Anda di halaman 1dari 48

Solo Leveling Chapter 96 Bahasa Indonesia

Penerjemah: Seiei-kun

Jinwoo tiba di Pelelangan Pemburu.

Tak seperti bangunan perusahaan yang berwujud gedung bertingkat, rumah


pelelangan memiliki satu tingkat namun luas. Mengingatkan akan sebuah musim
atau galeri seni. Area parkirnya cukup luas untuk menampung ribuan penawar. Di
tengah tempat yang luas serta bangunan yang besar itu, Jinwoo jadi tahu berapa
banyak uang yang didapatkan Rumah Pelelangan melalui bisnis ini.

Saat Jinwoo keluar dari taksi dan pergi menuju rumah pelelangan, sesosok pria
berpakaian rapi menyambutnya dan menyapanya,

“Apakah Anda Tuan Pemburu Sung Jinwoo?”

“Benar.”

Setelah memandangi penampilan Jinwoo, orang itu terlihat terkejut. Dia lalu
memperkenalkan dirinya dengan suara yang jelas,

“Halo, saya yang tadi menerima telepon Anda. Saya dari tim penaksiran
Pelelangan Pemburu, nama saya Kim Junggi. Silakan ikuti saya, Tuan.”

Jinwoo mengangguk dan mengiktuinya. Saat dirinya mengawal si Pemburu,


berbagai pemikiran pun terlintas dalam kepala Kim Junggi.

‘Tak disangka Peringkat S yang baru diumumkan di media, sudah berada di


belakangku secepat ini.’

Saat pertama kali dia mengangkat telepon, dia kira itu hanyalah telepon iseng.
Karena, pertama, artefak yang dia sebutkan merupakan barang yang mustahil
ada, dan si penelepon bilang dia adalah Pemburu Peringkat S baru.

‘Aku hampir saja bilang “Pemburu Peringkat S ndasmu!” …’

Setelah dia memastikan identitas Sung Jinwoo pada Asosiasi Pemburu, perasaan
merinding pun menjalar di punggung Kim Junggi. Untung saja dirinya tak
spontan mengumpat pada Sung Jinwoo.
[Pada pengukuran ulang, Pemburu Sung Jinwoo melompati lima peringkat, dari
Peringkat E menjadi Peringkat S. Kami menerima laporan bahwa Pemburu Sung
Jinwoo merupakan Pemburu tipe Mage dan..]

Bahkan, layar televisi yang terpasang di seluruh ruang di tempat pelelangan


menampilkan wajah Jinwoo. Karena merasa terganggu dengan hal itu, Jinwoo
pun menekan tudungnya lagi ke kepalanya. Sementara itu, Kim Junggi tiba-tiba
merasakan berdebar setelah mendengar berita yang membahas Jinwoo.

‘Minta swafoto nggak ya?’

Pegawai itu menggelengkan kepalanya. Kalau saja dirinya tidak sedang bekerja,
dia pasti akan meminta tanda tangan atau foto bersama. Akan tetapi, dia tak bisa
meminta hal tidak sopan seperti itu pada tamu yang datang dengan maksud
melakukan transaksi penting. Kim Junggi pun menahan keinginannya.

‘Sejak kapan jarak antara pintu masuk sampai ke sini jadi sependek ini?’
Di kepala pegawai itu terlintas begitu banyak pikiran, dan mereka berdua telah
sampai di kantor penaksiran. Dengan wajah kecewa, Kim Junggi bicara,

“Sebelah sini, Tuan.”

Di dalam ruangan besar, ketua Tim Penaksiran dan kepala penaksiran telah
menunggu. Setelah mengetahui kedatangan Sung Jinwoo, ketua tim melebarkan
matanya. Ketua tim yang tadinya sedang makan siang langsung lari menuju
kantornya, meninggalkan makan siangnya,

‘Dia benar-benar orang yang muncul di berita tadi.’

Sementara itu kepala penaksiran menelan ludahnya,

‘Kalau begitu jumlah penguatan item yang dikatakannya tadi memang benar?’

Tidak, masih belum. Hanya karena dia Pemburu Peringkat S, bukan berarti item
tersebut memiliki nilai penguatan semustahil itu. Kepala penaksiran
menenangkan dirinya dengan anggapan seperti itu. Pengrajin artefak terbaik
dunia yang memakai material terbaik sekalipun, hanya bisa memberikan efek
penguatan maksimal sebesar 50%, kalau pun ada yang lebih, hanya lebih sedikit.
Bahkan, untuk mengumpulkan materialnya pun sangat sulit. Terlebih lagi, jumlah
pekerja serta usaha untuk membuat artefak tersebut juga cukup besar. Sehingga
item dengan penguatan 50% hanya muncul dalam beberapa tahun sekali.
Pemburu tipe Mage yang menginginkan item semacam itu pun ada banyak sekali
di seluruh dunia ini, tapi untuk saat ini, item semacam itu belum ada di katalog
penjualan. Bahkan Pemburu tipe Mage yang dijuluki Prajurit Terkuat di Korsel
yaitu Choi Jongin pun memberikan permintaan terbuka untuk item yang mampu
meningkatkan status sebesar 50%.
Dan sekarang, Pemburu Peringkat S yang baru saja diumumkan beberapa menit
yang lalu bilang, ia memiliki item yang mampu meningkatkan kekuatan sebesar
100%?

‘Mustahil …’

Kalau saja Jinwoo bukan pemburu peringkat S, pihak pelelangan pasti sudah
mengusirnya dari tadi.

Tapi.

Mana mungkin rumah pelelangan mengabaikan Pemburu Peringkat S. Bahkan


kalaupun pertemuan ini tak menghasilkan apa pun, tetap saja Pemburu Peringkat
S merupakan pelanggan berharga di masa mendatang.

‘Apa yang harus kami lakukan sekarang?’

Dengan sedikit kewaspadaan dan semakin besarnya keraguan, kepala penaksiran


meminta sesuatu pada Jinwoo,

“Bisakah Anda … menunjukkan artefak tersebut pada kami?”

Kim Junggi dan ketua tim penaksiran juga memandangi Jinwoo dengan penuh
harap.

“Tentu.”

Jinwoo menaruh tangannya di sakunya dan memanggil item bernama Marble of


Avarice dari inventory-nya.

“Jadi inilah itemnya …”

Kepala Penaksiran membetulkan kacamatanya. Itu adalah kelereng dengan warna


darah yang mengagumkan. Bahkan dilihat sekilas pun, akan membuat orang
terkagum-kagum. Dan dua orang lainnya dari tim penaksiran pun juga terlihat
terkagum-kagum.

“Wah-“

Akan tetapi, kepala penaksiran mengamati item tersebut dengan perasaan


gelisah.

“Artefak ini tidak dibuat dari inti sihir ataupun bijih sihir, bukan?”

“Benar.”

Kepala penaksiran menganggukkan kepalanya,

‘Sudah kuduga.’

Sudah tujuh tahun dirinya bekerja sebagai penaksir item. Ada begitu banyak
artefak ia pegang selama ini, tapi dia tak pernah menemui kristal merah seperti
ini. Kristal biasanya memancarkan cahaya berwarna biru, dan jika kristalnya
berkualitas tinggi, kristalnya akan berwarna mendekati hitam. Tapi yang ini
merah?

Kepala penaksiran menggerakkan kepalanya lalu mengambil kristal tersebut dari


Jinwoo.

Lalu.

“A-Apa?!”

Perasaan merinding pun menjalar di punggungnya. Hal itu disebabkan oleh


kekuatan tak terduga yang keluar dari kristalnya.

‘Jangan-jangan …?’

Dalam keadaan syok, dia memelototi kelereng itu. Kepala penaksiran merupakan
seorang Pemburu Peringkat B tipe Mage. Dia bisa segera mengetahui item
macam apa yang dia pegang. Keringat dingin pun muncul di sekujur tubuhnya.

‘Ya Tuhan!’
Setelah tersentak lagi oleh kekuatan luar biasa dari item tersebut, kepala
penaksiran mengangkat kepalanya. Jinwoo memandanginya dengan tenang.

‘Kalau saja yang membawa benda ini Pemburu peringkat rendah …’

Baru pertama kali ini kepala penaksiran merasakan sesuatu semacam ini. Dalam
karirnya, dia telah banyak menemui artefak kuat berperingkat tinggi, namun baru
pertama kali ini dia sampai punya pikiran untuk mencuri sebuah artefak. Akan
tetapi, lawannya adalah Pemburu Peringkat S.

‘…?’

Jinwoo menatapnya tanpa mengatakan apa pun. Setelah ditatap seperti itu,
kepala penaksiran susah payah menyembunyikan aura keserakahannya.

‘Mencuri dari Pemburu Peringkat S?’

Dia bahkan tak terbayang apa yang akan terjadi padanya kalau dia melakukannya.
Seperti yang dilakukan kepala penaksiran saat pertama kali melihat item itu,
Jinwoo juga memiringkan kepalanya sambil mengamati si kepala penaksir.

‘Ada apa dengan orang ini?’

Dia ini sedang sakit atau apa? Yang jelas, kepala penaksiran mengusap
keringatnya dan berbicara pada ketua tim,

“Ketua tim, tolong nyalakan kameranya.”

“Oh! Baik, baik!”

Kalau kepala penaksiran meminta menyalakan kamera berarti item tersebut


memang sesuai dengan apa yang dikatakan penjualnya. Jantung ketua tim pun
mulai berdetak kencang. Bahkan Kim Junggi yang pertama kali menerima telepon
dari Jinwoo pun menyadarinya dan mulai tak sabaran.

“Mulai proses perekaman sekarang.”

Ketua tim mengarahkan lensa kamera pada kepala penaksiran. Kepala penaksiran
berdiri di depan alat pengukur kekuatan sihir.

Pertama, dia menaruh kelerengnya di sana.


beep-

Alat itu mengeluarkan sebuah angka. Lalu, kepala penaksiran mengambil


kelereng itu dan mengukurnya lagi dan mengamati hasilnya dengan lebih cermat.

beep-

Energi sihir memang benar-benar meningkat dua kali lipat. Setelah memastikan
hasil pengukuran, wajah Kim Junggi pun langsung pucat.

“Ya Tuhan ….”

Ketua tim penaksiran juga bergegas mencoba mengukurnya sendiri.

‘100%? Benda ini benar-benar memperkuat status sebesar 100%?’

