Disusun oleh :
Dewi Asmiati 1611020077
Evi Triyani 1611020082
1
LAPORAN PENDAHULUAN
SISTEM PERNAPASAN
BRONKITIS
A. Definisi
Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai oleh adanya inflamasi bronkus
(Ngastiyah, 2003). Bronkitis adalah suatu infeksi akut saluran besar paru (yaitu trachea dan
bronchus) karena infeksi virus atau bakteri (Catzel dan Robert, 1998).
Bronkitis adalah inflamasi pada saluran nafas yang luas (trakea dan bronkhi) yang kebanyakan
selalu berhubungan dengan infeksi respiratori atas (Wong, 2003).
Bronchitis adalah suatu infeksi saluran pernapasan yang menyebabkan inflamasi yang
mengenai trakea, bronkus utama dan menengah yang bermanifestasi sebagai batuk, dan
biasanya akan membaik tanpa terapi dalam 2 minggu. Bronchitis umumnya disebabkan oleh
Rhinovirus, virus influenza, virus parainfluenza, adenovirus, virus rubella dan paramyxovirus
dan bronchitis biasanya dikaitkan dengan Mycoplasma Pneumonia, bordetella pertussis, atau
corynobacterium diphteriae (rahajoe, 2012).
Klasifikasi bronchitis :
1. Bronchitis akut
Merupakan infeksi saluran pernapasan akut bawah. Ditandai dengan gejala yang
mendadak dan berlangsung lebih singkat. Pada bronchitis ini, inflamasi bronkus
biasanya disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri dan kondisinya diperparah oleh
pemaparan iritasi seperti asap rokok, udara kotor, debu, asap kimiawi dan lainnya.
2. Bronchitis kronis
Ditandai dengan gejala yang berlangsung lama (3 bulan dalam setahun selama 2
tahun berturut-turut). Pada bronchitis kronik, peradangan bronkus tetap berlanjut
selama beberapa waktu dan terjadi obstruksi/hambatan pada aliran udara yang
normal didalam bronkus.
B. Etiologi
Merokok merupakan satu-satunya penyebab kausal yang terpenting. Peningkatan resiko
mortalitas akibat bronkitis hampir berbanding lurus dengan jumlah rokok yang dihisap
setiap hari (Rubenstein, et al., 2007). Polusi udara yang terus menerus juga merupakan
predisposisi infeksi rekuren karena polusi memperlambat aktivitas silia dan fagositosis. Zat-
zat kimia yang dapat juga menyebabkan bronkitis adalah O2, N2O, hidrokarbon, aldehid,
2
ozon. Infeksi Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus
yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak
adalah Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie dan organisme lain seperti
Mycoplasma pneumonia.
Defisiensi alfa-1 antitripsin adalah gangguan resesif yang terjadi pada sekitar 5% pasien
emfisema (dan sekitar 20% dari kolestasis neonatorum) karena protein alfa-1 antitripsin ini
memegang peranan penting dalam mencegah kerusakan alveoli oleh neutrofil elastase
(Rubenstein, et al., 2007).
Terdapat hubungan dengan kelas sosial yang lebih rendah dan lingkungan industri
banyak paparan debu, asap (asam kuat, amonia, klorin, hidrogen sufilda, sulfur dioksida dan
bromin), gas-gas kimiawi akibat kerja. Riwayat infeksi saluran napas. Infeksi saluran
pernapasan bagian atas pada penderita bronkitis hampir selalu menyebabkan infeksi paru
bagian bawah, serta menyebabkan kerusakan paru bertambah.
