Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL BERMAIN PUZZLE DI RUANG MELATI

RSUD TUGUREJO SEMARANG

DISUSUN OLEH :
GILANG DEKA HAYUNA
1808012

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN AJARAN 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan
anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit,
aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan
kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami
berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut,
cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari
hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang
ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak
akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan
melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan
permainan.

Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat


melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal,
mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap
stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan
anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga
terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit

Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya,


kognitifnya dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh
emosinya, perasaannya dan pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah
kesenangan dimana dengan kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu
yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup untuk
bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengenal
sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah
berteman, kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa
kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain
Terapi bermain yang akan dilaksanakan yaitu bermain menyusun
puzzle. Alasan memilih terapi bermain menyusun puzzle adalah untuk
mengembangkan motorik halus, keterampilan kognitif dan kemampuan
berbahasa. Puzzle merupakan salah satu bentuk permainan yang
membutuhkan ketelitian, melatih untuk memusatkan pikiran, karena kita
harus berkonstrasi ketika meyusun kepingan-kepingan puzzle tersebut hingga
menjadi sebuah gambar yang utuh dan lengkap. Sehingga puzzle merupakan
jenis permainan yang memiliki nilai-nilai edukatif.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti permainan ini anak akan merasa relaks dan dapat
menstimulasi perkembangan anak, mengembangkan aktifitas dan
kreatifitasnya
2. Tujuan Khusus
a. Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya
b. Mengekspresikan perasaannya selam menjalani perawatan
c. Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan
d. Beradaptasi dengan lingkungan
e. Mempererat hubungan antara perawat dan anak

C. Sasaran
1. Klien usia 2-3 tahun di Ruang Melati RSUD Tugurejo Semarang
2. Kondisi anak memungkinkan untuk mengikuti permainan
3. Tidak nertentangan dengan program pengobatan yang sedang dijalaninya
BAB II
DISKRIPSI KASUS

A. Karakteristik Sasaran (sesuai umur)


Pada usia ini terjadi peningkatan kemampuan psikososial dan perkembangan
motorik, baik motorik halus maupun kasar.

Usia 2-3 tahun biasanya dapat melakukan :

1. Anak belajar meloncat, melompat dengan satu kaki


2. Membuat jembatan dengan 3 kotak
3. Mampu menyusun kalimat
4. Mempergunakan kata – kata saya
5. Bertanya
6. Mengerti kata kata yang ditujukan kepadanya
7. Menggambar lingkaran
8. Bermain dengan anak lain
9. Menyadari adanya lingkungan lain di luar keluarganya

B. Prinsip Bermain
1. Tidak banyak mengeluarkan energy secara fisik, singkat, dan sederhana
2. Mempertimbangkan keamanan dan kemungkinan terjadi infeksi silang
3. Permainan yang dilakukan tidak bertentangan dengan program perawatan
dan pengobatan
4. Melibatkan orang tua.

C. Karakteristik Permainan
1. Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
2. Mengembangkan keterampilan berbahasa.
3. Melatih motorik halus dan kasar.
4. Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan
membedakan warna).
5. Melatih kerjasama mata dan tangan.
6. Melatih daya imajinansi.
7. Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
Alat permainan yang dianjurkan :
1. Alat-alat untuk menggambar.
2. Lilin yang dapat dibentuk
3. Puzzle sederhana.
4. Manik-manik ukuran besar.
5. Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.
6. Bola
BAB III
METODOLOGI BERMAIN

A. Diskripsi permainan
Puzzle berasal dari bahasa Inggris yang berarti teka-teki atau bongkar
pasang, media puzzle merupakan media sederhana yang dimainkan dengan
bongkar pasang. Berdasarkan pengertian tentang media puzzle, maka dapat
disimpulkan bahwa media puzzle merupakan alat permainan edukatif yang
dapat merangsang kemampuan matematika anak, yang dimainkan dengan cara
membongkar pasang kepingan puzzle berdasarkan pasangannya.
Puzzle merupakan suatu bentuk permainan yang membutuhkan kesabaran
dan ketekunan anak dalam merangkainya potongan-potongan gambar sehingga
menjadi suatu gambar yang diinginkan. Jika anak sering melakukan permainan
ini secara perlahan-lahan mental anak akan terbentuk untuk bersikap tenang,
tekun dan sabar dalam menyelesaikan sesuatu. Kepuasan yang didapat ketika
anak tersebut menyelesaikan puzzle. Hal ini merupakan salah satu cara untuk
membangkitkan motivasi anak untuk mencoba hal-hal yang baru bagi anak
tersebut. Selain itu, menyusun puzzle akan membangkitkan kepercayaan diri
anak tersebut. Bermain puzzle tidak membutuhkan banyak energi sehingga
dapat dimainkan didalam ruangan dan dapat dimainkan oleh anak yang dalam
kondisi apapun baik dalam kondisi sakit maupun sehat

