3
3
USULAN PENELITIAN
Menyetujui,
Prof. Dr. Ir. Vincentius P. Siregar, DEA Dr. Ir. Jonson L. Gaol, M.Si
NIP. 19561103 198503 1 003 NIP. 19660721 199103 1 009
Mengetahui,
Ketua Departemen
Ilmu dan Teknologi Kelautan
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang
berjudul “Analisis Perubahan Garis Pantai Menggunakan Citra Landsat Di
Pesisir Kabupaten Jepara”. Proposal ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
melakukan penelitian.
Segala bentuk kritik, masukan, dan saran sangat penulis harapkan untuk
kajian evaluasi dan perbaikan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
Emylia Eka K
v
DAFTAR ISI
PRAKATA ............................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... vi
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang ................................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ................................................................................................ 2
METODE ................................................................................................................ 2
Waktu dan Lokasi Penelitian .............................................................................. 2
Alat dan Bahan ................................................................................................... 3
Tahapan Penelitian ............................................................................................. 4
Pengumpulan Data .................................................................................................. 4
Pengolahan Data Citra............................................................................................. 4
Analisis DSAS (Digital Shoreline Analysis System) .............................................. 5
Pengolahan Data Pendukung................................................................................... 5
Koreksi Pasang Surut .............................................................................................. 6
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 7
Kondisi Lingkungan Perairan ............................................................................. 7
Kondisi Angin ......................................................................................................... 7
Kondisi Gelombang ................................................................................................ 8
Kondisi Pasang surut ............................................................................................. 10
Kondisi Arus ......................................................................................................... 10
Perubahan Garis Pantai .................................................................................... 11
Analisis Laju Perubahan Garis Pantai ................................................................... 14
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 16
Simpulan........................................................................................................... 16
Saran ................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 Presentase kecepatan dan arah angin harian selama tahun 2008-2018 ............ 19
2 Angin musiman tahun 2008 – 2018 (i) windrose (ii) Distribusi Frekuensi ...... 19
3 Tinggi dan periode gelombang rata-rata, minimum, maksimum tahun 2008-2018
............................................................................................................................... 21
4 Pasang surut perekaman citra ........................................................................... 22
5 Dokumentasi lapang ......................................................................................... 22
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
citra satelit mengarah pada peningkatan resolusi spasial dan temporal (Li et al.
2003). Penelitian mengenai perubahan garis pantai sudah banyak dilakukan dengan
beberapa metode menggunakan model matematika hingga metode berbasis SIG dan
penginderaan jauh (Dewi 2011). Perubahan garis pantai menggunakan pengolahan
citra satelit dan model transformasi gelombang menunjukkan bahwa pantai
berbentuk tonjolan mengalami abrasi sedangkan pantai yang berbentuk lekukan
mengalami sedimentasi (Triwahyuni 2009).
Penelitian mengenai perubahan garis pantai sangat diperlukan untuk
keperluan perencanaan pengelolaan kawasan pantai agar pembangunan yang
dilakukan tidak berdampak terhadap lingkungan (Sakka et al. 2011). Informasi
perubahan garis pantai di pesisir Kabupaten Jepara masih sangat sedikit. Penelitian
Arddinatarta et al. (2016) menggunakan citra Landsat tahun 2000 dan 2015
menunjukkan adanya perubahan garis pantai di wilayah perbatasan Kabupaten
Jepara karena adanya proses abrasi dan akresi. Hasil penelitian Siregar et al. (2014)
menunjukkan bahwa abrasi yang terjadi di perairan Jepara dalam kurun waktu
2003-2013 sebesar 223.212,72 m2 dengan laju rata-rata tiap tahunnya sebesar
20.292,07 m2/tahun sedangkan perubahan akresi yang terjadi sebesar 39.773,85 m2
dengan laju rata-rata tiap tahunnya 3.615,80 m2/tahun.
Sejauh ini penelitian terbaru mengenai perubahan garis pantai di Kabupaten
Jepara hanya dilakukan hingga tahun 2015. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut mengenai perubahan garis pantai di Kabupaten Jepara.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat perubahan garis pantai di Kabupaten Jepara
dari tahun 2008 - 2018 dengan menggunakan citra Landsat-7 dan Landsat-8.