C. Tanda dan Gejala
Menurut Price (1995), tanda dan gejala klinis yang timbul pada pasien bronkhitis
tergantung pada luas dan beratnya penyakit, lokasi kelainannya dan ada tidaknya
komplikasi lanjut. Ciri khas pada penyakit ini adalah adanya batuk disertai produksi
sputum, adanya haemaptoe dan pneumonia berulang. Tanda dan gejala klinis dapat
demikian hebat pada penyakit berat dan dapat tidak nyata atau tanpa gejala pada penyakit
yang ringan. Tanda dan gejala tersebut yaitu :
a. Batuk produktif
Pada bronkhitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif berlangsung lama,
jumlah sputum bervariasi, umumnya jumlahnya banyak terutama pada pagi hari sesudah
ada perubahan posisi tidur atau bangun dari tidur. Kalau tidak ada infeksi sekunder
sputumnya mukoid, sedangkan apabila terjadi infeksi sputumnya purulen, dapat
memberikan bau yang tidak sedap.
b. Haemaptoe
Terjadi pada 50% kasus bronkhitis, kelainan ini terjadi akibat nekrosis atau
destruksi mukosa bronkhus mengenai pembuluh darah sehingga pembuluh darah pecah
dan timbul perdarahan. Perdarahan yang timbul bervariasi mulai dari yang paling ringan
sampai perdarahan cukup banyak atau massif. Pada bronkhitis kering, haemaptoe justru
3
tanda satu-satunya karena bronkhitis jenis ini letaknya di lobus atas paru, drainasenya
baik, sputum tidak pernah menumpuk dan kurang menimbulkan reflek batuk, pasien
tanpa batuk atau batuknya minimal. Pada tuberkolosis paru dan bronkhitis ini
merupakan penyebab utama komplikasi haemaptoe.
c. Sesak napas atau dyspnea
Pada 50% kasus ditemukan sesak napas. Hal tersebut timbul dan beratnya
tergantung pada seberapa luas bronkhitis yang terjadi dan seberapa jauh timbulnya
kolap paru dan desturksi jaringan paru yang terjadi akibat infeksi berulang (ISPA),
biasanya menimbulkan fibrosis paru dan emfisema. Kadang juga ditemukan suara
mengi (wheezing), akibat adanya obstruksi bronkhus. Mengi dapat lokal atau tersebar
tergantung pada distribusi kelainnya
d. Demam berulang
Bronkhitis merupakan penyakit yang berjalan kronis, sering mengalami infeksi
berulang pada bronkhus maupun paru, sehingga sering timbul demam.
D. Patofisiologi
Serangan bronkhitis disebabkan karena tubuh terpapar agen infeksi maupun non infeksi
(terutama rokok). Iritan (zat yang menyebabkan iritasi) akan menyebabkan timbulnya
respons inflamasi yang akan menyebabkan vasodilatasi, kongesti, edema mukosa, dan
bronkospasme. Tidak seperti emfisema, bronkhitis lebih memengaruhi jalan napas kecil dan
besar dibandingkan alveoli. Dalam keadaan bronkhitis, aliran udara masih memungkinkan
tidak mengalami hambatan. Serangan bronkhitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal
atau dapat timbul kembali sebagai eksaserbasi akut dari bronkhitis kronis. Pada umumnya,
virus merupakan awal dari serangan bronkhitis akut pada infeksi saluran napas bagian atas.
Dokter akan mendiagnosis bronkhitis kronis jika pasien mengalami batuk atau mengalami
produksi sputum selama kurang lebih tiga bulan dalam satu tahun atau paling sedikit dalam
dua tahun berturut-turut.
Pasien dengan bronkhitis kronis akan mengalami:
a. Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronkhus besar sehingga
meningkatkan produksi mukus.
b. Mukus lebih kental
c. Kerusakan fungsi siliari yang dapat menunjukkan mekanisme pembersihan mukus.
4
Pada keadaan normal, paru-paru memiliki kemampuan yang disebut mucocilliary
defence, yaitu sistem penjagaan paru-paru yang dilakukan oleh mukus dan siliari. Pada
pasien dengan bronkhitis akut, sistem mucocilliary defence paru-paru mengalami
kerusakan sehingga lebih mudah terserang infeksi. Ketika infeksi timbul, kelenjar mukus
akan menjadi hipertropi dan hiperplasia (ukuran membesar dan jumlah bertambah)
sehingga produksi mukus akan meningkat. infeksi juga menyebabkan dinding bronkhial
meradang, menebal (sering kali sampai dua kali ketebalan normal), dan mengeluarkan
mukus kental. Adanya mukus kental dari dinding bronkhial dan mukus yang dihasilkan
kelenjar mukus dalam jumlah banyak akan menghambat beberapa aliran udara kecil dan
mempersempit saluran udara besar. Bronkhitis kronis mula-mula hanya memengaruhi
bronkhus besar, namun lambat laun akan memengaruhi seluruh saluran napas.
