Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekologi estuaria merupakan daerah atau lingkungan yang merupakan campuran antara air
sungai dan air laut, sehingga mengakibatkan daerah estuaria ini mempunyai air yang bersalinitas
lebih rendah daripada lautan terbuka. Meskipun demikian proses percampuran ini adalah
merupakan pencampuran yang kompleks. Dimana air tawar yang mempunyai densitas lebih kecil
dari air laut cenderung mengembang diatasnya. Pada daerah estuaria ini juga terdapat fluktuasi
perubahan salinitas yang berlangsung sacara tetap yang berhubungan dengan gerakan air pasang.
Massa air yang masuk kedalam daerah estuaria pada waktu terjadi air surut hanya bersumber dari
air tawar, akibatnya salinitas air didaerah estuaria pada saat itu umumnya rendah. Pada waktu air
pasang air masuk kedalam estuaria dari air laut bercampur dengan estuaria, sehingga
mengakibatkan salinitas naik. Mengakibatkan organisme-organisme laut tidak dapat hidup
didaerah estuaria, kebanyakan organisme-organisme laut tersebut hanya dapat bertoleransi
terhadap perubahan salinitas yang kecil. Dan akibatnya mereka tidak di bisa hidup didaerah
estuaria. Sebagian besar jenis flora dan fauna yang hidup didaerah estuaria tersebut adalah
organisme yang telah beradaptasi dengan kondisi yang terbatas didaerah tersebut.
Akibatnya wilayah estuaria tersebut merupakan suatu tempat yang sulit untuk ditempati,
daerah ini bersifat sangat produktif yang dapat mendukung sejumlah besar biota. Oleh karena itu,
umumnya daerah ini dikatakan bahwa estuaria relatif hanya dapat dihuni oleh beberapa spesies
saja. Pada daerah estuaria ini selain dari turun naiknya salinitas yang disebabkan oleh air pasang,
juga terjadi penurusan salinitas yang bertahap ketika air dari mulut estuaria (muara sungai)
bergerak ke arah sumber mata air (hulu sungai) sehingga terdapat wilayah dari flora dan fauna
yang hidup di daerah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian estuaria?
2. Bagaimanakah kondisi lingkungan di ekosistem estuaria?
3. Bagaimanakah komposisi biota di ekosistem estuaria?
4. Bagaimanakah peranan ekologis ekosistem estuaria?
5. Bagaimanakah adaptasi organisme pada ekosistem estuaria?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Estuaria
Estuaria adalah wilayah pesisir semi tertutup yang mempunyai hubungan bebas dengan laut
terbuka dan menerima masukan air tawar dari daratan. Secara sederhana estuaria didefinisikan
sebagai tempat pertemuan air tawar dan air asin (Nybakken, 1988). Sebagian besar estuaria
didominasi oleh substrat berlumpur yang merupakan endapan yang dibawa oleh air tawar dan air
laut.
Estuaria adalah perairan yang semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga
laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar (Bengen, 2002, Pritchard, 1976).
Kombinasi pengaruh air laut dan air tawar akan menghasilakan suatu komunitas yang khas,
dengan lingkungan yang bervariasi (Supriharyono, 2000), antara lain:
1. Tempat bertemunya arus air dengan arus pasang-surut, yang berlawanan menyebabkan suatu
pengaruh yang kuat pada sedimentasi, pencampuran air dan ciri-ciri fisika lainnya, serta
membawa pengaruh besar pada biotanya.
2. Pencampuran kedua macam air tersebut menghasilkan suatu sifat fisika lingkungan khusus yang
tidak sama dengan sifat air sungai maupun air laut.
3. Perubahan yang terjadi akibat adanya pasang-surut mengharuskan komunitas mengadakan
penyesuaian secara fisiologis dengan lingkungan sekelilingnya.
4. Tingkat kadar garam didaerah estuaria tergantung pada pasang-surut air laut, banyaknya aliran
air tawar dan arus-arus lainnya, serta topografi daerah estuaria tersebut.

