Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Furnace / Tungku adalah sebuah peralatan yang digunakan untuk
melelehkan logam untuk pembuatan bagian mesin (casting) atau untuk
memanaskan bahan serta mengubah bentuknya (misalnya
rolling/penggulungan, penempaan) atau merubah sifat-sifatnya (perlakuan
panas). Karena gas buang dari bahan bakar berkontak langsung dengan bahan
baku, maka jenis bahan bakar yang dipilih menjadi penting. Sebagai contoh,
beberapa bahan tidak akan mentolelir sulfur dalam bahan bakar. Bahan bakar
padat akan menghasilkan bahan partikulat yang akan mengganggu bahan
baku yang ditempatkan di dalam tungku. Untuk alasan ini: a) Hampir seluruh
tungku menggunakan bahan bakar cair, bahan bakar gas atau listrik sebagai
masukan energinya. Untuk itu furnace dan bahan bakar sangat erat kaitannya.
Dalam makalah ini akan dibahas secara lengkap kaitan bahan bakar dan
tanur.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu perpindahan panas ?
2. Apa saja jenis furnace ?
3. Apa jenis-jenis bahan bakar ?

C. Tujuan
1. Mengetahui macam-macam perpindahan panas
2. Mengetahui jenis furnace
3. Mengetahui jenis-jenis bahan bakar

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Tanur
Furnace/tanur adalah alat yang berfungsi untuk memindahkan panas
yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar dalam suatu ruangan ke
fluida yang dipanaskan sampai mencapai suhu yang diinginkan. Struktur
furnace berupa bangunan berdinding plat baja yang bagian dalamnya dilapisi
oleh material tahan api, batu isolasiuntuk menahan kehilangan panas ke
udara melalui dinding furnace dan refractory. Mekanisme perpindahan panas
dari sumber panas ke penerima dibedakan atas tiga cara, yaitu:
1. Perpindahan Panas secara Konduksi
Perpindahan panas secara konduksi adalah perpindahan panas
dimana melekul-molekul dari zat perantara tidak ikut berpindah tempat
tetapi molekul-molekul tersebut hanya menghantarkan panas atau proses
perpindahan panas dari suhu yang tinggi ke bagian lain yang suhunya lebih
rendah.
2. Perpindahan Panas secara Konveksi
Perpindahan panas secara konveksi diakibatkan molekul-molekul zat
perantara ikut bergerak mengalir dalam perambatan panas atau proses
perpindahan panas dari satu titik ke titik lain dalam fluida antara campuran
fluida dengan bagian yang lain. Perpindahan panas ini dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu:
a. Konveksi alam (Natural Convection)
Perpindahan panas yang terjadi bila aliran panas yang berpindah
diakibatkan perbedaan berat jenis. Pada konveksi alam aliran fluida
disebabkan oleh perbedaan suhu antara bagian satu dengan bagian
lainnya sehingga terjadi perbedaan densitas. Densitas bagian fluida
dingin lebih besar dari bagian fluida panas. Aliran terjadi akibat adanya
perbedaan densitas.
b. Konveksi paksa (Forced Convection)
Perpindahan panas yang terjadi bila aliran fluida disebabkan oleh
adanya gerakan dari luar, seperti pemompaan, pengadukan, dll.

2
3. Perpindahan Panas secara Radiasi
Perpindahan panas secara radiasi adalah perpindahan panas yang
terjadi karena perpindahan energi melalui gelombang elektromagnetik
secara pancaran atau proses perpindahan panas dari sumber panas ke
penerima panas yang dilakukan dengan pancaran gelombang panas. Antara
sumber panas dengan penerima panas tidak terjadi kontak. Bagian dapur
yang terkena radiasi adalah ruang pembakaran. (D.Q. Kern,1965)
Untuk pembakaran, bahan bakar yang digunakan pada furnace
biasanya terdiridari bahan bakar gas (fuel gas), bahan bakar minyak (fuel
oil), kombinasi bahanbakar gas dan minyak, serta bahan bakar padat
seperti batubara, tergantung seberapa besar panas yang ingin dihasilkan
serta aspek keekonomisannya. Besarnya beban panas yang harus diberikan
oleh furnace kepada fluida yang dipanaskan bergantung pada jumlah
umpan dan perbedaan suhu inlet dan outlet umpan yang ingin dicapai.
Semakin besar perbedaan suhu dan semakin banyak jumlah umpan,
maka beban dapur akan semakin tinggi. Namun, juga harus diperhatikan,
bahwa suhu yang dicapai oleh fluida proses yang dipanaskan tidak boleh
mencapai suhu dimana dapat terjadi thermal cracking pada fluida proses
yang dipanaskan. Thermal cracking akan mengakibatkan terbentuknya gas-
gas ringan yang akan mengakibatkan volume fluida hasil pembakaran
menjadi sangat besar dan melebihi volume pipa fluida proses. Bila hal ini
terjadi, dapat menimbulkan bahaya berupa meledaknya furnace. Thermal
cracking dapat pula mengakibatkan terbentuknya coke yang dapat
mengurangi luas perpindahan panas pada furnace.
Furnace pada dasarnya terdiri dari sebuah ruang pembakaran yang
menghasilkan sumber kalor untuk diserap kumparan pipa (tube coil) yang
didalamnya mengalir fluida. Dalam konstruksi ini biasanya tube coil
dipasang menelusuri dan merapat kebagian lorong yang menyalurkan gas
hasil bakar (flue gas) dari ruang bakar ke cerobong asap (stack).
Perpindahan kalor yang diruang pembakaran terutama terjadi karena
radiasi disebut seksi radiasi (radiant section), sedangkan saluran gas hasil
pembakaran terutama oleh konveksi disebut seksi konveksi (convection
section). Untuk mencegah supaya gas buangan tidak terlalu cepat
meninggalkan ruang konveksi maka pada cerobong seringkali dipasang
penyekat (damper). Perpindahan panas kalor melalui pembuluh dikenal
sebagai konduksi.

