Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH LOGIKA MATEMATIKA

PROGRAM S1-STATISTIKA
SEMESTER II

DOSEN MATA KULIAH


RENI PERMATA SARI, S.Si.,M.Si

Disusun Oleh:

LIA AYU FRANSISKA NPM:1849201015


NENG LILIS NOVIANTI NPM:1849201013

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA LAMPUNG


BAGIAN I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah


bahwa logika, penalaran dan argumentasi sangat sering
digunakan dalam kehidupan nyata sehari-hari. Merupakan
matakuliah penting terutama bagi Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam seperti Ilmu Komputer. Topik
ini sangat penting karena dapat meningkatkan daya nalar
mahasiswa dan dapat diaplikasikan di dalam kehidupan
nyata dan pada saat mempelajari matakuliah lainnya.

Oleh karena itu, kompetensi yang hendak dicapai


adalah agar para mahasiswa memiliki kemampuan dan
keterampilan dalam hal mengembangkan dan
memanfaatkan logika yang dimiliki serta menambah
pengetahuan tentang matakuliah ini.

B. TUJUAN

Makalah ini disusun dengan maksud untuk memberikan


tambahan pengetahuan sekaligus sebagai tugas matakuliah
itu sendiri.

BAGIAN II
TEORI

1. PENGERTIAN LOGIKA MATEMATIKA


Logika Matematika atau Logika Simbol ialah logika yang
menggunakan bahasa Matematika, yaitu dengan
menggunakan lambang-lambang atau simbol- simbol.
Keuntungan atau kekuatan bahasa simbol adalah: ringkas,
univalent/bermakna tunggal, dan universal/dapat dipakai
dimana-mana.

2. PERNYATAN

Kalimat adalah rangkaian kata yang disusun menurut aturan


bahasa yang mengandung arti. Pernyataan adalah kalimat
yang mempunyai nilai benar atau salah, tetapi tidak sekaligus
benar dan salah (pernyataan disebut juga preposisi, kalimat
deklaratif). Benar diartikan ada kesesuaian antara apa yang
dinyatakan dengan keadaan yang sebenarnya. Perhatikan
beberapa contoh berikut!

1. Kalimat Matematika (Pernyataan)

Perhatikanlah kalimat-kalimat berikut ini.

1. Jakarta adalah ibukota negara

2. 5 adalah faktor dari 64

3. Kilogram adalah satuan berat


4. Ada 13 bulan dalam satu tahun.

Pada kalimat-kalimat di atas pasti kalian dapat mengatakan


kalimat mana yang benar dan mana yang salah. Suatu kalimat
yang dapat dinyatakan benar atau salah, maka kalimat itu
disebut kalimat pernyataan atau disingkat pernyataan.
Pernyataan adalah kalimat yang hanya mempunyai nilai
benar saja atau salah saja.

Contoh Kalimat Pernyataan (Deklaratif)

Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut.

1. Semua bilangan prima adalah bilangan ganjil. Pernyataan


ini bernilai salah, karena ada bilangan prima yang merupakan
bilangan genap, yaitu 2.

2. Jakarta adalah ibukota negara Republik Indonesia.


Pernyataan ini adalah benar, karena Jakarta adalah ibukota
negara.

3. 3 x 5 = 15. Pernyataan ini adalah benar, karena 3 x 5 = 15.


4. Satu tahun terdiri dari 1 bulan. Pernyataan ini adalah salah,
karena 1 tahun itu terdiri dari 12 bulan.

2. Kalimat Terbuka

Untuk memahami kalimat tebuka, perhatikanlah kalimat-


kalimat berikut ini.

1. x + 8 = 14

2. x2 – 3x – 4 = 0

3. y habis dibagi 9

4. Toko itu menjual buku tulis

Dapatkah kalian menentukan kalimat-kalimat di atas benar


atau salah?. Kalimat-kalimat di atas tidak dapat dinyatakan
benar atau salah. Kalimat-kalimat seperti ini bukan suatu
pernyataan.

Apabila nilai x pada kalimat 1 diganti dengan suatu bilangan,


misalnya 6, maka diperoleh pernyataan yang bernilai benar,
karena 6 + 8 = 14.

