PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan
pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan gejala dan tanda
yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu. Stroke merupakan salah satu masalah
kesehatan yang serius karena ditandai dengan tingginya morbiditas dan mortalitasnya.
Selain itu, tampak adanya kecenderungan peningkatan insidennya (Bustan, 2007).
Batasan yang dikemukakan oleh WHO Task Force in Stroke and Other Cerebrovascular
Disease tahun 1989, stroke secara klinis adalah disfungsi neurologis akut yang
disebabkan oleh gangguan pembuluh darah dan timbul secara mendadak (dalam beberapa
detik) atau cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala-gejala dan tanda-tanda yang sesuai
dengan daerah fokal otak yang terganggu.
Pada umumnya disfungsi itu berupa hemiparalisis atau hemiparesis yang disertai
dengan defisit sensorik dengan atau tanpa gangguan fungsi luhur. Di dalam praktik,
stroke (bahasa Inggris) umum digunakan sebagai sinonim Cerebro Vascular Disease
(CVD) dan Kurikulum Inti Pendidikan Dokter di Indonesia (KIPD), mengistilahkan
stroke sebagai penyakit akibat gangguan peredaran darah otak (GPDO).
Mengenai klasfikasi stroke, telah banyak institusi yang mengemukakan berbagai
klasifikasi stroke. Seperti yang dibuat oleh Stroke Data Bank, World Health Organization
(WHO, 1989) dan National Institute of Neurological Disease and Stroke (NINDS, 1990).
Pada dasarnya klasifikasi tersebut dikelompokkan atas dasar manifestasi klinik, proses
patologi yang terjadi di otak dan tempat lesinya. Hal ini berkaitan dengan pendekatan
diagnosis neurologis yang melakukan diagnosis klinis, diagnosis kausal, dan diagnosis
topis (Bustan, 2007).
Klasifikasi yang dipakai saat ini (Bustan, 2007) adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan manifestasi klinik
a. Transient Ischemic Attack (TIA), serangan kurang dari 24 jam.
b. Stroke in Evolution (SIE), hilang dalam 2 minggu.
c. Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND).
d. Completed Stroke
1
5. Tanda gejala dari penyakit stoke?
6. Komplikasi dari penyakit stroke?
7. Pemeriksaan diagnostik penyakit stroke?
8. Penatalaksanaan penyakit stroke ?
9. Pengobatan konservatif penyakit stroke ?
10. Pengobatan pembedahan penyakit stroke?
11. Pencegahan penyakit stroke ?
12. Penanganan dan perawatan stroke di rumah ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi penyakit sroke adalah ?
2. Untuk mengetahui faktor resiko penyakit sroke ?
3. Untuk mengetahui patogenesisi dari penyakit stroke?
4. Untuk mengetahui klasifikasi penyakit stoke?
5. Untuk mengetahui tanda gejala dari penyakit stoke?
6. Untuk mengetahui komplikasi dari penyakit stroke?
7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik?
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan ?
9. Untuk mengetahui pengobatan konservatif ?
10 Untuk mengetahui pengobatan pembedahan?
11 Untuk mengetahui pencegahan stroke ?
12 Untuk mengetahui penanganan dan perawatan stroke di rumah ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karna terjadi gangguan peredaran darah di
otak yang menyebapkan terjadinya kematian jaringan otak seehingga mengakibatkan
seseorang menderita kelumpuhan tau kematian.
Menurut WHO, stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat
akibat gangguan fungsi otak lokal (atau global) dengan gejala gejala berlangsung selama 24
jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain selain vaskuler.
1. Hipertensi
2. Obesitas
3. Hiperkolesterol
4. Peningktan hematokrit
5. Penyakit kardiovaskuler
6. DM (Diabetes Melitus)
8. Merokok
9. Alkohol
2.3 Etiologi
1. Trombosis Cerebral
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapa menimbulkan oedema dan kongesti di
sekitarnya.Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur.
Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah
yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis seringkali
memburuk pada 48 jam setelah trombosis.
3
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak :
a. Atherosklerosis
• Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi
perdarahan.
2. Emboli
b. Myokard infark
c. Fibrilasi
3. Haemorhagi
4
perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan,
pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan ,sehingga otak akan
membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan mungkin
herniasi otak.