Mukus yang kental dan pembesaran bronkhus akan mengobstruksi jalan napas
terutama selama ekspirasi. Jalan napas selanjutnya mengalami kolaps dan udara
terperangkap pada bagian distal dari paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan penurunan
ventilasi alveolus, hipoksia, dan acidosis. Pasien mengalami kekurangan 02, iaringan dan
ratio ventilasi perfusi abnormal timbul, di mana terjadi penurunan PO2 Kerusakan
ventilasi juga dapat meningkatkan nilai PCO,sehingga pasien terlihat sianosis. Sebagai
kompensasi dari hipoksemia, maka terjadi polisitemia (produksi eritrosit berlebihan).
Pada saat penyakit bertambah parah, sering ditemukan produksi sejumlah sputum
yang hitam, biasanya karena infeksi pulmonari. Selama infeksi, pasien mengalami
reduksi pada FEV dengan peningkatan pada RV dan FRC. Jika masalah tersebut tidak
ditanggulangi, hipoksemia akan timbul yang akhirnya menuiu penyakit cor pulmonal dan
CHF (Congestive Heart Failure).
5
E. Patways
Factor penyebab virus,
polusi, bakteri
reaksi antibody
peradangan bronkus
penurunan O2 di jaringan
Hipoksia
6
kurang informasi
Kurang pengetahuan
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Analisa gas darah memperlihatkan penurunan oksigen arteri dan peningkatan
karbondioksida arteri
2. Pemeriksaan sinar X thorak dapat membuktikan adanya bronchitis kronik.
3. Pemeriksaan fungsi paru mungkin menunjukan adanya obstruksi jalan nafas.
G. Komplikasi
1. Otitis media akut
Otitis media akut yaitu keadaan terdapatnya cairan di dalam telinga tengah
dengan tanda dan gejala infeksi dan dapat disebabkan berbagai patogen termasuk
Sterptokokus pneumoniae dan Haemophilus influenzae. Mikroorganisme patogen
penyebab bronkhtis menyebar dan masuk ke dalam saluran telinga tengah dan
menimbulkan peradangan sehingga terjadi infeksi.
2. Sinusitis maksilaris
Sinusitis maksilaris yaitu radang sinus yang ada di sekitar hidung yang
disebabkan oleh komplikasi peradangan jalan napas bagian atas dibantu oleh adanya
faktor predisposisi. Infeksi pada sinus dapat menyebabkan bronkhospasme, oedema dan
hipersekresi sehingga mengakibatkan bronkhitis.
3. Pneumonia
7
4. Bronkhitis kronis
5. Pleuritis
Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya pneumonia. Umumnya
pleuritis sicca pada daerah yang terkena.
6. Efusi pleura atau empisema
H. Penatalaksanaan
1. Penyuluhan kepeda klien tentang bahaya merokok
2. Terapi antibiotic terutama pada musim dingin untuk mengurangi insiden infeksi
saluran nafas bawah, karena setiap infeksi akan semakin meningkat pembentukan
mucus dan pembengkakan.
3. Peningkatan asupan cairan dan ekspektoran untuk mengencerkan dahak
4. Pengelolaan sehari-hari untuk mengurangi obstruksi jalan nafas dengan cara
pemberian bronkodilator
5. Istirahat untuk mengurangi kebutuhan oksigen.
Tindakan medis :
1. Jangan beri obat antihistamin berlebih
2. Beri antibiotic jika ada kecurigaan infeksi bacterial
3. Dapat diberi efedrin 0,5-1 mg/KgBB tiga kali sehari
4. Terapi khusus pengobatan
Bronchodilator
Antimikroba
Kortikosteroid
Terapi pernafasan
Terapi aerososl
Terapi oksigen
Penyesuaian fisik
Latihan relaksasi
8
I. Asuhan keperawatan
Pengkajian asuhan keperawatan
Data dasar pengkajian pada pasien dengan bronchitis :
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : Keletihan, kelelahan, malaise, Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari–
hari,Ketidakmampuan untuk tidur, Dispnoe pada saat istirahat.