Jantungnya seperti mau meledak. Pendapatan rata-rata Rumah Pelelangan saat


menjual satu artefak adalah sebesar 5%. Kalau itemnya terjual seratus miliar,
berarti mereka bisa mendapatkan komisi sebesar lima miliar. Tapi sebagai
pegawai veteran Rumah pelelangan, ketua tim tak bisa memperkirakan berapa
harga dari item sihir merah ini.

‘Ini luar biasa! Luar biasa!’

Kalau saja penjualnya tak ada di sini, ketua tim serasa ingin mengangkat
tangannya ke atas sambil dipeluk oleh para bawahannya. Kalau berhasil menjual
item ini, berapa banyak komisi yang akan diterimanya? Saking senangnya, ketua
tim sampai kesulitan bernapas. Kim Junggi pun juga mengeluarkan reaksi yang
sama dengan seniornya. Dia mengepalkan tangannya dan menunjukkan wajah
gembira.

‘Baiklah!’

Sekarang mereka harus berhati-hati dalam melakukan transaksi selanjutnya.

“Saya … saya akan menguji efeknya.”

Setelah kepala penaksiran mengeluarkan suara tergagap itu, dua bawahannya


pun tersadar dari angan-angannya dan bergerak menjauh. Jinwoo pun juga
menjauh. Kamera masih melakukan perekaman.
Untuk menarik pembeli, memang perlu dilakukan demonstrasi.

Kepala penaksiran mengarahkan pandangannya ke kamera,

“Akan kumulai sekarang.”

Kepala penaksiran mengulurkan tangan kanannya. Sebuah pemandangan seperti


salju yang turun muncul di area yang berukuran sebesar roda truk. Si kepala
penaksiran melanjutkan kata-katanya,

“Saat aku mengeluarkan energi sihirku, aku akan menyentuh item sihir ini.”

Saat tangan kirinya menyentuh Marbel of Acarice,

woooosh-!

Area seperti bersalju yang sebesar roda truk tadi berubah menjadi badai salju
yang menyelimuti seluruh ruangan.

“Wuah!”

Meski sedang terkejut, si kepala penaksiran tak menghentikan energi sihirnya,


seluruh ruangan bisa membeku.

“Kameranya bisa kau matikan sekarang.”

“Baik.”

Pemimpin tim berlari dengan cepat dan mematikan kameranya.

‘Phew-‘

Jinwoo menghela napas lega setelah melihat energi sihir meledak-ledak dari
kepala penaksiran. Tak hanya dirinya, seluruh orang yang ada di ruangan itu
kesulitan menenangkan diri mereka dan bernapas lega. Tak lama kemudian,
ruangan pun jadi tenang kembali. Jinwoo pun bertanya,
“Jadi, menurut Anda harganya bisa sampai berapa?”

Apa dia bisa mendapatkan artefak lain yang sekuat ini kalau dia menjualnya? Yah,
dia juga penasaran berapa harga item yang bisa memberikan efek penguatan
sebesar 100%. Kepala penaksiran pun menantap Marble of Avarice dengan
perasaan tidak percaya.

“Kami … Kami masih bingung harus memberikan harga sebesar apa untuk item
sehebat ini …”

Dia pun mengalihkan pandangannya pada Jinwoo.

Di mana dia mendapatkan artefak seperti ini? Harusnya penaksir tak boleh
menanyakan hal seperti ini, tapi mau bagaimana lagi,

“Dari mana Anda mendapatkannya?”

Jinwoo mengalihkan pandangannya dari kepala penaksir menuju Kim Junggi,

“Apakah informasi tersebut diperlukan untuk penjualan item?”

Kim Junggi menghidari tatapan Jinwoo sambil menggaruk bagian belakang


kepalanya. Kepala penaksiran pun menganggukkan kepalanya,

“Tidak, sebenarnya tidak, Tuan.”

“Saya hanya sangat terkejut. Tapi kalau item seperti ini sampai di jual di pasaran,
semua orang pasti ingin mengetahui dari mana asal item tersebut.”

Seperti yang orang itu katakan, seluruh pegawai Rumah pelelangan pun dihantui
rasa penasaran setengah mati.

‘Yah, memangnya masalah?’

Karena mereka bertanya, Jinwoo tak punya alasan untuk menyembunyikannya.


Lagipula dia mendapatkannya bukan dengan cara ilegal. Ditambah lagi orang lain
takkan bisa mendapatkan item semacam itu meski diberitahu dari mana asalnya.
Jinwoo membuka mulutnya. Tiga pegawai itu pun menahan napas mereka dan
memfokuskan pandangannya pada Pemburu Peringkat S.

Jinwoo menjawabnya dengan senyuman,

“Saya mendapatkannya dari Dungeon.”

————————————————
Baek Yoonho memasuki ruangan pribadinya.

“Aku ingin sendirian dan pastikan tak ada siapapun yang menggangguku.”

Merasa kalau perintah semacam itu belum cukup, dia pun sampai mengunci
ruangannya dan mendekati komputernya. Dengan menggunakan posisinya
sebagai Pemburu Peringkat S dan Pemimpin Guild, Baek Yoonho mengumpulkan
setiap informasi yang bisa dia gali.

‘Apa hal semacam itu bisa terjadi?’

Baek Yoonho tak bisa berhenti memikirkan Jinwoo.

Apa Pemburu bisa berkembang?

Kalau tidak berkembang, lalu apa yang bisa menjelaskan perbedaan kekuatan
dari orang itu hanya dalam beberapa hari? Jari-jari Baek Yoonho bergerak dengan
cepat menekan keyboard. Dia bahkan mengakses website Pemburu yang hanya
bisa diakses oleh para Pemburu papan atas dunia.

Tapi dia tak menemukan apa pun.

‘Tak ada informasi apa pun ….’

Tak ada Pemburu yang bisa meningkatkan kemampuannya. Pembangkitan atau


Pembangkitan ulang, tetap saja kekuatan hanya bisa didapat dengan
keberuntungan. Berarti tak seperti Pemburu kebanyakan, orang itu telah dipilih
oleh Tuhan? Ada begitu banyak tab terbuka di browser dan lalu ditutup, dan dia
sampai membaca novel bisa memberinya informasi penting tanpa henti.

Dia melakukannya selama tiga jam.

Setelah mentalnya kelelahan, Baek Yoonho pun menyandarkan dirinya di kursi.

‘Apa aku saja yang memikirkannya terlalu berlebihan?’

Mungkin memang iya. Dirinya mungkin hanya terkejut dengan besarnya kekuatan
yang dimiliki oleh Sung Jinwoo.

“Ha ha…”
Sebenarnya sedang apa dirinya ini? Padahal di saat-saat seperti ini harusnya dia
sedang sibuk. Harusnya dia berfokus untuk mengambil langkah pertama agar
bisa memperbesar persentase keberhasilannya dalam merekrut Sung Jinwoo. Dia
yakin Pemimpin Guild Choi pasti sudah menawarkan kontrak pada si Pemburu
muda itu. Baek Yoonho pun tertawa kecil dan menutup tab browsernya satu per
satu.

Dan saat matanya tertuju pada tab terakhir,

‘Tunggu …’

Daripada menutup tab itu, Baek justru melakukan pencarian dengan kata kunci
“Peningkatkan Kekuatan pada Pemburu”. Tentu saja takkan ada hasilnya.
Sebenarnya dia juga sudah menyadarinya. Dia hanya mengulangi metode
pencarian yang sudah ia lakukan sejak tiga jam yang lalu.

‘Hmm … Aku sampai melewatkan makan siangku.’

Baek Yoonho hendak menutup tab terakhirnya karena lapar namun dia menyadari
sesuatu. Matanya pun terbuka lebar.

‘…?’

Terdapat lima hasil dalam pencariannya. Posting tersebut bukan berasal dari
forum Pemburu, Baek sendiri takkan pernah menduganya. Baek pun menekan
linknya.

[Sesuatu yang aneh terjadi]


[Tiba-tiba saja aku bisa melihat layar yang melayang di udara seperti dalam video
game, dan aku bisa menggunakan status poin untuk meningkatkan
kemampuanku. Apa ada yang mengalami hal serupa?]

Postingan itu ditulis oleh seorang anonim.


Tapi apa ini? Setelah dia membaca posnya, jantungnya pun mulai berdetak
kencang dan napasnya jadi pendek.

‘Kalau ada orang yang melihatku sekarang, mereka mungkin akan bilang kalau
aku sudah gila.’
Karena dia merasa tak ada salahnya memastikannya, Baek Yoonho pun
mengambil ponselnya.

“Ya, Pemimpin Guild.”

Kepala Divisi Manajemen Kedua Ah Sangmin mengangkat teleponnya.

“Kepala Ahn, ada sesuatu yang ingin kuketahui.”

Dia meminta Ahn Sangmin untuk mencari tahu apa yang terjadi pada Pemburu
Sung Jinwoo di hari postingan tersebut dibuat.

“Baiklah, saya akan coba mencari tahu.”

Setelah memberikan jawaban yang mantap itu, kepala Ahn Sangmin menutup
teleponnya. Kepala Ahn adalah pegawai yang bisa diandalkan. Kalau Baek
Yoonho sampai menunggu informasi darinya, dia harus benar-benar mencari tahu
apa pun itu dengan cara apa pun. Akan tetapi, Pemimpin Guild tak menyangka
jawabannya akan didapatkan secepat ini.

‘Sudah dapat?’

Baek Yoonho mengangkat telepon dengan cepat.

“Sebenarnya saya sudah memiliki filenya di meja saya, jadi tidak membutuhkan
waktu lama.”

“Begitu?”

Baek Yoonho terlihat gembira. Kalau diingat kembali, Kepala Divisi Ahn memang
memerintahkan Divisi Manajemen Kedua untuk mengumpulkan informasi
selengkap mungkin tentang Sung Jinwoo. Berkat itu, informasi yang dia inginkan
bisa didapat dengan cepat.

“Baiklah. Jadi hari itu, Pemburu Sung Jinwoo telah …, Oh, ini pasti waktu itu.

“Apa kau ingat tentang insiden Dungeon Ganda beberapa bulan yang lalu?”

“Tentu saja.”
“Pemburu Sung Jinwoo merupakan salah satu korban yang selamat dari insiden
tersebut. Sepertinya dia dibawa ke rumah sakit dan tak sadarkan diri selama
beberapa waktu.”