4. Hypoksia Umum
5. Hipoksia Setempat
2.4 Patofisiologi
5
1. Iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan.
Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu
sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah
beberapa hari. Dengan berkurangnya edema pasien mulai menunjukan
perbaikan,CVA. Karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan
masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan
nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding
pembukluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis , atau jika sisa infeksi
berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma
pembuluh darah.
Hal ini akan menyebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur.
Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan hipertensi
pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan
kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro vaskuler. Jika sirkulasi
serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral. Perubahan disebabkan oleh
anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan
irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh
karena gangguan yang bervariasi salah satunya cardiac arrest.
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM. Aneurisma paling sering
didapat pada percabangan pembuluh darah besar di sirkulasi willisi. AVM dapat dijumpai
pada jaringan otak dipermukaan pia meter dan ventrikel otak, ataupun didalam ventrikel
otak dan ruang subarakhnoid.
6
vasospasme pembuluh darah serebral. Vasospasme ini seringkali terjadi 3-5 hari setelah
timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya hari ke 5-9, dan dapat menghilang setelah
minggu ke 2-5. Timbulnya vasospasme diduga karena interaksi antara bahan-bahan yang
berasal dari darah dan dilepaskan kedalam cairan serebrospinalis dengan pembuluh arteri
di ruang subarakhnoid. Vasispasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri
kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia
dan lain-lain).
Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi
yang dihasilkan didalam sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak
punya cadangan O2 jadi kerusakan, kekurangan aliran darah otak walau sebentar akan
menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan
bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg% karena akan menimbulkan
koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga
bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala disfungsi serebral. Pada
saat otak hipoksia, tubuh berusaha memenuhi O2 melalui proses metabolik anaerob, yang
dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak.
2.5 Klasifikasi
a. Stroke Hemoragik
Stroke Hemoragik adalah disfungsi neurologis fokal yang akut dan disebabkan oleh
perdarahan primer subtansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh karena trauma
kapitis, disebabkan oelh karena pecahnya pembuluh arteri, vena, dan kapiler.
GEJALA
Timbulnya PIS Timbulnya PSA
Dalam 1 jam 1-2 menit
Nyeri Kepala Hebat Sangat hebat
Kesadaran Menurun Menurun sementara
Kejang Umum Sering fokal
Tanda rangsangan meningeal +/- +++
Hemiparese ++ +/-
Gangguan saraf otak + +++
Tabel 2.4 Perbedaan Perdarahan Intraserebri dengan Perdarahan Subarakhnoid
7
b. Stroke Non Hemoragik/Iskemik
Biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur, atau di pagi hari.
Tidak terjadi perdarahan namun terjadii iskemia yang menimbulkan hipoksia dan
selanjutnya dapat timbul edema sekunder serta kesadaran umumnya baik.
Perjalanan penyakit/stadium.
a) TIA
Gangguan neurologis lokal yang terjadi selama beberapa menit gan beberapa jam dan
gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari
24 jam.
b) Stroke Involusi
Stroke yang masih terjadi terus sehingga gangguan neurologis semakin berat/buruk dan
berlangsung selama 24 jam/beberapa hari.
c) Stroke Komplet
Gangguan neurologis yang timbul sedah menetap, dapat diawali oleh serangan TIA
berulang.
3. Gangguan persepsi.
2.7 Komplikasi
1. Hipoksia serebral
3. Embolisme serebral
4. Pneumonia aspirasi
5. ISK, Inkontinensia
8
6. Kontraktur
7. Tromboplebitis
8. Abrasi kornea
9. Dekubitus
10. Encephalitis
11. CHF
1. CT Scan
Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan otak
yang infark atau iskemia, serta posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya
didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ke ventrikel, atau menyebar ke
permukaan otak.
2. MRI
3. Angiografi Serebri
4. USG Doppler
5. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
6. Sinar X tengkorak
9
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang berlawanan dari
massa yang luas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada trombosis serebral; kalsifikasi
parsial dinding aneurisma pada perdarahan subarakhnoid.
7. Pungsi Lumbal
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal menunjukkan
adanya hemoragik pada subarakhnoid atau perdarahan pada intrakranial. Peningkatan
jumlah protein menunjukkan adanya proses inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor yang
merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil
biasanya warna likuor masih normal (xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.
8. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah rutin
b. Gula darah
c. Urine rutin
d. Cairan serebrospinal
f. Biokimia darah
g. Elektrollit
2.9 Penatalaksanaan
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai berikut:
a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendir yang
sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin
pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
10
J. PENGOBATAN KONSERVATIF
4. Batasi makanan berkolesterol dan lemak (daging, durian, alpukat, keju, dan lainnya).
5. Pertahankan diet dengan gizi seimbang (banyak makan buah dan sayuran)
2. Jangan menghentikan atau mengubah dan menambah dosis obat tanpa petunjuk
dokter.
11
3. Minta bantuan petugas kesehatan atau fisioterapi untuk memulihkan kondisi tubuh
yang lemah atau lumpuh.
8. Segera bawa klien/pasien ke dokter atau rumah sakit jika timbul tanda dan gejala
stroke.
12
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan MRS, nomor register, dan diagnosis
medis.
2. Keluhan utama
Sering menjadi alasan kleien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah kelemahan
anggita gerak sebalah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi,dan penurunan
tingkat kesadaran.
Serangan stroke berlangsuung sangat mendadak, pada saat klien sedang melakukan
aktivitas ataupun sedang beristirahat. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,
muntah,bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan separuh badan
atau gangguan fungsi otak yang lain.
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus, atau
adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.
5. Aktivitas sehari-hari
a.Nutrisi
13
Klien makan sehari-hari apakah sering makan makanan yang mengandung lemak,
makanan apa yang ssering dikonsumsi oleh pasien, misalnya : masakan yang mengandung
garam, santan, goreng-gorengan, suka makan hati, limpa, usus, bagaimana nafsu makan
klien.
b.Minum
c.Eliminasi
Pada pasien stroke hemoragik biasanya didapatkan pola eliminasi BAB yaitu
konstipasi karena adanya gangguan dalam mobilisasi, bagaimana eliminasi BAK apakah
ada kesulitan, warna, bau, berapa jumlahnya, karena pada klien stroke mungkn mengalami
inkotinensia urine sementara karena konfusi, ketidakmampuan mengomunikasikan
kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk mengendalikan kandung kemih karena kerusakan
kontrol motorik dan postural.
6. Pemeriksaan fisik
a.Kepala
Pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hemato atau riwayat operasi.
b.Mata
c.Hidung
(nervus I).
d.Mulut
e.Dada
14
o Auskultasi : Nafas cepat dan dalam, adanya ronchi, suara jantung I dan II
murmur atau gallop.
f. Abdomen
Pada pasien dengan stroke hemoragik biasnya ditemukan hemiplegi paralisa atau
hemiparase, mengalami kelemahan otot dan perlu juga dilkukan pengukuran kekuatan
otot, normal : 5
2) Nilai 1 : Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan pada sendi.
3) Nilai 2 : Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan grafitasi.
4) Nilai 3 : Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat melawan tekanan
pemeriksaan.
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan ...x24 jam perpusi jarinagn tercapai
secara optimal
kriteria hasil :
d. GCS 4, 5, 6
15
e.pupil isokor
g.TTV normal.
Intervensi :
a. Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab peningkatan TAK dan
akibatnaya.
b. Baringkan klie ( bed rest ) total dengan posisi tidur telentang tanpa bantal.
d. Bantu pasien untuk membtasi muntah, batuk,anjurkan klien menarik nafas apabila
bergerak atau berbalik dari tempat tidur.
Rasional : Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intrkranial dan poteensial
terjadi perdarahan ulang.
16
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan akumulasi
secret, kemampuan batuk menurun, penurunan mobilitas fisik sekunder, dan
perubahan tingkat kesadaran.
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama ...x 24 jam klien mamapu
meningkatkan dan memepertahankan keefektifan jalan nafas agar tetap bersih dan
mencegah aspirasi.
Kriteria hasil :
Intervensi :
Rasional : pengisapan lendir dapat membebaskan jalan nafas dan tidak terus menerus
di lakukan dan durasinya dapat di kurangi untuk mencegah hipoksia.
Rasional : batuk efektif dapat mengeluarkan secret dari jalan nafas. d. Lakukan
postural drainage perkusi/penepukan.
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama ..x 24 jam mobilitas fisik
teratasi,
17
Kriteria hasil : klien dapat mempertahan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian
tubuh yang terkena atau kompensasi.
Intervensi :
a. Kaji kemampuan secar fungsional dengan cara yang teratur klasifikasikan melalui
skala 0-4.
b. Ubah posisi setiap 2 jam dan sebagainya jika memungkinkan bisa lebih sering.
Rasional : menurunkan terjadinya terauma atau iskemia jaringan.
