Anda di halaman 1dari 34

Pajak Penghasilan

Outline

Perkembangan Pengertian
Pendahuluan
PPh PPh

Karakteristik Subjek &


PPh Non Subjek

2
Pendahuluan

Aturan Main

3
Pendahuluan

Penilaian

NO NILAI ANGKA NILAI NILAI PRESTASI


40% 30% UTS

1 86,00 – 100 A 4,00 UAS


Aktivitas
2 80,00 – 85,99 A- 3,70
30%
3 75,00 – 79,99 B+ 3,30
4 70,00 – 74,99 B 3,00
5 66,00 – 69,99 B- 2,70
6 61,00 – 65,99 C+ 2,30
7 56,00 – 60,99 C 2,00
8 41,00 – 55,99 D 1,00
9 0 – 40,99 E 0
4
Pendahuluan

Pustaka
UU KUP

UU PPh

Panduan Komprehensif
PPh (Prof Gunadi)

Aturan Pelaksanaan lain

5
Pendahuluan

PERKENALAN

YOHANES WHIMPI HARDONO JATI


19870308 200812 1 002
KLATEN, 08 MARET 1987

081313888803
yohanes.whj@gmail.com
yohanes.whimpi@pajak.go.id

6
Perkembangan PPh

Sejarah Pajak atas Penghasilan

UU PBDR Perppu
Ordonansi PPs 1925 Ordonansi PPd 1944 UU 8/1967 12/1959 – UU
10/1970

• Subjek: Badan • Subjek: OP • MPS – MPO • Perkembangan


• Objek: laba • SPDN (domisili) & • Semi Self investasi (bunga,
material SPLN (sumber) Assessment deviden, royalty)
• Tarif Umum & • Objek: • Menjadi
Khusus pendapatan pembayaran
• Official • Tarif Umum pajak dimuka
Assessment (SKP) (progresif) & • Sistem
Khusus pemotongan
• Official
Assessment (SKP)

7
Perkembangan PPh

Sejarah Pajak atas Penghasilan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan


Berlaku sejak 1 Januari 1984 (Tax Reform)

8
Perkembangan PPh

Sejarah Pajak atas Penghasilan

Ordonansi
Ordonansi PPs
PPd

UU
10/1970

UU 6/1983 & UU 7/1983

9
Perkembangan PPh

Latar Belakang Tax Reform 1983

Pajak untuk memenuhi


kepentingan penjajah => dijiwai
Warisan Belanda Pancasila & UUD ’45 =>
kemakmuran bangsa

Kemerdekaan dan Azas pemerataan, keadilan,


kepastian hukum dan
Kedaulatan Indonesia pertumbuhan ekonomi

Performa Otoritas Pajak dan Mengoptimalkan penerimaan


pegawainya kurang baik negara dari pajak

10
Perkembangan PPh

Latar Belakang Tax Reform 1983


Sebelum Setelah Tax
Tax Reform Reform

11
Perkembangan PPh

SetelahTax Reform 1983


Dilakukan Pemisahan Peraturan mengenai ketentuan formil dan materiil:
UU KUP : Ketentuan Formil
UU PPh : Ketentuan Materiil

Pengenaan Pajak Penghasilan tidak lagi berdasarkan azas sumber atau laba tetapi
didasarkan pada penghasilan dalam arti yang luas (broad-based taxation)

Ruang lingkup Pengenaan Pajak Penghasilan:


WP dalam Negeri : World Wide Income
WP Luar Negeri : Penghasilan dari Indonesia saja
Sistem Pemungutannya bersifat Self Assessment & Withholding

12
Perkembangan PPh

SetelahTax Reform 1983


Setelah Reformasi Mulai berlaku
UU Nomor 7 tahun 1983
1 Januari 1984
dengan nama “UU PPh 1984”
Diubah dengan
1. UU Nomor 7 Tahun 1991 1 Januari 1992

2. UU Nomor 10 Tahun 1994 1 Januari 1995

3. UU Nomor 17 Tahun 2000 1 Januari 2001

4. UU Nomor 36 Tahun 2008 1 Januari 2009

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan


sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang
Nomor 36 Tahun 2008
13
Perkembangan PPh

Sistematika UU PPh

14
Perkembangan PPh

SetelahTax Reform 1983


Ketentuan Formil Undang-Undang KUP

Hukum pajak formal (formil) ialah hukum pajak yang memuat ketentuan-ketentuan
mengenai tata cara agar pajak yang terutang menjadi kenyataan sehingga sampai
masuk ke kas negara.