“Ah, jadi begitu …”

Baek Yoonho kecewa. Orang yang tak sadarkan diri mana mungkin bisa
memposting di forum internet.

‘Kemampuan untuk berkembang … memang sesuatu yang mustahil.”

Memang pemikiran yang gila. Setelah menerima laporan itu, dia pun mulai
merasakan letih di tubuhnya. Baek Yoonho merasa dirinya harus pulang ke rumah
dan mengambil libur. Tiba-tiba,

“Oh? Tunggu, dia sempat keluar juga …”

Suara Ahn Sangmin ditelepon menjadi penghibur baginya,

“Tapi di hari di mana dia telah sadar.”

Solo Leveling Chapter 97 Bahasa Indonesia


Penerjemah: Seiei-kun

Setelah mendengar kata-kata itu, Baek Yoonho langsung berdiri.


‘Dari semua hari, di hari dia tersadar?’

“Ah, lebih tepatnya, dia membuka matanya sehari sebelumnya.”

Ahn Sangmin mengoreksi informasinya, tapi Baek Yoonho tak beranggapan kalau
satu hari bisa memberikan perbedaan. Yang terpenting saat ini adalah orang yang
memposting hal itu kemungkinan adalah Pemburu Sung Jinwoo.

“Aku mengerti. Informasi ini lebih dari cukup. Terima kasih atas kerja kerasmu.”

Setelah menutup telepon, Baek Yoonho mencari sebuah file di folder


komputernya. Itu merupakan file yang berisi laporan dari Divisi Manajemen Kedua
tentang Sung Jinwoo.

klik klik

Baek Yoonho berfokus pada informasi rekam jejak Sung Jinwoo. Yang dia lihat di
sana adalah sesuatu yang biasa. Upah kecil, luka-luka yang parah, benar-benar
hanya rekam jejak tentang Pemburu Peringkat E biasa.

Tapi, setelah itu ….

‘Insiden Dungeon Ganda ….’

Baek Yoonho berada di sana waktu itu. Pihak Asosiasi mengerahkan Guild besar
terdekat dari TKP, dan Baek Yoonho tiba dengan membawa kelompok penyerang
utamanya.

Dia ingat kalau dirinya melihat laki-laki yang tak sadarkan diri dibawa oleh tandu
ke ambulan.

‘Waktu itu aku tak tahu kalau laki-laki itu adalah Sung Jinwoo ….’

Apa yang sebenarnya terjadi di dalam sana?


Entah apa yang terjadi, Sung Jinwoo berubah total setelah hari itu. Orang yang
sebelumnya bekerja di bawah Asosiasi Pemburu tiba-tiba ikut serta dalam
kelompok penyerangan pribadi dan telah menyelesaikan beberapa Gerbang
Peringkat C dalam sehari. Pasti telah terjadi sesuatu dalam Dungeon Ganda itu.
Baek Yoonho benar-benar yakin.

‘Ini bukanlah Kebangkitan Ulang biasa.’


Kepala Divisi Ahn beranggapan kalau Yoojin Consctruction sedang menguji
Kebangkitan Ulang Sung Jinwoo.

‘Tidak.’

Hal itu belum cukup untuk menjelaskan ledakan perkembangan dari kekuatan
orang itu setelah mengalami Kebangkitan Ulang.

Itu artinya ….

‘Bagaimana kalau dia memang Pemburu yang bisa berkembang?’

Tak hanya itu, kecepatan perkembangannya membuatnya mampu melompat dari


Peringkat E menuju Peringkat S hanya dalam waktu beberapa bulan?

“…”

Baek Yoonho gemetaran. Tentu saja, ia belum yakin 100% kalau yang
memposting di forum merupakan Sung Jinwoo. Tapi kalau memang iya,
membayangkan akan jadi sekuat apa orang itu sudah membuat kepala Baek
Yoonho pening. Di saat yang sama,

‘Aku benar-benar bodoh.’

Dia akhirnya mengerti kenapa Pemburu Sung Jinwoo tak tertarik bergabung
dalam Guild besar.

‘Kalau aku jadi dirinya …’

Kalau punya kemampuan berkembang tanpa batas, mana mau dia bergabung
dalam Guild orang lain? Baek Yoonho menggelengkan kepalanya.

‘Kalau aku jadi dia, aku pasti akan mendirikan Guild sendiri.’

Apa hebatnya Guild nomor satu atau nomor dua di Korsel baginya?

Apa pun yang terjadi, kalau dia mendirikan Guild, Guild-nya pasti langsung jadi
nomor satu.

‘Sepertinya aku dan Choi telah salah mengira tentang semua ini.’
Membayangkan Pemimpin Guild Choi berlarian ke sana kemari untuk merekrut
Sung Jinwoo, Baek Yoonho pun tertawa sendiri.

Akan tetapi.

‘Kalau teoriku benar, itu bukan sesuatu yang harus ditertawakan.’

Cepat atau lambat, Pemburu Sung Jinwoo akan menjadi pemburu nomor satu di
negeri ini.

Tidak, jangankan di negeri ini, dia pasti akan menjadi sorotan di seluruh dunia.

Baek Yoonho pun mengubah rencananya terkait pemburu muda ini.

Sebelum itu,

‘Aku harus menemuinya dan memastikannya sendiri.’

Baek Yoonho menganggukkan kepalanya. Apa pun yang dipikirkannya, bertemu


Jinwoo adalah satu langkah awal yang paling penting.

Sayangnya,

‘Bagaimana caraku memintanya meluangkan waktu?’

Baek Yoonho mengubur kepalanya di tangannya.

“…”

Jinwoo tak membalas satu pun pesan atau panggilan yang dikirim oleh Baek
Yoonho. Kalau memikirkan harus menghubunginya lagi, Pemimpin Guild itu pun
merasakan kepalanya cenut-cenut.

——————————————-

Kepala Penaksiran pun menjawab dengan nada syok,

“Anda mendapatkannya dari Dungeon?”


Jinwoo mengangguk. Secara teknis memang benar. Dia mendapatkannya setelah
mengalahkan Volkhan of Avarice di Dungeon Kastel Iblis. Itu bukan suatu
kebohongan.

‘Dia bisa mendapatkan item seperti ini dalam Dungeon?’

‘Dengan teknologi serta kemampuan manusia saat ini, mustahil bisa membuat
item semacam ini.’

Si penaksir dan dua pegawai dari tim penaksiran terlihat tidak memercayai hal itu,
namun karena pemiliknya berkata demikian, mereka harus menerimanya.
Sejujurnya, bukan masalah di mana item sihir merah ini berasal.

‘Yang jadi masalah adalah apa yang ingin dilakukan Tuan Pemburu ini sekarang.’

Ketua tim melangkah ke depan,

“Sepertinya benda ini memang bernilai tinggi.”

Tatapannya jatuh pada kelereng yang ada di tangannya Jinwoo.

“Bisakah Anda menyerahkan proses pelelangannya pada kami? Kami akan


menjamin bisa terjual dengan harga terbaik.”

Apa yang harus dia lakukan? Sebelum memutuskannya, Jinwoo menanyakan


sesuatu tentang alasannya datang ke sini,

“Bisakah saya membeli artefak dengan resistensi sihir api di sini?”


Ketua tim dan Kim Junggi saling bertatap muka. Dengan ekspresi canggung,
mereka menghadap Jinwoo lagi.

Si Peringkat S bingung,

“Apa saya menanyakan sesuatu yang aneh?”

“Tidak, Tuan.”

“Kalau begitu, apa memang sangat sulit mendapatkan item pertahanan dengan
resistensi api?”
“Sebenarnya …”

Ketua tim tersenyum sambil menjawab,

“Justru sebaliknya. Sangatlah mudah mendapatkan item semacam itu.”

“Kenapa tidak saya temukan dalam website?”

“Item yang mampu meningkatkan suatu elemen harganya terlalu tinggi sehingga
tidak kami taruh di internet. Akan tetapi, kalau Anda benar-benar
menginginkannya, Anda bisa mendapatkannya dengan cepat. Karena,
kebanyakan item yang dicari merupakan jenis penyerangan berelemen api.”

Masuk akal juga. Kebanyakan Pemburu tipe Mage yang Jinwoo temui selama ini
menggunakan elemen api atau cahaya. Bahkan Pemburu Peringkat S seperti Choi
Jongin pun katanya juga ahli dalam sihir api. Terlebih lagi, Jinwoo memiliki
Shadow Mage yang juga menggunakan api, dan bahkan Tusk mampu
menghembuskan napas api. Sihir api memang lebih umum.

‘Yah, bagus kalau aku bisa mendapatkan item semacam itu dengan mudah.’

Harga yang tinggi memang cukup membuatnya khawatir, tapi tak ada yang
namanya harga tinggi jika bertujuan untuk menyembuhkan ibunya. Jika dia
mendapatkannya dengan cepat, Jinwoo sudah siap membayarnya dengan harga
berapapun. Bahkan kalau harus menjual Marble of Avarice.

“Bisakah Anda memperlihatkannya pada saya?”

“Tentu saja, dengan senang hati.”

Pemimpin tim berniat pergi dan lalu menatap Kim Junggi,

“Tuan Junggi, aku tak ingin Tuan Pemburu ini menunggu tanpa melakukan apa
pun. Bagaimana kalau kau memperlihatkan beberapa item kita di sini padanya?”

“Ah, saya akan melakukannya.”

Kim Junggi melangkah ke depan,

“Silakan ikuti saya.”


Dua orang itu pergi ke area pameran. Area tersebut merupakan area VIP, yang
artinya item-item yang tertampil di etalase merupakan item peringkat tinggi yang
akan dilelang atau sedang menunggu adanya pembeli. Senjata, armor, Batu
Prasasti, semua benda itu diletakkan dalam kotak yang terbuat dari kaca. Jinwoo
berhenti pada sebuah kotak kaca. Di dalamnya adalah sebuah Longsword. Kim
Junggi pun berbicara,

“Apa ada item yang menarik bagi Anda?”

“Tidak, bukan seperti itu.”

Jinwoo mengetuk kotak kaca itu.

krak

“Apa Anda yakin menaruh artefak seperti ini dalam kaca yang rapuh? Sepertinya
tak ada perlindungan lain selain kaca ini.”