Tujuan Penelitian
METODE
Alat yang digunakan pada penelitian ini diantaranya, Laptop yang sudah
terinstal aplikasi ENVI 5.3, ArcGIS 10.4.1, WRPlot view, Surfer 10, Ocean Data
View 4, Global Mapper 13, Matlab 7.8, Microsoft Excel, dan Microsoft Word. Alat
yang digunakan pada pengamatan data lapang yaitu kamera untuk dokumentasi,
hand GPS untuk pengambilan ground control point (GCP) dan alat tulis.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tahapan Penelitian
Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan lapang, meliputi data ground
control point (GCP) dan dokumentasi lapang. Data sekunder yang digunakan
meliputi data prediksi pasang surut, data gelombang, data angina dan data arus yang
diperoleh secara online. Data yang digunakan untuk menginterpretasikan
perubahan garis pantai yaitu data citra Landsat 7/ETM path 120 row 64 dan path
120 row 65 akuisisi 20 Juli 2008, data citra Landsat 8 OLI path 120 row 64 akuisisi
14 Agustus 2014 dan akuisisi 25 Agustus 2018 dengan resolusi spasial 30 meter.
Data citra yang digunakan pada penelitian ini yaitu citra Landsat 7/ETM
dan Landsat 8 OLI dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Pengolahan citra diawali
dengan pre-processing koreksi geometrik untuk memperbaiki posisi atau letak
objek agar koordinatnya sesuai dengan koordinat geografi (posisi sebenarnya
dibumi) dengan sistem WGS 1984 SUTM Zona 49S. Selanjutnya dilakukan koreksi
radiometrik untuk mengurangi pengaruh atmosfer yang dapat menurunkan kualitas
citra. Setelah itu dilakukan pemotongan citra sesuai dengan lokasi penelitian.
Penentuan garis pantai pada penelitian ini dengan teknik shoreline
extraction pada citra satelit Landsat 7/ETM dan Landsat 8 OLI. Teknik ini diawali
dengan penentuan Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) menggunakan
komposit band merah dan near infrared (NIR) untuk mengetahui tingkat kehijauan
dan klasifikasi daerah vegetasi. Tahap selanjutnya dilakukan proses Tassaled Cap
menggunakan komposit band biru, hijau, merah, near infrared (NIR), short wave
infrared-1 (SWIR-1), dan short wave infrared-2 (SWIR-2) untuk mengetahui
tingkat kecerahan (brightness), kehijauan (greenness), dan kebasahan (wetness)
dari suatu objek. Nilai NDVI, brightness, greenness, dan wetness digunakan untuk
mengklasifikasikan citra menjadi kelas darat dan laut. Pada tahap classify land and
sea kelas darat bernilai 0 dan laut bernilai 10. Tahap selanjutnya dilakukan shore
boundary untuk mengubah batas antara darat dan laut menjadi garis yang
diinterpretasikan menjadi garis pantai. Tahap akhir yaitu dilakukan overlay
(tumpang susun) garis pantai tahun 2008 sampai 2018 yang selanjutnya digunakan
untuk analisis DSAS (Digital Shoreline Analysis System). Selanjutnya wilayah
kajian dibagi menjadi 4 zona yaitu A, B, C, dan D dengan panjang setiap zona 12
5
Data pendukung yang digunakan pada penelitian ini yaitu angin, gelombang
dan pasang surut. Data angin diolah menggunakan software WRplot untuk
mendapatkan data windrose arah dan kecepatan angin. Nilai tinggi gelombang
diperoleh dari turunan data angin dengan persamaan mengacu pada Haslett (2000).
H = 0.36 x √𝐹
Dimana :
H : Tinggi gelombang (m)
F : Panjang Fetch (m)
m
β
d
d
tanβ = m
Dimana:
tanβ : Kemiringan dasar pantai
d : Kedalaman perairan
m : Jarak titik pengukuran ke kedalaman
Koreksi garis pantai untuk memperoleh garis pantai pada saat ketinggian air
rata-rata atau Mean Sea Level (MSL) dilakukan dengan cara apabila kondisi
perekaman citra pada saat pasang maka posisi garis pantai digeser sejauh x ke arah
laut dan apabila perekaman citra dilakukan pada saat kondisi surut maka posisi garis
pantai digeser sejauh x ke arah darat seperti Gambar 2 (Suhana et al. 2016).
r = (α)/tan β
Gambar 3 Posisi tinggi muka air saat perekaman citra
Diagram alir proses pengolahan data pada penelitian ini disajikan pada
Gambar 4. Proses pengolahan data terdiri dari analisis data gelombang, analisis data
angin, analisis data pasang surut, dan analisis citra.
