BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ragi berbasis tepung juga mulai digunakan pada pembuatan tempe untuk
menggantikan pemakaian laru tradisional. Laru tempe atau inokulum tempe adalah
suatu sediaan yang mengandung mikroorganisme yang berperan dalam pembuatan
tempe. Laru atau inokulum adalah mikroba yang tergolong makluk hidup, artinya
pertumbuhan dan perkembangbiakannya akan sangat dipengaruhi oleh kondisi dan
lingkungan tempat hidupnya. Faktor yang mempengaruhi tempe yaitu kemurnian
laru, keaktifan laru, penaburan laru, kondisi medium laru seperti pH, suhu bahan
sangat perlu diperhatikan. Perubahan dalam pembuatan tempe terlihat jelas pada
penggunaan kedelai impor yang mulai menggantikan kedelai lokal. Perubahan dari
kualitas bahan baku yang digunakan dalam pembuatan tempe memberikan banyak
dampak, baik yang positif maupun negatif. Produksi tempe yang terus meningkat
menyebabkan industri tempe yang ada berkembang ke arah yang lebih modern.
6
Kacang merah termasuk ke dalam salah satu jenis bahan makanan yang
mengandung energi tinggi dan protein nabati yang banyak. Kandungan asam folat,
kalsium, karbohidrat kompleks, dan serat yang dimiliki kacang merah nilainya
cukup tinggi. Kandungan protein yang ada di dalam kacang merah sebesar 22,3
gram nilai tersebut hampir setara dengan yang terdapat dalam kacang hijau.
Kacang merah memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh protein hewani.
Keunggulan dari kacang merah adalah bebas kolesterol sehingga dapat
dengan aman dikonsumsi oleh sebagian masyarakat dari berbagai kelompok umur.
Kandungan karbohidrat kompleks dan serat yang tinggi dalam kacang merah dapat
berfungsi menurunkan kadar kolestrol darah. Kadar glikemik pada kacang merah
7
dan kulit binatang. Bentuk dan fungsi dari kemasan masih sangat sederhana, yakni
untuk keperluan membawa makanan yang tidak habis terkonsumsi ke daerah lain
atau untuk fermentasi. Perkembangan pengemasan bahan makanan selanjutnya
sampai pada pembuatan keranjang dari rumput atau dari ranting-ranting kayu yang
lentur. Zaman neolitik, mulai dikenal wadah dari logam yang dibentuk berupa
cawan untuk minum seperti tanduk binatang. Bentuk-bentuk kemasan seperti
cawan, baki, dan benda terbuat dari tanah liat juga hadir pada zaman tersebut.
Dunia yang semakin berkembang memunculkan kemasan jenis kaca
sudah dikenal dengan jar kecil. Kemasan ini akan digunakan untuk mengemas
cairan-cairan yang berharga atau ramuan obat atau parfum. Berdasarkan sejarah
terjadi penyebarluasan pemakaian botol, toples, dan tempayan yang terbuat dari
tanah. Awal tahun 1800 ketika populasi semakin tumbuh di Eropa dan Amerika,
tong, kotak kayu, dan kantong serat digunakan secara luas sebagai material dari
kemasan. Permintaan barang konsumen yang semakin meningkat, memunculkan
perkembangan kaleng, aluminium, kaca, dan kantong kertas yang muncul sebagai
sumber daya dari kemasan yang signifikan. Selama berabad-abad perkembangan
kemasan yang telah terjadi semakin maju, fungsi dari sebuah kemasan hanyalah
sebatas untuk melindungi, menyimpan atau mempermudah barang untuk dibawa.
Perkembangan zaman yang semakin pesat dan lengkap memunculkan
penambahan nilai-nilai fungsional dan peranan pada kemasan dalam pemasaran.
Fungsi dari kemasan mulai diakui sebagai satu kekuatan utama dalam persaingan
pasar. Menjelang abad pertengahan, bahan-bahan kemasan terbuat dari kulit,kain,
kayu, batu, keramik dan kaca masih terkesan seadanya dan lebih berfungsi untuk
melindungi barang terhadap pengaruh cuaca. Perkembangan yang ada menjadikan
bentuk dan model dari suatu kemasan dirasakan sangat penting peranannya dalam
strategi pemasaran. Kemasan harus mampu menarik perhatian, menggambarkan
keistimewaan produk, dan melindungi produk dengan aman. Perkembangan yang
telah terjadi akhirnya memunculkan kemasan dengan jenis modern dan tradisional.
Kemasan tradisional adalah kemasan yang terdapat dan biasa digunakan
sejak di pasar tradisional, dengan menggunakan bahan-bahan alam. Kemasan jenis
ini memanfaatkan bahan-bahan yang ada di alam. Penggunaan bahan-bahan alam
pada kemasan tradisional, memiliki unsur khusus yang tidak terdapat pada unsur
9
banyaknya zat besi yang dapat diserap dari makanan, sangat rendah. Zat besi dari
pangan hewani lebih mudah diserap (10-20%), sedangkan zat besi dari pangan
nabati hanya dapat diserap antara 1-5%. Faktor ketiga, adanya zat-zat yang dapat
menghambat penyerapan besi, seperti asam fitat, asam oksalat dan tannin, yang
banyak terdapat sayuran, kacang-kacangan dan teh. Seseorang dapat dikatakan
anemia jika kadar hemoglobinnya lebih rendah dari 13 gram/100 mL darah untuk
pria dewasa. Wanita dewasa dikatakan anemia jika kadar hemoglobin lebih rendah
dari 12 gram/100 mL, atau 11 gram/100 mL untuk wanita yang sedang hamil.
Kekurangan zat besi yang dibutuhkan oleh tubuh akan menurunkan
tingkat hemoglobin. Hemoglobin berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh
jaringan tubuh, maka menurunnya hemoglobin akan menurunkan kadar oksigen.
Oksigen dalam tubuh manusia berfungsi sebagai zat pembakar karbohidrat, lemak
dan protein, serta untuk menghasilkan tenaga. Kekurangan oksigen di dalam tubuh
sudah tentu akan mempengaruhi jumlah energi yang dihasilkan (energi menjadi
lebih sedikit). Energi yang sedikit menyebabkan tenaga yang ada sedikit hal
tersebut kemudian memicu munculnya gejala-gejala dari anemia. Zat besi yang
terdapat pada kedelai mentah ada dalam jumlah cukup, tetapi tubuh tidak dapat
menggunakannya karena diikat oleh asam fitat. Proses fermentasi kedelai menjadi
tempe yang dilakukan selama 48 jam, mengakibatkan terjadi penurunan kadar
asam fitat sebesar 65%, sehingga zat besi menjadi lebih mudah diserap tubuh.
Tempe merupakan bahan pangan yang kadar zat besinya cukup tinggi,
yaitu 4 mg/100 gram tempe basah atau 9 mg/100 gram tempe kering. Tempe juga
mengandung mineral tembaga dan seng sebanyak 2,87 dan 8,05 mg/100 gram
tempe kering. Meningkatnya jumlah zat besi yang terlarut akan meningkatkan
daya serap zat besi yang ada di dalam tubuh, sehingga dapat diandalkan untuk
membentuk hemoglobin dan mencegah anemia gizi besi. Selain zat besi, untuk
pembentukan hemoglobin juga diperlukan protein. Kadar protein yang ada pada
tempe cukup tinggi yaitu sekitar 19 gram/100 gram tempe basah (Utari, 2010).
2.5. Tempe sebagai Pencegah Diare
Diare merupakan salah satu jenis penyakit yang disebabkan akibat adanya
infeksi oleh mikroorganisme, berupa bakteri, virus, jamur, protozoa atau cacing.
Kapang Rhizopus oligosporus adalah salah satu dari jenis kapang yang berperan
11
kolestrol eksogen sedangkan untuk jenis kolestrol yang berasal dari dalam tubuh
disebut kolestrol endogen. Trigliserida dapat berasal dari makanan atau dari dalam
tubuh sebagai hasil reaksi esterifikasi asam lemak. Penyakit jantung koroner
merupakan salah satu bentuk kelainan pembuluh darah koroner. Kelainan tersebut
terjadi akibat penumpukan lemak di dinding pembuluh darah, yaitu suatu keadaan
yang disebut aterosklerosis. Penyebab dari terjadinya penyakit jantung koroner
memiliki banyak faktor. Faktor resiko terjadinya penyakit jantung koroner terbagi
menjadi dua faktor yaitu dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.
Faktor dari resiko terjadinya penyakit jantung koroner yang tidak bisa
dimodifikasi adalah umur, jenis kelamin, dan keturunan. Faktor risiko yang dapat
dimodifikasi adalah peningkatan jumlah kadar lipida darah (hiperkolestrolemia),
hipertensi, diabetes, obesitas, stres, dan kurangnya aktivitas fisik. Penyakit jantung
koroner dapat dihindari dengan berbagai cara, untuk menghindarinya seseorang
dianjurkan untuk memiliki kadar trigliserida kurang dari 150 mg/100 mL. Cara
lain untuk menghidarinyakadar kolestrol jahat kurang dari 130 mg/100 mL, dan
kolestrol baik lebih dari 45 mg/100 ml darah. Nilai diatas atau dibawah angka
maka lipid dalam darah dianggap sebagai faktor risiko aterosklerosis dan disebut
dislipidemia. Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa protein
kedelai dapat menurunkan trigliserida, kolestrol total, dan kolestrol jahat, serta
meningkatkan jumlah kolestrol baik yang terdapat dalam tubuh (Setyawan, 2017).
Kolestrol jahat yang ada dalam tubuh dapat memacu terjadinya penyakit
jantung koroner, sedangkan kolestrol baik dapat berfungsi sebagai pecegah
penyakit jantung koroner. Suatu penelitian menunjukan bahwa mengonsumsi
tempe sebanyak 150 gram sehari selama dua minggu dapat menurunkan kadar
kolestrol total, kolestrol jahat, dan rasio kolestrol total terhadap kolestrol jahat.
Mengolah tempe dengan minyak jagung, minyak kedelai atau minyak yang
mengandung asam lemak tidak jenuh lainnya, lebih baik bila dibandingkan dengan
mengolahnya dengan minyak sawit, atau minyak asam lemak jenuh lainnya.