3
B. Jenis-jenis Tanur
1. Berdasarkan bahan yang akan dipanaskan :
a. MUFFLE FURNACE
Muffle furnace adalah tungku dimana bahan subyek dan semua
produk pembakaran termasuk gas dan abu terisolasi dari bahan bakar.
Setelah pengembangan pemanas listrik temperatur tinggi dengan
elemen dan elektrifikasi yang berkembang di negara-negara maju,
muffle furnace dengan cepat berubah ke listrik. Saat ini, muflle furnace
biasanya berupa sebuah front-loading kotak-jenis oven atau kiln untuk
aplikasi suhu tinggi seperti kaca sekering, menciptakan lapisan enamel,
keramik dan barang solder dan mematri. Muffle furnace juga digunakan
dalam banyak penelitian, misalnya oleh ahli kimia untuk menentukan
berapa proporsi sampel yang mudah terbakar
dan non-volatile (yaitu: abu). Beberapa
pengendali digital memungkinkan RS232
antarmuka dan memungkinkan operator
untuk program hingga 126 segmen, seperti
melereng, perendaman, sintering, dan banyak
lagi. Juga, kemajuan dalam bahan untuk
elemen pemanas, seperti disilikat molibdenum, sekarang dapat
menghasilkan suhu kerja hingga 1.800 derajat Celsius (3.272 derajat
Fahrenheit), yang memfasilitasi aplikasi metalurgi lebih canggih.
b. VACUUM FURNACE
Vacuum furnace adalah jenis furnace yang dapat memanaskan
bahan, biasanya logam, pada temperatur sangat tinggi dan
melaksanakan proses seperti mematri, sintering dan perlakuan panas
dengan konsistensi tinggi dan kontaminasi rendah.Dalam sebuah
vacuum furnace produk dalam tungku dikelilingi oleh ruang hampa.
Tidak adanya udara atau gas lainnya mencegah perpindahan panas

4
dengan produk melalui konveksi dan menghilangkan sumber
kontaminasi. Beberapa manfaat dari vakum furnace adalah:
1. Uniform dalam rentang temperatur 2000-2800 ° F (1100-1500 ° C)
2. Suhu dapat dikontrol dalam area kecil
3. kontaminasi dari karbon oksigen dan gas-gas lain pada produk
rendah
4. pendinginan produk cepat
5. Proses dapat dikendalikan komputer untuk memastikan berulangnya
fasa dalam metalurgi.
Pemanas logam untuk temperatur tinggi biasanya menyebabkan
oksidasi cepat, yang tidak diinginkan.Vakum furnace menghilangkan
oksigen dan mencegah hal ini terjadi.Gas inert,seperti Argon,biasanya
digunakan untuk mempercepat pendinginan logam sampai kembali ke
tingkat non-metalurgi (di bawah 400 ° F) setelah proses yang diinginkan
dalam tungku. Gas inert dapat ditekan untuk dua kali perlakuan atau
lebih, kemudian mengalir melalui daerah zona panas untuk mengambil
panas sebelum melalui sebuah penukar panas untuk membuang panas.
Proses ini diulang sampai suhu yang diinginkan tercapai.
Penggunaan umum dari vakum furnace adalah untuk heat
treatment baja paduan. Banyak perlakuan panas yang dapat
menggunakan vakum furnace misalnya hardening dan tempering dari
baja untuk menambah kekuatan dan ketangguhan. Pengerasan
melibatkan pemanasan baja ke suhu yang sudah ditentukan, kemudian
didinginkan secara cepat. Vacuum furnace yang ideal untuk aplikasi
mematri. Mematri merupakan proses perlakuan panas yang digunakan
untuk menggabung dua atau lebih komponen dasar logam dengan
pelelehan lapisan tipis logam pengisi dalam celah antara logam tersebut.
Aplikasi lainnya dari vakum furnace adalah Vacuum karburasi,
yang juga dikenal sebagai Tekanan Rendah karburasi atau LPC. Dalam