Estuaria dapat diklasifikasikan berdasarkan pada karakteristik, diantaranya:


1. Geomorfologis: lembah sungai tergenang, estuaria jenis fyord, estuaria bentukan tanggul dan
estuaria bentukan tektonik.
a. Estuaria daratan pesisir, paling umum dijumpai, dimana pembentukannya terjadi akibat
penaikan permukaan air laut yang menggenangi sungai bagian pantai yang landai
b. Laguna (Gobah) atau teluk semi tertutup, terbentuk oleh adanya beting pasir yang terletak sejajar
dengan garis pantai sehingga menghalangi interaksi langsung dan terbuka dengan perairan laut.
c. Fyords, merupakan estuaria yang dalam, terbentuk oleh aktivitas glester yang mengakibatkan
tergenangnya lembah es oleh air laut
d. Estuaria tektonik, terbentuk akibat aktivitas tektonik (gempa bumi atau letusan gunung berapi),
yang mengakibatkan turunnya permukaan tanah yang kemudian digenangi oleh air laut pada saat
pasang.
2. Sirkulasi dan stratifikasi air:
a. Stratifikasi tinggi atau estuaria baji garam, dicirikan oleh adanya batas yang jelas antara air
tawar dan air asin
b. Tercampur sebagian merupakan tipe yang paling umum dijumpai. Pada estuaria ini aliran air
tawar dari sungai seimbang dengan air laut yang masuk melalui arus pasang. Pencampuran ini
dapat terjadi karena adanya turbulensi yang berlangsung secara berkala oleh aksi pasang surut.
c. Tercampur sempurna. Estuaria jenis ini terjadi di lokasi-lokasi dimana arus pasang-surut sangat
dominan dan kuat. Berdasarkan salinitas ( kadar garamnya ), estuaria dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu :
 Oligohalin yang berkadar garam rendah (0,5% – 3 %)
 Mesohalin yang berkadar garam sedang (3% – 17 %)
 Polihalin yang berkadar garam tinggi, yaitu diatas 17 %

B. Kondisi Lingkungan
Perpaduan antara beberapa sifat fisik estuaria mempunyai peranan yang penting terhadapa
kehidupan biota estuaria. Beberapa sifat yang penting antara lain:
1. Salinitas. Estuaria memiliki gradien salinitas yang bervariasi, terutama bergantung pada
masukan air tawar dari sungai dan air laut melalui pasang surut. Variasi ini menciptakan kondisi
yang menekan bagi organisme, tetapi mendukung kehidupan biota yang padat dan juga
menangkal predator dari laut yang pada umumnya tidak menyukai perairan dengan salinitas
rendah.
2. Substrat. Sebagian besar estuaria didominasi oleh substrat berlumpur yang berasal dari sedimen
yang dibawa melalui air tawar (sungai) dan air laut. Sebagian besar lumpur estuaria bersifat
organik, sehingga substrat ini kaya akan bahan organik. Bahan organik ini menjadi cadangan
makanan yang penting bagi organisme estuaria
3. Sirkulasi air. Selang waktu mengalirnya air dari sungai ke dalam estuaria dan masuknya air laut
melalui arus pasang surut menciptakan suatu gerakan dan transpor air yang bermanfaat bagi
biota estuaria, khususnya plankton yang hidup tersuspensi dalam air
4. Pasang surut. Arus pasang surut berperan sebagai pengangkut zat hara dan plankton. Disamping
itu arus ini juga berperan untuk mengencerkan dan menggelontorkan limbah yang sampai si
estuaria.
5. Penyimpanan zat hara. Peranan estuaria sebagai penyimpanan zat hara sangat besar. Pohon
mangrove dan lamun serta ganggang lainnya dapat mengkonversi zat hara dan menyimpannya
sebagai bahan organik yang akan digunakan kemudian oleh organisme hewani.
Dengan kondisi lingkungan fisik yang bervariasi dan merupakan daerah peralihan antara
darat dan laut, estuaria mempunyai pola pencampuran air laut dan air tawar yang tersendiri.
Menurut (Kasim, 2005), pola pencampuran sangat dipengaruhi oleh sirkulasi air, topografi ,
kedalaman dan pola pasang surut karena dorongan dan volume air akan sangat berbeda
khususnya yang bersumber dari air sungai. Berikut pola pencampuran antara air laut dengan air
tawar:
1. Pola dengan dominasi air laut (Salt wedge estuary) yang ditandai dengan desakan dari air laut
pada lapisan bawah permukaan air saat terjadi pertemuan antara air sungai dan air laut. Salinitas
air dari estuaria ini sangat berbeda antara lapisan atas air dengan salinitas yang lebih rendah
dibanding lapisan bawah yang lebih tinggi.