Kim Junggi menunjukkan ekspresi bangganya,

“Memang terlihat rapuh, tapi kotak kaca ini diperkuat oleh energi sihir, dan dibuat
oleh para pengrajin papan atas. Bahkan meski ditinju sekuat tenaga oleh
Pemburu Peringkat A tipe petarung sekalipun, takkan retak.”

“Kalau ditinju oleh Peringkat A …?”

Saat Jinwoo merasa tidak yakin, Kim Junggi tersenyum lebar dan berbicara,
“Jika Anda tidak percaya, kenapa Anda tidak coba saja memukulnya? Kalau
rusak, item di dalamnya akan jadi milik Anda.”

“Hmm…”

Apa kaca ini memang sekuat itu?

‘Aku tak merasakan adanya kekuatan sihir di dalamnya.’

Karena penasaran, Jinwoo memusatkan kekuatannya di tangan kanannya. Di saat


yang bersamaan, otot bahu dan lengannya membesar dan udara di sekitarnya
diselimuti oleh kekuatan besar.

“Tu-Tunggu sebentar!”
Kim Junggi dengan cepat menghentikannya,

“Saya hanya bercanda. Saya tidak serius menyuruh Anda memukulnya.”

“Oh, baiklah.”

“Kalau kaca itu benar-benar rusak, para Pemburu elite di Guild Hunters akan
berlari ke sini. Perlindungan di pelelangan ini diserahkan pada Guild Hunters, lo.”

“Ah.”

Padahal ekspresi wajahnya tadi tidak menunjukkan keseriusan. Yah, terserahlah.


Jinwoo menghentikan pelepasan kekuatannya. Saat tekanan besar menghilang
dari si Peringkat S, Kim Junggi pun bernapas lega.

‘Tunggu, bukankah Tuan ini seorang Pemburu tipe Mage?’

Mage seperti apa dirinya sampai memiliki aura kekuatan fisik sebesar ini? Yang
dimaksud Kim Junggi adalah Jinwoo. Dia beranggapan kalau kekuatan fisik dari
Pemburu tipe Mage, bahkan meski Peringkat S sekalipun takkan besar. Tapi saat
Pemburu satu ini memperlihatkan otot-otot di lengannya, seluruh bulu kuduk Kim
Junggi berdiri dan dalam hati berteriak menyuruh Jinwoo menghentikan
perbuatannya. Syukurlah, Jinwoo bersedia menghentikannya.

‘Yah, tangan Tuan Pemburu bisa terluka nanti.’


Kim Junggi menenangkan dirinya dengan berpikiran seperti itu dan mengarahkan
Jinwoo untuk melihat artefak lainnya. Setelah berkeliling dalam ruangan, Jinwoo
pun bertanya,

“Apa ada senjata yang bisa saya pegang? Misalnya sebuah Pisau Belati begitu?”

Dia datang ke sini sebenarnya bukan untuk membeli senjata, tapi hanya untuk
melihat-lihat artefak yang ada di etalase. Jinwoo hanya penasaran seperti apa
senjata tertinggi yang dimiliki pelelangan ini. Wajah Kim Junggi jadi berseri-seri.
Ada suatu alasan kenapa item-item ditaruh di etalase seperti ini, Dan di momen
seperti inilah alasan itu ada. Para pemburu memang penjual item namun mereka
juga pembeli yang berharga.

“Tentu saja, Tuan.”


Kim Junggi berbicara dengan mikrofon yang ada di bajunya dan memanggil
pegawai yang mengurus senjata. Pegawai spesialis senjata pun datang dalam
sekejap.

“Beliaukah orangnya?”

Saat pegawai itu bertanya, Kim Junggi mengangguk.

“Ah, senang bertemu dengan Anda. Saya adalah pegawai yang ditugaskan
mengurusi divisi senjata. Silakan ikut dengan saya.”

Si pegawai spesialis senjata membawa Jinwoo meninggalkan ruang pameran VIP.


Setelah dua orang itu pergi, Kim Junggi bernapas lega lagi.

‘Pemburu Sung Jinwoo itu benar-benar bikin jantung deg-degan.’

Setelah menenangkan dirinya, Kim Junggi melihat sekitar tanpa banyak


berpikiran aneh-aneh. Dia mendekati kaca etalase yang berisi Longsword tadi.
Dia khawatir mungkin ada suatu bekas kotoran di kacanya, Kim Junggi pun
mengamati kotaknya dan menyadari adanya sesuatu.

“Hmm?”

Di bagian atas kotak kaca.

“Apa?”

Di panel kacanya terdapat noda retakan yang hampir terlihat.

“Kapan ini terjadi?”

Dia mengambil handuk kecil dan mengusap kacanya namun retakan itu tidak
menghilang. Dengan itu dia pun yakin kalau itu memanglah sebuah retakan
bukan kotoran.

“Sialan.”

Kim Junggi mengerutkan wajahnya. Kalau pelanggan berharga seperti Pemburu


Sung jinwoo sampai menyadari hal ini, dia pasti benar-benar kecewa, ‘kan?
Syukurlah, sepertinya Pemburu Peringkat S itu tidak menyadarinya.
Saat dia mendecakkan lidahnya, Kim Junggi memberitahu tim perawatan akan hal
itu lalu meninggalkan ruangan.

Jinwoo memengang pisau yang ditunjukkan oleh pegawai spesialis senjata.


Sejujurnya, senjata itu … mengecewakan.

‘Ini lebih jelek dari pada Knight Killer yang Berperingkat B.’

Daya serang yang ditampilkan oleh sistem bahkan tak ada setengahnya Knight
Killer. Jinwoo pun mengembalikan pisau itu dengan nada kecewa an bertanya,

“Berapa harganya?”

“Tiga puluh juta Won.”

Jinwoo melebarkan matanya. Beritahu aku, berapa harga sampah ini?

“Maaf, berapa tadi?”

“Tiga puluh juta won, Tuan Pemburu.”

“Tunggu sebentar.”

Jinwoo menghadap ke belakang dan berpura-pura mengambil sesuatu di


sakunya. Dia memanggil Knight Killer dan lalu menghadap pegawai itu.

“Lalu, kalau punya saya ini sampai berapa harganya?”

Mata pegawai itu pun terbuka lebar.

“Ini item milik Tuan Pemburu? Wah, saya bisa merasakan kalau item ini dibuat
oleh pengrajin elite berperingkat tinggi!”

Anu … tidak, itu item yang dijual di toko ….

Setelah melakukan pengamatan singkat, pegawai itu pun berbicara sambil


tersenyum,

“Saya sebenarnya bukan seorang penaksir, jadi sulit bagi saya melakukan
penaksiran, tapi sepertinya item ini bisa berharga setidaknya seratus juta won.”
Wajah Jinwoo pun membeku.

‘Padahal aku membelinya di toko sistem seharga tiga juta emas.’

Lebih tepatnya, 2.8 juta emas. Melihat ekspresi Jinwoo, pegawai itu menggaruk
bagian belakang kepalanya dengan perasaan malu,

“Ada apakah? Maaf, saya ini pegawai spesialis senjata, jadi mungkin tidak pada
tempatnya jika saya melakukan penaksiran item.”

“Tidak, bukan seperti itu.”

Dia hanya terkejut dengan harga dari itemnya. Yah, kalau diingat kembali, bahkan
Pedang Baja milik Kim Sangshik katanya berharga tiga juta won. Dan peralatan
mahal Yoo Jinhoo pun tak sampai berharga seratus juta won. Fakta kalau item
yang didapat dari toko sistem berharga sangat mahal di dunia nyata ternyata
bukan omong kosong.

‘Hanya akunya saja yang kurang memperhatikannya.’

Dia sudah sejak lama kehilangan ketertarikan akan uang.

‘Tunggu ….’

Inventory-nya dipenuhi oleh emas. Bagaimana kalau dia menukar emas itu
dengan uang asli dengan menjual item-item yang ada di toko sistem? Otak
Jinwoo pun berhitung dengan cepat ….

‘Aku tak perlu menjual Marble of Avarice.’

Setelah berkesimpulan begitu.

Waahh-

Apa hanya perasaan Jinwoo saja?

Jinwoo yakin mendegar suara gembira datang dari para Shadow Mage-nya.
Solo Leveling Chapter 98 Bahasa Indonesia
Penerjemah: Seiei-kun

“Wah! Kakak, para wartawan masih ada di luar sana.”

Sambil berbicara, Jin-Ah melihat keluar jendela. Padahal sudah larut malam, tapi
para wartawan itu masih berkumpul seperti awan di dekat apartemen mereka.

“Sebelah sana!”

Karena merasa melihat bayangan dari seseorang, para wartawan pun memotret
tanpa henti.

klik klik klik!

Karena terjekut dengan lampu kilat kamera, Jin-Ah pun buru-buru menutup tirai
jendelanya. Lalu berbalik, adik Jinwoo pun mendesah,,

Setelah kembali dari Pelelangan Pemburu, Jinwoo berencana untuk beristirahat


di rumah. Wajah si Peringkat S itu pun sedikit suram.

“Apa aku harus turun dan mengatakan sesuatu?”

Tak masalah kalau mereka mengganggu istirahatnya. Tapi kalau mereka berani
mengganggu kegiatan belajar adiknya ….

Jin-Ah adalah murid SMA yang sebentar lagi akan mengikuti ujian masuk
perguruan tinggi. Hal ini bisa memberinya tekanan dalam belajarnya, yang tak
boleh digganggu oleh satu suara berisik pun.

‘Meski Jin-Ah bukan tipe orang yang mudah terganggu seperti itu, sih …’

Tapi, dia hanya khawatir kalau adiknya tidak fokus belajar gara-gara suara berisik
diluar. Jinwoo pun berdiri.

“Tidak, tak apa-apa.”

Jin-Ah melambaikan tangannya ke atas dan ke bawah.


“Kakak sudah dijelek-jelekkan di internet, aku tak bisa membayangkan apa yang
akan terjadi kalau kakak mengusir para wartawan itu.”

“Dijelek-jelekkan?”

Kapan dia melakukan perbuatan tidak pantas? Saat Jinwoo mengangkat


kepalanya karena bingung, Jin-Ah menunjukkan artikel di ponselnya pada
Jinwoo. Jinwoo pun memegang ponsel adiknya.

‘…’

Di layar tertampil gambar dirinya sedang menerima telepon di tengah kerumuman


para wartawan. Foto yang dimabil oleh profesional memang beda, Jinwoo malah
melihat sisi bagus dari foto itu. Tapi saat dia melihat komentar-komentar di artikel
tersebut.

