Turbin downwind secara alami mencari atau melacak angin tanpa
menggunakan motor, desain ini lebih sederhana dari turbin upwind. Rotor berada
di posisi belakang, sehingga angin melewati turbin terlebih dahulu.

Ciri – ciri downwind :


 Angin pertama kali berhembus melewati tower lalu ke rotor/blade
 Tidak menggunakan mekanisme yaw
 Blade membelakangi arah angin
 Blade diciptakan dapat melengkung apabila ada angin kencang

B. Turbin Jenis Upwind

9
Turbin Jenis ini letak rotornya berada di depan unit, posisinya mirip dengan
pesawat baling – baling yang digerakkan. Upwind ini memiliki mekanisme yaw seperti
ekor di belakang yang gunanya untuk bergerak mengikuti arah angin.

Ciri – Ciri Upwind


 Sudu atau blade menghadap angin
 Sudu mengenai udara terlebih dahulu lalu setelahnya melewati menara

Kelebihan :
1. Turbin ini memiliki menara yang tinggi, maka memiliki potensi mendapatkan
kecepatan angin yang kencang. Karena semakin tinggi maka kecepatan angin
semakin meningkat.
2. Adanya menara pada turbin maka turbin dapat ditempatkan pada permukaan yang
tidak rata seperti pegunungan dan laut.
3. Efisiensi lebih tinggi, karena blades selalu bergerak tegak lurus terhadap arah angin,
menerima daya sepanjag putaran.
Kelemahan :
1. Menara yang tinggi dapat mempersulit dalam proses pengangkutan dan
pemasangan pada awalnya. Bahkan diperkirakan biaya transportasi awal untuk
pemasangan bisa mencapai 20% dari biaya peralatan turbin angin.
2. Membutuhkan menara dengan konstruksi yang besar dan kuat untuk menopang
baling – baling, gearbox, dan generator. Sehingga membutuhkan biaya yang
mahal dalam pembuatan menara.
3. TASH yang tinggi juga dapat mengganggu radar pada pesawat/airport.
4. Membutuhkan yaw tambahan untuk membelokkan kicir ke arah mata angin.

10
2. Turbin Angin Sumbu Vertikal (TASV)
Turbin Angin Sumbu Vertikal (TASV) adalah jenis turbin angin memiliki poros rotor
utama diatur secara vertikal sedangkan komponen utama yang terletak di dasar turbin.
Komponen utama seperti generator diletakan dibawah untuk memepermudah dalam proses
perbaikan dan pemeilharaan. Keuntungan dari TASV ini tidak perlu ditempatkan
menunjuk ke arah angin. Namun desain dari dari TASV ini menghasilkan energi yang
sedikit daripada horizontal. Kekurangan utama dari turbin angin vertikal adalah
menciptakan dorongan saat berputar. Jenis TASV ini terbagi dua yaitu :

A. Turbin Savonius
Jika dilihat dari atas, turbin ini memiliki desain seperti huruf S pada bilah rotor
dimana itu merupakan potongan dari sebuah silinder dengan sumbu bidang sentral, dan
memiliki jumlah cekungan 2-3 atau lebih yang digunakan untuk menangkap angin.
Desain turbin angin ini tidak dapat berputar lebih cepat dari kecepatan angin.
Variasi Geometri Rotor Sarvonius
Berikut merupakan beberapa variasi dari rotot Savonius yang pernah dibuat dan
berfungsi dengan baik :
1. Rotor Savonius dengan dua Bucket
Terdapat tiga variasi rotor Savonius dengan dua bucket, yaitu :
a. Konfigurasi tanpa overlap

Dilihat dari gambar di atas konfigurasi ini tidak memiliki celah


antar bucketnya. Rotor ini memiliki kekuatan yang tinggi karena
porosnya terletak tepat di tengah antarakedua bucketnya. Rotor ini
memiliki efisiensi yang sangat rendah dibandingkan konfigurasi yang
lainnya.
b. Konfigurasi dengan overlap

11
Dilihat dari gambar di atas konfigurasi ini memiliki celah antar
bucketnya sehingga dapat meningkatkan putaran dan mengurangi
getarannya. Rotor ini mempunyai keunggulan dalam membelokkan
fluida, juga dapat bersifat seperti airfoil ketika fluida menabrak tepi
rotor.
c. Konfigurasi dengan bucket didefleksikan

Dilihat dari gambar di atas, rotor ini mempunyai bentuk seperti


huruf “L”. Efisiensi dari konfigurasi ini lebih baik dari konfigurasi
lainnya.
2. Rotor Savonius dengan Multi Bucket

Rotor Savonius dengan multi bucket ini memiliki torsi awal yang lebih
baik daripada rotor Savonius dengan dua bucket. Semakin banyak bucket
yang digunakan, maka torsi awal yang dihasilkan juga semakin besar.