4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring yang lama.
Kriteria hasil : klien mampu perpartisipasi dalam penyembuhan luka, mengetahui cara
dan penyebab luka, tidak ada tanda kemerahan atau luka Intervensi :
a. Anjurkan klien untuk melakukan latihan ROM dan mobilisasi jika munkin.
c. Gunakan bantal air atau bantal yang lunak di bawah area yang menonjol. Rasional :
mengindari tekanan yang berlebihan pada daerah yang menonjol.
18
d. Lakukan masase pada daerah yang menonjol yang baru mengalami tekanan pada
waktu berubah posisis.
e. Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar terhadap
kehangatan dan pelunakan jaringan tiap mengubah posisi.
f. Jaga kebersihan kulit dan hidari seminimal munkin terauma,panas terhadap kulit.
Rasional : untuk mempertahankan ke utuhan kulit
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama ...x 24 jam terjadi prilaku
peningkatan perawatan diri.
Kriteria hasil : klien menunjukan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri,
klien mampu melakukan aktivitas perawatna diri sesuai dengan tingkat kemampuan,
mengidentifikasikan personal masyarakat yang dapat membantu.
Intervensi :
a. Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam skala 0 – 4 untuk melakukan ADL.
b. Hindari apa yang tidak dapat di lakukan oleh klien dan bantu bila perlu.
Rasional : klien dalam keadaan cemas dan tergantung hal ini di lakukan untuk mencegah
frustasi dan harga diri klien.
Rasional : klien memerlukan empati, tetapi perlu mengetahui perawatan yang konsisten
dalam menangani klien, skaligus meningkatkan harga diri klien, memandirikan klien, dan
menganjurkan klie untuk terus mencoba.
d. Rencanakan tindakan untuk deficit pengelihatan dan seperti tempatkan makanan dan
peralatan dalam suatu tempat, dekatkan tempat tidur ke dinding.
19
Rasional : klien mampu melihat dan memakan makanan, akan mampu melihat
kelaurmasuk orang ke ruangan.
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selam 2x24 jam gangguan eliminasi
fecal ( konstipasi) tidak terjadi lagi.
Kriteria hasil : klien BAB lancer,konsistensi feces encer, Tidak terjadi konstipasi
lagi.
Intervensi :
Rasional : untuk mengetahui frekuensi BAB klien, mengidentifikasi masalah BAB pada
klien .
b. Anjurkan untuk mengosumsi buah dan sayur kaya serat. Rasional : untuk
mempelancar BAB.
c. Anjurkan klien untuk banyak minum air putih, kurang lebih 18 gelas/hari,
Rasional : mengencerkan feces dan mempermudah pengeluaran feces.
Kriteria hasil : gangguan eliminasi urin tidak terjadi lagi, pola eliminasi BAK normal.
Intervensi :
20
c. Membatasi intake cairan 2-3 jam sebelum tidur.
Rasional : untuk mengatur supaya tidak terjadi kepenuhan pada kandung kemih.
Rasonal : untuk menentukan piñata laksanaan tindak lanjut jika klien tidak bisa
berkemih.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Stroke adalah serangan otak yang timbulnya mendadak akibat tersumbat atau
pecahnya pembuluh darah otak. Stroke merupakan satu masalah kesehatan paling serius
dalam kehidupan modern saat ini. Jumlah penderita stroke terus meningkat setiap tahunnya,
bukan hanya menyerang mereka yang berusia tua, tetapi juga orang-orang muda pada usia
produktif.
Data penelitian mengenai pengobatan stroke hingga kini masih belum memuaskan
walaupun telah banyak yang dicapai, hasil akhir pengobatan kalau tidak meninggal hampir
selalu meninggalkan kecacatan. Agaknya pengobatan awal/dini seperti pencegahan sangat
bermanfaat, akan tetapi harus disertai dengan pengenalan dan pemahaman stroke pada semua
lapisan dan komjunitas dalam masyarakat.
3.2 Saran
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Istilah ini sudah sangat lumrah di kalangan
kita. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya stroke, maka yang harus kita ubah mulai
sekarang adalah pola hidup dan pola makan yang sehat dan teratur. Jika kita membiasakan
hidup sehat, maka kita tidak akan mudah terserang penyakit.
22
DAFTAR PUSTAKA
https://buyungchem.wordpress.com/makalah-stroke-oleh-tri-amalia-saud/
23