[Sikapnya itu sampah banget.]

[Belum-belum sudah mengabaikan para wartawan.]

[Dia keren banget.]

Dan komentar yang paling viral adalah [Ibu, akhirnya aku menjadi Peringkat S!].
Komentar itu memang sangat cocok dengan foto yang ditampilkan sehingga
membuat Jinwoo tertawa. Jin-Ah melihat Kakaknya dengan wajah bengong,

“Kakak malah tertawa?”

“Lucu soalnya.”

“…”

Saat Jinwoo menunjukkan komentar paling viral, Jin-Ah pun juga ikut tertawa lalu
berusaha menghentikannya.

“Tidak, bukan itu yang terpenting!”

Dengan ekspresi murung, Jin-Ah menaikkan nada bicaranya,

“Kenapa Kakak mengangkat telepon saat masih di sana? Di depan para


wartawan? Karena itu, namaku pun ikut tersebar, deh.”
Jinwoo menjawabnya seolah sudah menduga hal itu,

“Apakah aku harus memeriksa ada tidaknya wartawan sebelum aku mengangkat
telepon dari adikku?”

“Hmmp!”

Jin-Ah kehilangan kata-kata. Kakaknya memang benar, dan dia tak


memperdebatkannya.

‘Aku memang tak bisa menang kalau berdebat dengannya.’

Jinwoo mengembalikan ponsel adiknya.

“Nih.”

Dengan wajah agak marah, Jin-Ah mengambil kembali ponselnya.

“Oh iya, aku tidak terganggung kok, biarkan saja para wartawan itu.”

“Oke.”

Jinwoo mengangguk. Meski sekarang memang mengganggu, satu atau dua hari
lagi para wartawan itu pasti akan diperintahkan untuk tidak mengganggu
kediamaan pemburu Peringkat S oleh pihak Asosiasi. Jinwoo sudah diberi
penjelasan oleh pihak Asosiasi.

“Aku masih bisa bersabar.’

Sepertinya Jin-Ah tidak ingin situasinya jadi runyam.

“Tapi, kenapa ini bisa sampai terjadi?”

Jin-Ah menatap Jinwoo dengan ekspresi lucu,

“Ini menyangkut Pemburu Peringkat S, sehingga wajar kalau para wartawan


mengerumuni rumah kita …”
Keberadaan yang takkan bisa diabaikan, Peringkat S. Keberadaan penting itu
sekarang ada di depannya, dan dia adalah kakaknya. Siapapun yang berada
dalam situasi ini termasuk Jin-Ah pasti akan sulit memercayainya. Tapi Jinwoo
percaya adiknya lambat laun akan terbiasa,

‘Seperti aku.’

Dia tersenyum lebar. Untuk menenangkan adiknya, dia mencubit pipi adiknya.
Jin-Ah pun bereaksi seperti biasanya, dan berusaha menendang kakaknya.

“Aduh!”

Sayangnya, tendangan itu membuat Jin-Ah tertatih-tatih sambil memegangi


kakinya.

Jin-Ah menatap tajam Jinwoo yang sedang kesakitan. Jinwoo mengangkat


bahunya. Sepertinya dia butuh waktu untuk menerima kenyataan kalau kakaknya
adalah seorang Pemburu terbangkitkan Peringkat S.

“Siapapun yang punya peringkat seperti Kakak pasti akan mulai sibuk.”

Jin-Ah pun memberikan pendapat dengan hati-hati.

“Mmm.”

Jinwoo mengangguk. Ada banyak hal yang ingin dia lakukan dan harus dia
lakukan. Tapi yang terpenting dari semua itu adalah kembali dan menyelesaikan
kastel iblis. Dia berhasil mendapatkan artefak dengan resistensi api untuk
menyerang lantai atas. Uang yang dia miliki sebenarnya tidak cukup, tapi berkat
item-item peringkat A yang ia jadikan jaminan di rumah pelelangan, dia pun bisa
meminjam uang dari sana.

‘Tak kusangka hal pertama yang kulakukan setelah menjadi Peringkat S adalah
utang duit.”

Memang agak menggelikan. Untungnya, jika item-item yang dia dapat dari sistem
bisa terjual dengan harga bagus, hutang besar itu bisa lunas dalam sekejap.

“Kalau begitu, mulai sekarang aku akan sulit menemui Kakak.”

Mendengar kalau dirinya akan jadi orang sibuk, Jin-Ah terlihat sedikit sedih. Yah,
dia akan kesepian di rumah. Jinwoo berdiri dan meletakkan tangannya di atas
kepala adiknya.
Hanya beberapa hari saja.

Setelah dia menyelesaikan Kastel Iblis, adiknya takkan sendirian lagi di rumah.

‘Akan kupastikan itu.’

Tiba-tiba.

Mata Jinwoo menyipit. Pandangannya berlalih pada pintu masuk.

‘Ada seseorang yang datang.’

Jin-Ah menyadari perubahan pada kakaknya. Dia pun bertanya dengan perasaan
khawatir,

“Kakak?”

“Pergilah ke kamarmu.”

“Ada apa?’

Kehadiran itu menaiki elevator dan menuju ke apartemennya.

‘Pemburu?’

Kehadiran yang tak dikenal itu mengeluarkan energi sihir yang kecil. Instingnya
mengatakan kalau kehadiran itu bukanlah suatu ancaman, tapi di saat yang sama,
Jinwoo tak merasa mengundang seseorang. Apa Guild mengirimkan seseorang
ke sini? Atau wartawan tak tahu diri yang kebetulan juga seorang Pemburu?
Siapapun itu, Jinwoo tidak senang menerima tamu larut malam begini.

Jinwoo berdiri di depan pintu.

‘Kalau hanya sebesar ini energi sihirnya, sih …’

Dia tak perlu senjata. Jinwoo melakukan sedikit pemanasan. Begerak ke kanan
dan ke kiri dan membuat sendi-sendinya berbunyi.

Dan, sesuai dugaan,


tok tok

Seseorang mengetuk pintu dua kali, dan Jin-Ah yang ketakutan berlari ke
kamarnya. Jinwoo membuka pintunya perlahan. Dia pun melihat wajah sosok
anak muda yang tak asing baginya. Anak muda itu bilang,

“Kakak ….”

Anak muda itu tersedu-sedu. Dengan hidung yang memerah, Yoo Jinhoo
menangis di depan apartemen Jinwoo.

“…”

“Kak, aku diusir. Ayahku mengusirku dari rumah.”

“…”

Setelah dilihat baik-baik, Yoo Jinhoo memakai tas ransel besar. Kedua tangannya
juga membawa banyak barang.

“Apa kamu pergi dari rumah?”

“Mengenai itu …”

“Vila yang kutinggali atas nama ayahku. Dia bahkan membekukan semua
rekeningku.”

Ayahnya membekukan semua rekening anaknya setelah melihat berita di televisi,


tapi karena ayahnya adalah pebisnis nomor satu di Korea Selatan, hal seperti itu
bisa saja dilakukan. Tapi apa yang dilakukan bocah ini sampai ayahnya semarah
itu? Saat Jinwoo menatap bocah itu dengan penuh rasa bingung, Yoo Jinhoo
berbicara dengan suara terbata-bata,

“Jadi sekarang aku nggak tahu harus ke mana, Kak. Bisakah aku tinggal di sini
sementara waktu?”
Jinwoo menutup pintu perlahan lalu menguncinya.

klik

Saat dia berbalik, Ji-ah yang melihatnya dengan penuh rasa khawatir.
“Kakak, siapa dia? Apa dia kenalanmu?”

Jinwoo menggelengkan kepalanya,

“Tidak, aku baru pertama kali ini bertemu dengannya.”

“Kalau tidak mengenalnya kenapa dia datang ke rumah kita?”

“Jangan khawatir. Hanya salah alamat.”

“Benarkah?”

Padahal kelihatannya tidak begitu.

Setelah Jinwoo memaksa adiknya untuk kembali ke kamarnya, suara


menyedihkan pun datang dari pintu itu.

“Kakak! Kakak!”

———————————————————

“Suamiku, apa kamu tak terlalu bersikap keras pada Jinho hari ini?”

“Hmmph.”

Yoo Myunghan berusaha melepas dasinya dengan kasar.

Bocah kurang ajar itu.

Tak kusangka dia akan memberikan jawaban semacam itu setelah ditawari posisi
penting di Guild Yoojin, padahal Guild itu akan menjadi batu pijakan bagi Yoojin
Construction.

“Aku akan bergabung ke Guild Kakak.”

Apa-apaan itu? Bergabung dengan Kakak?

“Dia pantas mendapatkan semua itu.”


Yoo Myunghan mendegus kesal. Kalau bocah itu mau mandiri, dia harus bertahan
hidup dengan caranya sendiri. Dia ingin mengajari anaknya kalau setiap pilihan
punya konsekuensi sendiri-sendiri.

Apa mungkin dianya saja yang terlalu emosional? Hari ini dasinya tak bisa dia
lepas dengan mudah. Saat tangannya mulai berusaha mencopot dasi dengan
kasar, istrinya datang dan mengulurkan tangannya.

“Sini, biar aku saja.”

Dengan tangan yang lembut, ikatakan dasi pun terlepas dengan baik. Yoo
Myunghan masih berdiri dan membiarkan istrinya melepas dasi. Tiba-tiba, saat
memegang dasi suaminya, si istri pun tertawa,

“Ada apa?”

Yoo Myunghan bingung. Wanita itu selalu membantunya melepas dasi Yoo
Myunghan. Melepaskan dasi harusnya bukan sesuatu yang lucu.

“Suamiku, apa kamu benar-benar marah?”

“Hmm?”

Perasaan marahnya dipertanyakan? Apa maksud perkataan istrinya itu. Yoo


Myunghan pun lalu menggerakkan kepalanya dan melihat wajahnya di kaca.

‘Apa …?”

Dia pun syok. Padahal kata-katanya tadi menunjukkan kemarahan, tapi kenapa
wajahnya di cermin kelihatan bahagia? Memalukan, Yoo Myunghan pun
mengusap dagu dan pipinya.

“Ini baru yang pertama kalinya, bukan?”

“Apa maksudmu?”

“Jinhoo menentangmu.”