Tetapi jika x diganti dengan 7, maka akan diperoleh suatu


pernyataan yang salah, karena 7 + 8 14. Kalimat-kalimat
1, 2, 3, dan 4 disebut kalimat terbuka.
Kalimat terbuka adalah kalimat yang masih mengandung
variabel atau peubah yang nilai kebenarannya belum dapat
ditentukan.
Pada kalimat x + 8 = 14, x disebut variabel atau peubah,
sedangkan 8 dan 14 disebut konstanta atau bilangan tetap.
Bilangan 6 yang menggantikan variabel x sehingga kalimat
terbuka tersebut menjadi pernyataan yang bernilai benar
disebut penyelesaian.

Contoh Soal

1. Tentukan nilai kebenaran pernyataan berikut.


a. 13 adalah bilangan prima.
b. Bandung adalah ibukota Jawa Barat.
c. 1 m sama dengan 10 cm.

Penyelesaian:
a. 13 adalah bilangan prima, merupakan pernyataan bernilai
benar.
b. Bandung adalah ibukota Jawa Barat, pernyataan benar.
c. 1 m sama dengan 10 cm, merupakan pernyataan bernilai
salah, karena 1 m sama dengan 100 cm.

2. Tentukan penyelesaian dari kalimat terbuka berikut.


a. x – 3 = 5
b. x adalah bilangan bulat positif kurang dari 20 yang habis
dibagi 5
c. 7a = 28
d. x : 5 = 9

Penyelesaian:
a. pengganti x adalah 8, karena 8 – 3 = 5. Jadi, x = 8 adalah
penyelesaiannya.
b. nilai x yang kurang dari 20 dan habis dibagi 5 adalah 5, 10,
dan 15. Jadi, x = 5, 10, dan 15 adalah penyelesaiannya.
c. 7 x a = 28, pengganti a adalah 4, karena 7 x 4 = 28. Jadi,
untuk a = 4 adalah penyelesaiannya.
d. x : 5 = 9, pengganti x adalah 45, karena 45 : 5 = 9. Jadi, x
= 45 adalah penyelesaiannya.

3. a. Tentukan nilai dari 5 x 12.


b. Dilarang parkir di sini.
c. Seandainya saya dapat tebang ke bulan.
Kalimat-kalimat seperti contoh 3, dalam matematika disebut
bukan pernyataan.

1. Al-Quran adalah sumber hukum pertama umat Islam

2. 4 + 3 = 8

3. Rapikan tempat tidurmu!

Contoh nomor 1 bernilai benar, sedangkan contoh nomor 2


bernilai salah, dan keduanya adalah pernyataan. Kalimat 3 di
atas tidak mempunyai nilai benar atau salah, sehingga bukan
pernyataan.

Kalimat Terbuka adalah kalimat yang belum tentu bernilai


benar atau salah. Kalimat terbuka biasanya ditandai dengan
adanya variabel (peubah). Jika variabelnya diganti dengan
konstanta dalam semesta yang sesuai maka kalimat itu akan
menjadi sebuah pernyataan.

Variabel (Peubah) adalah lambang yang menunjukkan


anggota yang belum tentu dalam semesta pembicaraan,
sedangkan konstanta adalah lambang yang menunjukkan
anggota tertentu dalam semesta pembicaraan. Pengganti
variabel yang menyebabkan kalimat terbuka menjadi
pernyataan yang bernilai benar, disebut selesaian atau
penyelesaian. Contoh kalimat terbuka
1. yang duduk di bawah pohon itu cantik rupanya

2. x + 2 = 8

Pernyataan Majemuk

Logika merupakan sistem matematika artinya memuat unsur-


unsur yaitu pernyataan-oernyataan dan operasi-operasi yang
didefinisikan. Operasi-operasi yang akan kita temui berupa
kata sambung logika (conective logic):

: Merupakan lambang operasi untuk negasi

: Merupakan lambang operasi untuk konjungsi

: Merupakan lambang operasi untuk disjungsi

: Merupakan lambang operasi untuk implikasi

: Merupakan lambang operasi untuk biimplikasi

3. KATA HUBUNG KALIMAT

A. Ingkaran atau Negasi


Ingkaran/Negasi dari suatu pernyataan adalah pernyataan lain
yang diperoleh dengan menambahkan kata ”tidak” atau
menyisipkan kata ”bukan” pada pernyataan semula. Ingkaran
dari suatu pernyataan p disajikan dengan lambang atau –p
atau ~p, dan dibaca: ”tidak p”. Bila peryataan p bernilai
benar, maka ingkarannya bernilai salah dan sebaliknya.
Dengan tabel kebenaran

