Anda di halaman 1dari 29

MODUL

MENGGAMBAR TEKNIK

PRAKTIKUM TEKNIK INDUSTRI TERINTEGRASI I

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
MODUL 1
ANTROPOMETRI DESIGN

1.1. TUJUAN PRAKTIKUM


1. Mahasiswa memahami konsep antropometri mampu menerapkannya
2. Mahasiswa mampu Mampu melakukan proses pengukuran dan
pengolahan data antropometri
3. Mahasiswa mampu Mampu menggunakan data antropometri dasar
evaluasi dan perancangan sistem kerja
4. Mahasiswa mampu menganalisa ukuran produk/part berdasar data
antropometri

1.2. LANDASAN TEORI

1.2.1. ERGONOMI
Menurut Nurmantio tahun 1996, ergonomic berasal dari bahasa yunani
yang terdiri dari dua kata yaitu “Ergos” yang memiliki arti bekerja dan “Nomos
yang memiliki arti hukum alam. Sehingga ergonomic dapat didefinikan sebagai
ilmu yang mempelajari mengenai aspek manusia dengan lingkungan kerjanya
yang ditinjau dari segi anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan
desain.
Sedangkan Sutalaksana tahun 1979 menyatakan pengertian ergonomic ialah
bagian dari ilmu yang secara sistematis mempelajari informasi mengenai sifat,
kemampuan, dan keterbatasan manusia yang diaplikasikan dalam merancang
suatu sistem kerja yang dapat menjadikan orang dapat hidup dan bekerja dengan
system yang baik untuk mencapai tujuan efektif, aman, dan nyaman dalam
bekerja.
Di beberapa Negara, pemakaian Istilah ergonomi itu berbeda-beda, misalnya
istilah Arbeltswissenchraft berlaku di Negara Jerman, istilah Bioteknologi,berlaku
di Negara-negara bagian skandinavia dan istilah Human Engineering atau Human
Factors Engineering berlaku untuk dinegara Amerika Utara.
Ergonomi memiliki tujuan utaman yaitu mempelajari keterbatasan yang terdapat
dalam tubuh manusia lingkungan kerjanya baik secara jasmani dan rohani. Tujuan
penerapan ergonomic menurut Tarwaka tahun 2004, yaitu
1) Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental dengan upaya mencegah
penyakit dalam bekerja, menurunnya beban kerja fisik dan mental,
mengoptimalkan kepuasan dalam bekerja.
2) Meningkatkan kualitas kontak social yang berimbas pada peningkatan
kesejahteraan sosial,manajemen kerja yang tepat guna dan penambahan
jaminan sosial pada kurun waktu usia produktif dan usia pensiun.
3) Meningkatkan kualitas kerja dan kualitas hidup yang optimal dengan
menseimbangkan aspek teknik, ekonomis dan social budaya dalam
bekerja.