“…”
Memang itulah yang membuatnya marah. Dalam bisnis, kalau perintah dari atas
tidak mengalir dengan baik menuju bawah, maka bisnis takkan sehat. Yoo
Myunghan juga menerapkan prinsip itu di keluarganya. Karena sikapnya dalam
bisnis juga dia terapkan dalam keluarga. Dia tak ingin ada anggota keluarga yang
menentang perintahnya. Tapi apa yang terjadi? Perintahnya ditolak mentah-
mentah hari ini. Dan saat dia sedang marah, kenapa dia tak benar-benar merasa
bahwa itu hal buruk?

‘Aku marah, tapi aku tak merasa itu sesuatu yang buruk?’

Dia bingung pada perasaannya sendiri. Seperti telah membaca pikiran suaminya,
si istri pun berbicara seperti sedang menenangkan anak kecil,

“Untuk pertama kalinya Jinho memutuskan jalan hidupnya sendiri. Daripada


marah, kenapa kamu tak mendukungnya saja?”

“…”

Yoo Myunghan menutup mulutnya rapat-rapat. Dia kesulitan menguraikan


pemikirannya.

“Untuk sekarang, akan kuamati dia.”

“Ya, lakukan saja.”

Dengan senyuman yang lembut, istrinya membantunya melepas jasnya.

Tapi tiba-tiba, Yoo Myunghan menatap kosong ke wajah istrinya.

“Aneh sekali.”

“Apanya?”

“Aku senang melihat kalian berdua.”

“Apa?”

Sang istri melebarkan matanya. Yoo Myunghan tiba-tiba kehilangan


keseimbangannya dan terjatuh.

“Suamiku?!”
Karena terkejut, istri Direktur itu pun berlari menggapai suaminya. Dengan kepala
yang gemetaran, Yoo Myunghan kesulitan mengambil napas.

Mata istrinya pun melebar,

‘Keringatnya banyak sekali!’

Yoo Myunghan berusaha melawan gelombang rasa kantuk yang menyerangnya.


Sang direktur pun kehilangan kekuatannya dan pingsan.

Dalam ruangan VIP rumah sakit terbaik di Korsel, Yoo Myunghan membuka
matanya. Pihak rumah sakit membuat para dokter bergantian memeriksanya
setiap beberapa jam. Dokter yang bertugas berkali-kali memeriksa kondisi Yoo
Myunghan,

“Anda sudah sadar, Pak Direktur?”

“…”

Setelah melihat suasana di sekitar, Yoo Myunghan pun akhirnya memahami


situasinya.

“Sudah berapa lama aku di sini?”

“Anda sudah terbaring selama dua hari.”

Dua hari?

Kata “rajin” bahkan masih kurang untuk menjelaskan sosok Yoo Myunghan.
Selelah apa pun dirinya, dia tak pernah tidur selama lebih dari lima jam setiap
harinya.

“…”
Setelah beberapa saat menutup mulutnya, Yoo Myunghan berbicara dengan
perlahan,

“Sepertinya akhir-akhir ini aku kecapaian, ya.”

Akhir-akhir ini porsi makannya memang sedikit. Tiba-tiba terjatuh dan menjalani
tidur panjang pasti karena itu. Akan tetapi, dokter terus memasang wajah serius.
Yoo Myunghan adalah sosok pemimpin yang merajai perusahaan di negeri ini. Dia
memiliki puluhan ribu pekerja. Dia sangat ahli membaca ekspresi orang lain.
Melihat wajah suram dari dokter, Yoo Myunghan pun bertanya,

“Apa ada sesuatu yang tidak beres dalam tubuhku?”


Solo Leveling Chapter 99 Bahasa Indonesia
Penerjemah: Seiei-kun

“Apa ada seorang Pemburu yang dekat dengan Anda? Atau mungkin orang
terdekat Anda sedang menunggu hasil pengukuran Kebangkitannya?”

Dokter memberikan pertanyaan yang aneh. Padahal direktur bertanya apa ada
sesuatu yang tidak beres dalam tubuhnya, kenapa dokter malah menanyakan
masalah pemburu? Yoo Myunghan pun bertanya,

“Apa maksud Anda? Kenapa topiknya jadi membawa-bawa Pemburu?”

“Apa Anda pernah mendengar penyakit yang bernama Eternal Sleep?”

Mendengar kata-kata “Eternal Sleep”, bahkan Yoo Myunghan yang biasanya


tenang dan tanpa ekspresi pun langsung gemetaran.

Eternal Sleep.

Tidur panjang yang membuat seseorang tak bisa bangun kembali.

Bukan hanya tidur panjang biasa. Penyakit tersebut menyebabkan daya hidup
manusia lebih cepat menurun daripada biasanya. Harus disokong oleh alat
pendukung kehidupan yang ditenagai oleh inti sihir. Itu adalah penyakit
mengerikan yang muncul bersamaan dengan munculnya Gerbang. Banyak orang
yang tak mampu membiayai alat penyokong kehidupan harus pasrah pada
penyakit itu dan akhirnya meninggal.

“Anda akan tertidur secara berkala. Dan pada akhirnya takkan bisa bangun lagi.”

Dokter itu pun terlihat pasrah. Sampai sekarang, belum pernah ada pasien yang
terbangun dari penyakit Eternal Sleep. Yang bisa dilakukan hanyalah
memperpanjang umur dengan alat penyokong kehidupan, namun hal itu tak ada
bedanya dengan boneka yang tak bernyawa.

“…”

Setelah dokter menyelesaikan penjelasannya, Yoo Myunghan dengan tidak sabar


bertanya,
“Lalu apa hubungannya dengan Pemburu?

“Menurut penelitian sejauh ini, Eternal Sleep memiliki keterkaitan dengan energi
sihir.”

Ada beberapa orang di dunia ini yang lemah terhadap paparan energi sihir. Di
antara orang-orang yang terpapar energi sihir itu mengalami Eternal Sleep.

“Bukankah nyawa pasien bisa dipertahankan dengan alat yang ditenagai energi
sihir?”

“Itu memang benar, namun …”

Sama seperti energi nuklir yang memberikan dampak bagus dan juga dampak
buruk, dokter menjelaskan kalau peralatan yang ditenagai energi sihir tidak
merusak tubuh.

“Yang perlu Anda waspadai adalah inti sihir, bijih sihir dan orang yang memiliki
energi sihir.”

‘Orang yang memiliki energi sihir …’

Yoo Myunghan pun langsung sadar akan satu-satunya anggota keluarganya yang
menjadi sosok terbangkitkan, Yoo Jinho. Dokter pun melanjutkan perkataannya
dengan perlahan,

“Saya dengar putra kedua Anda seorang Pemburu.”

Setelah mendengar hal itu, wajah Yoo Myunghan pun suram,

“Jadi maksud Anda saya tak bisa bertemu dengan putra saya lagi?”

“Itulah satu-satunya cara untuk menghindari–“

“Jangan bercanda!”

Yoo Myunghan memotong kata-kata dokter,

“Tidak mungkin.”

Dengan lambaian tangannya, dia menyuruh dokter pergi.


“Pak Direktur …”

Setelah kehilangan kata-kata, dokter melihat tatapan tajam Yoo Myunghan lalu
meninggalkan kamar VIP. Yoo Myunghan terus menatap tajam dokter yang sudah
pergi itu dengan amarah,

‘Menyuruhku menjauhi putraku hanya karena sebuah penyakit. Apa hal semacam
itu pantas diminta pada seorang ayah?”

Jika hal itu memang benar. Akan seperti apa reaksi Jinho kalau mendengar berita
itu? Sebagai ayah, Yoo Myunghan tak bisa membebani anaknya dengan hal
semacam itu.

‘Ditambah lagi …’

Setiap harinya, energi sihir tersebar di seluruh dunia, dan jumlah manusia
terbangkitkan semakin bertambah. Di dunia semacam itu, kalau dirinya tak bisa
menahan paparan energi sihir sama saja dia sudah mati.

‘Yoo Myunghan dinyatakan mati?’

Tidak akan.

‘Aku takkan kalah.’

Dia telah mencapai banyak hal yang dikatakan orang mustahil. Dia menjadi
pewaris Yoojin Construction saat perusahaan telah menempati urutan 30 besar
perusahaan terbaik dunia dan membesarkan perusaahaan sampai menjadi nomor
satu di negeranya.

‘Dan kau pikir aku akan bersujud di hadapan penyakit semacam itu?’

Aku takkan kalah.

Yoo Myunghan mengulangi kata-kata itu berkali-kali dalam kepalanya.

———————————————————–
Sebelum pergi, Jinwoo dengan hati-hati menengok adiknya di kamar. Karena
masih pagi sekali, Jin-Ah masih tertidur pulas. Tapi tetap saja si kakak khawatir.

‘Bagaimana kalau ada seseorang yang berniat jahat padanya saat aku sedang
pergi?’

Tentu saja takkan ada orang sebodoh itu yang berniat menjahati adik dari
Pemburu Peringkat S, tapi tetap saja manusia itu tak bisa diprediksi. Setidaknya,
Jinwoo harus melakukan tindak pencegahan.

‘Tunggu, prajuritku bisa bersembunyi di dalam bayangan seseorang, ‘kan?’

Jinwoo ingat kalau dirinya menempatkan prajuritnya untuk berpatroli mengawasi


area di mana terjadinya pembunuhan berantai di dekat rumahnya. Saat itu,
bayangan berpindah sambil bersembunyi di berbagai bayangan suatu benda.
Dengan itu, mungkin dia bisa melindungi adiknya tanpa diketahui siapapun. Dan
ada beberapa prajurit yang cocok untuk mengawal seseorang.

‘Keluarlah.’

Jinwoo memanggil prajurit monster yang dulunya menjadi pengawal Tusk.

shoo

Untuk sesosok High Orc mereka cukup besar tubuhnya, sehingga tiga monster
itu memenuhi ruangan kamar Jin-Ah.

Tunggu.

‘Tunggu, kenapa cuma ada tiga?’

Bukankah ada empat pengawal waktu itu? Setelah berusaha mengingatnya,


Jinwoo pun akhirnya sadar,

‘Ah.’