B. Tujuan Permainan
a. Meningkatkan kemampuan berpikir dan membuat anak belajar
berkonsentrasi.
Saat bermain puzzle, anak akan melatih sel-sel otaknya untuk
mengembangkan kemampuan berpikirnya dan berkonsentrasi untuk
menyelesaikan potongan-potongan kepingan gambar tersebut.
b. Melatih koordinasi tangan dan mata.
Anak dapat melatih koordinasi tangan dan mata untuk mencocokkan
kepingan-kepingan puzzle dan menyusunnya menjadi satu gambar.
c. Meningkatkan Keterampilan Kognitif.
Keterampilan kognitif (cognitive skill) berkaitan dengan kemampuan
untuk belajar dan memecahkan masalah. Puzzle adalah permainan yang
menarik bagi anak balita karena anak balita pada dasarnya menyukai
bentuk gambar dan warna yang menarik. Dengan bermain puzzle anak
akan mencoba memecahkan masalah yaitu menyusun gambar.
d. Belajar bersosialisasi.
Dua anak yang bermain bersama-sama tentunya butuh diskusi untuk
merancang kepingan-kepingan gambar dari puzzle tersebut. Anak yang
lebih besar akan merasa senang jika dapat membantu anak yang lebih
kecil, sebaliknya pun begitu, sehingga akan tercipta suasana yang nyaman
dan terciptanya interaksi ketika bermain.
e. Melatih kesabaran
Dengan bermain puzzle anak bisa belajar rmelatih kesabarannya dalam
menyelesaikan suatu tantangan.
f. Melatih daya ingat
Bermain puzzle akan melatih daya ingat anak tentang bentuk dan warna
puzzle yang akan disusun. Anak akan mengingat gambar yang dilihat
sebelum menyusunnya.
g. Melatih nalar
Puzzle dalam bentuk manusia akan melatih nalar mereka. Anak akan
menyimpulkan dimana letak kepala, tangan, kaki dan lain-lain sesuai
dengan logika. Jika sudah menaruh bagian hidung berarti mulut ada di
bagian bawahnya.
Orang tua harus memperhatikan bahwa kemampuan tiap anak itu berbeda.
Biasanya anak yang sejak dini sudah dikenalkan dengan puzzle akan lebih
mahir dan terbiasa bermain puzzle. Oleh karena itu, para orang tua yang akan
memilih puzzle untuk anaknya, jangan berdasarkan umur, tetapi bergantung
kepada kemampuan sibuah hati. Umumnya, anak-anak yang kuat kemampuan
visualnya, akan lebih mudah dancepat menyelesaikan permainan

C. Keterampilan yang diperlukan


Dalam permainan puzzle ini, keterampilan harus dimiliki oleh anak dan
perawat. Anak harus memiliki pengetahuan tentang cara bermain, kreativitas
yang tinggi dan memiliki motivasi yang tinggi. Selain itu, ketrampilan yang
harus dimiliki oleh perawat antara lain perawat harus memiliki kemampuan
untuk menjelaskan permainan sehingga anak menjadi mengerti mengenai cara
melakukan permainannya, mempunyai kesabaran dalam membimbing dan
mengarahkan anak dalam melakukan permainan dan memiliki komunikasi
yang baik sehingga terjadi hubungan yang saling percaya antara anak dengan
perawat.