5
proses ini, gas (seperti asetilen) dimasukkan dengan tekanan parsial ke
zona panas pada suhu biasanya antara 1600F dan 1950F. Gas
dimasukkan ke dalam molekul konstituen (dalam hal ini karbon dan
hidrogen). karbon tersebut kemudian menyebar ke daerah permukaan
logam. Hal ini biasanya diulang dalam berbagai durasi input gas dan
waktu difusi. Setelah benda kerja sesuai dengan apa yang diinginkan
kemudian diinduksi biasanya menggunakan minyak atau gas bertekanan
tinggi (HPGQ) berupa nitrogen atau helium kemudian diquenching
dengan cepat. Proses ini juga dikenal sebagai pengerasan khusus.
c. FLUIDEZED BED FURNACE
Fluidized-bed furnace adalah tungku berbentuk silinder atau
persegi dan terdiri sebuah tungku Panjang Dari Ruang dan Reaksi Ruang
untuk penyediaan ledakan Udara atau distribusi gas ke perapian.
Perapian, yang dirancang untuk menyediakan distribusi seragam
ledakan di atas penampang seluruh ruang reaksi, adalah sebuah kisi
logam atau plat beton dengan sebuah klep. Perapian,Yang dirancang
untuk mengatur distribusi ledakan yang seragam di seluruh penampang
ruang Reaksi tetap permanent, sebuah kisi logam atau plat bukaan yang
terbuat dari beton atau teradang dibuat dari blok keramik berpori yang
berupa butiran padat tersuspensi oleh udara atau gas yang mengalir
melalui grid dan membentuk fluidized bed di mana interaksi antara
bahan padat dan gas berlangsung. Butiran padat tersuspensi dibuat dari
udara atau gas yang mengalir membentuk grid di dalam fluidized bed di
mana Interaksi antara Bahan berlangsung dalam bentuk padat dan gas.
Produk jadi (misalnya, sinter) dibuang dari tungku melalui sebuah pintu
di bagian atas dari fluidized bed. Alat penukar panas dipasang di zona
fluidized untuk melakukan pemanasan dalam bed selama proses
eksotermik (pembakaran) atau untuk memasok panas ke fluidized bed
selama proses endotermik (pengurangan).Tungku fluidized-bed

6
Multichamber dengan beberapa bed fluidized sekuensial digunakan
untuk proses yang melibatkan pengolahan bahan dalam beberapa
langkah pada berbagai suhu dan berbagai komposisi fasa
gas.Dibandingkan dengan furnace listrik jenis lain (misalnya, rotary kiln),
di dalam fluidized-bed furnace gas dan bahan lebih efektif berinteraksi
dan lebih seragam pada produk akhir, fluidized bed furnace juga
membuat seintensive mungkin dan otomatisasi proses berlangsung di
dalamnya. Proses proses yg dapat dilakukan di fluidized bed furnace
adalah:
1. Nitro Carburizing
2. Carbonitriding
3. Carburizing
4. Gas Nidriding
5. Annealing
6. Normalising
Pemanas logam untuk temperatur tinggi biasanya menyebabkan
oksidasi cepat, yang tidak diinginkan.Vakum furnace menghilangkan
oksigen dan mencegah hal ini terjadi.Gas inert,seperti Argon,biasanya
digunakan untuk mempercepat pendinginan logam sampai kembali ke
tingkat non-metalurgi (di bawah 400 ° F) setelah proses yang diinginkan
dalam tungku. Gas inert dapat ditekan untuk dua kali perlakuan atau
lebih, kemudian mengalir melalui daerah zona panas untuk mengambil
panas sebelum melalui sebuah penukar panas untuk membuang panas.
Proses ini diulang sampai suhu yang diinginkan tercapai.
Penggunaan umum dari vakum furnace adalah untuk heat
treatment baja paduan. Banyak perlakuan panas yang dapat
menggunakan vakum furnace misalnya hardening dan tempering dari
baja untuk menambah kekuatan dan ketangguhan. Pengerasan
melibatkan pemanasan baja ke suhu yang sudah ditentukan, kemudian