Tanda : Keletihan, Gelisah, insomnia, Kelemahan umum/kehilangan massa otot.
2. Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda : Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung/takikardia
berat, Distensi vena leher, Edema dependent, Bunyi jantung redup, Warna
kulit/membran mukosa normal/cyanosis Pucat, dapat menunjukkan anemi.
3. Integritas Ego
Gejala : Peningkatan faktor resiko Perubahan pola hidup
Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang.
4. Makanan/cairan
Gejala : Mual/muntah, Nafsu makan buruk/anoreksia, Ketidakmampuan untuk
makan,Penurunan berat badan, peningkatan berat badan.
Tanda : Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat, Penurunan berat badan,
palpitasi abdomen.
5. Hygiene
Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan.
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.
6. Pernafasan
Gejala : Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama minimun 3
bulan berturut – turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun, Episode batuk hilang timbul.
Tanda : Pernafasan biasa cepat, Penggunaan otot bantu pernafasan,
Bentuk barel chest, gerakan diafragma minimal, Bunyi nafas ronchi, Perkusi
hyperresonan pada area paru, Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu –
abu keseluruhan.
9
7. Keamanan
Gejala : Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan, Adanya/berulangnya
infeksi.
8. Seksualitas
Gejala : Penurunan libido.
9. Interaksi sosial
Gejala : Hubungan ketergantungan, Kegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang
dekat, penyakit lama/ketidakmampuan membaik.
Tanda : Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress
pernafasan, Keterbatasan mobilitas fisik, Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga
lain.
J. Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme
bronchus.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe,
anoreksia, mual muntah.
5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit
kronis.
10
K. Intervensi keperawatan
Batuk, tidak efekotif atau Menunjukkan jalan Gunakan alat yang steril
11
menghirup asap rokok, yang dapat menghambat Hentikan suksion dan
perokok pasif-POK, infeksi jalan nafas berikan oksigen apabila
Fisiologis : disfungsi pasien menunjukkan
neuromuskular, hiperplasia bradikardi, peningkatan
dinding bronkus, alergi jalan saturasi O2, dll.
nafas, asma. Airway Management
Obstruksi jalan nafas : Buka jalan nafas,
spasme jalan nafas, sekresi guanakan teknik chin lift
tertahan, banyaknya mukus, atau jaw thrust bila perlu
adanya jalan nafas buatan, Posisikan pasien untuk
sekresi bronkus, adanya memaksimalkan ventilasi
eksudat di alveolus, adanya Identifikasi pasien
benda asing di jalan nafas. perlunya pemasangan alat
jalan nafas buatan
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada
jika perlu
Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara tambahan
Lakukan suction pada
mayo
Berikan bronkodilator
bila perlu
Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl Lembab
Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan
12
status O2
13
Respiratory Monitoring
Faktor faktor yang Monitor rata – rata,
berhubungan : kedalaman, irama dan usaha
è ketidakseimbangan perfusi respirasi
ventilasi Catat pergerakan
è perubahan membran dada,amati kesimetrisan,
kapiler-alveolar penggunaan otot tambahan,
retraksi otot supraclavicular
dan intercostal
Monitor suara nafas,
seperti dengkur
Monitor pola nafas :
bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
Catat lokasi trakea
Monitor kelelahan otot
diagfragma (gerakan
paradoksis)
Auskultasi suara nafas,
catat area penurunan / tidak
adanya ventilasi dan suara
tambahan
Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi crakles dan
ronkhi pada jalan napas
utama
auskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
14
mengetahui hasilnya
15
Usia 5-14 : < 14 atau > 25
Usia > 14 : < 11 atau > 24 Terapi Oksigen
Kedalaman pernafasan Bersihkan mulut, hidung
Dewasa volume tidalnya dan secret trakea
500 ml saat istirahat Pertahankan jalan nafas
Bayi volume tidalnya 6-8 yang paten
ml/Kg Atur peralatan
Timing rasio oksigenasi
Penurunan kapasitas vital Monitor aliran oksigen
Faktor yang berhubungan : Pertahankan posisi
Hiperventilasi pasien
Deformitas tulang Onservasi adanya tanda
Kelainan bentuk dinding tanda hipoventilasi
dada Monitor adanya
Penurunan kecemasan pasien terhadap
energi/kelelahan oksigenasi
Nyeri berdiri
Neuromuskuler bandingkan
16
syaraf tulang belakang
4 Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :
kurang dari kebutuhan tubuh Nutritional Status : Nutrition Management
Definisi : Intake nutrisi tidak food and Fluid Intake Kaji adanya alergi
cukup untuk keperluan Kriteria Hasil : makanan
metabolisme tubuh. Adanya peningkatan Kolaborasi dengan ahli
Batasan karakteristik : berat badan sesuai gizi untuk menentukan
Berat badan 20 % atau dengan tujuan jumlah kalori dan nutrisi
lebih di bawah ideal Berat badan ideal yang dibutuhkan pasien.