2. Pola percampuran merata antara air laut dan air sungai (well mixed estuary). Pola ini
ditandai dengan pencampuran yang merata antara air laut dan air tawar sehingga tidak
terbentuk stratifikasi secara vertikal, tetapi stratifikasinya dapat secara horizontal yang
derajat salinitasnya akan meningkat pada daerah dekat laut.
3. Pola dominasi air laut dan pola percampuran merata atau pola percampuran tidak
merata (Partially mixed estuary). Pola ini akan sangat labil atau sangat tergantung
pada desakan air sungai dan air laut. Pada pola ini terjadi percampuran air laut yang
tidak merata sehingga hampir tidak terbentuk stratifikasi salinitas baik itu secara
horizontal maupun secara vertikal.
4. Pada beberapa daerah estuaria yang mempunyai topografi unik, kadang terjadi pola
tersendiri yang lebih unik. Pola ini cenderung ada jika pada daerah muara sungai
tersebut mempunyai topografi dengan bentukan yang menonjol membetuk semacam
lekukan pada dasar estuaria. Tonjolan permukaan yang mencuat ini dapat
menstagnankan lapisan air pada dasar perairan sehingga, terjadi stratifikasi salinitas
secara vertikal. Pola ini menghambat turbulensi dasar yang hingga salinitas dasar
perairan cenderung tetap dengan salinitas yang lebih tinggi.

C. Komposisi Biota dan Produktifitas Hayati


Di estuaria terdapat tiga komponen fauna, yaitu fauna laut, air tawar dan payau. Komponen
fauna yang terbesar didominasi oleh fauna laut yaitu hewan stenohalin yang terbatas
kemampuannya dalam mentolerir perubahan salinitas dan hewan euryhalin yang mempunyai
kemampuan mentolerir berbagai penurunan salinitas yang lebar. Komponen air payau terdiri dari
spesies organisme yang hidup di pertengahan daerah estuaria pada salinitas antara 5-300/00.
Spesies-spesies ini tidak ditemukan hidup pada perairan laut maupun tawar. Komponen air tawar
biasanya terdiri dari yang tidak mampu mentoleril salinitas di atas 5 dan hanya terbatas pada
bagian hulu estuaria. Ciri khas estuaria cenderung lebih produktif daripada laut ataupun air
tawar. Estuaria adalah ekosistem yang miskin dalam jumlah spesies fauna dan flora. Faunanya:
ikan, kepiting, kerang dan berbagai jenis cacing berproduksi dan saling terkait melalui suatu
rantai makanan yang kompleks. Detritus membentuk substrat untuk pertumbuhan bakteri dan
alga dan kemudian menjadi sumber makanan penting bagi organisme pemakan suspensi dan
detritus.
Secara fisik dan biologis, estuaria merupakan ekosistem produktif karena:
1. Estuaria yang berperan sebagai jebak zat hara yang cepat di daur ulang
2. Proses fotosintesis berlangsung sepanjang tahun
3. Adanya fluktuasi permukaan air.
Kolam air di estuaria merupakan habitat untuk plankton dan nekton.Di dasar perairan hidup
mikro dan makro bentos. Setiap kelompok organisme dalam habitatnya menjalankan fungsi
biologisnya masing-masing. Antara satu kelompok organisme terjalin jaringan trofik (rantai
makanan) sehingga membentuk jaringan jala makanan. Jumlah spesies organisme yang
mendiami estuaria jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan organisme yang hidup di perairan
tawar dan laut. Sediktnya jumlah spesies ini terutama disebabkan oleh fluktuasi kondisi
lingkungan, sehingga hanya spesies yang memiliki kekhususan fisiologis yang mampu bertahan
hidup di estuaria. Selain miskin dalam jumlah spesies fauna, estuaria juga miskin dalam flora.
Keruhnya perairan estuaria menyebabkan hanya tumbuhan mencuat yang dapat tumbuh
mendominasi. Rendahnya produktifitas primer di kolam air, sedikitnya herbivora dan
terdapatnya sejumlah besar detritus menunjukkan bahwa rantai makanan pada ekosistem estuaria
merupakan rantai makanan detritus (Bangen, 2002).

Karakteristik ( ciri – ciri ) ekosistem estuaria adalah sebagai berikut :


1. Keterlindungan
Estuaria merupakan perairan semi tertutup sehingga biota akan terlindung dari gelombang
laut yang memungkinkan tumbuh mengakar di dasar estuaria dan memungkinkan larva kerang-
kerangan menetap di dasar perairan.
2. Kedalaman
Kedalaman estuaria relatif dangkal sehingga memungkinkan cahaya matahari mencapai
dasar perairan dan tumbuhan akuatik dapat berkembang di seluruh dasar perairan, karena
dangkal memungkinkan penggelontoran (flushing) dengan lebih baik dan cepat serta menangkal
masuknya predator dari laut terbuka (tidak suka perairan dangkal).
3. Salinitas air
Air tawar menurunkan salinitas estuaria dan mendukung biota yang padat.
4. Sirkulasi air
Perpaduan antara air tawar dari daratan, pasang surut dan salinitas menciptakan suatu sistem
gerakan dan transport air yang bermanfaat bagi biota yang hidup tersuspensi dalam air, yaitu
plankton.
5. Pasang
Energi pasang yang terjadi di estuaria merupakan tenaga penggerak yang penting, antara lain
mengangkut zat hara dan plangton serta mengencerkan dan meggelontorkan limbah.
6. Penyimpanan dan pendauran zat hara
Kemampuan menyimpan energi daun pohon mangrove,lamun serta alga mengkonversi zat
hara dan menyimpanya sebagai bahan organik untuk nantinya dimanfaatkan oleh organisme
hewani.

D. Adaptasi Organisme Estuaria


Variasi sifat habitat estuaria, terutama dilihat dari fluktuasi salinitas dan suhu, membuat
estuaria menjadi habitat yang menekan dan keras. Bagi organisme, agar dapat hidup dan berhasil
membentuk koloni di daerah ini mereka harus memilki adaptasi tertentu. Adaptasi tersebut antara
lain:
1. Adaptasi morfologis: organisme yang hidup di lumpur memiliki rambut-rambut halus untuk
menghambat penyumbatan permukaan ruang pernafasan oleh partikel lumpur;
2. Adaptasi fisiologis: berkaitan dengan mempertahankan keseimbangan ion cairan tubuh;
3. Adaptasi tingkah laku: pembuatan lubang ke dalam lumpur organisme khususnya avertebrata.

E. Fungsi Ekologis Estuaria


Secara umum estuaria mempunyai peranan ekologis penting diantaranya sebagai berikut:
1. Sebagai sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi pasang surut (tidal
circulation);
2. Penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan yang bergantung pada estuaria sebagai tempat
berlindung dan tempat mencari makan;
3. Sebagai tempat untuk bereproduksi dan atau tempat tumbuh besar (nursery ground) terutama
bagi sejumlah spesies udang dan ikan.
Sedangkan secara umum estuaria dimanfaatkan oleh manusia sebagai berikut:
1. Sebagai tempat pemukiman;
2. Sebagai tempat penangkapan dan budidaya sumberdaya ikan;
3. Sebagai jalur transportasi;
4. Sebagai pelabuhan dan kawasan industri.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Estuaria adalah wilayah pesisir semi tertutup yang mempunyai hubungan bebas dengan
laut terbuka dan menerima masukan air tawar dari daratan.
Dengan kondisi lingkungan fisik yang bervariasi dan merupakan daerah peralihan antara
darat dan laut, estuaria mempunyai pola pencampuran air laut dan air tawar yang tersendiri.
Secara fisik dan biologis, estuaria merupakan ekosistem produktif karena:
1. Estuaria yang berperan sebagai jebak zat hara yang cepat di daur ulang;
2. Proses fotosintesis berlangsung sepanjang tahun;
3. Adanya fluktuasi permukaan air.
Bagi organisme, agar dapat hidup dan berhasil membentuk koloni di daerah ini mereka harus
memilki adaptasi tertentu. Adaptasi tersebut antara lain:
1. Adaptasi morfologis: organisme yang hidup di lumpur memiliki rambut-rambut halus untuk
menghambat penyumbatan permukaan ruang pernafasan oleh partikel lumpur;
2. Adaptasi fisiologis: berkaitan dengan mempertahankan keseimbangan ion cairan tubuh;
3. Adaptasi tingkah laku: pembuatan lubang ke dalam lumpur organisme khususnya avertebrata.
Secara umum estuaria mempunyai peranan ekologis penting diantaranya sebagai berikut:
1. Sebagai sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi pasang surut (tidal
circulation);
2. Penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan yang bergantung pada estuaria sebagai tempat
berlindung dan tempat mencari makan;
3. Sebagai tempat untuk bereproduksi dan atau tempat tumbuh besar (nursery ground) terutama
bagi sejumlah spesies udang dan ikan.
B. Saran
Dalam pembahasan di makalah ini, masih banyak kekurangan, sehingga diharapkan
pembaca mampu mencari refrensi yang lebih lengkap lagi. Mengingat perkembangan teknologi
yang kian pesat tiap tahunnya, bukan tidak mungkin kemudian makalah ini menjadi tidak relevan
lagi karena perubahan teknologi yang semakin maju.

Anda mungkin juga menyukai