KELOMPOK 8:
Elsa Oktavia Siahaan (16218012)
Natasha Belvani (16218032)
Julia Rahmaningsih (16218056)
Firuzia Permata Syamsun (16218076)
Cicilia O Djilarpoin (16218096)
Gladiani Fauziah Novenka (16218116)
Nada Di Salsabila (16218136)
Brian Xavieramadhan Bachri (16718347)
ASISTEN:
Joevin Saudalimka (13015048)
Ghiffary Azka Nur Aulia (13015097)
DAFTAR ISI............................................................................................................................. 1
BAB I ........................................................................................................................................ 6
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 6
BAB II....................................................................................................................................... 8
2.3 Arang......................................................................................................................... 9
BAB IV ................................................................................................................................... 13
BAB V .................................................................................................................................... 16
BAB VI ................................................................................................................................... 19
6.4 Perhitungan-Perhitungan......................................................................................... 24
Gambar 1 Pohon informasi ketersediaan, nilai kalor, dan kolektabilitas tiga bahan berbeda13
Gambar 2 Desain Tungku...................................................................................................... 16
Gambar 3 Desain Tutup Tungku ........................................................................................... 16
Gambar 4 Desain Akhir ......................................................................................................... 17
Gambar 5 Alat ....................................................................................................................... 19
Gambar 6 Bambu................................................................................................................... 19
Gambar 7 Serbuk Kayu ......................................................................................................... 19
Gambar 8 Kerosin ................................................................................................................. 20
Gambar 9 Biomassa dalam Tungku ...................................................................................... 20
Gambar 10 Penambahan Inisoator ........................................................................................ 20
Gambar 11 Pembakaran ........................................................................................................ 21
Gambar 12 Penutupan Tungku .............................................................................................. 21
Gambar 13 Penggunaan Lap Basah pada Corong ................................................................. 21
Gambar 14 Massa Arang ....................................................................................................... 22
Gambar 15 Neraca Massa...................................................................................................... 24
Gambar 16 Analisis Fishbone ............................................................................................... 26
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
1
. http://www.worldometers.info/world-population/indonesia-population/
2. https://www.indexmundi.com/facts/indonesia/fossil-fuel-energy-consumption
3. https://climate.nasa.gov/causes/
4. Reece, Jane B. (31 October 2013). Campbell Biology (10 ed.). Pearson. ISBN 9780321775658.
5. https://bamboeindonesia.wordpress.com/peneliti-bambu/purwito/makalah/
Selain mudah ditemukan, terdapat banyak limbah bambu yang berasal dari rangka
bangunan, gapura, dekorasi, dan lain lain, yang dapat dimanfaat- kan menjadi arang untuk
membantu memasok energi bagi masyarakat. Oleh karena itu, kelompok kami menggunakan
bambu sebagai bahan baku pembuatan arang.
Berdasarkan latar belakang diatas, terdapat beberapa rumusan masalah yang pada
laporan ini akan dibahas, yaitu sebagai berikut.
1.2.1 Berapakah persen hasil yang didapat dari pirolisis dengan bahan baku bambu?
1.2.2 Apakah bambu dapat menjadi biomassa yang baik untuk pirolisis?
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembakaran
Pembakaran adalah suatu runtutan reaksi kimia antara suatu bahan bakar dan suatu
oksidan6,2, disertai dengan produksi panas yang kadang disertai cahaya dalam bentuk pendar
atau api. Pembakaran dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu pembakaran sempurna dan
pembakaran tidak sempurna. Reaktan terbakar dengan oksigen dan menghasilkan beberapa
produk adalah hal yang terjadi pada pembakaran sempurna, contohnya pembakaran senyawa
hidrokarbon yang akan menghasilkan karbon dioksisa (CO2) dan air. Pembakaran tidak
sempurna adalah pembakaran yang terjadi bila oksigen yang ada tidak memcukup kebutuhan
terjadinya reaksi. Pada pembakaran tidak sempurna, produk pirolisis tidak terbakar dan
mengkontaminasi asap dengan partikulat berbahaya, contohnya pembakaran karbon akan
menghasilkan karbon monoksida (CO) yang berbahaya.
2.2 Pirolisis
Pirolisis adalah dekomposisi termokimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa
atau sedikit oksigen atau pereaksi kimia lainnya, dimana material mentah akan mengalami
pemecahan struktur kimia menjadi fase gas. Produk pirolisis dapat dikategorikan menjadi
tiga, yaitu produk padat (residu padat, arang, dll), produk cair (tar, asap cair, air,dll), dan
produk gas (gas permanen, CO2, H2O, dll). Kuantitas dari produk diatas dipengaruhi oleh
karakteristik bahan, metode yang dilakukan, dan reaksinya.
Terdapat perbedaan antara pirolisis dan pembakaran. Dalam prosesnya, pembakaran
membutuhkan oksigen dan akan menhhasilkan bahan bakar dan gas. Pada proses pirolisis,
tidak diperlukan oksigen dan akan menghasilkan produk padat (arang), gas, dan produk cair
(asap cair).
6. Oksidan disebut juga oksidator adalah spesies kimia yang memindahkan atom elektronegatif, biasanya
oksigen, ke dalam substrat.
2.3 Arang
Arang adalah residu hitam berisi karbon tidak murni yang dihasilkan dengan
menghilangkan kandungan air dan komponen volatil dari hewan atau tumbuhan. Arang
adalah salah satu produk hasil pirolisis. Selain tersusun dari karbon, terdapat pula abu atau
benda kimia lainnya dalam komponen penyusun arang. Sifat fisik dari arang adalah
berwarna hitam, ringan, dan mudah hancur.
Arang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar, media gambar, dan lainnya.
Keunggulan dari arang sebagiai bahan bakar adalah jumlah kalornya tinggi, tidak berasap,
tidak mengeluarkan bau yang mengganggu aktifitas. Bahan baku arang yang baik adalah
bahan baku dengan jumlah karbon yang tinggi. Contoh bahan yang lazim dijadikan arang
adalah kayu dan tempurung kelapa. Bahan baku arang disebut biomassa.
2.4 Biomassa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, biomassa adalah jumlah keseluruhan benda
hidup dalam suatu perairan. Dalam industri produksi energi, biomassa adalah bahan biologis
yang hidup atau baru mati yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar atau untuk
produksi industrial. Biomassa adalah sumber energi terbarukan dan selalu tersedia di muka
bumi sehingga cocok menjadi energi alternatif pengganti bahan bakar fosil. Biomassa dapat
berupa tumbuhan, hewan, sisa metabolisme makhluk hidup, limbah pertanian, dan lain-lain.
2.5 Bambu
Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga pada batang yang
dibatasi dengan node sebagau tempat tumbuhnya ranting dan daun. Bambu memiliki laju
pertumbuhan yang tinggi, tetapi bergantung pada kondisi tanah, klimatologi daerah ditanam,
dan lain-lain. Memanen bambu tidak akan merusak ekosistem karena ketika dipanen, bambu
akan tumbuh kembali dengan cepat. Terdapat dua tipe bambu, yaitu bambu monopodial dan
bambu polipodial. Bambu monopodial tumbuh sendiri, memiliki struktur batang yang lurus
dan panjang, dan umumnya tumbuh ditempat dengan 4 musim. Bambu polipodial adalah
bambu yang tidak sepanjang bambu monopodial dan bambu rambat yang tumbuhnya tidak
berarturan. Bambu polipodial umumnya tumbuh di daerah tropis, termasuk Indonesia.
BAB III
3.1.1 Visi
Minyak bumi adalah sumber daya alam yang terbatas, sebagai makhluk yang
meninggali bumi kita tidak bisa serta merta membiarkan keterbatasan tersebut habis
karena kebutuhan kita. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sebaran
biomassa, karena itu juga sebaran limbah biomassa melimpah, dengan mengurangi
limbah dan mendapatkan manfaat yang merupakan sumber daya alternatif, karena
maksud itu pembuatan arang dari limbah biomassa ini kami lakukan. Tidak hanya
sekedar pembuatan arang saja, tapi kami bertujuan untuk membuat arang yang
berkualitas.
3.1.2 Misi
1. Menentukan desain pirolisis arang yang efektif dalam menghasilkan arang
dengan kualitas yang baik.
2. Menentukan limbah biomassa yang baik untuk menghasilkan arang dengan
kualitas yang baik pula.
3.2.1 Segmenting
Segmentasi pasar menurut Philip Kotler dan Gary Amstrong adalah pembagian
sebuah pasar menjadi beberapa kelompok pembeli yang berbeda. Segmentasi pasar
dapat dimaksudkan sebagai pembagian pasar yang berbeda-beda (heterogen) menjadi
kelompok-kelompok pasar yang homogeny, di mana setiap kelompoknya bisa
ditargetkan untuk memasarkan suatu produk sesuai dengan kebutuhan, keinginan,
ataupun karakteristik pembeli yang ada di pasar tersebut.
Dalam pirolisis arang bambu ini, pemasaran arang akan sangat tepat dilakukan di
tempat yang masyarakatnya sering menggunakan arang. Berdasarkan geografis, kami
dapat membedakannya menjadi masyarakat di daerah pedesaan dan di daerah
perkotaan. Saat di daerah pedesaan digunakan sebagai sumber bahan bakar yang
digunakan untuk kegiatan sehari-hari seperti memasak. Di perkotaan banyak juga
masyarakat yang masih menggunakan arang walaupun tidak digunakan oleh banyak
orang tapi arang merupakan salah satu sumber bahan bakar yang sangat dicari setiap
hari oleh beberapa pedagang seperti, pedagang sate, ayam bakar, dan sebagainya.
3.2.2 Targeting
Arang biasa digunakan dalam proses pembakaran makanan, oleh karena itu
pengunaan arang pasti sangat penting bagi pedagang makanan contohnya, pedagang
sate, pedagang ayam bakar, dan sebagainya. Tidak terlepas dari pembakaran
makanan untuk pedagang, masyarakat daerah pedesaan yang masih menggunakan
arang sebagai sumber bahan bakar untuk kegiatan sehari-hari.
3.2.3 SWOT
Tabel 1 Analisis SWOT
Strengths : Weakness :
1. Mudah terbakar 1. Bambu harus dipotong-
potong terlebih dahulu
2. Tidak mudah berubah menjadi abu
Opportunities : Threat :
1. Ketersediaan bahan melimpah dan 1. Banyak asap yang
mudah didapatkan. dikeluarkan mengandung
CO2
2. Harga bahan murah
Usulan
Keterangan
ALT Bambu Kulit buah mahoni Serbuk kayu
1 0 0 0 Tidak feasibel
2 0 0 1 Tidak feasibel
3 0 1 0 Feasibel
4 0 1 1 Feasibel
5 1 0 0 Feasibel
6 1 0 1 Feasibel
7 1 1 0 Feasibel
8 1 1 1 Feasibel
Dari data tabel di atas diputuskan untuk menggunakan alternatif desain nomor 6, yaitu
bambu sebagai biomassa dan serbuk kayu sebagai inisiator.
BAB IV
Pemilihan
Biomassa
Fixed
Availability Collectibility
Carbon
Gambar 1 Pohon informasi ketersediaan, nilai kalor, dan kolektabilitas tiga bahan berbeda
Berdasarkan oleh perhitungan AHP, maka dipilih biomassa dengan nilai terbesar, yaitu
bambu dengan nilai AHP sebesar 0.649.
BAB V
PENDALAMAN DESAIN
Tutup Tungku
Kaki tiga
6.1.1 Alat
3. Sarung tangan
4. Masker
5. Gelas Plastik penampung asap
cair
6. Kayu pengaduk
Gambar 5 Alat 7. Botol semprot
8. Air
1. Satu unit reaktor pirolisis
9. Lap
2. Korek api
6.1.2 Bahan
1. Bambu 1086 gram
Gambar 6 Bambu
Gambar 8 Kerosin
Data
0%
15%
Volatile Matter
Abu
51% Arang
34%
Asap cair
Volatile Matter
550.6 gram
Biomassa Abu 367 gram
1086 gram
TUNGKU
Asap Cair
1.4 gram
Jika 1 tetes asap cair memiliki volume 0.05 mL, maka asap cair yang diperoleh dalam
praktikum adalah 1.4 mL. Diasumsikan massa jenis asap cair adalah 1 gram/ ml
sehingga jumlah asap cair adalah 1.4 gram. Jika dibuat grafik dari jumlah tetesan asap
cair terhadap waktu dalam menit, didapatkan :
Jumlah Asap Cair terhadap Waktu
30
25
15
Grafik
10
0
0 10 20 30 40 50
Waktu (menit)
Sehingga,
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑠𝑎𝑝 𝑐𝑎𝑖𝑟 (𝑔𝑟𝑎𝑚) 1.4 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑙𝑎𝑗𝑢 = = ≈ 0.03126𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡) 2687
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
60
6.5 Analisis Hasil Perhitungan dan Perbandingannya dengan Praktikum
Biomassa Metode
Kurangnya pengalaman
Terdapat beberapa lubang
Kurangnya koordinasi
Tungku SDM
Terdapat empat faktor utama yang menetukan keberhasilan percobaan pirolisis, yaitu
material atau bahan yang digunakan, metode yang digunakan, mesin berupa tungku, dan Sumber
Daya Manusia (SDM) yang melaksanakan,
1. Material
Material adalah salah satu faktor penentu berhasilan atau tidaknya percobaan
pirolisis. Berikut alasan yang menyebabkan hal tersebut:
a. Biomassa yang digunakan belum sepenuhnya kering
Bambu diambil dari sisa bambu yang telah lama didiamkan. Tidak dilakukan
proses pengeringan karena bambu dianggap telah kering. Seharusnya dilakukan
proses pengeringan seperti dijemur di bawah sinar matahari selama beberapa hari
untuk memastikan bambu benar benar kering.
2. Tungku
Pada tungku, reaktor percobaan pirolisis, ditemukan beberapa lubang sehingga
kemungkinan ada oksigen yang masuk ke tungku dan mempengaruhi sistem pirolisis.
3. Metode
a. Penyusunan bambu radio-vertikal
Metode penyusunan bambu radio-vertikal ini menyebabkan pembakaran bambu
tidak merata. Bambu pada lapisan luar susunan telah terbakar sempurna, tetapi
lapisan dalamnya belum terbakar sempurna. Akibatnya, saat lapisan dalam susunan
telah terbakar sempurna, sudah ada bambu yang terbakar menjadi abu.
b. Penggunaan sebuk kayu (inisiator) terlalu banyak
Penggunaan serbuk kayu yang terlalu banyak menyebabkan serbuk kayu tidak
seleruhnya terbakar. Serbuk kayu dan bambu sama sama mudah terbakar sehingga
karen terlalu banyak serbuk kayu menyebabkan peran serbuk kayu sebagai inisiator
berkurang karena ada bambu sama sama terbakar menjadi abu.
c. Penggunaan terlalu banyak kerosin
Pada percobaan ini, digunakan 200 ml kerosin yang dapat dikatakan cukup
banyak. Padalah bambu dan serbuk kayu mudah sekali terbakar sehingga ketika
pembakaran belum merata, sudah ada bambu yang terbakar menjadi abu. Hal ini
menyebabkan hasil percobaan kurang maksimal karena ada bambu yang terbakar
menjadi abu.
4. SDM
a. Kurangnya koordinasi
Sebagai sebuah kelompok, kerja sama adalah suatu hal yang penting. Kurangnya
koordinasi dapat berakibat fatal pada hasil percobaan. Kesalahan koordinasi pada
kelompok ini terletak pada waktu pemilihan metode penyusunan biomassa yang
dilakukan saat hari percobaan dilakukan sehingga menggunakan metode penyusunan
api unggu yang ternyata kurang tepat.
b. Kurangnya pengalaman
Sebagai pemula dalam membuat arang, kami menyadari kekurangan wawasan dan
pengalaman yang sangat diperlukan untuk menunjang proses pembuatan arang
sehingga menghasilkan arang yang baik. terdapat kendala,yaitu kurangnya persiapan
dalam melakukan perencaan, perancangan, dan persiapan bahan untuk praktikum.
Terdapat juga kurangnya wawasan kelompok karena belum mencari informasi
tentang pembuatan arang dengan biomassa bambu. Selain itu, pengalaman juga
menjadi faktor dalam keberhasilan pembuatan dan faktor tersebutlah yang belum tiap
anggota kelompok miliki.
6.6 Analisis Tekno-Ekonomi
Analisis teknoekonomi merupakan sebuah cara untuk menentukan Breakeven Point,
yaitu titik saat keuntungan penjualan sudah menutupi biaya awal produksi dengan
persamaan matematis. Pertama-tama, akan ditentukan harga-harga yang termasuk dalam
biaya produksi yaitu Fixed Cost dan Variable Cost. Dengan menggunakan bambu dan
serbuk gergaji seharga Rp 5000 dan harga kerosin sebesar Rp. 15000/ liter, Fixed Cost dan
Variable Cost dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.
Pada satu kali praktikum, kelompok kami mendapatkan arang sebanyak 167 gram atau
0.167 kg. Dengan menggunakan harga arang sekarang yaitu Rp30.000/kg, dengan sekali
praktikum kelompok kami mendapat Rp5.010,00. Dengan mengansumsikan pada setiap
praktikum dihasilkan arang dengan jumlah yang sama, Breakeven Point dapat dihitung
dengan cara
Fixed Cost Rp154.000,00
BEP= Price−Variable Cost = Rp5.010,00 Rp11.000,00 = −25,70 ≈ −26 kali praktikum
−
praktikum praktikum
Asumsikan praktikum dilakukan setiap minggu maka Breakeven Point tersebut akan
tercapai setelah 26 minggu. Bila dinyatakan dengan satuan kilogram, maka kelompok kami
akan mencapai Breakeven Point setelah memproduksi 4.342 kg serta kami mendapatkan
harga mencapai BEP saat Rp. 168204.2596.
BAB VII
Chris Pearson 'The age of wood': FUEL AND FIGHTING IN FRENCH FORESTS, 1940–
1944".
Bramer, E. A. and Brem, G. A New Technology for Fast Pyrolysis of Biomass: Development
of Pyros Reactor.
Cory A. Kramer, Reza Loloee, Indrek S. Wichman and Ruby N. Ghosh. 2009. Time Resolved
Measurements of Pyrolysis Products From Thermoplastic Poly-Methyl-Methacrylate
(PMMA). ASME 2009 International Mechanical Engineering Congress and Exposition.
Sakurata, I Nyoman dan Putu Sri Ayuni. 2016. Analisis Proksimat dan Nilai Kalor Pada
Pellet Biosolid yang Dikombinasikan dengan Biomassa Limbah Bambu. Jurnal Sains dan
Teknologi. Vol(5):731