Dia sadar kalau satunya masih tersangkut di langit-langit Dungeon. Dia lupa
membangkitkan monster yang satu itu.
‘Lain kali aku harus lebih teliti.’
Dengan senyuman, Jinwoo pun mengerahkan tiga mantan pengawal Tusk untuk
melindungi adiknya. Ketiganya merupakan peringkat Elite. Satu tingkat di atas
peringkat normal High Orc Warrior. Kalau mereka bertiga yang mengawal, bahkan
Pemburu Peringkat A pun akan dibuat kerepotan. Ini bukan hanya teori saja,
Jinwoo ingat betapa susah payahnya Son Gihoon menghadapi High Orc biasa.
Dan tiga monster itu jauh lebih kuat dari High Orc yang susah payah dihadapi
Son Gihoon. Jinwoo mengangkat dagunya ke arah Jin-Ah.

shooo-

Tiga pengawal itu pun bersatu dengan bayangan mereka dan menyusup ke lantai.
Mereka pun masuk ke dalam bayangan Jin-Ah.

‘Baiklah.’

Cukup bersembunyilah di bayangannya. Kalau dia dalam bahaya, siapapun


lawannya, habisi mereka tanpa ampun. Setelah memberikan perintah seperti itu,
Jinwoo pun menutup pintu kamar adiknya dengan perlahan.

‘Sekarang aku jadi sedikit tenang.’

Kekhawatirannya telah terobati. Setelah memastikan pintu rumahnya aman,


Jinwoo pun pergi keluar.

Sesuai janji, Yoo Jinho menunggunya.

“Kakak!”

Dengan ekspresi berseri-seri, anak muda itu menyapa Jinwoo.

“Bagaimana dengan penginapanmu?”

“Tidak ada masalah, Kak! Motel zaman sekarang cukup bagus.”

Karena di rumah ada adiknya, Jinwoo pun menyuruh Jinho untuk menginap di
motel terdekat. Syukurlah kalau anak itu bisa nyaman menginap di motel.

“Sampai kita memiliki kantor Guild, tetaplah berada di penginapan itu.”


“Baik, Kakak!”

Entah kenapa suasana hati Yoo Jinho begitu bagus, ia terus tersenyum.
Jinwoo mendengar cerita menyedihkan yang dialami anak muda itu. Tak disangka
dia akan menolak posisi Pemimpin Guild dan malah ingin bergabung dengannya.
Saat Jinwoo menanyainya dengan rasa ketidakpercayaan, Yoo Jinhoo
membalasnya dengan santai,

“Tunggu, jadi kamu benar-benar memutuskan untuk bergabung dengan Guild-


ku?”

“Karena Kakak sudah mengajakku bergabung, aku pasti akan bergabung.”

Dan begitulah, Jinwoo tak bisa memarahi atau mengusir anak muda yang sudah
membuang gelar Pemimpin Guild dari ayahnya.

“Baiklah, ayo pergi.”

“Baik, Kakak.”

Yoo Jinhoo berada di bangku sopir, dan Jinwoo berada di sampingnya. Kedua
orang yang menaiki mobil van ini pergi menuju Menara Daesung. Di jalan, Yoo
Jinhoo memandangi Jinwoo.

‘Apa yang ingin kakak lakukan di Menara Daesung.’

Dia sangat penasaran, tapi dia merasa tak berhak untuk banyak bertanya.

Saat mobil van tiba di Menara Daesung, anak muda itu pun memberanikan
dirinya,

“Kak, apa yang akan kita lakukan di Menara Daesung-“

“Aku akan segera kembali.”

“Huh?”

Jinho pun cepat-cepat menoleh. Tapi pintu masuknya sudah terbuka, dan Jinwoo
sudah tak terlihat.

Dia ingat kalau sesuatu yang sama pernah terjadi dulu. Anak muda itu menggaruk
bagian belakang kepalanya.
‘Kadang aku berpikir … apa jangan-jangan kakak itu hantu.’

[Kamu telah memasuki Dungeon Kastel Iblis.]

Jinwoo melepaskan kemampuan Stealth-nya.

‘Akhirnya aku kembali.’


Solo Leveling Chapter 100 Bahasa Indonesia
Penerjemah: Seiei-kun

Marble of Avarice meningkatkan kekuatan Tusk cukup besar.

Hwooooo!

Tusk menghirup udara dengan sangat intens, Jinwoo pun merasa udara di
sekitarnya jadi tipis.

Fwosssh!

Dengan menghembuskan napas kuat, Tusk mulai mengeluarkan pilar api di


sekitarnya. Dan setiap hembusan, beberapa iblis ikut mati dalam bola api.

[Kamu telah membunuh iblis peringkat tinggi.]

[Kamu mendapatkan 1700 Exp.]

[Kamu telah membunuh iblis peringkat tertinggi.]

[Kamu mendapatkan 2200 Exp]

[Kamu telah membunuh iblis peringkat tinggi.]

Mulutnya terbuka dengan senyuman lebar setelah beberapa pemberitahuan dari


sistem muncul di depan matanya.

‘Benar-benar melebihi dugaanku!’

Setelah api menghilang dari mulut Tusk, Jinwoo pun mengamati area sekitar
dengan perasaan puas. Kebanyakan iblis yang muncul telah dihabisi oleh
serangan hebat dari Tusk. Sisanya hanyalah iblis yang matinya tertunda, setelah
serangan kuat dari Tusk, 100 prajurit bayangan pun maju menekan musuh yang
masih tersisa.

Jinwoo bisa mendengar jantungnya berdegub kencang karena senang.


‘Jadi seperti inikah rasanya menjadi Shadow Monarch?’

[Kamu telah membunuh iblis peringkat tinggi.]

[Kamu telah membunuh iblis peringkat tinggi.]

Melihat pemberitahuan sistem yang berkali-kali muncul, Jinwoo pun tersenyum.


Tanpa harus turun tangan, prajurit bayangannya bisa dengan mudah menyapu
habis semua monster di depannya. Daripada dibilang puas, Jinwoo jadi seperti
meremehkan.

‘Dan terutama Tusk …’

Secara naluri, dia pun memalingkan pandangannya pada High Orc Shaman, dan
bola kristal merah yang indah yang dipegangnya. Meskipun Jinwoo menyadari
kalau prajurit bayangan sepertinya tak bisa mencapai kekuatan yang sama
dengan kekuatan yang dimiliki tuannya, namun Tusk telah memakai Marble of
Avarice, daya hancur yang ia miliki pun jadi berlipat ganda, dan cukup untuk
menghabisi musuh.

‘Sepertinya untuk saat ini, Marble of Avarice biar dipegang Tusk saja. Setidaknya,
aku yakin aku tak memiliki sihir yang mampu memberikan serangan langsung,
jadi efek penguatan item itu tak berguna bagiku.’

Di luar kebiasaannya, Jinwoo pun membuka halaman informasi skill.

[Jumlah bayangan yang bisa dibangkitkan: 127/820]

[Jumlah bayangan yang bisa disimpan: 127/155]

Dia menunjukkan wajah sedikit kecewa setelah tahu jumlah bayangkan yang bisa
dibangkitkan dan jumlah penyimpanan bayangan tidak meningkat saat
menggunakan Marble of Avarice pada dirinya.

‘Tidak, sayangnya, untuk meningkatkan jumlah pembangkitan bayangan dan


penyimpanan bayangan satu-satunya cara hanya meningkatkan status
Intelligence-ku.’

Pikirannya tergangu oleh suatu bunyi dentangan, setelah mendongak ke atas dia
melihat para prajurit bayangan berlutut padanya. Saat dia mengamati ruangan itu,
matanya melebar dan rahangnya mengendur. Mayat-mayat monster berserakan di
tanah seperti sampah, tentu saja ada sampah yang masih berharga. Sambil
tersenyum, Jinwoo mengumpulkan semua item, dan mendengarkan suara
akuisisi item berkali-kali muncul di hadapannya.

‘Tapi sepertinya kita belum mendapatkan item yang berisi izin masuk ke lantai
selanjutnya?’

Dia pun dengan cepat menaiki Tank dan dengan perintah singkat, beruang
raksasa pun bergerak maju.

Jinwoo berhenti, dan mulai menggaruk kepalanya dengan malu. Karena seluruh
pasukan bayangan berbaris di belakangnya saat dia bergerak maju, dan beberapa
saat kemudian dia sadar bertapa konyolnya dan tidak efisiennya barisan
pasukannya itu. Setelah cukup lama bertarung bersama Jinwoo, para prajurit
bayangan pun levelnya naik secara bertahap, dan bahkan mereka sanggup
bertarung seimbang melawan iblis peringkat tinggi, Jinwoo memperkuat
pasukannya dengan tambahan beberapa monster yang berasal dari Dungeon
Peringkat A. Dengan kekuatan ini, seluruh pasukannya mampu mengungguli iblis
seperti apa pun yang muncul, dan di samping itu, Jinwoo menyadari sesuatu,
bahwa semakin dia naik ke lantai atas semakin besar ruangan di setiap lantainya,
dan sekarang setiap lantai bisa seukuran kota kecil.

‘Ya, kalau aku terus menerus hanya mengandalkan pasukanku, aku takkan
pernah menyelesaikan Dungeon ini.’

Dia berpikir sebentar, lalu dengan cepat mengeluarkan perintah.

Mengajak komunikasi prajurit bayangannya dengan perintah rumit masih


mustahil. Meski bayangannya mampu memahami perintah sederahana, ada
beberapa bayangan peringkat tinggi seperti Igris dan Iron yang kadang
sepertinya memahami apa yang dimaksud Jinwoo. Level kecerdasan mereka
mungkin hampir menyamai manusia. Sebagian besar bayangannya hanya bisa
memahami perintah dasar seperti “serang” atau “cari”. Tetap saja, itu sudah lebih
dari cukup bagi Jinwoo.

“Ada dua perintah. Pertama, bunuh setiap iblis yang kalian lihat. Kedua, segera
beritahu aku jika kalian menemukan item izin masuk ke lantai selanjutnya.
Sekarang maju!”

Jinwoo akan kehilangan sumber pendapatan dari sampah-sampah mayat iblis


kalau dia menyerahkan semuanya pada bayangannya. Karena prajurit
bayangannya tak memiliki inventory. Tapi hal itu memang harus diterima, Jinwoo
merasa waktu yang ia tempuh untuk mencapai lantai atas masih dalam tahap
wajar.

Dengan lambaian tangan, pasukannya bisa dibagi menjadi 6 kelompok yang


masing-masing beranggotakan 20 prajurit dan disebarkan ke berbagai arah.

[Kamu mendapatkan 1500 Epx.]

[Kamu mendapatkan 1500 Epx.]

[Kamu mendapatkan 900 Epx.]

[Kamu mendapatkan 1100 Epx.]