Dilaporkan adanya intake sesuai dengan tinggi Anjurkan pasien untuk
makanan yang kurang dari badan meningkatkan intake Fe
RDA (Recomended Daily Mampu Anjurkan pasien untuk
Allowance) mengidentifikasi meningkatkan protein dan
Membran mukosa dan kebutuhan nutrisi vitamin C
konjungtiva pucat Tidak ada tanda Berikan substansi gula
Kelemahan otot yang tanda malnutrisi Yakinkan diet yang
digunakan untuk Tidak terjadi dimakan mengandung tinggi
menelan/mengunyah penurunan berat badan serat untuk mencegah
Luka, inflamasi pada yang berarti konstipasi
rongga mulut Berikan makanan yang
Mudah merasa kenyang, terpilih ( sudah
sesaat setelah mengunyah dikonsultasikan dengan ahli
makanan gizi)
Dilaporkan atau fakta Ajarkan pasien
adanya kekurangan makanan bagaimana membuat catatan
Dilaporkan adanya makanan harian.
perubahan sensasi rasa Nutrition Monitoring
Perasaan BB pasien dalam batas
ketidakmampuan untuk normal
mengunyah makanan Monitor adanya
17
Miskonsepsi penurunan berat badan
Faktor-faktor yang Monitor tipe dan jumlah
berhubungan : aktivitas yang biasa
Ketidakmampuan dilakukan
pemasukan atau mencerna Monitor interaksi anak
makanan atau mengabsorpsi atau orangtua selama makan
zat-zat gizi berhubungan Monitor lingkungan
dengan faktor biologis, selama makan
psikologis atau ekonomi. Jadwalkan
pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan mudah
patah
Monitor mual dan
muntah
Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan kadar
Ht
5 Resiko infeksi NOC : NIC :
Definisi : Peningkatan resiko Immune Status Infection Control (Kontrol
masuknya organisme Knowledge : infeksi)
patogen Infection control Bersihkan lingkungan
Faktor-faktor resiko : Risk control setelah dipakai pasien lain
Prosedur Infasif Kriteria Hasil : Pertahankan teknik
Ketidakcukupan Klien bebas dari isolasi
pengetahuan untuk tanda dan gejala infeksi Batasi pengunjung bila
18
menghindari paparan Mendeskripsikan perlu
pathogen proses penularan Instruksikan pada
Trauma penyakit, factor yang pengunjung untuk mencuci
Kerusakan jaringan dan mempengaruhi tangan saat berkunjung dan
peningkatan paparan penularan serta setelah berkunjung
lingkungan penatalaksanaannya, meninggalkan pasien
Ruptur membran amnion Menunjukkan Gunakan sabun
Agen farmasi kemampuan untuk antimikrobia untuk cuci
(imunosupresan) mencegah timbulnya tangan
Malnutrisi infeksi Cuci tangan setiap
Peningkatan paparan Jumlah leukosit sebelum dan sesudah
lingkungan pathogen dalam batas normal tindakan keperawtan
buatan pelindung
19
Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)
Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan local
Monitor hitung
granulosit, WBC
Monitor kerentanan
terhadap infeksi
Batasi pengunjung
Saring pengunjung
terhadap penyakit menular
Partahankan teknik
aspesis pada pasien yang
beresiko
Pertahankan teknik
isolasi k/p
Berikan perawatan kuliat
pada area epidema
Inspeksi kulit dan
membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
Dorong masukan cairan
20
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Identitas Pasien
Nama : Ny.F
Umur : 60 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh Pabrik
Pendidikan : SD
Alamat : Purbalingga