D. Jenis Permainan
Ada beberapa jenis puzzle, antara lain:
1. Puzzle konstruksi
Puzzle rakitan (construction puzzle) merupakan kumpulan potongan-
potongan yang terpisah, yang dapat digabungkan kembali menjadi
beberapa model. Mainan rakitan yang paling umum adalah blok-blok
kayu sederhana berwarna-warni. Mainan rakitan ini sesuai untuk anak
yang suka bekerja dengan tangan, suka memecahkan puzzle, dan suka
berimajinasi.
2. Puzzle batang (stick)
Puzzle batang merupakan permainan teka-teki matematika sederhana
namun memerlukan pemikiran kritis dan penalaran yang baik untuk
menyelesaikannya. Puzzle batang ada yang dimainkan dengan cara
membuat bentuk sesuai yang kita inginkan ataupun menyusun gambar
yang terdapat pada batang puzzle.
3. Puzzle lantai
Puzzle lantai terbuat dari bahan sponge (karet/busa) sehingga baik untuk
alas bermain anak dibandingkan harus bermain di atas keramik. Puzzle
lantai memiliki desain yang sangat menarik dan tersedia banyak pilihan
warna yang cemerlang. Juga dapat merangsang kreativitas dan melatih
kemampuan berpikir anak. Puzzle lantai sangat mudah dibersihkan dan
tahan lama.
4. Puzzle angka
Mainan ini bermanfaat untuk mengenalkan angka. Selain itu anak dapat
melatih kemampuan berpikir logisnya dengan menyusun angka sesuai
urutannya. Selain itu, puzzle angka bermanfaat untuk melatih koordinasi
mata dengan tangan, melatih motorik halus serta menstimulasi kerja otak.
5. Puzzle transportasi
Transportasi merupakan permainan bongkar pasang yang memiliki
gambar berbagai macam kendaraan darat, laut dan udara. Fungsinya
selain untuk melatih motorik anak, juga untuk stimulasi otak kanan dan
otak kiri. Anak akan lebih mengetahui macam-macam kendaraan.
6. Puzzle logika
Puzzle logika merupakan puzzle gambar yang dapat mengembangkan
keterampilan serta anak akan berlatih untuk memecahkan masalah. Puzzle
ini dimainkan dengan cara menyusun kepingan puzzle hingga membentuk
suatu gambar yang utuh.
7. Puzzle geometri
Puzzle geometri merupakan puzzle yang dapat mengembangkan
keterampilan mengenali bentuk geometri (segitiga, lingkaran, persegi dan
lain-lain), selain itu anak akan dilatih untuk mencocokkan kepingan
puzzle geometri sesuai dengan papan puzzlenya.
8. Puzzle Penjumlahan dan Pengurangan
Puzzle penjumlahan dan pengurangan merupakan puzzle yang dapat
mengembangkan kemampuan logika matematika anak. Dengan puzzle
penjumlahan dan pengurangan anak memasangkan kepingan puzzle
sesuai dengan gambar pasangannya.
E. Alat Bermain
Gambar yang belum disusun (Puzzle)

F. Proses Bermain
No Waktu Proses Bermain Respon Anak
1 5 menit Pembukaan:
1. Membuka dan mengucapkan salam Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri Mendengarkan
3. Memperkenalkan pembimbing Mendengarkan
4. Memperkenalkan anak satu persatu Mendengarkan dan saling
dan anak saling berkenalan dengan berkenalan
temannya
5. Kontrak waktu dengan anak Mendengarkan
2 20 menit Kegiatan bermain:
1. menjelaskan cara bermain Mendengarkan
2. Menanyakan pada anak, anak mau Menjawab pertanyaan
bermain atau tidak
3. Membagikan permainan Menerima permainan
4. Memotivasi anak Bermain
5. Mengobservasi anak Bermain
6. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan
3 5 menit Penutup:
1. Menghentikan permainan Selesai bermain
2. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan
3. Menyampaikan hasil permainan Mendengarkan
4. Memberikan hadiah pada anak yang Senang
cepat dalam menyusun puzzle
5. Membagikan hadiah pada semua Senang
anak yang bermain
6. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan
7. Menutup acara Mendengarkan
8. Mengucapkan salam Menjawab salam