B. Konjungsi ( )

Konjungsi dua pernyataan p dan q bernilai benar hanya jika


kedua pernyataan komponennya bernilai benar. Dan jika
salah satu atau kedua pernyataan komponennya salah, maka
konjungsi itu salah. Dengan tabel kebenaran
C. Disjungsi/ Alternasi ( )

Disjungsi dari dua buah pernyataan p dan q bernilai benar


asal salah satu atau kedua pernyataan komponennya benar.
Dan jika kedua pernyataan komponennya salah, maka
konjungsi itu salah. (Disjungsi seperti ini disebut disjungsi
inklusif). Dengan tabel kebenaran

D. Implikasi ( )

Bernilai benar jika konsekuennya bernilai benar atau


anteseden dan konsekuen kedua-duanya salah, dan bernilai
salah jika antesedennya bernilai benar, sedangkan
konsekuennya salah. Dengan tabel kebenaran

E. Biimplikasi atau Bikondisional ( )


Biimplikasi bernilai benar apabila anteseden dan
konsekuen kedua-duanya bernilai benar atau kedua-duanya
bernilai salah. Jika tidak demikian maka biimplikasi bernilai
salah. Dengan tabel kebenaran

F. Konvers, Invers, dan Kontraposisi

Dari pernyataan berbentuk implikasi dapat kita turunkan


pernyataan-pernyataan baru yang disebut invers, konvers, dan
kontraposisi.

Implikasi :

Inversnya :

Konversnya :

Kontraposisinya :
G.Bikondisional (Biimplikasi Atau Pernyataan Bersyarat
Ganda)

Pernyataan bikondisional bernilai benar hanya jika


komponen-komponennya bernilai sama. Contoh: Jika p
: 2 bilangan genap (B)
q : 3 bilangan ganjil (B)
maka p ⇔ q : 2 bilangan genap jhj 3 bilangan
ganjil (B)

4. TAUTOLOGI, EKIVALEN DAN KONTRADIKSI

Perhatikan bahwa beberapa pernyataan selalu bernilai benar.


Contoh pernyataan: “Junus masih bujang atau Junus bukan
bujang” akan selalu bernilai benar tidak bergantung pada
apakah junus benar-benar masih bujang atau bukan bujang.
Jika p : junus masih bujang, dan ~p : junus bukan bujang,
maka pernyataan diatas berbentuk p ∨ ~p. (coba periksa nilai
kebenarannya dengan menggunakan tabel kebenaran). Setiap
pernyataan yang bernilai benar, untuk setiap nilai kebenaran
komponen-komponennya, disebut tautologi.

Dua buah pernyataan dikatakan ekivalen (berekivalensi logis)


jika kedua pernyataan itu mempunyai nilai kebenaran yang
sama.
C. Kontradiksi

Setiap pernyataan yang selalu bernilai salah, untuk setiap


nilai kebenaran dari komponen-komponen disebut
kontradiksi. Karena kontradiksi selalu bernilai salah, maka
kontradiksi merupakan ingkaran dari tautologi dan
sebaliknya.

5. KUANTOR

A. Fungsi Pernyataan

Suatu fungsi pernyataan adalah suatu kalimat terbuka di


dalam semesta pembicaraan (semesta pembicaraan diberikan
secara eksplisit atau implisit).

Fungsi pernyataan merupakan suatu kalimat terbuka yang


ditulis sebagai p(x) yang bersifat bahwa p(a) bernilai benar
atau salah (tidak keduanya) untuk setiap a (a adalah anggota
dari semesta pembicaraan). Ingat bahwa p(a) suatu
pernyataan.

B. Kuantor Umum (Kuantor Universal)

Simbol  yang dibaca “untuk semua” atau “untuk setiap”


disebut kuantor umum. Jika p(x) adalah fungsi proposisi pada
suatu himpunan A (himpunan A adalah semesta
pembicaraannya) maka (x  A) p(x) atau x, p(x) atau x
p(x) adalah suatu pernyataan yang dapat dibaca sebagai
“Untuk setiap x elemen A, p(x) merupakan pernyataan
“Untuk semua x, berlaku p(x)”.