Pemberitahuan pendapatan Exp pun terus bermunculan setiap kali prajurit


bayangannya menghabisi para iblis, dan Jinwoo tersenyum saat melihat stat Exp-
nya yang terus naik.

Dia memiringkan kepalanya dan menyipitkan matanya pada pesan yang


dimunculkan oleh sistem.

‘Kenapa Exp yang kudapat lebih sedikit dari biasanya? Padahal sejak lantai 75,
musuh yang kutemui iblis peringkat tinggi dan iblis peringkat tertinggi, harusnya
aku mendapatkan EXP setidaknya 1700 atau 2200.

Lalu kenapa malah dapatnya bahkan nggak ada setengahnya? Mungkin …’

Tiba-tiba sebuah pemikiran muncul dalam benaknya.

Dia takkan bisa tahu kalau tak ada sistem unik di Menara Iblis, di mana hal itu
bisa membuatnya mengamati jumlah EXP-nya dan EXP yang dia dapatkan setelah
membunuh musuh.

Tanpa itu, dia juga takkan menyadari apa yang terjadi pada EXP-nya saat berada
di lantai bawah Menara Iblis, kalau dia tak mengerahkan prajurit bayangannya
untuk menyisir seluruh lantai sehingga dia tak melewatkan satu item pun.

Sepertinya Jinwoo begitu hati-hati dalam mengamati pesan yang ditampilkan oleh
sistem. Semakin Jinwoo mengandalkan para prajurit bayangannya, semakin
sedikit EXP yang dia dapatkan.
Memang yang dihadapinya saat ini bukanlah iblis peringkat rendah, namun
sepertinya prajurit bayangannya cukup kuat sampai memengaruhi tingkat
kenaikan EXP-nya.

‘Yah, sepertinya aku menghadapi situasi yang tak terduga. Kita mendapatkan EXP
lebih sedikit, tapi kalau melihat banyaknya musuh, maka jumlah EXP yang
didapat setimpal, sih .

Setidaknya meski EXP yang didapat sedikit, waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan tiap lantai lebih cepat dari sebelumnya.

Seolah seperti merespon anggapan Jinwoo, sistem pun menampilkan beberapa


pesan.

[Kamu telah naik level!]

[Kamu telah naik level!]

Jinwoo mengepalkan tinjunya.

‘Bagus! Kita menyelesaikan lantai di menara ini lebih cepat dari sebelumnya, dan
bahkan masih bisa naik level!’

Rencananya berjalan lebih baik dari dugaannya, dia berhasil mencapai lantai 80
lebih cepat dari perkiraan.

Di lantai 80, Jinwoo memanggil pasukan bayangannya lagi.

199 bayangan terbaris rapi di dekatnya. Dia tersenyum saat memeriksa data dari
pasukannya. Mereka telah menjalani pertarungan di empat lantai atas, sehingga
level meningkat tajam.

‘Oh? Apa ini?’

Jinwoo mengangkat alisnya saat pandangannya tertuju pada Tank.

‘Sejak kapan levelnya naik jadi level 10?’

Setelah mendapatkan perhatian Jinwoo, Tank pun berdiri dan berteriak dengan
hebat,
Grawwwrrr!

Sambil tertawa, Jinwoo melambaikan tangannya pada pasukannya, dan sekarang


setiap kelompok beranggotakan 30 prajurit lebih, mereka pun menyisir lantai itu
lagi, dan berjalan di arah yang berbeda-beda, Jinwoo berniat menghabisi
beberapa iblis sendirian. Dia merasa tak perlu mengkhawatirkan keamanannya,
karena bayangannya saja sudah terbukti mampu menghadapi iblis peringkat
tertinggi, dan meski pasukan bayangannya jauh lebih kuat dari iblis di lantai ini,
tetap saja masih kalah jauh jika dibandingkan dengan kekuatan Jinwoo. Yah,
kalau tidak termasuk Tusk yang kekuatannya meningkat setelah memakai Marble
of Avaric, Jinwoo sangat percaya diri kalau dirinya bisa menghabisi semua
pasukannya sendirian.

‘Bagaimana kalau Tusk diikutsertakan?’

Dia terus memikirkan hal itu.

‘Sepertinya aku masih bisa menang, dan kalau Tusk ikut serta pasti
pertarungannya lebih menarik ….
Yah, itu tidak penting, lagian sulit untuk ditentukan.’

Sekitar seminggu sebelumnya, sebagai percobaan, Jinwoo memerintahkan salah


satu prajurit bayangannya untuk menyerangnya. Yang paling membuatnya
senang adalah ternyata, saat pertama kali diperintah, prajuritnya tak bersedia
menyerang Jinwoo. Jinwoo sendiri tak yakin itu karena rasa kesetiaan yang tinggi
padanya, atau ada suatu segel yang menghentikannya, atau mungkin aturan yang
tak mengizinkan bayangannya menyerang Jinwoo? Pada akhirnya, dia harus
menghentikan perintah itu, dia merasakan aura kesetiaan dari para prajuritnya
dan tak ingin memaksa mereka untuk melakukan tindakan semacam itu.

Dia menyipitkan matanya, dan secara naluriah menarik Pisau Baruka dan
menggenggamnya. Iblis itu telah berada dalam jarak yang sangat dekat, dia bisa
merasakan aura keberadaan iblis di dekatnya, namun dia tak melihat adanya iblis
di mana pun. Jinwoo merasakan suatu energi yang tidak mengenakkan yang
belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Dengan suara retakan pada tanah di bawahnya. Tiga iblis peringkat tertinggi
muncul, meneriakkan tawa mengerikan dan keluar dari celah-celah retakan tanah
lalu mengepung Jinwoo yang mengerutkan keningnya karena terkejut ….

“Keeeke-heeehe!”
Dengan tawa melolong yang mengerikan, para iblis itu salah menilai keterkejutan
Jinwoo sebagai bentuk rasa takut, para iblis itu pun maju dan berniat menggigit
kepala Jinwoo.

Gigi mereka pun saling bertemu seperti sedang menguyah udara, dan Jinwoo
berjungkir balik di atas mereka, dan para iblis itu kebingungan dengan apa yang
terjadi pada mereka sebelum kepala mereka terlepas dari tubuh, kepala mereka
pun terjatuh ke tanah, sebelum Jinwoo mendarat.

[Kamu telah membunuh iblis peringkat tertinggi.]

[Kamu telah membunuh iblis peringkat tertinggi.]

“Ah, benar-benar, menarik.”

Terakhir kali, Jinwoo ingat monster yang memperlihatkan kecerdasan dalam


mengatur strategi adalah beberapa waktu yang lalu saat melakukan penyerangan
di Dungeon Peringkat C bersama Yoo Jinho, mereka menghadapi manusia batu
yang bersembunyi di dalam tanah, sama seperti yang iblis lakukan tadi, yaitu
melakukan penyergapan dari bawah. Tapi, rencana penyergapan gagal, para
manusia batu pun mati di tangan Jinwoo. Tapi, pertarungan semacam ini lebih
menyenangkan daripada pertarungan sekali tebas langsung mati. Dengan
ekspresi berseri-seri, Jinwoo mengumpulkan item-item dari tiga iblis itu, dan lalu
melenggang pergi.

Baru melangkahkan kaki beberapa langkah, Jinwoo pun tiba-tiba berhenti, dia
mengalihkan pandangannya ke tanah.

“Oh? Kenapa kau tidak keluar?”

Bawahan iblis yang berada di bawah kakinya terlihat takut.

‘Ada yang salah. Atau aku yang salah menilai? Apa benar ada musuh berbahaya
di lantai ini?’

Kelompok bayangan yang kembali pada Jinwoo dihancurkan, berarti hanya ada
satu penyebabnya yaitu bayangannya telah dihancurkan berulang kali, karena
Mana Jinwoo tak bisa memulihkan bayangannya. Ini baru pertama kalinya sejak
lima lantai terakhir, dari lantai 76 sampai 79, Jinwoo membagi pasukannya
menjadi enam kelompok dan menyebarkannya di seluruh area telah membuktikan
kalau itulah cara paling efisien untuk menyelesaikan satu lantai, dan sejauh ini
tak ada iblis yang bisa membuat prajuritnya hancur.

‘Apa ada iblis yang lebih kuat dari iblis peringkat tertinggi? Iblis macam apa itu?
Iblis super peringkat tertinggi? Tapi hal itu agak meragukan. Karena dari lantai 80,
bahkan iblis peringkat tertinggi sudah menjadi iblis seperti iblis biasa, bukan lagi
menjadi prajurit elite atau bos lantai, dan mereka mulai memakai strategi, seperti
bersembunyi di bawah tanah untuk melakukan penyergapan. Tapi strategi
semacam itu takkan ada pengaruhnya kalau kekuatan lawan jauh berbeda,
disamping itu, sepertinya insiden kali ini seperti tertarget?’

Itulah hal aneh yang terpikirkan oleh Jinwoo. Dan hal itu mulai menghantui
pikirannyua.

Dari enam kelompok prajuritnya, kelompok pertama dipimpin Tusk, kelompok


kedua dipimpin Igris, kelompok ketiga dipimpin Iron, dan kelompok keempat
dipimpin Tank, dan dua kelompok yang tersisa tidak dipimpin oleh siapapun dan
hanya terdiri dari prajurit berperingkat biasa. Dua kelompok yang dihancurkan itu
merupakan kelompok terlemah. Sepertinya bukan suatu kebetulan kalau dua
kelompok terlemah itu jadi target pertama. Tidak, hal itu pasti disengaja, yang
artinya ada iblis yang memiliki kecerdasan tinggi yang mampu mendeteksi
tingkat kekuatan musuhnya, lalu melancarkan strategi untuk menumbangkannya.
Terlebih lagi, musuh kali ini cukup kuat untuk menghabisi prajurit bayangan biasa
yang bahkan mampu menghabisi iblis peringkat tertinggi dengan mudah.

Iblis ini pasti kuat dan punya kecerdasan. Siapapun lawannya kali ini, yang jelas
merupakan musuh yang merepotkan bagi Jinwoo.

‘Jadi sekarang hanya tersisa empat kelompok, lima termasuk diriku sendiri.
Sepertinya musuh kali ini memang menargetkan kelompok terlemah dari
pasukanku, berarti …’
Pada saat itulah, Jinwoo pun menghilang

Anda mungkin juga menyukai