7
didinginkan secara cepat. Vacuum furnace yang ideal untuk aplikasi
mematri. Mematri merupakan proses perlakuan panas yang digunakan
untuk menggabung dua atau lebih komponen dasar logam dengan
pelelehan lapisan tipis logam pengisi dalam celah antara logam tersebut.
Aplikasi lainnya dari vakum furnace adalah Vacuum karburasi,
yang juga dikenal sebagai Tekanan Rendah karburasi atau LPC. Dalam
proses ini, gas (seperti asetilen) dimasukkan dengan tekanan parsial ke
zona panas pada suhu biasanya antara 1600F dan 1950F. Gas
dimasukkan ke dalam molekul konstituen (dalam hal ini karbon dan
hidrogen). karbon tersebut kemudian menyebar ke daerah permukaan
logam. Hal ini biasanya diulang dalam berbagai durasi input gas dan
waktu difusi. Setelah benda kerja sesuai dengan apa yang diinginkan
kemudian diinduksi biasanya menggunakan minyak atau gas bertekanan
tinggi (HPGQ) berupa nitrogen atau helium kemudian diquenching
dengan cepat. Proses ini juga dikenal sebagai pengerasan khusus.
2. Furnace Berdasarkan Konstuksinya Secara Umum terdiri dari:
a. Tipe Box
Furnace yang berbentuk kotak/ box dan mempunyai burner di
samping atau di bawah yang tegak lurus terhadap dinding furnace.
Nyala api di dalam furnace adalah mendatar atau tegak lurus. Tube
furnace dipasang mendatar atau tegak lurus.
Furnace tipe box mempunyai bagian radiasi dan konveksi yang
dipisahkan oleh dinding batu tahan api yang disebut bridge wall. Burner
dipasang pada ujung dapur dan api diarahkan tegak lurus dengan pipa
atau dinding samping dapur (api sejajar dengan pipa). Dapur jenis ini
jarang digunakan karena perhitungan ekonomi/harganya mahal.
Keuntungan memakai dapur tipe box :
1. Dapat dikembangkan sehingga bersel 3 atau 4
2. Distribusi fluks kalor merata disekeliling pipa

8
3. Ekonomis untuk digunakan pada beban kalor diatas 60-80 MM.
Btu/jam
Kerugian memakai dapur tipe box :
1. Apabila salah satu aliran fluida dihentikan, maka seluruh
operasi dapur harus dihentikan juga, untuk mencegah
pecahnya pipa (kurang fleksibel)
2. Tidak dapat digunakan memanasi fluida yang harus dipanasi
oada suhu tinggi dan aliran fluida yang singkat.
3. Harga relative mahal
4. Membutuhkan area relative luas.
b. Tipe Silinder Vertikal
Furnace yang berbentuk silinder tegak yang mempunyai burner
padalantai furnace dengan nyala api tegak lurus ke atas sejajar dengan
dinding furnace.Dikatakan tipe vertical karena tube di dalam seksi
radiasidipasang tegak lurus dansejajar dinding furnace.
Contoh jenis pemanas berapi tipe vertical :
1. Pemanas vertical silindris tanpa seksi konveksi
2. Pemanas vertical silindris berkumparan helix
3. Pemanas vertical silindris dengan ruang konveksi aliran silang
4. Pemanas silindris tanpa seksi konveksi terpadu
5. Pemanas tipe punjang (“orbor “ atau “wicket”)
Keuntungan memakai dapur tipe silindris :
1. Konstruksi sederhana, sehingga harganya relatif murah
2. Area yang diperlukan relative kecil
3. Luas permukaan pipa dapat tersusun lebih besar sehingga thermal
efisiensinya lebih tinggi.
4. Ekonomis untuk bahan bakar sekitar 60-80 MM Btu/jam
c. Tipe Cabin
Furnace jenis ini terdiri dari kamar-kamar dimana tube-tubenya
dipasang secara horizontal. Letak burner pada bagian bawah furnace dan
nyala api sejajar tegak lurus dengan dinding furnace. Dapur tipe kabin
mempunyai bagian radiasi pada sisi samping dan bagian kerucut furnace.
Bagian konveksi terletak di bagian atas furnace sedangkan bagian terbawah
disebut shield section. Burner dipasang pada lantai dapur dan menghadap

9
ke atas sehingga arah pancaran api maupun flue gas tegak lurus dengan
susunan pipa, adakalanya burner dipasang horizontal. Dapur tipe ini
ekonomis karena efisiensi termalnya tinggi.
Keuntungan memakai dapur tipe kabin:
1. Bentuk konstruksi kompak dan mempunyai thermal effisiensi
tinggi
2. Beban panas sekitar 20-300 MM Btu/jam
3. Pada dapur tipe kabin bersel, memungkinkan pengendalian
operasi secara terpisah (fleksibel)
d. High Temperatur Chemical furnace
Furnace tipe ini umumnya digunakan sebagai reactor, dimana fluida
yang mengalir melalui pipa radiasi akan memperoleh panas radiasi secara
merata. Burner dipasang dilantai dengan arah pancaran api vertical dan
dipasang di dinding dengan arah pancaran api mendatar. Dengan cara
pemasangan Burner tersebut maka tube akan memperoleh panas radiasi
yang sama dari kedua sisinya sehingga mengurangi kemungkinan
terbentuknya coke serta penurunan suhu metal di tube.
3. Furnace Berdasarkan Draft
Draft adalah perbedaan tekanan di dalam furnace dengan tekanan
udara luar (atmosfir). Berdasarkan Draft furnace dibedakan empat tipe, antara
lain:
a. Natural Draft
Flue gas hasil pembakaran keluar furnace melalui cerobong dengan
tarikan alam. Tekanan di dalam furnace lebih kecil dibandingkan dengan
tekanan atmosfir. Akibat perbedaan tekanan ini maka udara luar untuk
pembakaran dapat masuk ke dalam furnace.
b. Forced Draft
Udara untuk pembakaran dalam furnace dimasukkan dengan tenaga
mekanis yaitu blower. Karena tekanan udara luar dan tekanan udara yang
dimasukkan lebihtinggi dari tekanan di dalam furnace maka secara
langsung Flue gas hasilpembakaran keluar melalui cerobong.
c. Induced Draft
Flue gas hasil pembakaran keluar melalui cerobong dengan tarikan
blower. Tarikan blower ini menyebabkan tekanan di dalam furnace lebih
rendah dari tekanan atmosfir, sehingga udara luar masuk ke dalam furnace.
d. Balance Draft
Merupakan kombinasi forced draft dan induced draft. Forced draft
untuk memberikan udara pembakaran. Induced draft untuk menarik Flue

10
gas melewati cerobong menuju atmosfirserta mengatur tekanan di dalam
furnace.

C. Bagian - Bagian Furnace


1. Dinding Furnace
Dinding furnace terbuat dari baja (carbon steel) sebagai penahan
struktur yang dilapisi dengan isolasi, batu tahan api dan refractory sebagai
pendukung untuk pemanfaatan panas secara maksimal serta untuk
mencegah terjadinya kehilangan panas.

Gambar 2.2. Konstruksi dinding dapur


Keterangan Gambar :
a. Plat Baja b. Isolasi
c. Batu tahan api d. Refractory
2. Tube Coil
Tube Coil pada furnace merupakan bagian yang paling penting pada
instalasi furnace. Merupakan rangkaian tube dalam furnace yang berfungsi
untuk memindahkan panas dari panas hasil pembakaran ke dalam fluida
yang ada didalam pipa pembuluh (tube). Tube-tube ini disambung dengan
menggunakan U Bend. Disamping itu bila terjadi pembentukan kerak
didalam tube furnace dapat dibersihkan dengan steam air decoking.
3. Instrumentasi
Umumnya instrumentasi yang terpasang pada suatu pemanas berapi
adalah thermometer, manometer dan on line analyzer.
a. Termometer : instrument pengukuran temperatur ini dibagi menjadi
beberapa tipe tergantung kebutuhannya.
1. TI (Temperatur Indicator)
2. TR (Temperatur Recorder)
3. TC (Temperatur Controller)
4. TA (Temperatur Alarm)
5. TS (Temperatur Shutdown)
b. Manometer : banyak digunakan untuk mengukur tekanan udara di
ruang pembakaran, tekanan gas buang di cerobong, tekanan bahan
bakar gas/cair, tekanan fluida masuk dan keluar ruang pembakaran.
c. O2 analyzer : fungsi alat ini melakukan analisa kandungan oksigen,
karbon dioksida pada gas buang.

11
4. Burner
Burner merupakan alat pembakar bahan bakar (fuel) sistem
pengapian dan pencampuran bahan bakar dan udara dengan udara
primer/sekunder serta sistem atomizing steam sehingga bahan bakar (fuel)
dapat terbakar dengan sempurna.
Beberapa macam Burner :
a. Pilot burner adalah burner kecil yang menggunakan gas sebagai
penyalaanawal pada furnace. Untuk menaikkan suhu fluida
selanjutnya menggunakan burner bahan bakar gas ataupun bahan
bakar minyak.
b. Gas burner adalah burner dengan mempergunakan bahan bakar
gas.
c. Oil burner adalah burner dengan mempergunakan bahan bakar
minyak.
d. Dual burner adalah burner dengan mempergunakan bahan bakar
gas dan bahan bakar minyak.
5. Stack (Cerobong Asap)
Alat ini berfungsi untuk mengalirkan Flue gas hasil pembakaran dari
dalamfurnace keluar furnace (atmosfir Umumnya terbuat dari carbon
steel, suhu
stack perlu dijaga antara 350–500 oF. Bila suhu stack terlalu tinggi
akan mengakibatkan banyak panas terbuang dan bisa mengakibatkan
stack rusak.Jika suhu stack < 350 oF kemungkinan akan terjadi kondensasi
dari air dan gas SO2yang terbawa oleh flue gas sehingga terbentuk H2SO4
yang sangat korosif dan merusak semen lining maupun metal stack.
6. Stack Damper
Alat ini berfungsi untuk mengatur pembuangan Flue gas melewati
stackdanmengatur tekanan di dalam furnace.
7. Lubang intip (peep hole)
Lubang intip pada dindingfurnace ini berfungsi untuk mengamati
nyalaapi serta kondisi tube di dalam furnace.
8. Explotion Door
Pintu yang dapat terbuka bila terjadi ledakan (tekanan furnace naik)
sehinggafurnace terhindar dari kerusakan.
9. Pengatur udara (air register)
Berfungsi untuk mengatur banyaknya udara yang masuk ke dalam
furnace.