Hukum pajak formal memuat ketentuan tentang tata cara, hak, dan kewajiban wajib
pajak serta sanksi jika kewajiban tersebut tidak dijalankan sebagaimana mestinya.

Disebut Juga Hukum Acara.

Contoh:
- Cara mendaftarkan diri untuk diterbitkan NPWP
- Cara membayar pajak
- Cara melaporkan penghitungan dan pembayaran pajak
- Sanksi-sanksi jika kewajiban tersebut tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya

15
Perkembangan PPh

SetelahTax Reform 1983


Hukum pajak
materil mengatur • Subjek Pajak Dapat dihitung
Ketentuan
tentang hal-hal • Objek Pajak besarnya pajak
Materiil
substantif • Tarif Pajak terutang
pemungutan pajak
Sumber Hukum

Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Tentang PPh Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (Tax Treaty)

1. Undang-Undang / PERPPU Perjanjian perpajakan antara dua negara yang dibuat


2. Peraturan Pemerintah dalam rangka meminimalisir pemajakan berganda dan
3. Peraturan Presiden berbagai usaha penghindaran pajak
4 Peraturan Menteri Keuangan
5. Peraturan Direktur Jenderal Pajak

Direktur Jenderal Pajak juga menerbitkan surat edaran


dan surat yang berisi tentang petunjuk teknis tentang
pemungutan pajak

16
Pengertian PPh

Pajak menurut para ahli


Kansil Iuran kepada negara yang terutang oleh yang wajib
membayarnya (wajib pajak) berdasarkan undang-undang
dengan tidak mendapat prestasi (balas jasa) kembali yang
langsung.
Dr. Soeparman Iuran wajib, berupa uang atau barang yang dipungut oleh
Soemahamidjaja
penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup
biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam
mencapai kesejahteraan umum.
Prof. Rochmat Iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang
Soemitro SH
(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan digunakan
untuk membayar pengeluaran Umum.

17
Pengertian PPh

Pajak menurut UU KUP

kontribusi wajib kepada negara yang terutang


oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat

18
Pengertian PPh

Pajak Penghasilan
Pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak atas
Penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun
pajak.
• Subjek pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau
memperoleh penghasilan
• Subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan disebut
Wajib Pajak
• Wajib Pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak
untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak
subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak
• Yang dimaksud dengan “tahun pajak” dalam Undang-Undang ini adalah
tahun kalender, tetapi Wajib Pajak dapat menggunakan tahun buku yang
tidak sama dengan tahun kalender, sepanjang tahun buku tersebut
meliputi jangka waktu 12 (dua belas) bulan

19
Karakteristik PPh

Pajak Subjektif

Pajak Langsung

Pajak Pusat

Broad-Based Taxation

Self Assessment & Withholding

Periode Pemajakan

Bersifat Progresif

20
Karakteristik PPh

Pajak Subjektif
• Subjek berarti pihak yang terhadapnya dikenakan kewajiban atau
kepadanya beroleh hak yang diatur dengan ketentuan hukum
• Subjek Pajak adalah pihak-pihak yang secara hukum pajak mempunyai
kewajiban melaksanakan kewajiban perpajakan dan memiliki hak-hak
dibidang perpajakan yang dijamin oleh undang-undang perpajakan
• pengenaan pajak penghasilan dititikberatkan pada keadaan dan kondisi
subjek pajak
• kondisi subjek pajak yang menjadi pertimbangan adalah kemampuan
dalam menjalankan kewajiban perpajakan yang dikenakan atas dirinya
• erat kaitannya dengan teori gaya pikul, yaitu pengenaan pajak
tergantung pada besarnya kemampuan membayar dari subjek pajak
tersebut
• Besarnya kemampuan membayar pajak tidak hanya ditentukan oleh
faktor penghasilan, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya,
seperti jumlah tanggungan wajib pajak

21
Karakteristik PPh

Pajak Langsung
• Pajak yang dibayarkan langsung oleh penanggung pajak kepada
Pemerintah dengan tidak menggeser beban pajak tersebut
kepada pihak lain
• Kriteria:
• Penanggung pajak secara yuridis formal, yaitu pihak yang
ditunjuk untuk memenuhi kewajiban perpajakan
• Penanggung pajak secara ekonomis, yaitu pihak yang secara
ekonomis menanggung beban pembayaran pajak
• Destinataris pajak atau tujuan akhir pengenaan pajak, yaitu
pemikul beban pajak terakhir

Pajak Pusat
• Tanggung Jawab Pemungutannya berada di Pemerintah Pusat
22
Karakteristik PPh

Broad-Base Taxation
• Penetapan Objek Secara luas
• Dalam Penentuan objek pajak, Undang-undang pajak penghasilan
tidak menetapkan secara definitif objek-objek yang dikenakan
pajak, baik dari segi bentuk, nama, sumber dan asal-usul
penghasilan, serta tujuan penggunaan penghasilan tersebut

Self Assessment & Withholding


• Self Assessmet: Wajib Pajak wajib menghitung,
memperhitungkan, membayar, dan melaporkan pajaknya
sendiri, tidak perlu menunggu ketetapan pajak dari fiskus
• Withholding: Pihak ketiga diwajibkan untuk memotong/
memungut PPh atas penghasilan yang diterima/diperoleh oleh
wajib pajak
23
Karakteristik PPh

Periode pemajakan satu tahun pajak


• Wajib Pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperolehnya selama satu tahun pajak
• dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagian
tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai
atau berakhir dalam tahun pajak
Bersifat Progresif
• semakin besar penghasilan wajib pajak akan dikenakan PPh
yang semakin besar pula
• tarif umum PPh bagi Wajib Pajak Badan menggunakan tarif
proporsional
• tarif umum PPh bagi Wajib Pajak Orang Pribadi berlaku tarif
progresif
24
Subjek Pajak

SUBJEK
Pasal 2 ayat (1) PAJAK
UU PPh

1. ORANG PRIBADI
2. WARISAN YANG
BELUM TERBAGI
3. BADAN
4. BENTUK USAHA TETAP
(BUT)

25
Subjek Pajak

Orang Pribadi
• Tanpa batasan tempat tinggal atau tempat kedudukan
• Pengusaha  Perusahaan Perorangan
• Karyawan
• Profesional / Tenaga Ahli  Pekerjaan Bebas (dokter,
akuntan, pengacara, konsultan, arsitek, notaris, penilai,
aktuaris)

Warisan yang Belum Dibagi


• Merupakan satu kesatuan, menggantikan yang berhak
(ahli waris)
• Tetap harus membayar pajak meskipun warisan belum
dibagi kepada yang berhak

26
Subjek Pajak

Badan
• Sekumpulan orang dan atau kumpulan modal sebagai satu
kesatuan, baik melakukan usaha atau tidak melakukan usaha
• PT, CV, firma, koperasi, dana pensiun, perkumpulan, yayasan,
organisasi massa, organisasi sosial politik, lembaga
Bentuk Usaha Tetap
• Bentuk usaha yang digunakan oleh subyek pajak luar negeri
yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia
• Berupa tempat kedudukan manajemen, cabang perusahaan,
kantor perwakilan, gedung kantor, pabrik, bengkel, gudang,
ruang untuk promosi/penjualan, pertambangan, pengeboran,
pertanian, proyek konstruksi, pemberian jasa, orang atau
badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak
bebas, agen atau pegawai asuransi, komputer untuk e-
commerce

27
Subjek Pajak

Bentuk Usaha Tetap


Subjek
Pajak Orang Pribadi Badan
BUT Bentuk usaha tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh:
• orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia
tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua
belas) bulan,  SPLN Orang Pribadi
atau
• badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia  SPLN
Badan,
untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.
(Pasal 2 ayat (5) UU PPh)
Kewajiban Pajak Subjektif:
• Dimulai pada saat orang pribadi atau badan menjalankan usaha atau kegiatan melalui
suatu Bentuk Usaha Tetap.
• Berakhir pada saat orang pribadi atau badan tidak lagi menjalankan usaha atau
kegiatan melalui suatu Bentuk Usaha Tetap
(Pasal 2A ayat (3) UU PPh)
28
Subjek Pajak

Bentuk Usaha Tetap


Elemen-elemen dasar BUT:
1. Suatu tempat usaha (a place of business),
2. Yang bersifat permanen,
3. Yang digunakan oleh SPLN (orang pribadi atau badan),
4. Untuk menjalankan usaha (business) atau melakukan
kegiatan (activities).
(Pasal 2 ayat (5) UU PPh dan Penjelasannya)
Penting:
1. Tidak semua SPLN dapat menjadi BUT, namun hanya yang memperoleh
penghasilan dari menjalankan business atau activities.
2. Tidak ada isu BUT bila SPLN hanya memperoleh penghasilan dari pekerjaan
(spt: gaji, upah) atau penghasilan dari modal (bunga, dividen, sewa dan royalti).
3. SPLN dapat menjadi BUT bila memenuhi empat elemen di atas.
4. BUT merupakan subjek pajak yang perlakuan perpajakannya dipersamakan
dengan subjek pajak badan (material dan formal).
29
Subjek Pajak

Menurut status hukum


Subjek Pajak Dalam Negeri Subjek Pajak Luar Negeri

Orang Pribadi (OP)


yang bertempat tinggal Warisan yang
Badan yang Orang Pribadi yang tidak bertempat
atau berada di belum terbagi
Indonesia lebih dari didirikan atau tinggal/ berada di Indonesia tidak
sebagai satu
183 hari dalam jangka bertempat lebih dari 183 hari dalam jangka
waktu 12 bulan, atau kesatuan,
kedudukan di waktu 12 bulan dan Badan yang tidak
OP yang berada di menggantikan
Indonesia dan berniat Indonesia; didirikan/berkedudukan di Indonesia
tinggal di Indonesia;
yang berhak

yang dapat menerima


yang menjalankan atau memperoleh
usaha atau penghasilan dari
Indonesia bukan dari
melakukan kegiatan
menjalankan usaha
melalui bentuk atau melakukan
usaha tetap (BUT) kegiatan melalui
di Indonesia. bentuk usaha tetap
(BUT) di Indonesia

30
Subjek Pajak

Dikecualikan dari SPDN Badan

Unit tertentu dari badan Pemerintah yang memenuhi kriteria:

Pembentukannya Penerimaan
Pembukuannya
berdasarkan Pembiayaan dimasukkan dalam
diperiksa oleh
ketentuan peraturan bersumber dari anggaran
aparat pengawasan
perundang- APBN/APBD Pemerintah
fungsional negara
undangan Pusat/Daerah

31
Subjek Pajak

Kewajiban Subjektif

Mulai Berakhir
• Pada waktu OP dilahirkan, • Pada saat OP meninggal
berada, atau berniat untuk dunia atau meninggalkan
bertempat tinggal di Indonesia untuk selama-
Indonesia lamanya
• Pada waktu Badan didirikan • Pada saat Badan dibubarkan
atau bertempat kedudukan atau tidak lagi bertempat
Indonesia kedudukan di Indonesia
• Pada saat timbulnya warisan • Pada saat warisan selesai
yang belum terbagi dibagi

32
Bukan Subjek Pajak

BADAN PERWAKILAN NEGARA ASING

PEJABAT PERWAKILAN DIPLOMATIK, KONSULAT, ATAU PEJABAT-PEJABAT ASING, DAN ORANG-


ORANG YANG DIPERBANTUKAN DENGAN SYARAT BUKAN WARGA NEGARA INDONESIA DAN
TIDAK MENJALANKAN KEGIATAN LAIN UNTUK MEMPEROLEH PENGHASILAN DI INDONESIA

ORGANISASI-ORGANISASI INTERNASIONAL YANG DITETAPKAN OLEH MENTERI KEUANGAN


DENGAN SYARAT: INDONESIA MERUPAKAN ANGGOTA DAN TIDAK MENERIMA PENGHASILAN
DARI INDONESIA

PEJABAT-PEJABAT PERWAKILAN ORGANISASI INTERNASIONAL YANG DITETAPKAN DENGAN


KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN DENGAN SYARAT BUKAN WARGA NEGARA INDONESIA DAN
TIDAK MENJALANKAN KEGIATAN LAIN UNTUK MEMPEROLEH PENGHASILAN DI INDONESIA

33

Anda mungkin juga menyukai