Anda di halaman 1dari 33

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN

ENVIRONMENTAL CARRYING CAPACITY


Email : apriadi@unpas.ac.id
Prodi PWK
Kampus IV Universitas Pasundan
PHYSICAL CARRYING CAPACITY
Kapasitas fisik terlampaui, ketika aspek
liveble tidak lg dipertimbangkan.

Penumpang
Vs
Moda Kereta Api

6 CCE Adopsi (Mowforth & Munt,1997)


PHYSICAL CARRYING CAPACITY
Kapasitas fisik terlampaui, ketika aspek
liveble tidak lg dipertimbangkan.

Kapasitas Jalan
Vs
Moda Transportasi

6 CCE Adopsi (Mowforth & Munt,1997)


PHYSICAL CARRYING CAPACITY
Kapasitas fisik terlampaui, ketika aspek
liveble tidak lg dipertimbangkan.

Keterbatasan Lahan
Vs
Penduduk
ECOLOGYCAL CARRYING CAPACITY
Kapasitas ekologi terjadi apabila beberapa
jenis satwa masuk dalam kategori langka.
6 CCE Adopsi (Mowforth & Munt,1997)
ECONOMIC CARRYING CAPACITY
Kapasitas ekonomi tercapai, apabila
tidak tercapai keuntungan bersama
6 CCE Adopsi (Mowforth & Munt,1997)
SOCIAL CARRYING CAPACITY
Kapasitas tercapai ketika masyarakat tidak lagi bisa mentolerir perilaku
masyarakat lain atau ketika adat tidak lagi bisa mentolerir perilaku
masyarakat

6 CCE Adopsi (Mowforth & Munt,1997)


PERCEPTUAL CARRYING CAPACITY
Kapasitas tidak tercapai ketika wisatawan tidak lagi
menikmati diri mereka sendiri karena kerusakan suatu
tempat disebabkan oleh pengunjung sebelumnya
6 CCE Adopsi (Mowforth & Munt,1997)
ENVIRONMENTAL CARRYING CAPACITY
6 CCE Adopsi (Mowforth & Munt,1997) Kapasitas tercapai ketika masalah lingkungan mulai
terjadi karena sebuah aktivitas
CARRYING CAPACITY

-Dikenal 1936 :
“Kemampuan suatu lahan untuk mendukung kehidupan di atasnya
secara berkelanjutan”
“Kumpulan thresholds yang menunjukkan keseimbangan antara
pembangunan dan lingkungan”

-Faktor kunci dalam pembangunan berkelanjutan

-Lama digunakan dalam studi populasi manusia


dan kebutuhannya

-Berkembang ke bidang lain termasuk lingkungan

-Sebagai DSS dalam Spatial Planning


CARRYING CAPACITY
- DAYA DUKUNG SOSIAL
- DAYA DUKUNG EKONOMI
- DAYA DUKUNG LINGKUNGAN

SOSIAL

EKONOMI

LINGKUNGAN
DIMENSI CARRYING CAPACITY

- DAYA DUKUNG SOSIAL


Threshold : Keterterimaan sosial
- DAYA DUKUNG EKONOMI
Threshold : Keuntungan ekonomi maksimal
- DAYA DUKUNG LINGKUNGAN
Threshold : Keamanan lingkungan
CARRYING CAPACITY

max

1/2max

Waktu
CARRYING CAPACITY

max

1/2max

Waktu
CARRYING CAPACITY

Waktu
CCE EKONOMI
CCL
LINGKUNGAN
CCS
SOSIAL

Waktu
CARRYING CAPACITY

CC integrated = CCE + CCL + CCS

CCE = f (modal, biaya produksi, keuntungan, etc.)


CCS = f (budaya lokal, nilai sosial, perspektif masyarakat, etc.)
CCL = f (physical process, chemical process, biological process)
CARRYING CAPACITY
MODEL PEMBANGUNAN BERKESINAMBUNGAN

Sumber: Brundtland Commission, 1987


“Sustainability, Sustainable Development,
Developing Sustainability – What’s The
Difference?
DAYA DUKUNG LINGKUNGAN HIDUP UNTUK
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Khanna et al, 1999

Kualitas hidup

Hasil

Kegiatan pembangunan
Input Limbah/residu

Sumber daya alam Lingkungan

Kapasitas penyediaan Kapasitas tampung limbah


SDA (supportive capacity) (assimilative capacity)

Daya Dukung (Carrying Capacity)


DAYA DUKUNG LINGKUNGAN SEBAGAI DASAR
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
• Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)  pembangunan yang berusaha
memenuhi kebutuhan hari ini tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang untuk
memenuhi kebutuhan mereka  artinya pembangunan berkelanjutan berwawasan jangka
panjang yang meliputi jangka waktu antar generasi.

• Pembangunan berkelanjutan dapat didefinisikan pembangunan yang disatu pihak mengacu


pada pemanfaatan sumber-sumber alam maupun sumber daya manusia secara optimal, dan
dilain pihak secara bersamaan memelihara keseimbangan optimal diantara berbagai tuntutan
yang saling bertentangan terhadap sumber daya tersebut.

• Menurut Otto Soemarwoto, 1999 syarat pembangunan berkelanjutan ialah tidak rusaknya
lingkungan sehingga lingkungan dapat terus mendukung kehidupan manusia pada tingkat
kesejahteraan yang lebih tinggi. Dengan demikian pembangunan itu harus ramah lingkungan
atau sering disebut dengan Berwawasan Lingkungan.

• Hambatan terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan  adanya anggapan


pembangunan ini lebih mahal daripada pembangunan yang tidak ramah lingkungan. Hal ini
karena kondisi negara yang miskin, sehingga belum mampu melakukan pembangunan seperti
itu. Sehingga akan membiarkan lingkungan rusak , dan kelak diperbaiki. Pengalaman negara
maju menunjukkan perbaikan lingkungan rusak tidak mudah dan murah.
The Ecological Footprint
• The human demand on the Earth’s ecosystem is known as the ecological
footprint.
• It is a comparison between the Earth’s capacity to regenerate and how fast
humans are impacting the Earth in a negative way.

Apa jejak ekologisnya?


Jejak ekologis adalah area tanah dan air yang diperlukan untuk populasi manusia untuk menghasilkan sumber daya yang
DIKONSUMSI dan MENURUNKAN limbah yang dihasilkannya, dalam konteks teknologi tertentu. Dengan kata lain, ia
mengukur "kuantitas alam" yang kita miliki, berapa banyak yang kita gunakan, dan siapa yang menggunakan apa. Ini
adalah alat yang berguna bagi para pengambil keputusan ketika datang untuk membuat pilihan yang sulit, mengelola
tujuan yang bertentangan dan menempatkan diri dalam posisi yang optimal untuk masa depan. Jejak dapat diterapkan
pada skala planet, negara, wilayah, individu atau produk.
Accounting Framework for
Ecological Services
Biocapacity:
How much
bioproductive area
is available to us?

Ecological Footprint:
How much
bioproductive area do
we demand?
Ecological Footprint

From Living Planet Report 2008, World Wildlife Fund, 2008.


PER CAPITA / PER CAPITA
CONSUMPTION
RESOURCE
EFFICIENCY
= ECOLOGICAL
FOOTPRINT
(DEMAND)

DIFFERENCE BETW.

Five Factors BIOCAPACITY


DEMAND AND
BIOCAP. SUPPLY

BIO-
PRODUCTIVITY PER CAPITA
AREA

x / POPULATION = BIOCAPACITY
(SUPPLY)
Rata-rata Jasa Lingkungan Hutan
CO2 NJL O2 NJL CO2
(ton/ha) (ton/ha) (Rp/ha)
359,3 262,3 22.411.934
NJL= Nilai Jasa Lingkungan (per hari)
Sumber : Purnawan, E.C. 2016

‘Herliani (2007) dalam Sesanti


et.al., (2011) konsumsi O2 rata-rata
penduduk adalah sebesar 0,864
kg/jiwa/hari.

‘Mantung et.al., (2014)


menunjukan bahwa nilai jasa
lingkungan dari serapan CO2
hanya sekitar 11% dari nilai jual
volume kayunya.

“Jasa lingkungan tidak hanya


dilihat dari nilai serapan CO2 saja,
ada jasa lingkungan yang tidak
kalah penting dihasilkan hutan
yaitu ketersediaan air, pencegah
erosi, wisata alam,
keanekaragaman flora dan fauna,
serta yang tidak kalah penting
yaitu hutan sebagai alat produksi
O2 yang dimanfaatkan hewan dan
manusia selagi masih hidup pada
saat bernafas (respirasi).
From Living Planet Report 2008, World Wildlife Fund, 2008.
http://data.footprintnetwork.org/#/?

Anda mungkin juga menyukai