1.2.2. ANTROPOMETRI DAN PENERAPANNYA


Pengukuran Antropometri berasal dari dua suku kata dalam bahasa latin,
yaitu anthropos dan metron. Anthropos berarti manusia dan metronberarti
pengukuran. Sehingga antropometri dapat diartikan cara mengukur tubuh manusia
(Bridger, 1955). Sedangkan Pulat tahun 1992 mengartikan antropometri ialah
ilmu yang mengukur dimensi tubuh manusia. Tayyari and Smith tahun 1997
menyatakan antropometri adalah ilmu yang mempelajari dimensi dan
karakteristik tubuh manusiaseperti berat, volume, pusat gravitasi, sifat inersia
segmen tubuh, dan kekuatan otot.
Perencanaan fasilitas kerja yang dirancang berdasarkan data antropometri, maka
akan sangat bermanfaat. Alat dan fasilitas kerja yang sesuai dengan dimensi
tubuh penggunanya merupakan syarat yang harus dipenuhi dari segi aspek
ergonomic. Oleh karena itu , produk dirancang harus mengakomodir dimensi
tubuh penggunanyan. (Wignjosoebroto, 1995).
Aplikasi data antropometri dapat dilakukan dalam hal:
1) Design area kerja.
2) Designalatkerja.
3) Designprodukkomersil .
4) Designtempatkerja.
Data antropometri dibutuhkan dalam suatu rancangan produk, karena untuk
mempermudah dan membantu pekerja yang akan menjalankannya. Pada
pengukuran dimensi tubuh secara induvidu tidaklah sulit untuk memperoleh data
antropometri. Hal ini berbeda dengan pengukuran diemnsi tubuh secara populasi.
Terdapat dua jenis pengukuran data antropometri (Wignjosoebroto, 1995)
yaitu:
1) Pengukuran data antropometri statis atau structural Pada beberapa posisi
standar dan tegak sempurna serta tidak bergerak tubuh dilakukan pengukuran
untuk memperoleh data antropometri.
2) Pengukuran data antropometri dinamis atau fungsional Pada posisi tubuh
melakukan fungsi gerakan tertentu yang berhubungan dengan penyelesaian
suatu kegiatan, tubuh dilakukan pengukuran untuk memperoleh data
antropometri.
Pada penerapan data antropometri untuk suatu perancangan, terdapat beberapa
prosedur yang dilakukan (Pulat, 1992; Wickens, et al., 2004), yaitu:
1) Menentukan nilai populasi dari pengguna produk yang akan dirancang. Nilai
populasi setiap orang berbeda-beda menurut jenis kelamin, ras, etnis, umur.
2) Ukur dimensi tubuh berdasarkan data antropomerti yang dibutuhkan dalam
membuat produk.
3) Akomodir prosentase populasi pengguna produk yang dirancang. Karena
produk yang dirancang tidak dapat mengakomodir 100% dimendi tubuh
manusia.
4) Hitung nilai persentil yang mengakomodir populasi pengguna.
5) Tambahkan nilai dari factor kelonggaran pekerja.
6) Simulasikan produk yang dirancang dengan melakukan beberapa tahapan
pengujian.
Manusia padaumumnya akan sangat bervariasi dalam bentuk dan dimensi ukuran
tubuh nya. Hal ini diakrenakan factor usia, ras, jenis kelamin, posisi tubuh.
Untuk memperjelas mengenai data antropometri yang dapat diambil pada
anggota tubuh manusia yang dapat dipalikasikan dalam perancangan produk dan
fasilitas kerja, maka dapat dilihat pada gambar1 dibawah
Gambar 1. Antropometri Manusia
(Sumber: Wignjosoebroto, 1995)

1.2.3. PERSENTILE
Persentile merupakan gambaran yang menunjukkan prosentase suatu
nilaid ari orang yang mempunyai ukuran pada atau di bawah nilai tersebut
(Wignjosoebroto, 2008). Apabila dalam mendesain produk terdapat variasi untuk
ukuran sebenarnya, maka seharusnya dapat merancang produk yang memiliki
fleksibilitas dan sifat mampu menyesuaikan (adjustable) dengan suatu rentangt
ertentu (Wignjosoebroto, 2008). Dalam statistik, distribusi normal dapat
diformulasikan berdasarkan nilai rata-rata dan standar deviasi dari data yang ada
dan digabungkan dengan nilai persentil yang telah ada seperti pada Gambar 2. Di
bawahi ni
Gambar2. Kurva Distribusi Normal dengan DataAntropometri95 Persentil.
(Sumber: Nurmianto, 2005)

Dari nilai tabel probabilitas distribusi normal tersebut, maka ”percentiles”dapat


ditentukan berdasarkan nilai tersebut. Misal persentile95-thitu berarti bahwa
95% dari populasi tersebut berada pada ataud ibawah pada nilai tersebut. Misal
persentile 5-thitu berarti bahwa 5% dari populasi tersebut berada pada atau
dibawah pada nilai tersebut. Untuk rumus menghitung nilai persentile dapat
dilihat Tabel 1 dibawahini (Wignjosoebroto, 2008).
Tabel 1. Persentile Untuk DataBerdistribusi Norma
Percentile Perhitungan

1-st X  2,325
2,5-th X  1,96
5-th X  1,64
10-th X  1,28
50-th X
90-th X  1,28
95-th X  1,64
97-th X  1,96
99-th X  2,325
(Sumber:Wignjosoebroto,2000)
Dalam pokok bahasan Antropometri, 95 persentil berati menunjukkan
populasi ukuran besar dari dimensi manusia, sedangkan 5 persentil berati
menunjukkan populasi ukuran kecil dari dimensi manusia. Sedangkan ukuran
yang dapat diharapkan untuk mengakomodir 95% dari populasi pengguna,
maka rentang 2,5 dan 97,5 persentil dapat digunakan sebagai batas ruang
nilai yang dapat digunakan (Nurmianto,2005).