7
Mulai
Pre-processing citra
Normalized Difference
Vegetation Index
Tassaled cap
Pembuatan transek
Data pendukung
Survei lapang Analisis statistik (gelombang, angin,
pasang surut)
Selesai
Kondisi Angin
Data kecepatan dan arah angin tahun 2008 sampai 2018 diperoleh dari situs
ECMWF (European Centre for Medium-Range Weather Forecast). Data tersebut
ditabulasikan dalam bentuk mawar angin seperti pada Gambar 5 dan dalam bentuk
8
Kondisi Gelombang
Data gelombang tahun 2008 sampai 2018 ditabulasikan dalam bentuk grafik
tinggi dan periode gelombang seperti pada Gambar 6. Gambar tersebut
menunjukkan bahwa dalam periode 10 tahun terakhir, kondisi gelombang di daerah
pesisir Jepara memiliki nilai tinggi dan periode gelombang yang sangat fluktuatif.
Tinggi gelombang maksimum terjadi pada bulan Juli 2015 yang mencapai 1.01 m
dengan periode gelombang 4.62 detik, sedangkan tinggi gelombang minimum
terjadi pada bulan April 2014 yaitu 0.06 m dengan periode gelombang 1.13 detik.
Nilai tinggi dan periode gelombang maksimum, minimum, rata-rata dapat dilihat
pada Lampiran 3. Tinggi gelombang yang terjadi umumnya lebih besar pada bulan
Juni sampai Agustus (Musim Timur) dibandingkan pada bulan Desember sampai
Februari (Musim Barat). Hal ini dikarenakan panjang fetch pada musim timur lebih
besar dibandingkan musim barat. Menurut Baharuddin et al. (2009), karakteristik
gelombang yang dibangkitkan oleh angin dipengaruhi beberapa hal yaitu lama
9
angin bertiup atau durasi angin, kecepatan angin dan fetch (jarak yang ditempuh
oleh angin dari arah pembangkitan).
1.2 5.0
4.5
1.0
4.0
3.5
0.8
3.0
0.6 2.5
2.0
0.4
1.5
1.0
0.2
0.5
0.0 0.0
Jul-08
Jul-09
Jul-10
Jul-11
Jul-12
Jul-13
Jul-14
Jul-15
Jul-16
Jul-17
Jul-18
Jan-08
Jan-09
Jan-10
Jan-11
Jan-12
Jan-13
Jan-14
Jan-15
Jan-16
Jan-17
Jan-18
Tinggi Gelombang (m) Periode Gelombang (det)
Data pasang surut tahun 2008 sampai 2018 diperoleh dari prediksi pasang
surut BIG (Badan Informasi Geospasial). Data tersebut digunakan untuk
mengetahui kondisi perairan pada saat perekaman citra seperti pada lampiran 4.
Hasil prediksi pasang surut selama 30 hari pada bulan Agustus 2018 dapat dilihat
pada Gambar 8. Pasang surut di pesisir Jepara dikategorikan ke dalam tipe pasang
surut tunggal (diurnal), yaitu dalam waktu 24 jam terdapat 1 kali pasang dan 1 kali
surut (Wibisono 2005). Nilai surut terendah yaitu berkisar -0.511 m, pasang tertingi
yaitu berkisar 0.605 m, dan tunggang pasang surut yang terjadi yaitu 1.116 m.
0.8
0.6
0.4
Ketinggian (m)
0.2
-0.2
-0.4
-0.6
Aug/01
Aug/02
Aug/03
Aug/04
Aug/05
Aug/06
Aug/07
Aug/08
Aug/09
Aug/10
Aug/11
Aug/12
Aug/13
Aug/14
Aug/15
Aug/16
Aug/17
Aug/18
Aug/19
Aug/20
Aug/21
Aug/22
Aug/23
Aug/24
Aug/25
Aug/26
Aug/27
Aug/28
Aug/29
Aug/30
Aug/31
Waktu
Kondisi Arus
Data arah dan kecepatan arus di laut Pesisir Jepara tahun 2008 sampai 2017
diperoleh dari situs Copernicus Marine Environment Monitoring Service. Data
tersebut ditampilkan dalam bentuk sebaran arah dan kecepatan arus seperti Gambar
9. Pola sebaran arus di Pesisir Jepara menunjukkan pola yang berbeda dengan pola
angin monsoon. Periode musim barat ketika angin bergerak dari arah barat, kondisi
arus dominan bergerak ke arah barat laut dengan kecepatan berkisar 0.05 – 0.6 m/s,
sedangkan pada periode musim timur ketika angin bergerak dari tenggara, kondisi
arus dominan bergerak ke arah timur dengan kecepatan berkisar 0.01 – 0.21 m/s.
Gambar 9 juga menunjukkan bahwa di Pesisir Jepara terdapat arus sejajar pantai
(longshore current), yaitu gerakan arus yang diakibatkan oleh sudut yang terbentuk
antara gelombang pecah dan garis pantai (Anggraeni et al. 2016). Arus tersebut
11
Tumpang susun (Overlay) garis pantai tahun 2008 sampai 2018 hasil
ekstaksi dilakukan untuk mengetahui perubahan garis pantai di pesisir Jepara. Garis
pantai tahun 2008 digunakan sebagai garis pantai awal untuk melihat seberapa besar
jarak perubahan garis pantai pada tahun 2008 sampai 2018. Garis pantai pesisir
Jepara mengalami perubahan berupa abrasi dan akresi. Hal ini ditunjukkan oleh
perubahan yang terlihat pada Gambar 10, warna merah menunjukkan garis pantai
tahun 2008, kuning tahun 2014, dan biru tahun 2018. Abrasi merupakan proses
pengurangan garis pantai yang dipengaruhi oleh dinamika gerak air laut dan
kegiatan manusia yang bersifat merusak (Lantuit et al. 2010). Sedangkan akresi
merupakan penambahan daratan baru yang cenderung ke arah laut akibat adanya
pengendapan sedimen yang di bawa oleh air laut (Satyanta 2010).
12
Daerah kajian pada penelitian ini dibagi menjadi 4 zona dan masing-masing
dibagi menjadi 3 subzona seperti Gambar 11. Berdasarkan gambar tersebut dapat
terlihat bahwa selama tahun 2008 – 2018 telah terjadi abrasi di satu sisi dan akresi
di sisi lain. Hasil yang diperoleh sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
Siregar et al. (2014) dan Septiangga (2016). Perubahan garis pantai di Pesisir Jepara
dominan terjadi di Kecamatan Kedung pada subzona A1 dan A2 yang menunjukkan
terjadi abrasi, sedangkan di Kecamatan Keling pada subzona D1 dan D2
menunjukkan terjadi akresi, subzona D3 menunjukkan abrasi. Jarak perubahan
garis pantai selama tahun 2008 – 2018 dapat dilihat pada Tabel 2.
13
sehingga dari data gelombang dan arus yang dominan ke arah timur (Gambar 7 dan
Gambar 9) mengakibatkan partikel sedimen tergerus dan terjadi proses abrasi.
Zona B merupakan wilayah Kecamatan Jepara dan Mlonggo dimana pada
wilayah ini terdapat tempat wisata seperti Pantai Kartini, Pantai Bandengan dan
Pantai Bondo. Tahun 2014 di subzona B1 terjadi abrasi sebesar 42.2 m dan
meningkat pada tahun 2018 menjadi 76.89 m. Pada subzona B2 terjadi abrasi yang
tergolong ringan, tahun 2014 terjadi perubahan sebesar 3.63 m dan mengalami
peningkatan pada tahun 2018 menjadi 24.56 m. Pada subzona B3 terjadi abrasi yang
tergolong sangat cepat, tahun 2014 terjadi perubahan sebesar 869.32 m dan
meningkat pada tahun 2018 menjadi 896.1 m. Terdapat perbedaan yang signifikan
pada subzona B2 dan B3. Hal ini disebabkan geomorfologi pantai kedua wilayah
tersebut berbeda. Daerah subzona B2 berbentuk teluk sehingga lebih terlindung dari
dinamika oseanografi seperti gelombang dan arus. Menurut Sakka et al. (2011),
pantai yang berbentuk tonjolan akan mengalami abrasi, sedangkan pantai yang
berbentuk lekukan mengalami akresi.
Zona C merupakan wilayah Kecamatan Bangsri dan Keling dimana pada
wilayah ini terdapat pembangunan PLTU Tanjung Jati B. Tahun 2014 di subzona
C1 terjadi abrasi sebesar 463.57 m dan meningkat pada tahun 2018 menjadi 483.9
m. Pada subzona C3 terjadi abrasi ringan sebesar 24.9 m dan meningkat pada tahun
2018 menjadi 41.33 m. Wilayah zona C menghadap ke arah barat laut dan
merupakan daerah terbuka. Wilayah ini mendapatkan pengaruh dinamika
oseanografi seperti arus dan gelombang secara langsung. Gelombang dan arus
dominan bergerak ke arah barat, sehingga langsung menghantam pesisir subzona
C1 yang megakibatkan terjadinya abrasi. Sedangkan wilayah subzona C3 lebih
terlindungi karena geomorfologi pantainya lebih menjorok ke arah darat.
Zona D merupakan wilayah Kecamatan Keling dimana pada wilayah ini
terjadi proses abrasi di satu sisi dan akresi di sisi lain. Tahun 2014 subzona D1
terjadi akresi sebesar 8.22 m dan meningkat pada tahun 2018 menjadi 11 m. Pada
subzona D2 terjadi akresi yang tergolong cepat, tahun 2014 sebesar 100.68 m dan
menurun pada tahun 2018 menjadi 100.14 m. Pada subzona D3 terjadi abrasi yang
tergolong sangat cepat, tahun 2014 sebesar 905.22 m dan meningkat pada tahun
2018 menjadi 1020.9 m. Proses perubahan ini terjadi dipengaruhi oleh faktor
oseanografi, karena arah arus pada musim timur menuju ke arah timur sehingga
mengakibatkan perpindahan partikel sedimen menuju subzona D1 dan D2.
Gambar 12 Laju perubahan garis pantai tahun 2008 – 2018 di perbesar pada
lokasi A,B,C, dan D
16
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni SK, Satriadi A, Dwi AA. 2016. Karakteristik kecepatan dan arah
dominan arus sejajar pantai (longshore current) di Pantai Larangan
Kabupaten Tegal Jawa Tengah. Jurnal Oseanografi. 5(3) : 390-397.
Arddinatarta M, Sudarsono B, Awaluddin M. 2016. Analisis dampak perubahan
garis pantai terhadap batas pengelolaan wilayah laut Kabupaten Jepara.
Jurnal Geodesi Undip 5(3): 52-60.
Baharuddin, Pariwono JI, Nurjaya IW. 2009. Pola Transformasi Gelombang
Dengan Menggunakan Model RCPWave Pada Pantai Bau Bau, Provinsi
Sulawesi Tenggara. E-Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 1(2):60-
71.
Dahuri R, Rais J, Ginting SP, Stepu MJ. 2008. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah
Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta (ID) : PT Paradya Paramita.
Dewi I P. 2011. Perubahan garis pantai dari pantai Teritip Balikpapan sampai pantai
Ambarawang Kutai Kertanegara Kalimantan Timur [tesis]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Di K, Ma R, Wang J, Li R, 2004. Coastal mapping and change diction using high-
resolution IKONOS satellite imagery. http://shoreline.eng.ohio-state.
edu/research/diggov/DigiGov.html.
Doomkamp JC, King CAM. 1971. Numerical Analysis in Geomorphology. An
Introduction. 1st ed. London (UK): Edward Arnold Ltd.
Ekosafitri KH, Rustiadi E, Yulianda F. 2017. Development of central java’s nothern
coast based on local infrastructure: case study of jepara regency. Journal of
Regional and Rural Development Planning 1(2): 145-157.
Ghosh MK, Kumar L, Roy C. 2015. Monitoring the coastline change of Hatiya
Island in Bangladesh using remote sensing techniques. Journal of
Photogrammetry and Remote Sensing 101: 137-144.
Guariglia A, Buonamassa A, Losurdo A, Saladino R, Trivigno ML, Zaccagnino A,
Colangelo A. 2006. A multisource approach for coastline mapping and
identification of shoreline changes. Annals of Geophys. 49(1):295-304.
Handriani M. 2006. Aplikasi citra Ikonos untuk kajian perubahan garis pantai di
wilayah Ulee Lheue dan Lhok Nga, Provinsi Nangroe Aceh Darusalam, pra
dan pasca tsunami tahun 2004 [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hasslet SK. 2000. Coastal System. New York : Routledge.
Lantuit H, Overdiun PP, Couture N, Wetterich S, Are F, Atkinson D, Brown J,
Cherkashof G, Drozdov D et al. 2010. The arctic coastal dynamics database:
a new classification scheme and statistics on arctic permafrost coastlines.
Estuaries adn coasts. Doi: 10.1007/s12237-010-9362-6.
Li R, Di K, Ma R. 2003. 3D shoreline extraction from IKONOS satellite image.
Marine Geodesy. 26 (1-2): 107-115.
18
Li X, Damen MC. 2010. Coastline change detection with satellite remote sensing
for environmental management of the Pearl River Estuary, China. Journal of
Marine Systems 82(1): 54-61.
Liu H, Jezek KC. 2004. Automated extraction of coastline imagery by integrating
canny edgy detection and locally adaptive thresholding methods.
International Journal of Remote Sensing 25(5): 937-958.
Mujabar PS, Chandrasekar N. 2011. Shoreline change analysis along the coast
between Kanyakumari and Tuticorin of India using remote sensing and GIS.
Geo-Spatial Information Science. 14(4): 282-293.
Restianto. 2011. Kerentanan wilayah pesisir terhadap kenaikan muka laut. Studi
kasus wilayah pesisir utara Jawa Barat [Tesis]. Jakarta (ID): Universitas
Indonesia.
Sakka, Purba M, Nurjaya IW, Pawitan H, Siregar VP. 2011. Studi perubahan garis
pantai di delta sungai Jeneberang, Makassar. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Kelautan Tropis 3(2):112-126.
Sakka, Purba M, Nurjaya IW, Pawitan H, Siregar VP. 2011. Studi perubahan garis
pantai di delta sungai Jeneberang, Makassar. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Kelautan Tropis : 3(2):112-126.
Satyanta P. 2010. Deteksi perubahan garis pantai melalui citra pengindraan jauh
di Pantai Utara Semarang Demak. Jurnal Geografi. 7(1): 30-38.
Septiangga B. 2017. Penginderaan Jauh untuk Pemantauan Dinamika Batas Daerah
Darat di Sebagian Kawasan Pesisir Demak-Jepara [skripsi]. Yogyakarta (ID):
Universitas Gadjah Mada.
Siregar NP, Subardjo P, Setiyono H. 2014. Studi perubahan garis pantai di perairan
Keling Kabupaten Jepara. Jurnal Oseanografi. 3(3): 317-327.
Suhana MS, Nurjaya IW, Metta N, Natih N. 2016. Analisis kerentanan pantai timur
pulau bintan menggunakan digital shoreline analysis dan coastal
vulnerability index. Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. 7(1): 19-24.
Thieler ER, Himmelstoss EA, Zichichi JL, Ergul A. 2009. The Digital Shoreline
Analysis System (DSAS) version 4.0 - an ArcGIS Extension for Calculating
Shoreline Change. U.S. Geological Survey Open-File Report 2008-1278.
Triwahyuni A. 2009. Model perubahan garis pantai Timur Tarakan, Kalimantan
Timur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
USACE. 2003. Slope Stability, Engineering Manual 1110-2-1902. Washington:
Department of the Army, Corps of Engineers.
www.usace.army.mil/inet/usacoe-docs/eng-manuals/em1110-2-1902.
Wibisono MS. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Jakarta (ID) : Grasindo.
19
Lampiran 1 Presentase kecepatan dan arah angin harian selama tahun 2008-2018
Lampiran 2 Angin musiman tahun 2008 – 2018 (i) windrose (ii) Distribusi
Frekuensi
(i) (ii)
(a) Musim Barat
20
(i) (ii)
(b) Musim Peralihan 1
(i) (ii)
(c) Musim Timur
21
(i) (ii)
(d) Musim Peralihan II
14-Aug-14
0.2 25-Aug-14
0 MSL
-0.2
-0.4
-0.6
0:00
1:00
2:00
3:00
4:00
5:00
6:00
7:00
8:00
9:00
10:00
11:00
12:00
13:00
14:00
15:00
16:00
17:00
18:00
19:00
20:00
21:00
22:00
23:00
Waktu