1. TAUTOLOGI

Tautologi adalah proporsi majemuk yang selalu bernilai benar


untuk semua kemungkinan nilai kebenaran dari pernyataan-
pernyataan komponennya. Sebuah Tautologi yang memuat
pernyataan Implikasi disebut Implikasi Logis. Untuk
membuktikan apakah suatu pernyataan Tautologi, maka ada
dua cara yang digunakan. Cara pertama dengan
menggunakan tabel kebenaran, yaitu jika semua pilihan
bernilai B (benar) maka disebut Tautologi, dan cara kedua
yaitu dengan melakukan penjabaran atau penurunan dengan
menerapkan sebagian dari 12 hukum-hukum Ekuivalensi
Logika.

Contoh:

Perhatikn argumen berikut:

“Jika Toni pergi kuliah, maka Dini juga pergi kuliah. Jika
Siska tidur, maka Dini pergi kuliah. Dengan demkian, jika
Toni pergi kuliah atau Siska tidur, maka Dini pergi kuliah.”

Diubah ke variabel proposional:


A Toni pergi kuliah

B Dini pergi kuliah

C Siska tidur

Setelah diubah ke bentuk variabel maka diubah ubah lagi


menjadi ekspresi logika yang terdiri dari premis-premis,
sedangkan ekspresi logika 3 adalah kesimpulan.

1). A B (premis)

2). C B (premis)

3). (A ˅ C) B (kesimpulan)

Maka sekarang dapat ditulis: ((A → B) ʌ (C → B)) → ((A V


C) → B

A B C AB C (A ˄(C A˅C (A˅C)


B B B B B B B B B
B B S B B B B B B
B S B S S S B S B
B S S S B S B S B
S B B B B B B B B
S B S B B B S B B
S S B B S S B S B
S S S B B B S B B
Dari tabel kebenaran diatas menunjukkan bahwa pernyataan
majemuk :

((A → B) ʌ (C → B)) → ((A V C) → B adalah semua benar


(Tautologi)

Contoh tautologi dengan menggunakan tabel kebenaran:

1. (p ʌ ~q) p

Pembahasan:

P q ~q (p ʌ ~q) (p ʌ ~q) p
B B S S B

B S B B B

S B S S B

S S B S B

Ini adalah tabel kebenaran yang menunjukkan Tautologi


dengan alasan yaitu semua pernyataannya bersifat benar
atau True (T). maka dengan perkataan lain pernyataan
majemuk (p ʌ ~q) p selalu benar.

1. [(p q) ʌ p] p q

Pembahasan:
[(p q) ʌ p] p
P Q (p q) (p q) ʌ p
q
B B B B B

B S S S B

S B B S B

S S B S B

(1) (2) (3) (4)


(5)

Berdasarkan tabel diatas pada kolom 5, nilai kebenaran


pernyataan majemuk itu adalah BBBB. Dengan perkataan
lain, pernyataan majemuk [(p q) ʌ p] p q selalu benar.

Pembuktian dengan cara kedua yaitu dengan penjabaran atau


penurunan dengan menerapkan sebagian dari 12 hukum-
hukum ekuivalensi logika.

Contoh:

1. (p ʌ q) q

Penyelesaian:

(p ʌ q) q ~(p ʌ q) v q
~p v ~q v q

~p v T

T ………….(Tautologi)

Dari pembuktian diatas telah nampaklah bahwa pernyataan


majemuk dari (p ʌ q) q adalah tautologi karena hasilnya T
(true) atau benar.

Pembuktian dengan menggunakan tabel kebenaran dari


pernyataan majemuk (p ʌ q) q yaitu:

P Q (p ʌ q) (p ʌ q) q
B B B B

B S S B

S B S B

S S S B

Pada tabel diatas nampaklah bahwa kalimat majemuk (p ʌ q)


q merupakan Tautologi.

1. q (p v q)
penyelesaian:

q (p v q) ~q v (p v q)

~q v (q v p)

Tvp

T …………(Tautologi)

C. Kuantor Khusus (Kuantor Eksistensial)

Simbol  dibaca “ada” atau “untuk beberapa” atau “untuk


paling sedikit satu” disebut kuantor khusus. Jika p(x) adalah
fungsi pernyataan pada himpunana tertentu A (himpunana A
adalah semesta pembicaraan) maka (x  A) p(x) atau x!
p(x) atau x p(x) adalah suatu pernyataan yang dibaca “Ada
x elemen A, sedemikian hingga p(x) merupakan pernyataan”
atau “Untuk beberapa x, p(x)”. ada yang menggunakan
simbol ! Untuk menyatakan “Ada hanya satu”.
D. Negasi Suatu Pernyatan yang Mengandung Kuantor

Negasi dari Pernyataan Majemuk


Berikut ini adalah pembahasan tentang negasi pernyataan
majemuk, yaitu negasi suatu konjungsi, disjungsi, implikasi,
dan biimplikasi
1. Negasi Suatu Konjungsi
Karena suatu konjungsi p ∧ q akan bernilai benar hanya jika
kedua komponennya bernilai benar. Maka negasi suatu
konjungsi p ∧ q adalah ~p ∨ ~q; sebagaimana ditunjukkan
tabel kebenaran berikut:

Contoh Soal :
Jika, p : Ima anak pandai, dan
q : Ima anak cekatan.
maka p ∧ q : Ima anak pandai dan cekatan
Pernyataan p ∧ q bernilai benar jika Ima benar-benar anak
pandai dan benar-benar anak cekatan.
Apabila p ∧ q jika di negasikan menjadi ~p ∨ ~q
Maka ~p ∨ ~q : Ima bukan anak pandai atau bukan cekatan
2. Negasi Suatu Disjungsi
Negasi suatu disjungsi p ∨ q adalah ~p ∧ ~q sebagaimana
ditunjukkan tabel kebenaran berikut:

Contoh soal :
Jika p : Persegi memiliki empat sisi
q : empat sudut
maka, p ∨ q : Persegi memiliki empat sisi atau empat sudut
Apabila p ∨ q dinegasikan menjadi ~p ∧ ~q
Maka ~p ∧ ~q : Persegi tidak memiliki empat sisi dan empat
sudut
3. Negasi Suatu Implikasi
Negasi suatu implikasi p ⇒ q adalah p∧~q seperti
ditunjukkan tabel kebenaran berikut ini:
Dengan demikian, p ⇒ q ≡ ~[~ (p ⇒ q)] ≡ ~( p ∧ ~q) ≡ ~p ∨
q
Contoh soal:
Jika, p : Matahari bersinar
q : udara terasa hangat
Jadi, p  q : “Jika matahari bersinar maka udara terasa
hangat”
Apablia p ⇒ q dinegasikan menjadi p∧~q
Maka, p∧~q : matahari bersinar dan udara tidak terasa hangat

Negasi Suatu Biimplikasi


Karena biimplikasi atau bikondisional p ⇔ q ekuivalen
dengan
(p ⇒ q) ∧ (q ⇒ p);
sehingga:
~ (p ⇔ q) ≡ ~[(p ⇒ q) ∧ (q ⇒ p)]
≡ ~[(~p ∨ q) ∧ (~q ∨ p)]
≡ ~(~p ∨ q) ∨ ~(~q ∨ p)]
≡ (p ∧ ~q) ∨ (q ∧ ~p)
Contoh Soal :
p : Saya memakai mantel
q : saya merasa dingin
maka, p  q = “Saya memakai mantel jika dan hanya jika
saya merasa dingin”.
Apabila p  q dinegasikan menjadi (p ⇒ q) ∧ (q ⇒ p)
Maka, (p ⇒ q) ∧ (q ⇒ p) : Jika saya memakai mantel maka
maka saya merasa dingin dan jika saya merasa dingin maka
saya memakai mantel.

Jika p(x) adalah manusia tidak kekal atau x tidak kekal, maka
“Semua manusia adalah tidak kekal” atau x p(x) bernilai
benar, dan “Beberapa manusia kekal” atau x ~ p(x) bernilai
salah. Pernyataan di atas dapat dituliskan dengan simbol :
~ [x p(x)]  x ~ p(x)

E. Fungsi Pernyataan yang Mengandung Lebih dari Satu


Variabel

Didefinisikan himpunan A1, A2, A3, . . ., An, suatu fungsi


pernyataan yang mengandung variabel pada himpunan A1 x
A2 x A3 x . . . x An merupakan kalimat terbuka p(x1, x2, x3,
. . ., xn) yang mempunyai sifat p(a1, a2, a3, . . ., an) bernilai
benar atau salah (tidak keduanya) untuk (a1, a2, a3, . . ., an)
anggota semesta A1 x A2 x A3 x . . . x An.
6. VALIDITAS PEMBUKTIAN

A. Premis dan Argumen

Pernyataan-pernyataan yang digunakan untuk menarik suatu


kesimpulan disebut premis, sehingga suatu premis dapat
berupa aksioma, hipotesa, definisi atau pernyataan yang
sudah dibuktikan sebelumnya.

Sedang yang dimaksud dengan argumen adalah kumpulan


kalimat yang terdiri atas satu atau lebih premis yang
mengandung bukti-bukti (evidence) dan suatu (satu)
konklusi. Konklusi ini selayaknya (supposed to) diturunkan
dari premis-premis.Pernyataan-pernyataan yang digunakan
untuk menarik suatu kesimpulan disebut premis, sehingga
suatu premis dapat berupa aksioma, hipotesa, definisi atau
pernyataan yang sudah dibuktikan sebelumnya.

Sedang yang dimaksud dengan argumen adalah kumpulan


kalimat yang terdiri atas satu atau lebih premis yang
mengandung bukti-bukti (evidence) dan suatu (satu)
konklusi. Konklusi ini selayaknya (supposed to) diturunkan
dari premis-premis.
Validitas Pembuktian (I)

1. Modus Ponen
Premis 1 :pq
Premis 2 :p
Konklusi :q
2. Modus Tolen :
Premis 1 :pq
Premis 2 :~q
Konklusi :~p
3. Silogisma :
Premis 1 :pq
Premis 2 :qr
Konklusi :pr
4. Silogisma Disjungtif
Premis 1 :pq
Premis 2 :~q
Konklusi :p

5. Konjungsi
Premis 1 :p
Premis 2 :q
Konklusi :pq
Artinya : p benar, q benar. Maka p  q benar.
6. Tambahan (Addition)
Premis 1 :p
Konklusi :pq

Artinya : p benar, maka p  q benar (tidak peduli nilai benar


atau nilai salah yang dimiliki q).

7. Dilema Konstruktif :
Premis 1 : (p  q)  (r  s)
Premis 2 :~q~s
Konklusi :~p~r

C. Pembuktian Tidak Langsung

Pembuktian-pembuktian yang telah kita bicarakan di


atas, merupakan pembuktian yang langsung. Berdasarkan
pemikiran ini, jika premis-premis dalam suatu argumen yang
valid membawa ke konklusi yang bernilai salah, maka paling
sedikit ada satu premis yang bernilai salah.
Cara pembuktian ini disebut pembuktian tidak langsung atau
pembuktian dengan kontradiksi atau reductio ad absurdum.
Ringkasannya, kita dapat membuktikan bahwa suatu
pernyataan bernilai benar, dengan menunjukkan bahwa
negasi dari pernyataan itu salah. Ini dilakukan dengan
menurunkan konklusi yang salah dari argumen yang terdiri
dari negasi pernyataan itu dan pernyataan atau pernyataan-
pernyataan lain yang telah diterima kebenarannya.

1. Modus Ponen

Premis 1 : p  q

Premis 2 : p

Konklusi : q

2. Modus Tolen :

Premis 1 : p  q

Premis 2 : ~ q

Konklusi : ~ p

3. Silogisma :

Premis 1 : p  q
Premis 2 : q  r

Konklusi : p  r

4. Silogisma Disjungtif

Premis 1 : p  q

Premis 2 : ~ q

Konklusi : p

5. Konjungsi

Premis 1 : p

Premis 2 : q

Konklusi : p  q

Artinya : p benar, q benar. Maka p  q benar.

6. Tambahan (Addition)

Premis 1 : p

Konklusi : p  q
Artinya : p benar, maka p  q benar (tidak peduli
nilai benar atau nilai salah yang dimiliki q).

7. Dilema Konstruktif :

Premis 1 : (p  q)  (r  s)

Premis 2 : ~ q  ~ s

Konklusi : ~ p  ~ r

LOGIKA PREDIKAT
Abstrak

Telah dibicarakan tentang logika proposisional, dimana


sebagai satuan dasarnya adalah pernyataan logis seperti
misalnya “ Mobil berwarna merah”, “ Rumah bercat
biru”,”Yogyakarta terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta”,
dan dimungkinkan untuk dikompbinasikan dengan operator/
functor “and”, “or”, “implies”,” dan lainnya. Proposisi ini
dapat benar (TRUE) atau salah (FALSE).
Kita tidak dapat berbicara pada obyek dengan level yang
lebih rendah lagi seperti misalnya “Mobil”,”Rumah” dal;am
arti mobil yang mana, rumah seperti apa, dan seterusnya, dan
juga tidak dapat menyajikan variable untuk obyek-obyek
tersebut.
Agar kita dapat berbicara mengenai obyek-obyek level lebih
rendah seperti dimaksudkan diatas maka sampailah kita pada
logika predikat yang banyak dipakai dalam aplikasi praktir.

ISI
 Logika Predikat adalah perluasan dari logika proposisi
dimana objek yang di bicarakan dapat berupa anggota
kelompok.
 Logika proposisi(ingat kembali) menganggap proposisi
sederhana(kalimat) sebagai entitas tunggal
 Sebaliknya, logika predikat membedakan subjek dan
predikat dalam sebuah kalimat.
 Ingat tentang subjek dan predikat dalam kalimat ?

2.1Varibel, Simbol tetapan, Simbol Fungsi , Simbol predikat


Perhatikan proposisi sebagai berikut “ Joko adalah seorang
pelajar”, dan Slamet adalah seorang pelajar” Jelas bahwa
untuk menyajikan kedua pernyataan tersebut diperlukan dua
symbol (variable) yang berbeda , misalnya p dan q . Tetapi
kalau diperhatikan kedua pernyataan tersebut mempunyai
sifat kebersamaan, yaitu bahwa keduanya adalah “ seorang
pelajar ” . Simbol yang digunakan untuk menyajikan kedua
pernyataan tersebut (p dan q) tidak menunjukkan adanya sifat
kebersamaan diantara mereka yaitu sifat “ adalah seoramg
pelajar” yang disebut dengan predikat.
Suatu predikat akan diberi symbol dengan huruf
misalnya P dan untuk obyeknya dengan huruf x maka dapat
disajikan dengan P(x) yang berarti bahwa x mempunyai sifat
P sehingga untuk contoh diatas misalnya Joko disajikan
dengan j dan Slamet dengan s, seorang pelajar dengan P,
maka didapat P(j) dan P(s) yang masing-masing berarti j
bersifat P yaitu Joko bersifat eorang pelajar atau Joko adalah
sorang pelajar.
Sehingga pernyataan seperti dimaksud diatas akan
dituliskan dengan apa yang dikenal dengan suatu bahasa
order-kesatu (first-order language), yang dibangun dengan
himpunan daripada variable-variabel, symbol tetapan, symbol
fungsi dan juga symbol predikat atau symbol relasi.
Bilamana bekerja dengan bahasa order kesatu (first-
order language) maka didalam bayangan kita adalah adanya
himpunan daripada obyek-obyek yang pernyataannya dalam
bahasa tersebut dibicarakan. Ini (yaitu himpunanobyek-
obyek) disebut dengan “Semesta Pembicaraan” (Universe of
Discourse) Contohnya adalah himpunan daripada orang-
orang sebagai suatu semesta pembicaraan juga himpunan
daripada bilangan bulat positive sebagai semesta
pembicaraan.

Bahasa order-kesatu dibangun dengan :


 Varibel ; variable dalam bahasa order-kesatu berjangkau
pada seluruh semesta pembicaraan. Jika berbicara tentang
bilangan positive bulat maka variable x dapat menjangkau
semua bilangan bulat positive, misalnya x dapat bernilai 2,
3 ,dan seterusnya. Jika semesta pembicaraannya adalah
orang-orang maka y dapat menyajikan sebarang orang seperti
misalnya y adalah Ani, atau Rudi dan seterusnya.
 Simbol tetapan ; ia hanya menyajikan satu anggauta
daripada semesta pembicaraan. Misalnya kala semesta
pembicaraannya orang-orang maka symbol c hanya
menyajikan misalnya Siman.
 Simbol Fungsi ; ia merupakan suatu fungsi pada semesta
pembicaraan. Misalnya untuk himpunan bilangan bulat maka
symbol fungsi satu-tempat (fungsi satu variable) f(x) dapat
berupa x – 1, sehingga bilangan bulat x dipetakan pada suatu
bilangan bulat baru x – 1. Untuk simbolo fungsi dua-tempat
(fungsi dua variable) g(x,y) dapat berbentuk x + y. Jika
semesta pembicaraannya orang-orang maka f(x) adalah
fungsi yang jika diberikan seorang x, maka f(x) dapat
diartikan sebagai bapak daripada orang tersebut (sejauh
bapak tersebut berada dalam himpunan yang dibicarakan)
sehingga f(x) boleh dikatakan sebagai “Bapak daripada x “.

Simbol predikat ; suatu symbol yang menyatakan relasi. Ia
dapat dipandang sebagai fungsi yang nilainya adalah salah
satu benar (TRUE) atau salah (FALSE). Argumennya adalah
term daripada bahasa order-kesatu . Term didefinisikan secara
induktif sebagai variable, symbol tetapan atau symbol
fungsiyang diaplikasikan pada term sederhana.[1.6].
Contoh : Suatu predikat R(x) dapat dipandang oleh seorang
programmer mirip sebagai fungsi Boolean (ingat suatu fungsi
Boolean adalah fungsi yang menghasilkan satu dari dua nilai
yaitu 0 atau 1 atau T atau F) dalam bahasa Pascalyang sering
dipakai sebagai suatu pernyataan kodisional. Contoh suatu
predikat adalah :
Contoh Argumen Artinya

Sama(i,j) i dan j adalah bilangan bulat i dan j sama

Saudara-sekandung(Edi,Ani) Dua nama orang Mereka


saudara-sekandung
PPT(f,p,q) Tiga buah bilang- an bulat F adalah pembagi
persekutuan terkecil daripada bilangan bulat p dan q
Seangkatan(Ani, Edi, Joni, Sati, Simin, Paijo, Sipon) Tujuh
nama orang Mereka satu angkatan dalam memasuki
perguruan tinggi.
Jika diberikan suatu bahasa order-kesatu, suatu interpretasi
daripada bahasa tersebut mempunyai suatu domain (atau
semesta pembicaraan) bersama-sama dengan penugasan
khusus daripada symbol tetapan, symbol fungsi dan symbol
predikat pada tetapan aktuil, fungsi dan relasi/predikat dalam
domainnya.
Setiap predikat daripada satu argument adalah suatu
pemetaan (mapping) :
D => {T,F}
Dimana D adalah semesta pembicaraan (atau Domain) ;
Suatu predikat dengan dua argument juga adalah suatu
pemetaan/mapping :
D x D => {T,F}
Nilai kebenaran T dan F dapat diambil sebagai predikat
daripada argument kosong/zero argument
Perhatikan bahwa kesemuanya ini ada kaitannya dengan
pengertian himpunan, karena obyek daripada semesta
pembicaraan harus berbentuk suatu himpunan, yang
memenuhi “H(x)” membentuk suatu subset, yang memenuhi
“H(x) ^ S(x)” membentuk suatu himpunan yang merupakan
interseksi daripada himpunan yang memenuhi “H(x)” dan
“S(x)”.
Jadi Predikat dapat digunakan untuk menuliskan formula
logis dimana obyeknya adalah anggauta daripada suatu
semesta pembicaraan, sebagai contoh :
Orangkaya(orang) -> Dapatbeli(orang,obyek)
(Besar(obyek) -> Kerapatan(obyek)) -> Berat(obyek)
Genap(x) -> Faktor(2,x)
Pasport-UK(x) -> (Lahir-di-UK(x) -> Pasport-
UK(Orangtua(x))
Dengan demikian dengan notasi tersebut diatas kita dapat
bicara tentang obyek dalam semesta pembicaraan kita, dan
juga property mereka disbanding kalau menggunakan
variable level-terendah.

BAGIAN III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Mata Kuliah Logika Matematika mempelajari beberapa hal


yang berkaitan dengan logika, seperti logika secara kalimat,
logika dalam pemrograman dan logika dalam rangkaian
digital.Logika dalam kalimat dinyatakan sebagai proposisi
dan pola-pola argumen/pernyataan logis dengan hukum-
hukum logika.Logika dalam pemrograman diperlihatkan
dengan struktur dasar dari pemrograman dan aliran/kontrol
program dengan flow chart. Logika dalam rangkaian digital
diperlihatkan dengan logika biner dan gerbang-gerbang
logika serta penyederhanaan dalam rangkaian.

B. SARAN

Diharapkan mahasiswa berikutnya dapat mengembangkan


makalah ini supaya lebih sederhana dan lebih mudah
dimengerti. Diharapkan mahasiswa dapat memahamai mata
kuliah logika matematika dan mengaplikasikannya dalam
kehidupan nyata.

Anda mungkin juga menyukai