1.2.4. TUTORIAL PERANCANGAN KURSI ERGONOMI


A. Pengukuran Data Antropometri Pembatik
Pengukuran data antropometri pembatik merupakan Langkah awal yang
harus dilakukan untuk merancang kursi ergonomis pembatik. Data
antropometri pembatik ini diperoleh dengan cara melakukang pengukuran
dari dimensi tubuh pembatik. Dimensi tubuh pembatik yang diukur dalam
perancangan kursi ergonomis antara lain:
1) tinggi popliteal
Tinggi popliteal merupakan pengukuran yang dilakukan dari telapak
kaki bagian bawah sampai dengan paha bagian bawah. Pengukuran
ini dilakukan untuk menentukan ukuran tinggi kursi yang akan
dibuat. Gambar 5 berikut menunjukkan bagian yang diukur untuk
mendapatkan ukuran tinggi popliteal.

Gambar 5. Pengukuran Tinggi Popliteal


2) pantat popliteal
Pantat popliteal merupakan pengukuran yang dilakukan dari pantat
sampai dengan bagian belakang dari lutut atau betis. Pengukuran ini
dilakukan untuk menentukan ukuran panjang alas tempat duduk yang
akan dibuat. Gambar 6 berikut menunjukkan bagian yang diukur
untuk mendapatkan ukuran pantat popliteal.
Gambar 6. Pengukuran Pantat Popliteal
3) Lebar pinggul (LP)
Lebar pinggul merupakan pengukuran yang dilakukan dari pinggul
sebelah kanan sampai dengan pinggul sebelah kiri. Pengukuran ini
dilakukan untuk menentukan ukuran lebar alas tempat duduk yang
akan dibuat. Gambar 7 berikut menunjukkan bagian yang diukur
untuk mendapatkan ukuran lebar pinggul.

Gambar 7. Pengukuran Lebar Pinggul

4) Tinggi Bahu Duduk (TBD)


Tinggi bahu duduk merupakan pengukuran yang dilakukan dari alas
posisi duduk sampai dengan bahuPengukuran ini dilakukan untuk
menentukan ukuran tinggi sandaran kursi yang akan dibuat. Gambar
8 berikut menunjukkan bagian yang diukur untuk mendapatkan
ukuran tinggi bahu duduk

Gambar 8. Pengukuran Tinggi Bahu Duduk


5) Tinggi Siku Duduk (TSD)
Tinggi siku duduk merupakan pengukuran yang dilakukan dari
bagian bawah pantat sampai bagian bawah siku. pengukuran ini
dilakukan untuk menentukan ukuran tinggi sandaran siku kursi yang
akan dibuat. Gambar 9 berikut menunjukkan bagian yang diukur
untuk mendapatkan ukuran tinggi siku duduk

Gambar 9. Pengukuran Tinggi Siku Duduk


Contoh : Tabel 1 Menunjukkan Lembar Pengambilan Data Antropometri
Pembatik
Tabel 1. Lembar Data Antropometri Pembatik
Pembatik Tinggi Pantat Lebar Tinggi Tinggi
(N) Popliteal Popliteal Pinggul Siku Bahu
Duduk Duduk
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Jumlah

Setelah data antropometri pembatik diperoleh, maka selanjutnya data tersebut


diolah untuk menentukan ukuran kursi yang akan dirancang.
B. Pengujian Data Antropometri Pembatik
Data antropometri pembatik yang sudah diperoleh selanjutnya diolah
dengan melakukan berbagai pengujian data, yaitu:
1) Uji Normalitas Data Antropometri pembatik
Dengan bantuan software SPSS, uji normalitas data antropometri
pembatik dilakukan dengan Statistik uji : Uji Kolmogorof-Smirnov.
Ketentuan data antropometri pembatik dikatakan berdistribusi normal
jika: H0 ditolak jika Sig. <. Diketahui H0 : Data berdistribusi normal
dan H1 : Data tidak berdistribusi normal dan  = 0,05
2) Uji keseragaman Data antropometri pembatik
Uji keseragaman data ini bertujuan untuk mengetahui data yang akan
kita gunakan tersebut segaram atau tidak. Karena jika data yang diuji
tidak seragam, maka data tersebut harus dibuang atau diganti. Data
dikatakan seragam jika data berada dalam batas kontrol yang telah
ditetapkan. Persamaan dalam uji keseragaman data yaitu menentukan
besarnya rata-rata dari hasil pengamatan:

X =
 Xi ............................................................................(1)
n
Keterangan:
X = Rata-rata data hasil pengamatan
x i = Data hasil pengukuran ke-i

kemudian menghitung deviasi standar dengan rumus berikut:

 xi  x 
2

 .......................................................(2)
n 1
Keterangan:
 = Standar deviasi dari populasi
n = Banyaknya jumlah pengamatan
terakhir menentukan batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol
bawah (BKB) yang digunakan sebagai pembatas dibuangnya data
ektrim dengan menggunakan rumus berikut:
BKA = X + k  ..............................................................(3)
BKB = X - k  ..............................................................(4)

Keterangan:

X = Rata-rata data hasil pengamatan


 = Standar deviasi dari populasi
k = Koefisien indeks tingkat kepercayaan, yaitu:
Tingkat kepercayaan 0% - 68% harga k adalah 1
Tingkat kepercayaan 69% - 95% harga k adalah 2
Tingkat kepercayaan 96% - 99% harga k adalah 3
3) Uji kecukupan Data antropometri pembatik
Uji kecukupan data ini bertujuan untuk menguji apakah data yang
diambil sudah mencukupi dengan mengetahui besarnya nilai N’.
Apabila N’<N maka data pengukuran dianggap cukup sehingga tidak
perlu dilakukan pengambilan data lagi. Adapun langkah uji kecukupan
data dapat dihitung dengan persamaan 5 berikut:
2
k n n 
 N ( Xi )  ( Xi ) 
2 2

N'   .....................................................(5)
s i 1 i 1
 n 
 ( Xi ) 
 i 1 

Keterangan:
N’ = Jumlah pengamatan yang seharusnya dilakukan
x i = Data hasil pengukuran ke-i
s = Tingkat ketelitian yang dikehendaki
k = Harga indeks tingkat kepercayaan, yaitu:
Tingkat kepercayaan 0 % - 68 % harga k adalah 1
Tingkat kepercayaan 69 % - 95 % harga k adalah 2
Tingkat kepercayaan 96 % - 99 % harga k adalah 3
C. Menentukan Ukuran Persentile
Perhitungan persentile dilakukan untuk menentukan ukuran kursi
ergonomis yang akan dibuat. Sebagai contoh 95-th persentil akan
menunjukkan 95% populasi yang berada pada atau dibawah pada ukuran
tersebut, sedangkan 5-th persentil akan menunjukkan 5% populasi akan
berada pada atau dibawah ukuran itu. Adapun langkah-langkah untuk
menentukan nilai persentile adalah sebagai berikut:

1) Hitunglah nilai rata-rata ( X ) didapat pada pengujian keseragaman


pada data antropometri
2) Hitunglah nilai standar deviasi (  ) yang didapat pada pengujuan
keseragaman data antropometri
3) Kemudian hitung nilai persentile dari tinggi popliteal, pantat popliteal,
lebar pinggul, tinggi siku duduk dan tinggi bahu duduk dengan
persamaan sebagai berikut:
a. Untuk populasi orang dengan ukuran kecil atau pendek maka
digunakan ukuran Persentil 5-th

P5 = x - 1,645  ……………………………………...........(6)
b. Untuk populasi orang dengan ukuran kecil atau pendek dan besat
atau tingggi maka digunakan ukuran Persentil 50-th

P50 = x
…………………………………………………........…...(7)

c. Untuk populasi orang dengan ukuran besar atau tinggi maka


digunakan ukuran Persentil 95-th

P95 = x + 1,645  ……………………………………….......(8)


Setelah perhitungan nilai persentil diperoleh, maka dapat ditampilkan
keseluhan nilai persentile dari dari tinggi popliteal, pantat popliteal, lebar
pinggul, tinggi siku duduk dan tinggi bahu duduk dalam bentuk tabel.
Tabel 2 dibawah ini menunjukkan contoh lembar nilai persentile

Tabel 2. Lembar Nilai Persentile


Persentile (cm)
Pengukuran
5-th 50-th 95-th
Lebar pinggul
Tinggi popliteal
Pantat popliteal
Tinggi siku duduk
Tinggi bahu duduk