Tanggal masuk RS : 20 Februari 2019
Tanggal pengkajian : 21 Februari 2019
No. register : 092549
Diagnose : Bronchitis
Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn.D
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Purbalingga
Hubungan dengan pasien : Anak
B. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama : Sesak napas
Riwayat penyakit sekarang
1 hari yang lalu sebelum pasien masuk ke Rumah Sakit, tanggal 18 Februari 2019
pasien mengalami batuk disertai lendir serta sesak napas dan pusing, kondisi ini
semakin parah jika pasien beraktifitas. Kemudian pada tanggal 20 Februari 2019
pasien datang ke IGD RS Purbalingga dengan keluhan sesak napas. Pada saat
dilakukan pengkajian pada 21 Februari 2019 pasien mengeluh sesak napas, nyeri
dada dan ulu hati, sulit tidur, pusing, leher tegang. Nyeri terasa hilang timbul dengan
skala 3 (skala1-10), nyeri dada terasa sampai tulang belakang, nyeri memberat saat
21
pasien beraktivitas dan nyeri terasa berkurang saat pasien beristirahat (berbaring).
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pasien : TD : 130/80 mmHg Nadi : 60x/menit
Respirasi Rate : 27x/menit Suhu : 37,5oC BB : 40 Kg TB : 152 cm
Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan bahwa diriya belum pernah dirawat di rumah sakit
Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit
yang sama seperti apa yang saat ini pasien alami.
Pola kesehatan fungsional
Pola persepsi kesehatan-manajemen kesehatan
DS : Pasien mengatakan kesehatan sangat penting dan apabila pasien sakit
langsung dibawa ke pelayanan kesehatan seperti puskesmas
Pola nutrisi metabolic
DS : pasien mengatakan sebelum sakit nafsu makan baik, makan 3 kali sehari
dan minum 8 gelas sehari. Saat sakit pasien mengatakan nafsu makan berkurang,
makan 1 kali sehari dan minum 4 gelas sehari
DO : makanan yang disediakan RS tidak dimakan habis oleh pasien
Pola eliminasi : pola defekasi dan eliminasi urin
Pola defekasi : pasien mengatakan sebelum dan saat sakit BAB 1x sehari
Pola eliminasi : pasien mengatakan sebelum sakit BAK 4-5x sehari, saat sakit
pasien BAK 3-4x sehari
Pola aktifitas-latihan
Aktifitas 0 1 2 3 4
Makan dan minum V
Mandi V
Toileting V
Berpakain V
Mobilitas diarea tempat V
tidur
Berpindah V
22
Ambulasi/ROM V
Keterangan :
0 : mandiri
1 : dibantu alat
2: dibantu orang lain
3: dibantu alat dan orang lain
4: tergantung
Pola persepsi-kognitif
DS : pasien mengatakan menggunakan alat bantu kaca mata hanya untuk
membaca seperti alquran, koran atau majalah. Untuk panca indra yang lainnya
tidak ada gangguan
DO : pasien dapat merespon rangsangan dengan baik dan dapat menjawab
Pola istirahat
DS : pasien mengatakan sebelum sakit kebutuhan tidurnya tercukupi yaitu 7-8
jam/hari saat sakit pasien mengeluh tidak bisa tidur dan tidur hanya 3 jam
DO : pasien tampak pucat, tampak hitam disekitar mata
Pola persepsi diri/konsep diri
DS : pasien mengatakan ingin segera cepat sembuh dan bisa berkumpul kembali
bersama kelurga
DO : pasien tampak kooperatif saat dilakukan tindakan keperawatan
Polan peran/hubungan
DS : pasien mengatakan dirinya berperan sebagai ibu dan nenek. Pasien
mengatakan memeiliki hubungan yang baik dengan anggota keluarganya.
DO : pasien tampak dikunjungi olrh anggota keluarganya secara bergantian dan
di kunjungi oleh tetangganya.
Pola seksualitas/reproduksi
DS : pasien mengatakan sudah menikah dan mempunyai anak 3
DO : pasien berjenis kelamin perempuan
23
Pola koping/stress
DS : Pasien mengatakan selalu terbuka kepada keluarganya dan berdiskusi setiap
ada masalah.
DO : pasien dirawat atas persetujuan keluarga
Pola nilai/kepercayaan
DS : pasien mengatakan beragama islam
DO : pasien terlihat berdoa untuk kesembuhannya
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : cukup
Tingkat kesadaran : composmentis
GCS : E4V5M6
Postur tubuh : tidak terlihat ada gangguan pada system musculoskeletal
yaitu kifosis, lordosis dan scoliosis
Pemeriksaan tanda-tanda vital
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 60x/menit
Suhu : 37,5oC
Respirasi : 27x/menit
Head to toe
1. Kepala
a. Bentuk :
b. Distribusi rambut : merata
c. Warna rambut : hitam terdapat uban
d. Tekstur rambut : kasar
2. Mata
a. Pupil : simetris
b. Konjungtiva : anemis
c. Edema : tidak ada
d. Sklera : anikterik
e. Penggunaan alat bantu : kaca mata
24
3. Mulut
a. Bentuk : simetris
b. Membrane mukosa : pucat
c. Tekstur : kering
d. Peradangan : tidak ada
4. Leher
a. Distensi vena : tidak ada
b. Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada
c. Pembesaran kelenjar limfe : tidak ada
5. Dada
a. Retraksi : tidak ada
b. Simetris : simetris ka/ki
c. Massa abnormal : tidak ada
d. Bunyi napas tambahan : ronkhi
e. Dyspnea : ada
f. Batuk : ada
g. Respon pasien : tampak sesak
6. Abdomen
a. Pembesaran abdomen : tidak ada
b. Warna kulit abdomen : normal
c. Peradangan : tidak ada
d. Distensi abdomen : tidak ada
e. Nyeri tekan : tidak ada
7. Kulit
a. Sianosis : tidak ada
b. Pucat : ada
c. Edema : tidak ada
d. Tanda peradangan : tidak ada
8. Ekstremitas
Atas : terpasang infus RL 20tpm dan terpasang oksigen
Bawah : bisa digerakkan
25
Kekuatan tonus otot
3 5
4 5
Keterangan :
0 : kontraksi otot tidak terdeteksi
1 : kejapan yang hamper tidak terdeteksi atau bekas kontraksi dengan observasi
atau palpasi
2 :pergerakan aktif bagian tubuh dengan mengeliminasi gravitasi
3: pergerakan aktif hanya melawan gravitasi dan tidak melawanan tahanan
4 : pergerakan aktif melawan gravitasi dan sedikit tahanan
5 : pergerakan aktif melawan tahanan penuh tanpa adanya kelelahan otot
C. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Radiologi
Foto Thorax : tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia
Tes Fungsi Paru-Paru : obstruksi paru
Gas Darah Arteri : paO₂ dan paCO₂ menurun, PH normal
Pemeriksaan Sputum : kental berwarna kuning kehijauan
Volume Residu : meningkat
26
D. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
DS: Broncokontriksi, mocus Pola nafas tidak efektif
Pasien mengeluh sesak
nafas
DO:
Respirasi Rate :
27x/menit
TD : 130/80 mmHg
Ku: lemah
Dispneu
Pernafasan cuping
hidung
27
lebih 3 jam
Pasien mengatakan
tidak tidur siang
DO:
Konjungtiva anemis
Mata cekung
Wajah terlihat lesu
E. Diagnose keperawatan
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Broncokontriksi, mocus
Nyeri akut berhubungan dengan patologis penyakit
Perubahan pola tidur berhubungan dengan sesak nafas
F. Intervensi
Diagnose keperawatan NOC NIC
Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan 1. Mengatur posisi pasien
berhubungan dengan intervensi keperawatan untuk memaksimalkan
Broncokontriksi, mocus selama 2x24 jam ventilasi
diharapkan pasien: 2. Identifikasi pasien
Pasien menunjukan jalan perlunya pemasangan
nafas yang paten, alat jalan nafas buatan
dibuktikan dengan: 3. Pantau TD, nadi, suhu,
Nafas normal dan RR.
Tidak ada ssak 4. Monitor TTV, sebelum
Ku: membaik dan sesudah aktivitas.
RR: 18-20x/menit 5. Identifikasi penyebab
TD: 120/80 mmHg dari perubahan TTV
6. Anjurkan pasien minum
air putih hangat.
7. Colaborasi pemberian
28
terapi nebulizer
Nyeri berhubungan dengan Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian
patologis penyakit intervensi keperawatan nyeri
selama 2x24 jam 2. Gunakan komunikasi
diharapkan pasien mampu: terapiutik untuk
Mengontrol nyeri mengetahui pengalaman
Melaporkan nyeri nyeri
berkurang dengan 3. Ajarkan teknik non
menggunakan farmakologi
manajemen 4. Pantau riwayat alergi
nyeridibuktikan dengan:
Tidak ada nyeri
Skala nyeri 0
29
G. Implementasi
Diagnose Implementasi
Pola nafas tidak efektif berhubungan 1. Mengatur posisi pasien untuk
dengan Broncokontriksi, mocus memaksimalkan ventilasi
2. Mengidentifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan
3. Memantau TD, nadi, suhu, dan RR.
4. Memonitor TTV, sebelum dan sesudah
aktivitas.
5. Mengidentifikasi penyebab dari
perubahan TTV
6. Menganjurkan pasien minum air putih
hangat.
7. Mengkolaborasikan pemberian terapi
nebulizer
Nyeri berhubungan dengan patologis 1. Melakukan pengkajian nyeri
penyakit 2. Mengunakan komunikasi terapiutik
untuk mengetahui pengalaman nyeri
3. Mengajarkan teknik non farmakologi
4. Memantau riwayat alergi
Gangguan pola tidur berhubungan dengan 1. Menjelaskan pentingnya tidur yang
sesak nafas adekuat
2. Menciptakan lingkungan yang
nyaman
3. Memantau kebutuhan pasien tidur
H. Evaluasi
Hari/Tanggal/Waktu No.Dx Evaluasi
Kamis, 22 februari 01 S:
2019, 09.00 WIB Pasien mengatakan masih sesak nafas
30
Pasien mengatakan saat berktivitas masih
sesak
Pasien mengatakan sesak berkurang saat
posisi semi fowller
O:
RR: 26x/menit
Terpasag oksigen 3 lpm
Terapi nebulizer
TD: 130/80 mmHg
S: 36,7 derajat celcius
N: 78 x/menit
A:
Masalah Dx 01 Pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan Broncokontriksi, mocus belum teratasi
P:
Lanjutkan interfensi
Terapi pemberian oksigen
Terapi nebulizer
Pertahankan posisi semi fowler untuk
mengurangi sesak nafas
Jumat, 23 februari 01 S:
2019, 10.00 WIB Pasien mengatakan sesak nafas berkurang
O:
Ku:membaik
Pernafasan teratur
Pasien terlihat rileks
TTV sebelum aktivitas
TD: 120/80 mmHg
N: 78x/menit
S:36,5 derajat
31
RR:23 x/menit
TTV setelah aktivitas
TD: 130/80 mmHg
N: 78x/menit
S:36,5 derajat
RR:24 x/menit
A:
Masalah Dx 01 Pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan Broncokontriksi, mocus teratasi
P: Hentikan intervensi
32
DAFTAR PUSTAKA
33