Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan
disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur dan virus. Faktor yang mempermudah radang
telinga luar ialah pH di liang telinga yang biasanya normal atau asam. Bila pH
menjadi basa, proteksi terhadap infeksi menurun. Pada keadaan udara yang hangat
dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh. Faktor lain penyebab otitis eksterna
adalah trauma lokal dan alergi. Faktor ini menyebabkan berkurangnya lapisan
protektif yang menyebabkan edema dari epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan
trauma lokal yang mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, inflasi dan
menimbulkan eksudat. Bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah pseudomonas
(41%), strepokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides (11%). Istilah
otitis eksterna akut meliputi adanya kondisi inflasi kulit dari liang telinga bagian luar.
Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang dapat
menyebar ke pinna, periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanya seluruh liang
telinga terlibat, tetapi pada furunkel liang telinga luar dapat dianggap pembentukan
lokal otitis eksterna. Otitis eksterna difusa merupakan tipe infeksi bakteri patogen
yang paling umum disebabkan oleh pseudomonas, stafilokokus dan proteus, atau
jamur.
Penyakit ini sering diumpai pada daerah-daerah yang panas dan lembab dan
jarang pada iklim-iklim sejuk dan kering. Patogenesis dari otitis eksterna sangat
komplek dan sejak tahun 1844 banyak peneliti mengemukakan faktor pencetus dari
penyakit ini seperti Branca (1953) mengatakan bahwa berenang merupakan penyebab
dan menimbulkan kekambuhan. Senturia dkk (1984) menganggap bahwa keadaan
panas, lembab dan trauma terhadap epitel dari liang telinga luar merupakan faktor
penting untuk terjadinya otitis eksterna. Howke dkk (1984) mengemukakan
pemaparan terhadap air dan penggunaan lidi kapas dapat menyebabkan terjadi otitis
eksterna baik yang akut maupun kronik.

1
Umumnya penderita datang ke Rumah Sakit dengan keluhan rasa sakit pada
telinga, terutama bila daun telinga disentuh dan waktu mengunyah. Bila peradangan
ini tidak diobati secara adekuat, maka keluhan-keluhan seperti rasa sakit, gatal dan
mungkin sekret yang berbau akan menetap.
Pembersihan yg terbaik adalah dengan sunction dan menggunakan otoskop.
Alternative lain untuk membersihkan telinga adalah dgn menggunakan kapas untuk
mengeluarkan secara perlahan-lahan secret tebal dari saluran telinga luar. Jika secret
tipis, keras atau lengket maka pemberian antibiotic atau hydrogen peroksida dapat
menolong untuk melembutkan secret tsb agar mudah dikeluarkan. Dapat juga
diberikan alcohol sesudahnya untuk membersihkan saluran, tetapi hal ini mungkin
menyebabkan iritasi jika saluran telah mengalami peradangan. Pasien harus
dievaluasi kembali apabila sekret susah untuk dikeluarkan akibat adanya
pembengkakan atau nyeri.

2
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami tentang Otitis Eksterna.

1.2.2 Tujuan Khusus


Untuk mengetahui dan memahami tentang definisi, epidemiologi, etiologi,
patofisiologi, diagnosa, diagnosis banding, penatalaksanaan , komplikasi,
dan prognosis dari Otitis Eksterna.

1.3 Manfaat
1.Sebagai sumber media informasi mengenai Otitis Eksterna
2.Untuk memenuhi tugas referat kepanitraan klinik senior di Bagian Ilmu Penyakit
Telinga, Hidung, dan Tenggorokkan RSUD Solok 2019.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ANATOMI TELINGA

Anatomi telinga dibagi atas telinga luar, telinga tengah,telinga dalam

2.1.1 Telinga Luar


Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
tympani. Telinga luar atau pinna merupakan gabungan dari tulang rawan
yang dilindungi kulit. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan
kulit. Liang telinga (meatus akustikus eksternus) berbentuk huruf S,
dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, di sepertiga
bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen
(modifikasi kelenjar keringat = Kelenjar serumen) dan rambut. Kelenjar
keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga bagian
dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen, dua pertiga bagian dalam
rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5 - 3 cm. Meatus
dibatasi oleh kulit dengan sejumlah rambut, kelenjar sebasea, dan sejenis
kelenjar keringat yang telah mengalami modifikasi menjadi kelenjar
seruminosa, yaitu kelenjar apokrin tubuler yang berkelok-kelok yang
menghasilkan zat lemak setengah padat berwarna kecoklat-coklatan yang
dinamakan serumen (minyak telinga). Serumen berfungsi menangkap
debu dan mencegah infeksi.

4
Gambar 1 : Telinga luar, telinga tengah, telinga dalam.

2.1.2 Telinga Tengah


Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas-batas berupa :
 Batas luar : Membran timpani
 Batas depan : Tuba eustachius
 Batas Bawah : Vena jugularis (bulbus jugularis)
 Batas belakang : Aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis.
 Batas atas : Tegmen timpani (meningen / otak )
 Batas dalam : Berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi
sirkularis horizontal, kanalis fasialis,tingkap lonjong (oval
window),tingkap bundar (round window) dan promontorium.

Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari


arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian
atas disebut Pars flaksida (Membran Shrapnell), sedangkan bagian bawah
Pars Tensa (membrane propia). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu
bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam
dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars

5
tensa mempunyai satu lapis lagi ditengah, yaitu lapisan yang terdiri dari
serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier dibagian
luar dan sirkuler pada bagian dalam.
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membrane
timpani disebut umbo. Dimembran timpani terdapat 2 macam serabut,
sirkuler dan radier. Serabut inilah yang menyebabkan timbulnya reflek
cahaya yang berupa kerucut. Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran
dengan menarik garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis
yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian atas-
depan, atas-belakang, bawah-depan serta bawah belakang, untuk
menyatakan letak perforasi membrane timpani.
Didalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang
tersusun dari luar kedalam, yaitu maleus, inkus, dan stapes. Tulang
pendengaran didalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus longus
maleus melekat pada membrane timpani, maleus melekat pada inkus dan
inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang
berhubungan dengan koklea. Hubungan antar tulang-tulang pendengaran
merupakan persendian.
Telinga tengah dibatasi oleh epitel selapis gepeng yang terletak
pada lamina propria yang tipis yang melekat erat pada periosteum yang
berdekatan. Dalam telinga tengah terdapat dua otot kecil yang melekat
pada maleus dan stapes yang mempunyai fungsi konduksi suara. Maleus,
inkus, dan stapes diliputi oleh epitel selapis gepeng. Pada pars flaksida
terdapat daerah yang disebut atik. Ditempat ini terdapat aditus ad antrum,
yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum
mastoid. Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang
menghubungkan daerah nasofaring dengan telinga tengah.

6
Gambar 2. Membran Timpani
Telinga tengah berhubungan dengan rongga faring melalui
saluran eustachius (tuba auditiva), yang berfungsi untuk menjaga
keseimbangan tekanan antara kedua sisi membrane tympani. Tuba
auditiva akan membuka ketika mulut menganga atau ketika menelan
makanan. Ketika terjadi suara yang sangat keras, membuka mulut
merupakan usaha yang baik untuk mencegah pecahnya membran
tympani. Karena ketika mulut terbuka, tuba auditiva membuka dan udara
akan masuk melalui tuba auditiva ke telinga tengah, sehingga
menghasilkan tekanan yang sama antara permukaan dalam dan
permukaan luar membran tympani.

2.1.3 Telinga Dalam


Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis.
Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa
skala timpani dengan skala vestibuli.Kanalis semi sirkularis saling
berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak
lengkap.
Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas,
skala timpani sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis)
diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan
skala media berisi endolimfa. Dasar skala vestibuli disebut sebagai

7
membrane vestibuli (Reissner’s membrane) sedangkan dasar skala media
adalah membrane basalis. Pada membran ini terletak organ corti.
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang
disebut membran tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut
yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis corti, yang
membentuk organ corti.

Gambar 3. Telinga Dalam

A. Koklea
Bagian koklea labirin adalah suatu saluran melingkar yang pada
manusia panjangnya 35mm. koklea bagian tulang membentuk 2,5
kali putaran yang mengelilingi sumbunya. Ruang di dalam koklea
bagian tulang dibagi dua oleh dinding (septum). Bagian dalam dari
septum ini terdiri dari lamina spiralis ossea. Bagian luarnya terdiri
dari anyaman penyambung, lamina spiralis membranasea. Ruang
yang mengandung perilimf ini dibagi menjadi : skala vestibule
(bagian atas) dan skala timpani (bagian bawah). Kedua skala ini
bertemu pada ujung koklea. Tempat ini dinamakan helicotrema.
Skala vestibule bermula pada fenestra ovale dan skala timpani
berakhir pada fenestra rotundum. Mulai dari pertemuan antara lamina

8
spiralis membranasea kearah perifer atas, terdapat membrane yang
dinamakan membrane reissner. Pada pertemuan kedua lamina ini,
terbentuk saluran yang dibatasi oleh:
1. Membrane reissner bagian atas
2. Lamina spiralis membranasea bagian bawah
3. Dinding luar koklea saluran ini dinamakan duktus
koklearis atau koklea bagian membrane yang berisi
endolimf. Dinding luar koklea ini dinamakan
ligamentum spiralis.disini, terdapat stria vaskularis,
tempat terbentuknya endolimf.

Gambar 4.Koklea

Pada membarana basilaris (lamina spiralis membranasea)


terdapat alat korti. Pada bagian atas organ korti, terdapat suatu
membrane, yaitu membrane tektoria. Membrane ini berpangkal pada
Krista spiralis dan berhubungan dengan alat persepsi pada alat korti.
Pada alat korti dapat ditemukan sel-sel penunjang, sel-sel persepsi
yang mengandung rambut. Antara sel-sel korti ini terdapat ruangan
(saluran) yang berisi kortilimf.
Duktus koklearis berhubungan dengan sakkulus dengan
peralatan duktus reunions. Bagian dasar koklea yang terletak pada
dinding medial cavum timpani menimbulkan penonjolan pada

9
dinding ini kearah cavum timpani. Tonjolan ini dinamakan
promontorium.

B. Vestibulum
Vestibulum letaknya diantara koklea dan kanalis semisirkularis yang
juga berisi perilimf. Pada vestibulum bagian depan, terdapat lubang
(foramen ovale) yang berhubungan dengan membrane timpani,
tempat melekatnya telapak (foot plate) dari stapes. Di dalam
vestibulum, terdapat gelembung-gelembung bagian membrane
sakkulus dan utrikulus. Gelembung-gelembung sakkulus dan
utrikulus berhubungan satu sama lain dengan perantaraan duktus
utrikulosakkularis, yang bercabang melalui duktus endolimfatikus
yang berakhir pada suatu lipatan dari duramater, yang terletak pada
bagian belakang os piramidalis. Lipatan ini dinamakan sakkus
endolimfatikus, saluran ini buntu.
Sel-sel persepsi disini sebagai sel-sel rambut yang di kelilingi
oleh sel-sel penunjang yang letaknya pada macula. Pada sakkulus,
terdapat macula sakkuli. Sedangkan pada utrikulus, dinamakan
macula utrikuli.

C. Kanalis semisirkularis
Di kedua sisi kepala terdapat kanalis-kanalis semisirkularis yang
tegak lurus satu sama lain. didalam kanalis tulang, terdapat kanalis
bagian membran yang terbenam dalam perilimf. Kanalis
semisirkularis horizontal berbatasan dengan antrum mastoideum dan
tampak sebagai tonjolan, tonjolan kanalis semisirkularis horizontalis
(lateralis).
Kanalis semisirkularis vertikal (posterior) berbatasan dengan
fossa crania media dan tampak pada permukaan atas os petrosus
sebagai tonjolan, eminentia arkuata. Kanalis semisirkularis posterior

10
tegak lurus dengan kanalis semi sirkularis superior. Kedua ujung
yang tidak melebar dari kedua kanalis semisirkularis yang letaknya
vertikal bersatu dan bermuara pada vestibulum sebagai krus komunis.
Kanalis semisirkularis membranasea letaknya didalam kanalis
semisirkularis ossea. Diantara kedua kanalis ini terdapat ruang berisi
perilimf. Didalam kanalis semisirkularis membranasea terdapat
endolimf. Pada tempat melebarnya kanalis semisirkularis ini terdapat
sel-sel persepsi, bagian ini dinamakan ampulla.
Sel-sel persepsi yang ditunjang oleh sel-sel penunjang
letaknya pada Krista ampularis yang menempati 1/3 dari lumen
ampulla. Rambut-rambut dari sel persepsi ini mengenai organ yang
dinamakan kupula, suatu organ gelatinous yang mencapai atap dari
ampulla sehingga dapat menutup seluruh ampulla.

2.1.4 Fisiologi pendengaran


Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energy bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang
kekoklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan
ketelinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan
mengimplikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan
perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong.
Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang
menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibule
bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang
mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative antara
membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang
mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut,
sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik
dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut,
sehingga melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan

11
menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke
nucleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus
temporalis.

Gambar 5.Fisiologi Pendengaran

2.2 OTITIS EKTERNA

2.2.1 Defenisi
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, dan virus. Faktor yang
mempermudah radang telinga luar ialah perubahan pH di liang telinga,
yang biasanya normal atau asam. Bila pH menjadi basa, proteksi terhadap
infeksi akan menurun.

2.2.2 Etiologi
Otitis eksterna terutama disebabkan oleh infeksi bakteri, yaitu
staphylococcus aureus, staphylococcus albus, dan escherichia coli.

12
Penyakit ini dapat juga disebabkan oleh jamur (10% otitis eksterna
disebabkan oleh jamur terutama jamur pityrosporum dan aspergilosis),
alergi, dan virus (misalnya: virus varisela zoster). Otitis eksterna dapat
juga disebabkan oleh penyebaran luas dari proses dermatologis yang
bersifat non infeksi.

Faktor predisposisi otitis eksterna, yaitu :


1. Udara hangat dan lembab memudahkan kuman dan jamur
untuk tumbuh.
2. Derajat keasaman (pH) liang telinga, dimana PH basa
mempermudah terjadinya otitis eksterna. PH asam
memproteksi terhadap kuman infeksi.
3. Trauma mekanik seperti trauma lokal dan ringan pada epitel
liang telinga luar (meatus akustikus eksterna), misalnya setelah
mengorek telinga menggunakan lidi kapas atau benda lainnya.
4. Berenang dan terpapar air. Perubahan warna kulit liang telinga
dapat terjadi setelah terkena air. Hal ini disebabkan adanya
bentuk lekukan pada liang telinga sehingga menjadi media
yang bagus buat pertumbuhan bakteri. Otitis eksterna sering
disebut sebagai swimmer's ear.
5. Benda asing yang menyebabkan sumbatan liang telinga,
misalnya manik-manik, biji-bijian, serangga, dan tertinggal
kapas.
6. Bahan iritan (misalnya hair spray dan cat rambut).
7. Alergi misalnya alergi obat (antibiotik topikal dan antihistamin)
dan metal (nikel).
8. Penyakit psoriasis
9. Penyakit eksim atau dermatitis pada kulit kepala.
10. Penyakit diabetes. Otitis eksterna sirkumskripta sering timbul
pada pasien diabetes.

13
11. Penyumbat telinga dan alat bantu dengar. Terutama jika alat
tersebut tidak dibersihkan dengan baik.

2.2.3 Patofisiologi
Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan
dan dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga. Cotton bud
(pembersih kapas telinga) dapat mengganggu mekanisme pembersihan
tersebut sehingga sel-sel kulit mati dan serumen akan menumpuk di
sekitar gendang telinga. Masalah ini juga diperberat oleh adanya susunan
anatomis berupa lekukan pada liang telinga. Keadaan diatas dapat
menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalam liang telinga ketika
mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan gelap pada
liang telinga merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan
jamur.
Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan
berkurangnya lapisan protektif yang menimbulkan edema epitel
skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang memudahkan
bakteri masuk melalui kulit, terjadi inflamasi dan cairan eksudat. Rasa
gatal memicu terjadinya iritasi, berikutnya infeksi lalu terjadi
pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Proses infeksi
menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan perubahan rasa
nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan mengeluarkan
cairan/nanah yang bisa menumpuk dalam liang telinga (meatus akustikus
eksterna) sehingga hantaran suara akan terhalang dan terjadilah
penurunan pendengaran. Infeksi pada liang telinga luar dapat menyebar
ke pinna, periaurikuler dan tulang temporal.

14
2.2.4 Manifestasi Klinis
Gejala otitis eksterna umumnya adalah rasa gatal dan sakit (otalgia).
Gejala dan tanda pasien otitis eksterna selengkapnya :

1. Otalgia.
2. Gatal-gatal (pruritus).
3. Rasa penuh (fullness) di liang telinga. Keluhan ini biasa
terjadi pada tahap awal otitis eksterna difus dan sering
mendahului otalgia dan nyeri tekan daun telinga.
4. Pendengaran berkurang atau hilang.
5. Deskuamasi.
6. Tinnitus.
7. Discharge dan otore. Cairan (discharge) yang mengalir dari
liang telinga (otore). Kadang-kadang pada otitis eksterna
difus ditemukansekret / cairan berwarna putih atau kuning,
atau nanah. Cairan tersebutberbau yang tidak
menyenangkan. Tidak bercampur dengan lendir (musin).
8. Demam.
9. Nyeri tekan pada tragus17 dan nyeri saat membuka mulut.
10. Infiltrat dan abses (bisul). Keduanya tampak pada otitis
eksterna sirkumskripta. Bisul menyebabkan rasa sakit berat.
Ketika pecah, darah dan nanah dalam jumlah kecil bisa
bocor dari telinga.

Rasa sakit di dalam telinga (otalgia) bisa bervariasi dari yang


hanya berupa rasa tidak enak sedikit, perasaan penuh didalam telinga,
perasaan seperti terbakar hingga rasa sakit yang hebat serta berdenyut.
Meskipun rasa sakit sering merupakan gejala yang dominan, keluhan ini
juga sering merupakan gejala mengelirukan. Rasa sakit bisa tidak
sebanding dengan derajat peradangan yang ada. Ini diterangkan dengan

15
kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar langsung berhubungan
dengan periosteum dan perikondrium, sehingga edema dermis menekan
serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagi pula, kulit
dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan
tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun
telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan dari liang telinga luar
dan mengkibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis
eksterna.

Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada


tahap awal dari otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya
rasa sakit dan nyeri tekan daun telinga.

Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan


merupakan pendahulu rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna
akut. Pada kebanyakan penderita rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa
tidak enak merupakan tanda permulaan peradangan suatu otitis eksterna
akuta.

Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik


dari otitis eksterna. Edema kulit liang telinga, sekret yang serous atau
purulen, penebalan kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama
sering menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli
konduktif. Keratin yang deskuamasi, rambut, serumen, debris, dan obat
-obatan yang digunakan kedalam telinga bisa menutup lumen yang
mengakibatkan peredaman hantaran suara.

16
2.2.5 Klasifikasi

1. Otitis Eksterna Akut


A. Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel = Bisul)
Otitis eksterna sirkumskripta adalah infeksi bermula dari folikel
rambut di liang telinga yang disebabkan oleh bakteri
stafilokokus dan menimbulkan furunkel di liang telinga di 1/3
luar. Sering timbul pada seseorang yang menderita diabetes.

Gejala klinis otitis eksterna sirkumskripta berupa rasa


sakit (biasanya dari ringan sampai berat, dapat sangat
mengganggu, rasa nyeri makin hebat bila mengunyah
makanan). Keluhan kurang pendengaran, bila furunkel
menutup liang telinga. Rasa sakit bila daun telinga ketarik atau
ditekan. Terdapat tanda infiltrat atau abses pada 1/3 luar liang
telinga.

Penatalaksanaan otitis eksterna sirkumskripta:

a. Lokal : pada stadium infiltrat diberikan tampon yang


dibasahi dengan 10% ichthamol dalam glycerine,
diganti setiap hari. Pada stadium abses dilakukan insisi
pada abses dan tampon larutan rivanol 0,1%.
b. Sistemik : Antibiotika diberikan dengan pertimbangan
infeksi yang cukup berat. Diberikan pada orang dewasa
ampisillin 250 mg qid, eritromisin 250 qid. Anak-anak
diberikan dosis 40-50 mg per kg BB.
c. Analgetik : Parasetamol 500 mg qid (dewasa). Antalgin
500 mg qid (dewasa).
d. Pada kasus-kasus berulang tidak lupa untuk mencari
faktor sistemik yaitu adanya penyakit diabetes melitus.

17
B. Otitis Eksterna Difus (OED)
Otitis eksterna difus adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga
akibat infeksi bakteri. Umumnya bakteri penyebab yaitu
Pseudomonas. Bakteri penyebab lainnya yaitu Staphylococcus
albus, Escheria coli, dan sebagainya. Kulit liang telinga terlihat
hiperemis dan udem yang batasnya tidak jelas. Tidak terdapat
furunkel (bisul). Gejalanya sama dengan gejala otitis eksterna
sirkumskripta (furunkel = bisul). Kandang-kadang kita temukan
sekret yang berbau namun tidak bercampur lendir (musin).
Lendir (musin) merupakan sekret yang berasal dari kavum
timpani dan kita temukan pada kasus otitis media.
Pengobatan otitis eksterna difus ialah dengan
memasukkan tampon yang mengandung antibiotik ke liang
telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat dengan
kulit yang meradang. Kadang-kadang diperlukan obat
antibiotika sistemik.

Gambar 6. Otitis Eksterna Difus


Menurut Senturia HB (1980) otitis ekterna dibagi menjadi 3
stadium :

18
a. Preinflamasi
Tahap preinflammatory dimulai ketika stratum korneum
menjadi edematous karena hilangnya lapisan lipid pelindung
canalis akustikus eksternus, sehingga menyumbat unit
apopilosebaceous. proses obstruksi terus berlanjut, rasa
penuh dan gatal telinga dimulai. Terganggunya lapisan
epitel memungkinkan invasi bakteri yang baik berada di
CAE atau benda asing dari luar masuk ke dalam saluran,
seperti kapas atau kuku kotor.

Gambar 7. Tahap Preinflamasi


b. Inflamasi akut (ringan/sedang/berat)
Tahap inflamasi akut disertai dengan rasa sakit dan nyeri
dari daun telinga. Tahap ringan , kulit saluran pendengaran
eksternal menunjukkan eritema ringan dan edema minimal.
Tampak adanya sekret yang terlihat pada CAE. Rasa sakit
dan gatal meningkat. Tahap sedang, CAE menunjukkan
lebih edema dan eksudat tebal lebih banyak. Jika tidak
diobati maka akan menjadi lebih berat, ditandai dengan
peningkatan rasa sakit dan kerusakan pada lumen CAE.
Banyaknya eksudat purulen dan edema pada kulit CAE
memungkin mengaburkan gambaran membran timpani.

19
Pseudomonas aeruginosa atau lain basil gram negatif
hampir selalu dapat dikultur pada tahap ini . Tahap berat,
terjadi perluasan infeksi di luar CAE dengan melibatkan
kelenjar getah bening didaerah leher.

c. Inflamasi kronik
Pada tahap peradangan kronis, nyeri berkurang tapi gatal
lebih terasa. Kulit CAE menebal, dan mengelupas. Auricula
dan concha sering menunjukkan perubahan sekunder, seperti
eczematization, lichenification, dan ulserasi dangkal.
2. Otitis Eksterna Kronis
Otitis eksterna kronik adalah otitis eksterna yang berlangsung lama
dan ditandai oleh terbentuknya jaringan parut (sikatriks). Adanya
sikatriks menyebabkan liang telinga menyempit.

Gambar 8. Otitis eksterna kronik

Menurut MM. Carr secara klinik otitis eksterna terbagi :

a. Otitis Eksterna Ringan : kulit liang telinga hiperemis


dan eksudat, liang telinga menyempit.

20
b. Otitis Eksterna Sedang : liang telinga sempit, bengkak,
kulit hiperemis dan eksudat positif
c. Otitis Eksterna Komplikas : Pina/Periaurikuler eritema
dan bengkak
d. Otitis Eksterna Kronik : kulit liang telinga/pina
menebal, keriput, eritema positif.

2.2.6 Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis dari otitis eksterna dapat diperoleh dari


anamnesis dan pemeriksaan fisik yang meliputi :

1. Anamnesis

Pasien mungkin melaporkan gejala berikut:


A. Otalgia
B. Rasa penuh ditelinga
C. Gatal
D. Discharge (Awalnya, debit mungkin tidak jelas dan tidak berbau, tetapi
dengan cepat menjadi bernanah dan berbau busuk)
E. penurunan pendengaran
F. tinnitus
G. Demam (jarang)
H. Gejala bilateral (jarang)

2. Pemeriksaan Fisik

Temuan pemeriksaan fisik dapat mencakup sebagai berikut:


A. Nyeri tekan tragus

21
B. Eritematosa dan edema saluran auditori eksternal
C. Discharge purulen
D. Eczema dari daun telinga
E. Adenopati Periauricular dan servikal
F. Demam (jarang)
G. Pada kasus yang berat, infeksi dapat menyebar ke jaringan lunak
sekitarnya, termasuk kelenjar parotis. Ekstensi tulang juga dapat terjadi
ke dalam tulang mastoid, sendi temporomandibular, dan dasar
tengkorak, dalam hal saraf kranial VII (wajah), IX (glossopharingeus),
X (vagus), XI (aksesori), atau XII (hypoglossal) dapat terpengaruh.
3. Pemeriksaan penunjang
A. Pemeriksaan Laboratorium
a. Jumlah leukosit
 Jumlah leukosit biasanya normal atau sedikit meninggi
b. Kultur dan tes sensivitas dari liang telinga
 Kultur dari drainase telinga perlu dilakukan sebelum pemberian
antibiotic
 Organisme penyebab utama otitis eksterna maligna adalah P.
Aeruginosa (95 %). Organisme ini anaerobik, gram negatif.
Spesies pseudomonas mempunyai lapisan mukoid untuk
fagositosis. Eksotoksin (yaitu eksotoksin A, kolagenase, elastase)
dapat menyebabkan nekrosis jaringan, dan beberapa strain
menghasilkan neurotoksin yang menyebabkan neuropati cranial.5
c. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan ini penting untuk menentukan adanya osteomielitis,
perluasan penyakit, dan respon terapi, antara lain : CT scan dan MRI
keduanya berguna untuk memeriksa perluasan inflamasi terhadap
anatomi jaringan lunak, pembentukan abses, komplikasi intracranial.

22
2.2.7 Diagnosis Banding
A. Otitis Media Akut (OMA)
B. Tumor Liang Telinga
C. Carsinoma Liang Telinga Luar

2.2.8 Penantalaksanaan

Terapi utama dari otitis eksterna melibatkan manajemen rasa sakit,


pembuangan debris dari kanalis auditorius eksternal, penggunaan obat topikal
untuk mengontrol edema dan infeksi, dan menghindari faktor pencetus.

A. Dengan lembut membersihkan debris dari kanalis auditorius eksternal


dengan irigasi atau dengan menggunakan kuret plastik lembut atau kapas
di bawah visualisasi langsung. Pembersihan kanal meningkatkan
efektivitas dari obat topikal.

B. Obat topikal aural biasanya termasuk asam ringan (untuk mengubah pH


dan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme), kortikosteroid
(untuk mengurangi peradangan), agen antibiotik, dan / atau agen
antijamur.

 Infeksi ringan: otitis eksterna ringan biasanya merespon dengan


penggunaan agen acidifying dan kortikosteroid. Sebagai alternatif,
campuran perbandingan (2:1) antara alkohol isopropil 70% dan asam
asetat dapat digunakan.

 Infeksi sedang : Pertimbangkan penambahan antibiotik dan antijamur


ke agen acidifying dan kortikosteroid.

 Antibiotik oral digunakan pada pasien dengan demam, imunosupresi,


diabetes, adenopati, atau pada individu-individu dengan ekstensi
infeksi di luar saluran telinga.

23
 Dalam beberapa kasus, kasa (dengan panjang 1/4 inci) dapat
dimasukkan ke dalam kanal, dan obat ototopic dapat diterapkan
secara langsung ke kasa (2-4 kali sehari tergantung pada frekuensi
dosis yang dianjurkan dokter). Setelah kasa digunakan, harus dicabut
kembali 24 -72 jam setelah insersi.

 Dalam kasus pasien dengan tympanostomy atau diketahui adanya


perforasi, persiapan non-ototoxic topical (misalnya, fluorokuinolon,
dengan atau tanpa steroid).

2.2.9 Komplikasi
A. Perikondritis
Radang pada tulang rawan daun telinga yang terjadi apabila suatu
trauma atau radang menyebabkan efusi serum atau pus di antara
lapisan perikondrium dan kartilago telinga luar. Umumnya trauma
berupa laserasi atau akibat kerusakan yang tidak disengajakan pada
pembedahan telinga. Adakalanya perikondritis terjadi setelah suatu
memar tanpa adanya hematoma. Dalam stage awal infeksi, pinna dapat
menjadi merah dan kenyal. Ini diikuti oleh pembengkakan yang
general dan membentuk abses subperikondrial dengan pus terkumpul
di antara perikondrium dan tulang rawan dibawahnya.
B. Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)
Infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membrane timpani
dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang
timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.

2.2.10 Prognosis

Umumnya otitis eksterna dapat sembuh jika segera diobati dan faktor
pencetusnya dapat dihindari. Akan tetapi otitis eksterna sering kambuh jika

24
kebersihan telinga tidak dijaga, adanya riwayat penyakit tertentu seperti
diabetes yang menyulitkan penyembuhan otitis sendiri, dan tidak
menghindari faktor pencetus dengan baik.

25
BAB III
KESIMPULAN

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan
disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur dan virus. Faktor yang mempermudah radang
telianga luar ialah pH di liang telinga yang biasanya normal atau asam. Bila pH
menjadi basa, proteksi terhadap infeksi menurun. Pada keadaan udara yang hangat
dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh. OE ini dibagi menjadi otitis eksterna
akut (otitis eksterna sirkumskripta & otitis eksterna dufus) dan otitis eksterna kronis
(otitis eksterna malignan).
Patogenesis dari otitis eksterna sangat komplek. Factor predisposisi OE adalah
keadaan udara yang hangat dan lembab akan memudahkan pertumbuhan bakteri dan
jamur, pemaparan terhadap air dan penggunaan lidi kapas juga dapat menyebabkan
terjadi otitis eksterna baik yang akut maupun kronik.
Gejala otitis eksterna adalah otalgia, gatal-gatal (pruritus), rasa penuh (fullness)
di liang telinga, pendengaran berkurang atau hilang, deskuamasi, tinnitus, discharge
dan otore, demam, nyeri tekan pada tragus dan nyeri saat membuka mulut, infiltrat
dan abses (bisul), serta hiperemis dan udem (bengkak) pada liang telinga.
Penatalaksanaan otitis eksterna bertujuan : membuang serumen, kotoran, dan
sel-sel kulit mati dari liang telinga, mengeluarkan mikroorganisme, mengurangi rasa
sakit, peradangan dan edema, menghilangkan rasa tidak enak, memulihkan
pendengaran, menghilangkan gatal dan penggarukan yang berulang

26
DAFTAR PUSTAKA

Adam GL, Boies LR, Higler PA; Wijaya C: alih bahasa; Effendi H, Santoso K:
editor. Penyakit telinga luar dalam Buku Ajar Ilmu Panyakit THT. Edisi 6.
Jakarta:
EGC. 1997.78-84.
Arsyad Soepardi, Nurbaiti Iskandar, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu THT-KL edisi 6
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Carr, MM. Otitis Eksterna,


http://www.icarus.med.utoronto.ea/carr/manual/otitisexterna.htm.
Liston SL. Embriologi, Anatomi dan Fisiologi Telinga. Dalam : Boies, Buku Ajar
Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan, ed 6. Alih Bahasa Dr. Caroline Wijaya,
Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta., 1994: 27 - 33.
Lucente, frank 2002. Ilmu THT Essensial. Jakarta: EGC

Otitis Externa, Author: Ariel A Waitzman, MD, FRCS (C) ; Chief Editor: Arlen
DMeyers,MD,MBA. Updated:Jan22,2013,
http://emedicine.medscape.com/article/994550-overview.
Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi Ketujuh.
Cetakan Keempat. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2012

27

Anda mungkin juga menyukai