G. Waktu Pelaksanaan
Hari/ Tanggal : Senin, 4 Februari 2019
Pukul : 09.00 - 09.30 WIB

H. Hal-hal Yang Perlu Diwaspadai


1. Energi
Dalam melakukan permainan membuthkan energi yang cukup. Anak yang
sedang sakit cenderung malas untuk bermain
2. Waktu
Waktu bermain harus disesuaikan dengan waktu istirahat anak. Anak yang
sedang sakit cenderung memilih untuk beristirahat dari pada bermain
3. Ruangan untuk bermain
Ruangan yang sempit atau terlalu lebar mempengaruhi keinginan anak
untuk bermain
4. Lingkungan
Lingkungan yang terlalu ramai akan mempengaruhi konsentrasi anak
dalam bermian
5. Pengetahuan untuk bermain
Pengetahuan tentang cara melakukan permainan akan mempengaruhi
dalam berlangsungnya permainan
6. Teman bermain
Teman bermain menjadi hal yang sangat penting karena dapat menambah
semangat anak untuk bermain. Kenyamanan proses bermain ditentukan
oleh lawan mainnya. Biasanya anak- anak takut dengan orang yang baru
dikenalnya termasuk perawat
7. Alat permainan
Senang atau tidaknya seorang anak terhadap alat permainan akan
mempengaruhi semangat anak dalam bermain

I. Antisipasi meminimalkan hambatan pengorganisasian


Untuk mengantisipasi hambatan-hambatan dalam terapi bermain, maka
langkah-langkah yang diambil adalah:
1. Saat bermain dilandasi rasa cinta dan kasih sayang juga menikmati
kebahagiaan bersama anak.
2. Dilakukan berjenjang dan berkesinambungan mengikuti tahapan
perkembangan anak.
3. Jika menggunakan alat saat melakukan stimulasi, bisa gunakan alat
sederhana, murah dan mudah didapat, disesuaikan dengan keadaan
setempat.
4. Selalu berikan pujian atas keberhasilan yang dilakukan anak.
5. Tidak memarahi, menghukum, atau memaksa bila anak kurang mampu
melakukan stimulasi.
6. Suasana menyenangkan, bervariasi, dan nyaman sehingga tidak
membosankan.
7. Meminta nasehat petugas bangsal atau CI lahan jika ditemukan kesulitan
dalam mencapai tahapan perkembangan yang sesuai dengan umurnya.

J. System Evaluasi
1. Evaluasi struktur yang diharapkan
a. Alat-alat yang digunakan lengkap
b. Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
2. Evaluasi proses yang diharapkan
a. Terapi dapat berjalan dengan lancar
b. Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
c. Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
d. Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai
tugasnya

3. Evaluasi hasil yang diharapkan


a. Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menghasilkan
satu gambar yang diwarnai, kemudian digantung
b. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
c. Anak merasa senang
d. Anak tidak takut lagi dengan perawat
e. Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai
f. Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas
bermain
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering menimbulkan
pengalaman traumatik, khususnya pada pasien anak yaitu ketakutan dan
ketegangan atau stress hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh berbagai faktor
diantaranya perpisahan dengan orang tua, kehilangan control, dan akibat dari
tindakan invasif yang menimbulkan rasa nyeri. Akibatnya akan menimbulkan
berbagai aksi seperti menolak makan, menangis, teriak, memukul, menyepak,
tidak kooperatif atau menolak tindakan keperawatan yang diberikan.
Bermain adalah salah satu bagian dari kehidupan anak dan salah satu
alat paling penting untuk menatalaksanakan stres karena hospitalisasi
menimbulkan krisis dalam kehidupan anak, dan karena situasi tersebut sering
disertai stress berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan
rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam
menghadapi stress.
Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang
mencerminkan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social anak
tersebut, Salah satunya adalah puzzle

B. Saran
1. Orang tua
Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi
anak agar anak dapat tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang
tepat dapat menjadi poin penting dari stimulus yang akan didapat dari
permainan tersebut. Faktor keamanan dari permainan yang dipilih juga
harus tetap diperhatikan

2. Rumah Sakit
Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat
meminimalkan trauma yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi dengan
menyediakan ruangan khusus untuk melakukan tindakan.
3. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk
mengurangi dampak hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai
dengan tahap tumbuh kembang anak. Karena dengan terapi bermain yang
tepat, maka anak dapat terus melanjutkan tumbuh kembang anak
walaupun dirumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai