Anda di halaman 1dari 20

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN Oktober 2018

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN KASUS : MORBILI


DI PKM SUDIANG RAYA

Oleh:
Siti Adani Ayundi, S.Ked
111 2017 2047

Pembimbing :
dr. Syamsiah
dr, Wawan Hamka

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2018

1
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Siti Adani Ayundi

NIM : 111 2017 2047

Judul Lapsus : Morbili

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Kesehatan Anak di Puskesmas Fakultas Kedokteran Universitas Muslim
Indonesia.

Makassar, 26 Oktober 2018

Mengetahui,

dr. Syamsiah

2
BAB I

PENDAHULUAN

Campak atau measles merupakan penyakit akut dengan daya penularan

tinggi, yang ditandai dengan demam, korisa, konjungtivitis, batuk disertai

eksantema spesifik (koplik’s sign) diikuti ruam makulopapular menyeluruh yang

disebabkan oleh paramyxovirus genus morbillivirus. Penularan terjadi saat 3-5

hari sebelum muncul ruam hinggga 4 hari sesudah ruam timbul.1,2

Jumlah kasus campak pada tahun 2009 di Indonesia sebanyak 18.055 kasus

dengan incident rate (IR) 0,77 per 10.000 penduduk, dan 17.139 kasus pada 2010

dengan IR 0,73 per 10.000 penduduk sementara target IR di Indonesia adalah 0

per 10.000 penduduk. Sehingga sebagai upaya mencapai IR tersebut dilakukan

pengendalian campak berupa:3,4

a. Imunisasi rutin  pada bayi 9 bulan dan kegiatan Bulan Imunisasi Anak

Sekolah (BIAS) pada anak kelas 1 SD (dosis kedua).

b. Imunisasi tambahan berupa Crash Program pada anak balita dan SD di

daerah resiko tinggi.

c. Penguatan surveilans campak.

d. Memperbaiki manajemen kasus melalui pemberian vitamin A dan

antibiotik.

3
BAB II

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Nama : An. K

Tanggal Lahir : 5 Januari 2018 (9 bulan)

Alamat : Jl. Dwi Ratu Pesona D/21

Jenis kelamin : Perempuan

No.RM :-

Agama : Islam

Tgl. Kunjungan ke PKM : 15 Oktober 2018

B. Subjektif

Keluhan utama: ruam berwana kemerahan seluruh badan

Anamnesis terpimpin:

Pasien dating kepuskesmas dibawa oleh ibunya dengan keluhan timbul

ruam merah pada seluruh tubuh disertai demam sejak 2 hari yang lalu.

Demam naik turun dan tidak menentu waktunya. Pasien juga mengalami

Batuk sejak 2 hari yang lalu. flu tidak ada, sesak tidak ada, mual dan

muntah tidak ada. Pasien juga mengalami BAB encer sejak 2 hari yang

lalu, warna kuning, ampas ada, lendir dan darah tidak ada. BAK lancar.

Pasien mengonsumsi ASI sampai saat ini. Riwayat post imunisasi MR 3

hari yang lalu.

4
C. Objektif

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Sakit sedang / Gizi baik / Compos mentis

Nadi : 110 kali/menit

Pernapasan : 24 kali/menit

Suhu : 37,3 oC

Status Gizi

BB : 8,5 kg

PB : tidak diukur

1) Kepala : Normocephal, Simetris kiri dan kanan, deformitas (-)

2) Rambut : Hitam, mudah tercabut

3) Ubun-ubun : Sudah menutup, bentuk datar

4) Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterus (-/-), kornea

jernih, pupil Isokor 3mm ODS

5) Telinga : Sekret (-), nyeri tekan di pros. mastoideus (-)

6) Hidung : Epistaksis (-), sekret (-)

7) Mulut : Sianosis (-), Perdarahan gusi (-), Stomatitis (-)

8) Faring : Tidak hiperemis

9) Tonsil : T1-T1, tidak hiperemis, tidak ada eksudat

10) Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), nyeri

tekan (-)

11) Paru-paru :

Inspeksi : Pengembangan simetris kiri dan kanan, tidak ada retraksi

5
Palpasi : Massa tumor tidak ada, nyeri tekan tidak ada, vocal

fremitus normal

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Bunyi pernapasan vesicular. Bunyi tambahan rhonki tidak

ada, wheezing tidak ada

12) Jantung : Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Thrill tidak teraba

Perkusi : Pekak, batas jantung atas ICS II linea mid

lavicularis sinistra, batas jantung kanan linea

parasternalis dekstra, batas jantung kiri

midaksilaris ICS 5

Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 murni, reguler,

Tidak ada bising

13) Abdomen : Inspeksi : Cembung, ikut gerak napas

Auskultasi : Peristaltik kesan meningkat

Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, massa tumor

tidak ada. Hepar dan lien tidak teraba.

Perkusi : Tympani. Shifting Dullness (+)

6
14) Extremitas : akral hangat, ruam kemerahan pada seluruh badan

D. Assesment

Morbili ( Campak)

E. Planning

Paracetamol drops 3 x ½ ml

Amoxicillin syr 3x1/2 cth

Vitamin A 1x1

Bedak salicyl

Lampiran

7
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 DEFINISI

Campak atau morbili adalah penyakit virus yang sangat menular yang

ditularkan melalui droplet dari individu yang terinfeksi. Virus ini menyebar

dengan batuk dan bersin, atau kontak langsung dengan sekret hidung atau

tenggorokan yang terinfeksi. Virus tetap aktif dan menular di udara atau di

permukaan yang terinfeksi hingga 2 jam. Hal ini dapat ditularkan oleh

individu yang terinfeksi dari 4 hari sebelum onset ruam sampai 4 hari setelah

onset. Jika satu orang menderita penyakit ini, sebagian besar kontak dekat

mereka yang rentan juga akan terinfeksi. Anak-anak yang tidak diimunisasi

berisiko tinggi terkena campak dan komplikasinya, termasuk kematian.5

3.2 ETIOLOGI

Virus campak adalah virus RNA dengan hanya satu serotipe,

tergolong anggota genus Morbilivirus dari keluarga Paramyxoviridae. Ada

banyak genotipe yang berbeda. Karakteristik molekuler dari genotipe virus

tertentu dapat mengidentifikasi strain wabah saat pengamatan epidemiologi

konsisten. Situs utama infeksi adalah epitel pernafasan nasofaring.6

3.3 EPIDEMIOLOGI

Campak bersifat endemik di seluruh dunia, dengan sekitar 20 juta

kasus terjadi setiap tahun. Di daerah beriklim sedang, wabah umumnya

8
terjadi pada akhir musim dingin dan awal musim semi. Di daerah beriklim

tropis, penularan meningkat setelah musim hujan. Sebelum pengenalan

vaksinasi universal, epidemi campak yang berlangsung tiga sampai empat

bulan terjadi secara konsisten setiap dua sampai lima tahun. 6

Gambar 1. Negara dengan kasus campak terbesar di dunia11

Pada tahun 1980, sebelum imunisasi dilakukan secara luas,

diperkirakan lebih 20 juta orang di dunia terkena campak dengan 2,6 juta

kematian setiap tahun yang sebagian besar adalah anak-anak di bawah usia

lima tahun. Sejak tahun 2000, lebih dari satu miliar anak di negara-negara

berisiko tinggi telah divaksinasi melalui program imunisasi, sehingga pada

tahun 2012 kematian akibat campak telah mengalami penurunan sebesar 78%

secara global. Dari gambaran di atas menunjukkan Indonesia merupakan

salah satu dari negara-negara dengan kasus campak terbanyak di dunia.11

Selama tahun 2000-2013 vaksinasi morbili telah mencegah 15,6 juta

kematian, dengan penurunan jumlah kematian sebesar 75% dari 544.400 pada

9
tahun 2000 menjadi 145.700 pada tahun 2013. Sebelum era vaksinasi, lebih

dari 90% anak di bawah 15 tahun pernah mengalami morbili.13

3.4 FAKTOR RISIKO

Beberapa anak yang terinfeksi virus campak mungkin hanya memiliki

penyakit ringan dengan sedikit tanda atau gejala. Ini sangat beruntung bagi

anak tapi membuat diagnosis klinis lebih sulit. Anak-anak lain mungkin

memiliki campak yang sangat parah dengan tanda dan gejala yang lebih jelas

dan umumnya jauh lebih sakit. Anak-anak yang memiliki risiko paling tinggi

terkena campak parah adalah:8

1. Umur muda, terutama mereka yang berusia dibawah satu tahun

2. Kekurangan gizi (anak-anak dengan marasmus atau kwashiorkor)

3. Mereka yang tinggal dalam situasi yang overcrowded dimana mereka

dapat terkena virus sangat tinggi

4. Mereka yang kekebalannya (mekanisme pertahanan tubuh terhadap

infeksi) terpengaruh, seperti anak-anak dengan infeksi HIV, malnutrisi

atau keganasan

5. Mereka yang kekurangan vitamin A

Kekurangan perawatan kesehatan yang memadai untuk anak-anak

dengan campak juga meningkatkan risiko bahwa komplikasi yang tidak

diobati akan berlanjut ke komplikasi parah dan akhirnya menyebabkan

kematian. Bahkan ketika sebuah pusat kesehatan berada didekatnya, orang

tua mungkin tidak mengerti kebutuhan untuk membawa anak-anak yang sakit

10
cukup awal, dan sering mencari pertolongan saat komplikasi telah

berlangsung.8

3.5 GEJALA KLINIS9,10

Masa inkubasi. 10 – 15 hari

Stadium Prodromal. Masa prodromal antara 2 – 4 hari. Demam 38,4 –

40,6ºC. Rasa tidak enak. Gejala pernafasan bagian atas (coryza, cough).

Fotofobia. Konjungitivitis dengan lakrimasi. Seiring berjalannya waktu gejala

sistemik mereda.

Stadium Erupsi. Pada stadium erupsi ditandai dengan timbulnya ruam

makulopapular yang mulai muncul dari belakang telinga dan kepala,

kemudian menyebar ke seluruh tubuh yang terjadi biasanya pada hari ketiga

dan bertahan selama 5-6 hari. Pada pasien ini, 3 hari sebelum masuk rumah

sakit memasuki stadium erupsi yang ditandai dengan bintik-bintik merah

yang muncul mulai dari belakang telinga, ke wajah dan menyebar ke leher,

dada, tubuh, lengan dan kaki. Tidak jarang pada stadium ini disertai diare,

muntah dan peningkatan suhu tubuh yang dapat mencapai hingga 40-40,5oC

Stadium Konvalensi. Stadium erupsi akan diikuti stadium konvalesen

dimana ruam akan berkurang meninggalkan bekas bercak-bercak yang

berwarna lebih tua coklat kehitaman yang lama kelamaan akan hilang sendiri.

Pada pasien ini stadium konvalesen terjadi hari ke 4 setalah masuk rumah

sakit. Ruam yang menghilang akan meninggalkan jejak hiperpigmentasi dan

mengelupas yang merupakan patognomonis dari morbili.

11
Gambar 2. Anak dengan campak14

3.6 DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan: 7,10

- Anamnesis berupa manifestasi klinik, yaitu demam, batuk, pilek,

mata merah, dan ruam yang timbul dari dahi, belakang telinga sampai

ke seluruh tubuh serta tanda patognomonik bercak Koplik

- Pemeriksaan fisik berupa suhu badan tinggi (>38ºC), mata merah,

dan ruam makulopapular

- Isolasi virus dari darah, urin, atau sekret nasofaring

- Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan darah berupa leukopenia dan

limfositopenia. Pemeriksaan IgM campak juga dapat membantu

diagnosis dan biasanya sudah dapat terdeteksi sejak hari pertama dan

kedua setelah timbulnya ruam. IgM campak ini dapat tetap terdeteksi

setidaknya sampai 1 bulan sesudah infeksi

12
3.7 PENATALAKSANAAN

Semua kasus harus disarankan agar anak tetap di rumah dan tidak ke

sekolah, lembaga pendidikan pasca sekolah menengah, fasilitas penitipan

anak, maupun tempat kerja selama empat hari setelah onset ruam. Serta harus

disarankan untuk menjaga kebersihan tangan dengan baik, hindari berbagi

gelas minum atau peralatan makan dan ketika batuk dan bersin tutup dengan

tisu atau lengan bawah.10

Pada campak tanpa komplikasi tatalaksana bersifat suportif dan

simptomatik, berupa tirah baring, antipiretik (parasetamol 10-15

mg/kgBB/dosis), cairan yang cukup, suplemen nutrisi, dan vitamin A.7

Vitamin A dapat berfungsi sebagai imunomodulator yang

meningkatkan respons antibodi terhadap virus campak. Terapi Vitamin A

terbukti menurunkan angka morbiditas dan mortalitas sehingga World Health

Organization (WHO) menganjurkan pemberian vitamin A kepada semua

anak dengan campak, dimana elemen nutrisi utama yang menyebabkan

kegawatan morbili bukanlah protein dan kalori melainkan vitamin A. Ketika

terjadi defisiensi vitamin A pada kasus morbili maka akan menyebabkan

kebutaan dan kematian. Oleh karena itu vitamin A diberikan dalam dosis

yang tinggi. American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan

pemberian dosis tunggal vitamin A dengan dosis 200.000 IU untuk anak usia

>12 bulan dan 100.000 IU untuk usia <12 bulan, disarankan satu kali sehari

selama dua hari.6

13
Pemberian antibiotik dapat dilakukan jika ada indikasi infeksi

sekunder. Selain itu pemberian antibiotik sebagai profilaksis dari infeksi

sekunder tidak bermanfaat dan tidak dianjurkan. Pemberian antibiotik

golongan cephalosporin berupa ceftriaxone dapat digunakan pada infeksi

saluran nafas dan dengan dosis 20-50 mg/kgBB/hari atau dibagi mejadi 2

dosis.13

3.8 DIFERENTIAL DIAGNOSIS

Campak harus dibedakan dari beberapa penyakit yang klinisnya juga

berupa ruam makulopapular. Gejala klinis klasik campak adalah adanya

stadium prodromal demam disertai coryza, batuk, konjungtivitis, dan

penyebaran ruam makulopapular. Penyakit lain yang menimbulkan ruam

yang sama antara lain:7

- Rubella (Campak Jerman) dengan gejala lebih ringan dan tanpa

disertai batuk

- Roseola infantum dengan gejala batuk ringan dan demam yang

mereda ketika ruam muncul

- Parvovirus (fifth disease) dengan ruam makulopapular tanpa stadium

prodromal

- Demam scarlet (scarlet fever) dengan gejala nyeri tenggorokan dan

demam tanpa konjungtivitis ataupun coryza

14
- Penyakit kawasaki dengan gejala demam tinggi, konjungtivitis, dan

ruam, tetapi tidak disertai batuk dan bercak Koplik. Biasanya timbul

nyeri dan pembengkakan sendi yang tidak ada pada campak

3.9 PENCEGAHAN

Campak dapat dicegah dengan imunisasi. Setelah imunisasi, lebih dari

85% anak-anak akan terlindungi dari penyakit ini. Kebijakan WHO untuk

menangani kasus campak, ditekankan bahwa pencegahan primer campak

melalui imunisasi tetap merupakan strategi pilihan terhadap penyakit.

Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai eliminasi campak dan

pengendalian rubella/Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada tahun 2020.

Strategi yang dilakukan untuk mencapai target tersebut adalah:8,11

- Penguatan imunisasi rutin untuk mencapai cakupan imunisasi

campak ≥95% merata di semua tingkatan

- Pelaksanaan Kampanye Imunisasi Measles Rubella (MR) pada anak

usia 9 bulan hingga 15 tahun secara bertahap dalam 2 fase, yaitu fase

pertama pada bulan Agustus-September 2017 di seluruh Pulau Jawa

dan fase kedua pada bulan Agustus-September 2018 di seluruh Pulau

Sumatra, Pulau Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku

dan Papua.

- Introduksi vaksin MR ke dalam program imunisasi rutin pada bulan

Oktober 2017 dan 2018

15
Gambar 3. Jadwal imunisasi anak rekomendasi IDAI tahun 2017.12

3.10 KOMPLIKASI

Komplikasi umumnya terjadi pada anak risiko tinggi, yaitu:7

- Usia muda, terutama dibawah 1 tahun

- Malnutrisi (marasmus atau kwasiorkor)

- Pemukiman padat penduduk yang lingkungan kotor

- Anak dengan gangguan imunitas, contohnya pada anak infeksi HIV,

malnutrisi, atau keganasan

- Anak dengan defisiensi vitamin

Berdasarkan data surveilans tahun 1985-1992, komplikasi campak

yaitu diare (8%), otitis media (7%), pneumonia (6%), ensefalitis (0,1%),

16
kejang (0,6-0,7%), dan kematian (0,2%).9 Sedangkan berdasarkan WHO

terbagi atas komplikasi pada campak dan komplikasi berat pada campak:8

Tanda dan gejala komplikasi pada campak8

- Nafas cepat, tapi tidak ada chest indrawing, 40 atau lebih napas per

menit jika berusia lebih dari 1 tahun dan 50 atau lebih napas per

menit jika berusia kurang dari 1 tahun

- Pada beberapa kasus didapatkan dehidrasi

- Stridor hanya ketika anak menangis

- Ulkus mulut tidak mempengaruhi asupan makanan atau cairan

- Pus mengalir dari mata

- Otitis media akut, nyeri atau keluarnya cairan dari telinga, durasi

kurang dari 14 hari

- Pneumonia

- Diare

- Infeksi pada mata: konjungtivitis, keratitis

Tanda dan gejala komplikasi berat pada campak8

- Tidak bisa minum atau menyusui

- Kejang

- Gelisah atau tidak sadar

- Ulkus mulut yang dalam dan luas

- Stridor pada anak yang tenang

- Ulkus kornea atau gangguan penglihatan

17
- Mastoiditis, nyeri dan pembengkakan tulang di belakang telinga

- Malnutrisi berat

- Dehidrasi berat

3.11 PROGNOSIS

Campak merupakan self limited disease, namun sangat infeksius.

Mortalitas dan morbiditas meningkat pada penderita dengan faktor risiko

yang mempengaruhi timbulnya komplikasi. Morbili tanpa komplikasi

umumnya akan sembuh sendiri dalam waktu sepuluh hari.7 Prognosis baik

apabila pada anak dengan keadaan umum yang baik, tetapi menjadi buruk

pada anak yang menderita penyakit kronis atau dengan komplikasi.13

3.12 KESIMPULAN

Campak merupakan penyakit yang sangat infeksius yang disebabkan

oleh virus campak yang ditularkan melalui perantara droplet. Manifestasi

klinis berupa demam, batuk, pilek, konjungtivitis, dan ruam seluruh tubuh.

Tatalaksana umumnya suportif disertai pemberian vitamin A sesuai usia

penderita untuk mencegah angka kejadian komplikasi pada campak.

Pencegahan dilakukan dengan imunisasi campak ataupun MMR.7

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Tommy. Campak. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya. 2002:

h 1-21

2. Sudarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI. Buku Ajar Infeksi dan

Pediatri Tropis. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012: h 109-118

3. DITJEN PP & PL. Pedoman Pelaksanaan Kampanye Imunisasi Campak dan

Polio. 2012: h 1-47

4. Sugiasih E. Gambaran Pelaksanaan Surveilans Campak di Puskesmas Cepu

dan Tunjungan Kabupaten Blora Tahun 2012. Semarang. 2012: h 1-120

5. Habif Thomas F. Clinical Dermatology A Color Guide to Diagnosis and

Therapy. Sixth Edition. 2016: p 535

6. Baydack Richard. Carla Ens. Communicable Disease Management Protocol –

Measles (Rubeola). 2015: p 2, 3, 5

7. Gustian Ricky Halim. Campak Pada Anak. RS. Hosana Medica Cikarang.

Cikarang. 2016: h 186-189

8. WHO. Treating Measles In Children. Departement of Immunization, Vaccines

and Biologicals. 2004: p 10, 17, 23-26

9. Klaus Wolff, Richard Allen Johnson, Arturo P. Saavedra. Fitzpatrick’s Color

Atlas & Synopsis Of Clinical Dermatology 7th ed. New York: McGraw – Hill.

2013: p 650

10. Rahayu Tuty, Alan R. Tumbelaka. Gambaran Klinis Penyakit Eksantema

Akut Pada Anak. Sari Pediatri. 2002: h 105

11. KEMENKES RI. Petunjuk Teknis Kampanye Imunisasi Measles Rubella

19
(MR). Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. 2017: h 3-5

12. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jadwal Imunisasi Anak Tahun 2017

13. Donna Rozalia Mariz. Diagnosis dan Tatalaksana Morbili. Universitas

Lampung. J Medula Unila Volume 4 Nomor 3 Januari 2016. h 41-45

14. Chen, Selina SP. Measles. John A Burns School of Medicine, University of

Hawaii; Internal Medicine and Pediatric Hospitalist. 2018. [ONLINE]

(Available: https://emedicine.medscape.com/article/966220-overview access

on June 23th, 2018)

20

Anda mungkin juga menyukai