D. Menentukan Ukuran Dimensi Kursi


Setelah ukuran persentile dari data antropometri pembatik didapatkan,
maka langkah selanjutnya adalah menentukan ukuran kursi. Adapun
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Tinggi kursi
Untuk menentukan ukuran tinggi kursi ergonimis pembatik, maka
ditentukan dari nilai persentile tinggi popliteal
2) Lebar Alas Kursi
Untuk menentukan ukuran lebar alas kursi ergonimis pembatik, maka
ditentukan dari nilai persentile lebar pantat
3) Panjang Alas duduk Kursi
Untuk menentukan ukuran panjang alas duduk kursi ergonimis
pembatik, maka ditentukan dari nilai persentile pantat popliteal
4) Tinggi Sandaran Siku Kursi
Untuk menentukan ukuran tinggi sandaran siku kursi ergonimis
pembatik, maka ditentukan dari nilai persentile tinggi siku duduk
5) Tinggi Sandaran Punggung Kursi
Untuk menentukan ukuran tinggi sandaran punggung kursi ergonimis
pembatik, maka ditentukan dari nilai persentile tinggi bahu duduk
Untuk lebih memudahkan dalam penentuan ukuran kursi, maka dapat
dibuat dalam bentuk lembar tabel 3 dibawah ini.:

Tabel 3. Lembar Data Ukuran Kursi Ergonomis Pembatik


Ukuran Kursi Nilai (cm)
Tinggi Kursi
Panjang alas duduk Kursi
Lebas alas duduk kursi
Tinggi sandaran siku kursi
Tinggi sandaran punggung kursi

1.3. PERALATAN PRAKTIKUM


Dalam praktikum tentang spesifikasi produk, ada beberapa alat yang harus
disediakan, yaitu :
1. Kursi Antropometri
2. Alat tulis
3. Software SPSS
4. Lembar data Antropometri
5. Meteran dan penggaris

1.4. PROSEDUR PELAKSANAAN PRAKTIKUM


Untuk praktikum Modul 2 (Perancangan Kursi Ergonomi) prosedur
pelaksanaan praktikum meliputi:
1. Mahasiswa mengukur data antropometri untuk perancangan kursi
2. Mahasiswa melakukan pengujian data antropometri
3. Mahasiswa menentukan persentile
4. Mahasiswa menentukan dimensi kursi ergonomi
1.5. LUARAN PMT 1 MODUL 1
Luaran yang dihasilkan Modul 1 Spesifikasi Produk yaitu
1. Design perancangan kursi ergonomi
2. Analisa ukuran berdasarkan data antropometri

1.6. FORMAT LAPORAN


BAB I PENDAHULUAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
3.1. Pengumpulan Data Part / Komponen
3.2. Desain 2 Dimensi Produk
3.3. Desain 3 Dimensi Produk
BAB IV ANALISA
4.1. Analisisspesifikasi produk
4.2. Analisis rancangan berdasarkan antropometri
BAB V PENUTUP
MODUL 2
SPESIFIKASI DESIGN PRODUK

1.1. TUJUAN PRAKTIKUM


1. Mahasiswa memahami konsep reverse engineering dan mampu
menerapkannya
2. Mahasiswa mampu melakukan disassembly produk
3. Mahasiswa mampu mengukur part dengan alat ukur yang benar dan
menentukan toleransi
4. Mahasiswa mampu menggambar teknik part/produk secara manual
maupun dengan software CAD (Computer Aided Design)
5. Mahasiswa mampu menganalisa ukuran produk/part berdasar data
antropometri

1.2. LANDASAN TEORI

1.2.1. REVERSE ENGINEERING


Engineering adalah proses mendesain, memanufaktur, merakit, dan
merawat produk atau sistem. Ada dua jenis engineering yaitu forward engineering
dan reverse engineering. Forward engineering adalah proses tradisional yang
dimlai dari desain logis ke implementasi fisik pada suatu sistem. Dalam beberapa
situasi, dimungkinkan adanya produk/part yang tidak memiliki detail teknis,
seperti gambar, bill-of-material, atau tapa data engineering. Proses duplikasi dari
part, subassembly, produk yang sudah ada tanpa gambar, dokumentasi, atau model
komputer disebut dengan reverse engineering. Reverse engineering juga
didefinisikan sebagai proses untuk mendapatkan model geometris dari titik 3
dimensi dari proses scanning/digitizing produk yang telah ada.