3. Rotor Savonius dengan Rotor Helix

12
Rotor ini berbentuk heliks, getaran yang dihasilkan lebih halus karena
torsi yng dihasilakn relatif merata untuk setiap bucket.
a. Performasi Rotor Sarvonius
Beberapa peneliti telah banyak mengujikan dan mengembangkan performasi
dari rotor Savonius. Berikut adalah beberapa parameter yang menentukan
performasi dari rotor Savonius :
1. Rasio Overlap
Rasio overlap dari turbin Savonius merupakan jarak overlap bucket
dengan diameter turbin Savonius.
2. Aspek Rasio
Aspek rasio dari turbin Savonius merupakan perbandingan antara tinggi
dan diameter dari rotor.
3. Jumlah Bucket
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Blackwell, diketahui pengaruh
jumlah bucket terhadap koefisien daya rotor. Dimana konfigurasi rotor
Savonius dengan dua bucket lebih tinggi daripada tiga bucket. Tetapi, rotor
dengan tiga bucket memiliki torsi awal lebih baik daripada dua bucket.
4. Tingkatan Bucket
Pada pengujian yang dilakukan oleh Hayashi, dengan membandingkan
rotor Savonius satu tingkat dengan tiga tingkat didapatkan kesimpulan
bahwa koefisien daya rotor Savonius satu tingkat lebih besar daripada rotor
Savonius tiga tingkat.

Fungsi Komponen Pada Turbin Angin


Pembangkit Listrik Tenaga Angin yang mengkonversi energi angin menjadi
energi listrik menggunakan turbin angin atau kincir angin.
Sebuah sistem konversi angin untuk pembangkit listrik terdiri atas rotor (naf
dan sudu), kepala rotor, unit transmisi, generator, unit kontrol, unit pengaturan
mekanis dan menara. Untuk pemompaan mekanis terdiri atas rotor, kepala rotor,
unit transmisi, ekor pengarah, engkol pengaman mekanis, dan menara.

13
Fungsi masing – masing komponen sebagai berikut :
 Rotor
Terdiri atas sudu dan naf yang berfungi untuk menerima dorongan angin
dan mengubah energi angin menjadi putaran rotor. Prestasi nilai rotor
dinyatakan oleh koefisien daya rotor dihasilkan oleh bentuk sudu, jumlah
sudu dan konfigurasi sudu. Posisi rotor dinyatakan dalam posisi upwind dan
downwind, rotor terdiri atas beberapa sudu ( 2, 3 atau 4) atau sudu majemuk.
Rotor untuk konversi energi angin untuk mengubah ke listrik memerlukan
torsi rendah agar dapat menghasilkan putaran tinggi sehingga jumlah sudu
adalah sedikit (1, 2, 3 dan 4), sedangkan untuk kincir angin mekanik
diperlukan torsi besar agar mampu menggerakkan pompa mekanik.
 Unit Transimisi
Berfungsi untuk mengubah putaran rotor (umumnya memperbesar) agar
sesuai dengan putaran yang diinginkan untuk generator (pada turbin angin)
atau untuk unit engkol mekanik (pada kincir angin mekanik), jenis unit
transmisi adalah roda gigi (gearbox) dan sabuk (pully) faktor pengali disebut
ratio transmisi.
 Generator
Generator Sebagai pembangkit listrik yang dihubungkan ke unit transmisi,
poros unit transmist memutar poros generator pada putaran yang sesuai
dengan putaran nominal generator, pada kincir mekanik, unit ini analog
dengan engkol.
 Unit Kontrol / pengatur mekanis dan listrik
Berfungsi untuk mengontrol kondisi operasi sistem konversi energi angin
yaitu:
- Pengaturan tegangan lebih
- Pengaturan tegangan baterai (regulator baterai)

14
- Pengereman secara manual, elektris atau otomatls
- Pengaturan distribusi listrik ke pemakai
 Menara
- Bagian sistem konversi energi angin yang berfungsi untuk
menahan/menopang unit-unit lain seperti generator, nosel, unit
transmisi, rotor, ekor pengarah, dll.
Beberapa komponen lain sebagai bagian dari sistem konversi energi angin keseluruhan
adalah:
- Baterai penyimpanan untuk penyimpanan listrik yang dinyatakan oleh tegangan
nominal (12, 24 Volt) kapasitas Ah serta karakteristik pengisian (charging) dan
pengosongan muatan (discharging)
- Inverter untuk mengubah tegangan searah menjadi bolak-balik. karakteristik
dinyatakan oleh efisiensi dan kapasitas (dalam watt atau VA)
- Beban pembuangan, suatu beban resistlf untuk turbin angin yang digunakan untuk
menampung energi lebih dari tempat penyimpanan (baterai)
- Panel monitor untuk memonitor kondisi operasi sistem konversi energi angin setiap
saat dilengkapi dengan peralatan monitoring untuk arus, tegangan dan daya.

C. Proses Konversi Energi Angin


Energi angin merupakan bentuk tidak langsung dari energi matahari,
karena angin dipengaruhi oleh pemanasan yang tidak merata pada kerak bumi
oleh matahari. Pada dasarnya turbin-turbin angin menggunakan prinsip
sederhana untuk menghasilkan listrik. Turbin angin juga bekerja berlawanan
dengan kipas angin dimana kipas angin menghasilkan angin dari arus listrik,
sedangkan turbin-turbin angin menghasilkan arus listrik dari angin.

Proses konversi energi angin menjadi energi listrik :


1. Energi angin memutar sudu dengan putaran yang rendah.
Dimana energi angin akan menggerakkan bilah kincir angin, lalu bilah kincir
angin akan memutar poros di dalam nacelle.

15
2. Sudu dihubungkan ke poros unit transmisi agar diubah menjadi putaran unit
transmisi (roda gigi atau sabuk).
Didalam unit transmisi (gearbox) kecepatan perputaran poros ditingkatakan
dengan cara mengatur perbandingan roda gigi dalam gearbox.
3. Pengubahan putaran unit transmisi menjadi putaran generator (putaran tinggi).
Gearbox dihubungkan pada generator memgubah putaran pada gearbox menjadi
putaran generator yang akan mengubah energi mekanik menjadi energi listrik.
4. Pengubahan putaran generator menjadi energi listrik (tegangan DC atau AC).
Ketika poros generator mulai berputar maka akan terjadi perubahan fluks pada
stator yang akhirnya akan dihasilkan tegangan dan arus listrik tertentu yang
disalurkan melalui kabel jaringan listrik. Tegangan dan arus listrik yang
dihasilkan oleh generator ini berupa AC (alternating current).
5. Menaikkan tegangan menggunakan tranformer.
Dari generator energi listrik menuju transformer untuk menaikan tegangannya
dari 700 Volt menjadi 30.000 Volt. Energi Listrik ini biasanya akan disimpan
kedalam baterai sebelum dapat dimanfaatkan.

Arus listrik yang dihasilkan ini kemudian didistribusikan ke naisonal


grid. Selanjutnya arus listrik tersebut akan disalurkan ke rumah-rumah, pusat
bisnis, sekolah, dan tempat-tempat lainnya untuk digunakan dalam kehidupan
sehari-hari.

D. PEMANFAATAN ENERGI ANGIN

1. PEMBANGKIT LISTRIK
Sebagai pembangkit listrik energi angin dapat menggerakkan alat yang sering kita
sebut dengan istilah kincir angin. Dengan menggunakan energi angin sebagai
pembangkit listrik kita dapat mengurangi pencemaran udara serta mengurangi
ketergantungan terhadap sumber daya fosil.

2. PENGGERAK KAPAL LAYAR


Sampai saat ini tidak sedikit nelayan yang masih melaut dengan memanfaatkan
energi angin sebagai penggerak dari kapal layar tersebut sehingga tidak lagi
menggunakan mesin. Manfaat dari energi angin yang digunakan sebagai penggerak
pada kapal layar ini adalah ekonomis dan hemat biaya karna tidak membutuhkan
bahan bakar, desain kapal yang lebih simpel, tidak menimbulkan pencemaran udara,
dan tidak berisik.

3. MEMPERTAHANKAN POSISI PESAWAT TERBANG


Pesawat terbang dan benda-benda lain yang terbang menggunakan mesin juga
memanfaatkan energi angin untuk bergerak dan terbang agar pesawat dapat
mempertahankan posisinya di udara.

4. OLAHRAGA ANGIN DAN UDARA

16
Beberapa cabang olahraga yang membutuhkan energi angin seperti terjun payung,
paralayang, paragliding, dan gantole. Cabang olahraga tersebut memanfaatkan
energi angin untuk membantu mengatur arah ketika melakukan olahraga tersebut.

5. UNTUK MENENTUKAN ARAH


Dengan menetukan arah angin, kita dapat menentukan arah mata angin seperti utara,
selatan, timur, dan barat. Dengan mengetahui arah mata angin tersebut,
memudahkan kita untuk mencari jalan, arah kiblat, dan lain-lain.

17
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Energi angin amatlah melimpah dan juga tidak menghasilkan
pencemaran udara. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan teknologi
pembangkit listrik tenaga angin yang didukung oleh pemerintah dan masyarakat agar
terciptanya lingkungan yang sehat.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Evi Pudjanarsa, Astu dan Djati Nursuhud. 2006. Mesin Konversi Energi.
Surabaya : Penerbit Andi.
2. http://aplikasi.ebtke.esdm.go.id/lintasebtke/aneka-energi/id/masyarakat-
umum/view/1/31-potensi-energi-angin-di-indonesia
3. http://www.alpensteel.com/article/116-103-energi-angin--wind-turbine--wind-
mill/2292--potensi-energi-angin-di-indonesia
4. Daryanto. 2007. Energi. Jakarta: Pustaka Widyatama
5. http://digilib.unila.ac.id/2088/8/BAB%20II.pdf
6. https://en.wikipedia.org/wiki/Wind_turbine
7. http://www.motherearthnews.com/renewable-energy/vertical-axis-wind-turbines-
zmaz08fmzmcc
8. http://www.alternative-energy-tutorials.com/energy-articles/wind-water-pumping.html
9. http://www.satuenergi.com/2015/10/jenis-jenis-turbin-angin-serta.html

19

Anda mungkin juga menyukai