12
10. Snuffing steam
Alat ini berfungsi untuk mengalirkan steam ke dalam furnace, untuk
mematikanapi bila terjadi kebocoran tube. Juga digunakan untuk
menghalau gas hidrokarbon sisa di dalamruang pembakaran sebelum
menyalakan burner.
11. Soot blower
Alat ini berfungsi untuk menghilangkan jelaga yang menempel pada
pipa-pipapembuluh di daerah konveksi.

D. Bahan Bakar
Bahan bakar adalah suatu materi yang bisa di ubah menjadi energi.
Kebanyakan bahan bakar di pakai melalui proses pembakaran yang di
reaksikan dengan oksigen ( O2 ) , dimana bahan bakar berfungsi sebagai bahan
yang akan di bakar.

Berdasarkan meterinya bahan bakar dapat di bedakan menjadi 3 jenis :

1. Bahan Bakar Padat


Bahan bakar padat yang umum digunakan adalah batubara.
Batubara diklasifikasikan menjadi tiga jenis utama yakni antracit,
bituminous, dan lignit.
a. Antracit
Antracit merupakan batubara tertua jika dilihat dari sudut
pandang geologi, yang merupakan batubara keras, tersusun dari
komponen utama karbon dengan sedikit kandungan bahan yang
mudah menguap dan hampir tidak berkadar air.
b. Lignit
Lignit merupakan batubara termuda dilihat dari pandangan
geologi, batubara ini merupakan batubara lunak yang tersusun
terutama dari bahan yang mudah menguap dan kandungan air
dengan kadar fixed carbon yang rendah. Fixed carbon merupakan
karbon dalam keadaan bebas, tidak bergabung dengan elemen
lain. Bahan yang mudah menguap merupakan bahan batubara
yang mudah terbakar yang menguap apabila batubara dipanaskan.
Batubara yang umum digunakan, contohnya pada industri di
India adalah batubara bituminous dan sub-bituminous.

13
2. Bahan Bakar Gas
Bahan bakar gas merupakan bahan bakar yang sangat
memuaskan sebab hanya memerlukan sedikit handling dan sistim
burner nya sangat sederhana dan hampir bebas perawatan. Gas
dikirimkan melalui jaringan pipa distribusi sehingga cocok untuk
wilayah yang berpopulasi tinggi atau padat industri. Walau begitu,
banyak pemakai perorangan yang besar memiliki penyimpan gas,
bahkan beberapa diantara mereka memproduksi gasnya sendiri.
a. Jenis-jenis bahan bakar gas
Berikut adalah daftar jenis-jenis bahan bakar gas:
1) Bahan bakar yang secara alami didapatkan dari alam:
a) Gas alam
b) Metan dari penambangan batubara
2) Bahan bakar gas yang terbuat dari bahan bakar padat
a) Gas yang terbentuk dari batubara
b) Gas yang terbentuk dari limbah dan biomasa
c) Dari proses industri lainnya (gas blast furnace)
3) Gas yang terbuat dari minyak bumi
a) Gas Petroleum cair (LPG)
b) Gas hasil penyulingan
c) Gas dari gasifikasi minyak
4) Gas-gas dari proses fermentasi
Bahan bakar bentuk gas yang biasa digunakan adalah gas
petroleum cair (LPG), gas alam, gas hasil produksi, gas blast
furnace, gas dari pembuatan kokas, dll. Nilai panas bahan bakar
gas dinyatakan dalam Kilokalori per normal meter kubik
(kKal/Nm3) ditentukan pada suhu 'normal (20 0C) dan tekanan
normal (760 mm Hg).
b. Sifat-sifat bahan bakar gas
Karena hampir semua peralatan pembakaran gas tidak dapat
menggunakan kadungan panas dari uap air, maka perhatian
terhadap nilai kalor kotor (GCV) menjadi kurang. Bahan bakar
harus dibandingkan berdasarkan nilai kalor netto (NCV). Hal ini
benar terutama untuk gas alam, dimana kadungan hidrogen akan
meningkat tinggi karena adanya reaksi pembentukan air selama
pembakaran.
Sifat-sifat fisik dan kimia berbagai bahan bakar gas diberikan
dalam Tabel 1 di bawah.

14
Tabel 2 Perbandingan komposisi kimia berbagai bahan bakar

3. Bahan Bakar Cair


Bahan bakar cair seperti minyak tungku/ furnace oil dan LSHS
(low sulphur heavy stock) terutama digunakan dalam penggunaan
industri. Berbagai sifat bahan bakar cair diberikan dibawah ini.
a. Densitas
Densitas didefinisikan sebagai perbandingan massa bahan
bakar terhadap volum bahan bakar pada suhu acuan 15°C.
Densitas diukur dengan suatu alat yang disebut hydrometer.
Pengetahuan mengenai densitas ini berguna untuk penghitungan
kuantitatif dan pengkajian kualitas penyalaan. Satuan densitas
adalah kg/m3.
b. Specific gravity
Didefinisikan sebagai perbandingan berat dari sejumlah
volum minyak bakar terhadap berat air untuk volum yang sama
pada suhu tertentu. Densitas bahan bakar, relatif terhadap
air,disebut specific gravity. Specific gravity air ditentukan sama
dengan 1. Karena specific gravity adalah perbandingan, maka tidak
memiliki satuan. Pengukuran specific gravity biasanya dilakukan
dengan hydrometer. Specific gravity digunakan dalam
penghitungan yang melibatkan berat dan volum. Specific gravity
untuk berbagai bahan bakar minyak diberikan dalam tabel 3
dibawah:

15
c. Viskositas
Viskositas suatu fluida merupakan ukuran resistansi bahan
terhadap aliran. Viskositas tergantung pada suhu dan berkurang
dengan naiknya suhu. Viskositas diukur dengan Stokes /
Centistokes. Kadang-kadang viskositas juga diukur dalam Engler,
Saybolt atau Redwood. Tiap jenis minyak bakar memiliki hubungan
suhu – viskositas tersendiri. Pengukuran viskositas dilakukan
dengan suatu alat yang disebut Viskometer.
Viskositas merupakan sifat yang sangat penting dalam
penyimpanan dan penggunaan bahan bakar minyak. Viskositas
mempengaruhi derajat pemanasan awal yang diperlukan untuk
handling, penyimpanan dan atomisasi yang memuaskan. Jika
minyak terlalu kental,maka akan menyulitkan dalam pemompaan,
sulit untuk menyalakan burner, dan sulit dialirkan. Atomisasi yang
jelek akam mengakibatkan terjadinya pembentukan endapan
karbon pada ujung burner atau pada dinding-dinding. Oleh karena
itu pemanasan awal penting untuk atomisasi yang tepat.
d. Titik Nyala
Titik nyala suatu bahan bakar adalah suhu terendah dimana
bahan bakar dapat dipanaskan sehingga uap mengeluarkan nyala
sebentar bila dilewatkan suatu nyala api. Titik nyala untuk minyak
tungku/ furnace oil adalah 66 0C.
e. Titik Tuang
Titik tuang suatu bahan bakar adalah suhu terendah dimana
bahan bakar akan tertuang atau mengalir bila didinginkan dibawah
kondisi yang sudah ditentukan. Ini merupakan indikasi yang sangat
kasar untuk suhu terendah dimana bahan bakar minyak siap untuk
dipompakan.
f. Panas Jenis
Panas jenis adalah jumlah kKal yang diperlukan untuk
menaikan suhu 1 kg minyak sebesar 10℃. Satuan panas jenis
adalah kkal/kg℃. Besarnya bervariasi mulai dari 0,22 hingga 0,28
tergantung pada specific gravity minyak. Panas jenis menentukan
berapa banyak steam atau energi listrik yang digunakan untuk

16
memanaskan minyak ke suhu yang dikehendaki. Minyak ringan
memiliki panas jenis yang rendah, sedangkan minyak yang lebih
berat memiliki panas jenis yang lebih tinggi.
g. Nilai Kalor
Nilai kalor merupakan ukuran panas atau energi yang
dihasilkan., dan diukur sebagai nilai kalor kotor/ gross calorific
value atau nilai kalor netto/ nett calorific value. Perbedaannya
ditentukan oleh panas laten kondensasi dari uap air yang
dihasilkan selama proses pembakaran. Nilai kalor kotor/. gross
calorific value (GCV) mengasumsikan seluruh uap yang dihasilkan
selama proses pembakaran sepenuhnya
terembunkan/terkondensasikan. Nilai kalor netto (NCV)
mengasumsikan air yang keluar dengan produk pengembunan
tidak seluruhnya terembunkan. Bahan bakar harus dibandingkan
berdasarkan nilai kalor netto. Nilai kalor batubara bervariasi
tergantung pada kadar abu, kadar air dan jenis batu baranya
sementara nilai kalor bahan bakar minyak lebih konsisten. GCV
untuk beberapa jenis bahan bakar cair yang umum digunakan
terlihat dibawah ini:

h. Kadar Sulfur
Jumlah sulfur dalam bahan bakar minyak sangat tergantung
pada sumber minyak mentah dan pada proses penyulingannya.
Kandungan normal sulfur untuk residu bahan bakar minyak
(minyak furnace) berada pada 2 - 4 %. Kandungan sulfur untuk
berbagai bahan bakar minyak ditunjukkan pada Tabel 3.

Kerugian utama dari adanya sulfur adalah resiko korosi oleh


asam sulfat yang terbentuk selama dan sesudah pembakaran, dan
pengembunan di cerobong asap, pemanas awal udara dan
economizer.

17
i. Kadar Abu
Kadar abu erat kaitannya dengan bahan inorganik atau
garam dalam bahan bakar minyak. Kadar abu pada distilat bahan
bakar diabaikan. Residu bahan bakar memiliki kadar abu yang
tinggi. Garam-garam tersebut mungkin dalam bentuk senyawa
sodium, vanadium, kalsium, magnesium, silikon, besi, alumunium,
nikel, dll. Umumnya, kadar abu berada pada kisaran 0,03 – 0,07 %.
Abu yang berlebihan dalam bahan bakar cair dapat menyebabkan
pengendapan kotoran pada peralatan pembakaran. Abu memiliki
pengaruh erosi pada ujung burner, menyebabkan kerusakan pada
refraktori pada suhu tinggi dapat meningkatkan korosi suhu tinggi
dan penyumbatan peralatan.
j. Residu Karbon
Residu karbon memberikan kecenderungan pengendapan
residu padat karbon pada permukaan panas, seperti burner atau
injeksi nosel, bila kandungan yang mudah menguapnya menguap.
Residu minyak mengandung residu karbon 1 persen atau lebih.
k. Kadar Air
Kadar air minyak tungku/furnace pada saat pemasokan
umumnya sangat rendah sebab produk disuling dalam kondisi
panas. Batas maksimum 1% ditentukan sebagai standar. Air dapat
berada dalam bentuk bebas atau emulsi dan dapat menyebabkan
kerusakan dibagian dalam permukaan tungku selama pembakaran
terutama jika mengandung garam terlarut. Air juga dapat
menyebabkan percikan nyala api di ujung burner, yang dapat
mematikan nyala api, menurunkan suhu nyala api atau
memperlama penyalaan

18
Spesifikasi khusus bahan bakar minyak terlihat pada tabel
dibawah.

l. Nilai oktan
Oktan adalah angka yang menunjukkan berapa besar
tekanan maksimum yang bisa diberikan di dalam mesin sebelum
bensin terbakar secara spontan. Di dalam mesin, campuran bensin
dan udara (berbentuk gas) bisa terbakar sendiri secara spontan
sebelum terkena percikan api dari busi. Jadi, semakin tinggi angka
oktannya, semakin lama bensin itu terbakar spontan. Pembakaran
spontan ini menimbulkan ketukan di dalam mesin yang biasa
disebut gejala ngelitik atau knocking. Pembakaran spontan ini
sebisa mungkin dihindari dengan angka oktan yang tinggi. Jika
masih menggunakan premium yang beroktan 88, maka mesin
akan ngelitik atau knocking.

Berikut merupakan tabel perbandingan kualitas bensin dan solar


Indonesia dan Eropa

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Perpindahan panas terdiri dari konduksi,konveksi dan radiasi
2. Jenis furnace dibedakan berdasarkan bahan yang akan
dipanaskan,berdasarkan kontruksinya dan berdasarkan draft
3. Jenis-jenis bahan bakar terbagi menjadi 3 yaitu : bahan bakar padat, bahan
bakar gas dan bahan bakar cair

B. Saran
Berhubung ketersediaan bahan bakar dari fosil mulai menepis ada
baiknya kita mencari dan menggunakan alternatif seperti gas alam, biogas,
biodisel, dan lain-lain.

20
DAFTAR PUSTAKA

Bureau of Energy Efficiency. 2004. Energy Efficiency in Thermal Utilities. Chapter


1.
Department of Coal. 1985.. Coal and Cement Industry – Efficient utilization.
Government of India
Geankoplis, C.J.1993.Transport Processess and Unit Operation 3rd Edition.New
Jersey:Prentice Hall Inc.
Kern, D.Q.1965. Process Heat Transfer. New York:Mc.Graw Hill.
Mc Cabe, W.L., Unit Operation of Chemical Engineering, 3rd Edition, McGraw-
Hill Book Co., New York, 1999
Nelson, W.L.1936.Petroleum Refinery Engineering. New York:Mc.Graw Hill.
Smith, J.M.2001. Introduction to Chemical Engineering Thermodynamic 6th
Edition. New York:Mc Graw Hill

21

Anda mungkin juga menyukai