Gambar 1. Objek fisik ke digital


Beberapa alasan menggunakan reverse engineering:
a. Pabrik pembuat produk aslinya sudah tidak ada lagi sementara costumer
membutuhkan part/produk tersebut (contoh: spare part pesawat terbang)
b. Pabrik pembuat produknya tidak lagi memproduksi produk tersebut
c. Dokumen desain produk asli hilang atau tidak pernah ada

Gambar 2. Proses Umum reverse engineering

1.2.2. PENGUKURAN
Pengukuran adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk
menentukan nilai suatu besaran dalam bentuk angka (kuantitatif). Jadi mengukur
adalah suatu proses mengaitkan angka secara empiric dan objektif pada sifat-sifat
objek atau kejadian nyata sehingga angka yang diperoleh tersebut dapat
memberikan gambaran yang jelas mengenai obyek atau kejadian yang diukur.
Dengan melakukan proses pengukuran dapat:
a. Membuat gambaran melalui karakteristik suatu obyek atau prosesnya
b. Mengadakan komunikasi antar perancang, pelaksana pembuatan, penguji
mutu dan berbagai pihak yang terkait lainnya
c. Memperkirakan hal-hal yang akan terjadi
d. Melakukan pengendalian agar sesuatu yang akan terjadi dapat sesuai dengan
harapan perancang.
Macam-macam alat ukur
a. Penggaris T
Sebuah penggaris T terdiri dari sebuah kepala dan sebuah daun. Penggaris
T dapat digunakan untuk menarik garis-garis horizontal dengan menekankan
kepalanya pada tepi kiri dari meja gambar, dan menggesernya keatas atau ke
bawah. Supaya hasil dari garis-garis horizontal dapat sejajar dengan benar,
kepala dari penggaris ini harus betul-betul diikat pada daunnya

Gambar 3. Penggaris T dan Penggaris Segitiga

b. Penggaris Segitiga
Sepasang segitiga terdiri dari segitiga siku sama kaki dan sebuah segitiga
siku 600. Ukuran segitiga ini ditentukan oleh panjang 1, dan berkisar antara
100 sampai 300 mm.
c. Mistar Skala
Mistar skala dibuat dari kayu atau plastik, yang panjangnya pada
umumnya adalah 300 mm. Disamping ini terdapat pula mistar skala dengan
penampang segitiga dengan ukuran yang diperkecil.

Gambar 4. Mistar Skala


d. Busur Derajat
Busur derajat dibuat dari plastik atau aluminium. Biasanya busur
derajat ini mempunyai garis-garis pembagi dari 0 sampai dengan 1800.
Alat ini digunakan untuk mengukur sudut atau membagi sudut.

Gambar 5. Busur Derajat


e. Nonius

Gambar 6. Skala nonius


Banyak alat ukur dilengkapi dengan nonius. Alat bantu ini membuat alat
ukur berkemampuan lebih besar, karena jarak antara dua garis skala
bertetangga seolah-olah menjadi lebih kecil. Biasanya pembagiuan skala
utama dan nonius adalah :

9 bagian skala ukur – 10 bagian skala nonius


Selanjutnya marilah kita lihat hasil pengukuran lain dengan alat bantu
nonius tersebut seperti yang ditunjukkan pad gambar. Skala 0 pada nonius
tidak berimpit dengan salah satu angka pada skala alat ukur, melainkan
terletak antara kedudukan 8.4 dan 8.5. Dalam pengukuran ini kita yakin bahwa
harga X yang diukur adalah lebih besar dari 8.4 tetapi lebih kecil dari 8.5.
Berapakah harga X emnurut hasil pembacaan ini ? Cobalah anda perhatikan
Gambar 2 lebih teliti lagi. Ternyata salah satu garis skala nonius yang berimpit
dengan skala alat ukur yaitu skala ke-6 dari skala nonius. Dalam keadaan
pengukuran semacam ini menunjukkan bahwa harga X yang diukur adalah
8.46.
f. Jangka Sorong
Jangka sorong merupakan suatu alat pengukuran yang cepat dan relatif
teliti untuk mengukur diameter dalam, luar dan dalam suatu tabung, yang
memiliki bentuk seperti gambar 1 di bawah ini.

Gambar 7.Jangka Sorong


g. Mikrometer Sekrup
Mikrometer Sekrup dipergunakan untuk mengukur panjang benda yang
memiliki ukuran maksimum 2,50 cm, dan bentuk mikrometer sekrup
ditunjukkan pada gambar 2. Alat ukur ini mempunyai batang pengukur yang
terdiri atas skala dalam milimeter, dan juga sekrup berskala satu putaran
sekrup besarnya sama dengan 0.5 mm dan 0.5 mm pada skala utama dibagi
menjadi 100 skala kecil yang terdapat pada sekrup.
Gambar 8. Mikrometer Sekrup

1.2.3. MENGGAMBAR TEKNIK


a. Alat dan bahan konvensial
i. Kertas
Kertas gambar yang dipergunakan mempunyai ukuran-ukuran yang telah
dinormalisasikan. Ukuran yang paling banyak dipergunakan adalah seri
A. Seri A ini mempunyai ukuran standar yang dinyatakan dengan
membubuhkan 0 (nol) di belakang huruf A, dan ukuran-ukuran yang
lebih kecil dengan membubuhkan angka 1 hingga angka 4. Ukuran
standar, yaitu A0, mempunyai luas 1 m2, dengan perbandingan panjang
terhadap lebar sebagai :1 . Ukuran-ukuran berikutnya diperoleh dengan
membagi dua ukuran yang mendahuluinya. Misalnya ukuran A3
mempunyai setengah ukuran A2, dan seterusnya.. Untuk membaca
ukuran kertas gambar pada sisi panjangnya diletakkan mendatar. Kecuali
untuk kertas ukuran A4, yang sisi panjangnya diletakkan vertikal.
Ukuran kertas gambar dari seri A dapat dilihat pada Tabel 1 berikut
ukuran garis tepi dari masing-masing ukuran kertas.
Tabel 1. Lambang dan ukuran kertas gambar.
Ukuran kertas A0 A1 A2 A3 A4
841 x 594 420 x 297 x 210 x
A x b (mm)
1189 x841 594 420 297
c min 20 20 10 10 10
Tanpa tepi
20 20 10 10 10
jepit
d min Dengan
25 25 25 25 25
tepi jepit
Macam-macam kertas:
 Kertas gambar putih (manila/padalarang), kertas sketsa dan
kertas milimeter : digunakan untuk gambar tata letak yang
digambar dengan pensil.
 Kertas kalkir : digunakan untuk gambar asli, yang kemudian
dapat dibuat gambar cetak biru (blue print) atau cetak kontak
(contact print).
 Film gambar : digunakan untuk mendokumentasikan gambar yang
teliti dan keawetannya sangat diperlukan, serta tidak boleh memuai
atau menyusut.

ii. Pensil dan pena


Menggambar teknik dengan pensil lebih baik menggunakan pensil
mekanik yang bisa diisi ulang (refill). Pensil mempunyai tingkat
kekerasan dan aturan penggunaan pada jenis kertas gambar. Tingkat
kekerasan pensil dimulai dari 9H (sangat keras) hingga 8B (sangat
lunak). Sedangkan pada penggunaannya untuk membuat :
 Garis bantu : menggunakan 2H
 Garis : menggunakan F
 Tulisan, garis penuh tebal : menggunakan HB
Untuk menggambar diatas kertas atau kertas kalkir dapat menggunakan
pensil mekanik isi ulang dengan ketebalan 0,3 mm dan 0,5 mm. Pensil
mekanik isi ulang tidak perlu meraut atau meruncingkan pensil. Dan bila
digunakan untuk menarik garis akan diperoleh ketebalan yang sama.
Pena gambar yang digunakan untuk gambar kerja menggunakan
ketebalan 0,25 putih; 0,35 kuning; 0,50 coklat dan 0,70 biru.

Gambar 9. Pensil Mekanik isi ulang


Gambar 10. Pena (Rapido)
Pena gambar terutama digunakan untuk menggambar diatas kertas
transparan. Tinta yang dipakai harus bebas radiasi ultra violet agar tidak
menimbulkan hambatan.
iii. Jangka
Ada tiga macam jangka yang digunakan untuk menggambar, tergantung
besar kecilnya lingkaran yang akan digambar. Jangka besar untuk
menggambar lingkaran dengan diameter 100 – 200 mm, jangka
menengah untuk lingkaran dari 20 – 100 mm, dan jangka kecil untuk
lingkaran 5 – 30 mm. Disamping itu terdapat sebuah jangka untuk
membuat lingkaran dengan jari-jari kecil, seperti misalnya untuk
pembulatan. Ada dua macam jangka yaitu jangka pegas dan jangka
orleon.

Gambar 11. Macam-macam Jangka


iv. Sablon (Mal)
Sablon atau mal digunakan untuk menggambar teknik elektro antara
lainnya. Penggaris sablon meliputi : mal lengkungan, mal bentuk, mal
huruf dan mal untuk simbol-simbol elektro dan elektronika.
Gambar 12. Macam-macam Sablon (Mal)

b. Menggambar
i. Menggambar garis lurus
Menarik garis dilakukan dengan cara garis lurus mendatar ditarik dari
kiri ke kanan, sedangkan garis vertikal ditarik dari bawah ke atas. Garis
sembarang ditarik dari kiri ke kanan.
Gambar 13. Cara Menggambar Garis Lurus (a) Arah menarik garis lurus
(b) Garis horisontal (c) Garis vertikal

ii. Menggambar lingkaran


 Lingkaran kecil dapat digambar dengan sablon lingkaran, sedangkan
lingkaran besar dilakukan dengan dua tahap.
Garis sumbu
Sablon

Garis sumbu

Tanda

Gambar 14.
Sablon Lingkaran.
Tanda-Tanda Harus Berimpit dengan Garis Sumbu.

 Dalam menggunakan jangka harus diusahakan kedua kakinya

Berhenti

Mulai

berdiri tegak lurus untuk menghasilkan tebal garis yang sama.

Gambar 15. Cara menggunakan jangka

 Cara penarikan garis lurus menggunakan pena. Garis-garis tegak


digambar dari kiri ke kanan, dan semua garis vertikal dari atas ke
bawah. Dengan demikian garis-garis mendapat cukup waktu untuk
mengering, dan kemungkinan merusak garis akan berkurang. Garis
yang kering juga diperlukan untuk garis yang berpotongan.
 Mulut pena pada sisi-sisinya harus sering dibersihkan, sebelum dan
setelah selesai harus selalu dibersihkan.
Pena gambar mempunyai ujung dengan bermacam-macam ukuran,
seperti pensil mekanik. Pena gambar biasa disebut dengan Rapido.

Gambar 16. Cara Menggambar Lingkaran

Gambar 17. Cara Penggunaan Mal.

Garis lengkung digambar dengan bantuan mal. Bagian luar maupun


bagian dalam dari mal dapat digunakan. Pada umumnya garis
lengkung tidak dapat diselesaikan dengan satu tarikan. Bagilah garis
lengkung tersebut dalam bagian-bagian yang cocok dengan mal.
Bagian-bagian tersebut satu dengan yang lain harus sambung-
menyambung, sehingga diperoleh sebuah garis lengkung yang licin
(smooth).

iii. Meninta gambar


Langkah-langkah yang harus diperhatikan untuk mendapatkan hasil
gambar yang baik :
 Isilah pena dengan tinta secukupnya. Terlalu banyak atau sedikit
akan menghasilkan garis yang tidak sama.
 Utamakan gambar lingkaran, busur lingkaran atau garis lengkung.

Gambar 18. Cara meninta gambar

Gambar 19. Macam-macam pena rapido

1.2.4. TUTORIAL CAD SOFTWARE - SOLIDWORK


(Terlampir)

1.3. PERALATAN PRAKTIKUM


Dalam praktikum tentang spesifikasi produk, ada beberapa alat yang harus
disediakan, yaitu :
1. Alat bantu dan alat ukur seperti: mistar, busur derajat, jangka sorong,
micrometer sekrup
2. Alat tulis
3. Software CAD (Solidwork / AutoCAD / dll)
4. Tabel data Antropometri

1.4. PROSEDUR PELAKSANAAN PRAKTIKUM


Untuk praktikum Modul 1 (spesifikasi produk) prosedur pelaksanaan
praktikum meliputi:
1. Mahasiswa men-disassembly (lepas rakit) produk yang telah ditentukan
2. Mahasiswa melakukan pengukuran terhadap part produk
3. Mahasiswa menentukan toleransi terhadap masing-masing dimensi part
4. Mahasiswa melakukan evaluasi ukuran berdasarkan data antropometri
5. Mahasiswa menggambar teknik baik secara manual maupun dengan
menggunakan software (CAD)

1.5. LUARAN PMT 1 MODUL 1


Luaran yang dihasilkan Modul 1 Spesifikasi Produk yaitu
1. Gambar teknik part dan produk dengan ukuran baik manual maupun
software (CAD)
2. Toleransi masing-masing part
3. Analisa ukuran berdasarkan data antropometri

1.6. FORMAT LAPORAN


BAB I PENDAHULUAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
3.1. Pengumpulan Data Part / Komponen
3.2. Desain 2 Dimensi Produk
3.3. Desain 3 Dimensi Produk
BAB IV ANALISA
4.1. Analisisspesifikasi produk
4.2. Analisis rancangan berdasarkan antropometri
BAB V PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai