Anda di halaman 1dari 15

TUGAS : “SISTEM INFORMASI KOMUNIKASI

GASTRITIS

OLEH :

MADE AYU PARAMITA

CIII7006

PRODI S1 KEPERAWATAN

STIKES BINA USADA BALI

2018
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gastritis


Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung yang diakibatkan oleh diet yang tidak
benar, atau makanan yang berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab penyakit.
Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung, secara hispatologi
dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut (Gustin, 2011)
Dari beberapa pengertian tentang gastritis tersebut, dapat disimpulkan bahwa gastritis
adalah inflamasi yang terjadi pada mukosa lambung ditandai dengan adanya radang pada
daerah tersebut yang disebabkan karena mengkonsumsi makanan yang dapat meningkatkan
asam lambung (seperti makanan asam atau pedas) atau bisa disebabkan oleh kebiasaan
merokok atau minum alkohol.(Atifa, 2017)

2.2 Klasifikasi Gastritis


Gastritis diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
1. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan lambung yang akut dengan
kerusakan-kerusakan erosif , maksudnya kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam daripada
mukosa muskularis. Sering disebut juga tukak beban atau tukak stress sebagai reaksi pada
permukaan mukosa lambung akibat iritasi (karena alkohol, aspirin, NSAID, lisol, reflux
empedu, cairan pankreas).(Hartati, Utomo, & Jumaini, 2014)
Jenis gastritis akut :
a. Gastritis eksogen akut
Biasanya disebabkan oleh faktor-faktor dari luar, seperti bahan kimia, misal: lisol, alkohol,
merokok, kafein, lada, steroid, mekanis iritasi bakterial, obat analgetik, anti inflamasi
terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa
lambung).
b. Gastritis endogen akut
Dibagi menjadi : gastritis infeksiosa akut (disebabkan karena toksin atau bakteri dalam darah
dan masuk ke jantung), dan gastritis flegmans akut (proses inflamasi bersifat purulen di
dinding lambung).
2. Gastritis Kronik
Gastritis kronik adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung
yang menahun yang disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung atau oleh
bakteri helicobacter pylori yang menyerang permukaan gaster.
Gastritis kronik dapat dibedakan berdasarkan kelainan histopatologi, yaitu :
a. Gastritis kronik superfisialis apabila dijumpai sebukan sel-sel radang kronik terbatas pada
lamina propria mukosa superfisialis dan edema yang memisahkan kelenjar-kelenjar mukosa,
sedangkan sel-sel kelenjar tetap utuh. Sering dikatakan gastritis kronik superfisialis
merupakan permulaan gastritis kronik.
b. Gastritis kronik atrofik, sebukan sel-sel radang kronik menyebar lebih dalam disertai dengan
distorsi dan destruksi sel kelenjar mukosa lebih nyata. Gastritis atrofik dianggap sebagai
kelanjutan gastritis kronik superfisialis.
c. Atrofi lambung dianggap merupakan stadium akhir gastritis kronik. Pada saat itu struktur
kelenjar menghilang dan terpisah satu sama lain secara nyata dengan jaringan ikat, sedangkan
sebukan sel radang juga menurun. Mukosa menjadi sangat tipis sehingga dapat menerangkan
mengapa pembuluh darah bisa terlihat pada saat pemeriksaan endoskopi. (Hartati et al., 2014)

2.3 Patogenesis Gastritis


Proses terjadinya gastritis yaitu awalnya karena obat-obatan, alkohol, empedu atau
enzim-enzim yang dapat merusak mukosa lambung (gastritis erosif), mengganggu pertahanan
mukosa lambung dan memungkinkan difusi kembali asam dan pepsin ke dalam jaringan
lambung, hal ini menimbulkan peradangan. Respon mukosa lambung terhadap kebanyakan
penyebab iritasi tersebut adalah dengan regenerasi mukosa.
Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi meradang dan dapat terjadi
perdarahan. Masuknya zat-zat seperti asam dan basa kuat yang bersifat korosif dapat
mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada dinding lambung. Nekrosis dapat
mengakibatkan perforasi dinding lambung dengan akibat berikutnya adalah perdarahan dan
peritonitis.
2.3.1 Patogenesis Gastritis Akut
Zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiritasi mukosa lambung.
Jika mukosa lambung teriritasi ada 2 hal yang akan terjadi:
1. Karena terjadi iritasi lambung sebagai kompensasi lambung. Lambung akan
meningkatkan sekresi mukosa yang berupa HCO3, di lambung HCO3 akan berikatan dengan
NaCl sehingga menghasilkan HCl dan NaCO3. Hasil dari penyawaan tersebut akan
meningkatkan asam lambung. Jika asam lambung meningkat maka akan meningkatkan mual
muntah, maka akan terjadi gangguan nutrisi cairan dan elektrolit.
2. Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika mukus yang
dihasilkan dapat melindungi mukosa lambung dari kerusakan HCl maka akan terjadi
homeostasis dan akhirnya akan terjadi penyembuhan tetapi jika mukus gagal melindungi
mukosa lambung maka akan terjadi erosi pada mukosa lambung. Jika erosi ini terjadi dan
sampai lapisan pembuluh darah maka akan terjadi perdarahan yang akan menyebabkan nyeri
dan hipovolemik.(Hartati et al., 2014)
2.3.2 Patogenesis Gastritis Kronik
Gastritis kronis dapat diklasifikasikan tipe A atau tipe B. Tipe A (sering disebut
sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan atropi
dan infiltrasi sel. Hal ini dihubungkan dengan penyakit otoimun, seperti anemia pernisiosa
dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung.
Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H. pylory) Ini dihubungkan dengan bakteri
H. pylory, faktor diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan obat-obatan dan alkohol,
merokok atau refluks isi usus kedalam lambung. H. Pylori termasuk bakteri yang tidak tahan
asam, namun bakteri jenis ini dapat mengamankan dirinya pada lapisan mukosa lambung.
Keberadaan bakteri ini dalam mukosa lambung menyebabkan lapisan lambung melemah dan
rapuh sehingga asam lambung dapat menembus lapisan tersebut. Dengan demikian baik asam
lambung maupun bakteri menyebabkan luka atau tukak. Sistem kekebalan tubuh akan
merespon infeksi bakteri H. Pylori tersebut dengan mengirimkan butir-butir leukosit, selT-
killer, dan pelawan infeksi lainnya. Namun demikian semuanya tidak mampu melawan
infeksi H. Pylori tersebut sebab tidak bisa menembus lapisan lambung. Akan tetapi juga tidak
bisa dibuang sehingga respons kekebalan terus meningkat dan tumbuh. Polymorph mati dan
mengeluarkan senyawa perusak radikal superoksida pada sel lapisan lambung. Nutrisi ekstra
dikirim untuk menguatkan sel leukosit, namun nutrisi itu juga merupakan sumber nutrisi bagi
H. Pylori. Akhirnya, keadaan epitel lambung semakin rusak sehingga terbentuk ulserasi
superfisial dan bisa menyebabkan hemoragi (perdarahan). Dalam beberapa hari gastritis dan
bahkan tukak lambung akan terbentuk.(Hartati et al., 2014)

2.4 Etiologi Gastritis


1. Etiologi Gastritis akut
 Obat-obatan
Obat-obatan yang sering dihubungkan dengan gastritis erosif adalah aspirin dan
sebagian besar obat anti inflamasi non steroid (AINS) (Suyono, 2001). Asam asetil salisilat
lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin. Asam asetil salisilat merupakan obat anti
inflamasi nonsteroid (OAINS) turunan asam karboksilat derivat asam salisilat yang dapat
dipakai secara sistemik. Obat AINS adalah salah satu golongan obat besar yang secara kimia
heterogen menghambat aktivitas siklooksigenase, menyebabkan penurunan sintesis
prostaglandin dan prekursor tromboksan dari asam arakhidonat. Siklooksigenase merupakan
enzim yang penting untuk pembentukkan prostaglandin dari asam arakhidonat. Prostaglandin
mukosa merupakan salah satu faktor defensive mukosa lambung yang amat penting, selain
menghambat produksi prostaglandin mukosa, aspirin dan obat anti inflamasi nonsteriod
tertentu dapat merusak mukosa secara topikal, kerusakan topikal terjadi karena kandungan
asam dalam obat tersebut bersifat korosif sehingga dapat merusak sel-sel epitel mukosa.
Pemberian aspirin dan obat anti inflamasi nonsteroid juga dapat menurunkan sekresi
bikarbonat dan mukus oleh lambung, sehingga kemampuan faktor defensif terganggu. Jika
pemakaian obat-obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung
akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau berlebihan dapat
mengakibatkan gastritis dan ulkus peptikum. Pemakaian setiap hari selama minimal 3 bulan
dapat menyebabkan gastritis.(Atifa, 2017)

 Alkohol
Alkohol sangat berperangaruh terhadap makhluk hidup, terutama dengan
kemampuannya sebagai pelarut lipida. Kemampuannya melarutkan lipida yang terdapat
dalam membran sel memungkinkannya cepat masuk ke dalam sel-sel dan menghancurkan
struktur sel tersebut. Oleh karena itu alkohol dianggap toksik atau racun. Alkohol yang
terdapat dalam minuman seperti bir, anggur, dan minuman keras lainnya terdapat dalam
bentuk etil alkohol atau etanol.
Organ tubuh yang berperan besar dalam metabolisme alkohol adalah lambung dan hati,
oleh karena itu efek dari kebiasaan mengkonsumsi alkohol dalam jangka panjang tidak hanya
berupa kerusakan hati atau sirosis, tetapi juga kerusakan lambung. Dalam jumlah sedikit,
alkohol merangsang produksi asam lambung berlebih, nafsu makan berkurang, dan mual,
sedangkan dalam jumlah banyak, alkohol dapat mengiritasi mukosa lambung dan duodenum.
Konsumsi alkohol berlebihan dapat merusak mukosa lambung, memperburuk gejala tukak
peptik, dan mengganggu penyembuhan tukak peptik. Alkohol mengakibatkan menurunnya
kesanggupan mencerna dan menyerap makanan karena ketidakcukupan enzim pankreas dan
perubahan morfologi serta fisiologi mukosa gastrointestinal.
 Stress
Stress merupakan reaksi fisik, mental, dan kimia dari tubuh terhadap situasi yang
menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan dan merisaukan seseorang.
Definisi lain menyebutkan bahwa stress merupakan ketidakmampuan mengatasi ancaman
yang dihadapi mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat
mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut
a. Stress Psikis
Produksi asam lambung akan meningkat pada keadaan stress, misalnya pada beban kerja
berat, panik dan tergesa-gesa. Kadar asam lambung yang meningkat dapat mengiritasi
mukosa lambung dan jika hal ini dibiarkan, lama-kelamaan dapat menyebabkan terjadinya
gastritis. Bagi sebagian orang, keadaan stres umumnya tidak dapat dihindari. Oleh karena itu,
maka kuncinya adalah mengendalikannya secara efektif dengan cara diet sesuai dengan
kebutuhan nutrisi, istirahat cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.
b. Stress Fisik.
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar, refluks empedu atau infeksi
berat dapat menyebabkan gastritis dan juga ulkus serta pendarahan pada lambung. Perawatan
terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan peradangan pada
dinding lambung yang selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis dan ulkus peptik.
Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi
dalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat
mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung.
Refluks dari empedu juga dapat menyebabkan gastritis. Bile (empedu) adalah cairan yang
membantu mencerna lemak-lemak dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika
dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil.
Dalam kondisi normal, sebuah otot sphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve)
akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja
dengan benar, maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan peradangan
dan gastritis.

2. Etiologi Gastritis Kronik


Pada gastritis kronik penyebabnya tidak jelas, tetapi berhubungan dengan
ditemukannya Helicobacter pylori, apalagi ditemukan ulkus pada pemeriksaan penunjang.
Helicobacter pylori punya kebolehan bertahan dan berkembang biak dalam
lambung meski lambung mengandung asam lambung karena mempunyai enzim urease
sehingga terbentuk kabut hasil netralisasi asam lambung di sekitarnya dengan ammonia yang
mengamankan bakteri ini. Lokasi infeksi Helicobacter pylori di bagian bawah lambung dapat
mengakibatkan peradangan hebat, yang sering kali disertai perdarahan dan pembentukan
lubang-lubang.
Pada kondisi Helicobacter pylori mencapai 1.010 sel dalam lambung bisa
mengakibatkan hipochlorhidia, yaitu berkurangnya asam lambung yang akan mengundang
Escherichia coli dari usus untuk berkoloni di lambung dan beerpeluang bagi terjadinya diare
dan tukak lambung dengan gejala sakit perut berkepanjangan, feses berdarah atau berwarna
hitam, dan muntah darah.(Gustin, 2011)

2.5 Manifestasi Klinis Gastritis


Menurut Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, gastritis pada umumnya merupakan
hal yang banyak dijumpai pada masyarakat dari berbagai usia, jenis kelamin, maupun
profesi. Sebagian besar masyarakat pernah mendengar dan mengetahui pencetus terjadinya
sakit gastritis seperti terlambat makan, makan tidak teratur, makanan atau minuman yang
merangsang produksi asam lambung, serta stress. Meski demikian, mungkin banyak dari
masyarakat yang belum sepenuhnya memahami gejala-gejala sakit gastritis. Rasa Perih pada
lambung atau pada ulu hati merupakan hal yang sering disebut sebagai sakit gastritis atau
mag. Faktanya, gejala sakit gastritis atau mag tersebut tidak harus terasa perih, akan tetapi
rasa tidak nyaman pada lambung atau ulu hati yang dibarengi dengan mual atau kembung dan
sering sendawa atau cepat merasa kenyang juga merupakan gejala sakit gastritis atau mag.
Serta Gejala lainya adalah rasa pahit yang dirasakan di mulut. Rasa pahit ini timbul karena
asam lambung yang berlebihan mendorong naik ke kerongkongan sehingga kadang kala
timbul rasa asam ataupun pahit pada kerongkongan dan mulut. (Atifa, 2017)
Berikut penjelasan lebih dalam tentang gejala-gejala tersebut :
1. Sendawa
Sendawa (burping atau belching) adalah keluarnya gas dari saluran cerna
(kerongkongan dan lambung) ke mulut yang disertai adanya suara dan kadang-kadang bau.
2. Kembung
Untuk memahami kembung ada 2 hal yang harus diketahui:
a. Gejala atau bloating: merupakan perasaan (subyektif) perut seperti lebih besar dari normal,
jadi merupakan suatu tanda atau gejala ketidaknyamanan, merupakan hal yang lebih ringan
dari distention.
b. Tanda atau distention: merupakan hasil pemeriksaan fisik (obyektif) dimana didapatkan
bahwa perut lebih besar dari normal, bisa didapatkan dari observasi saat menggunakan baju
jadi kesempitan dan lambung jelas lebih besar dari biasanya.
3. Flatus atau Kentut
Menurut Dr. Helmin Agustina Silalahi, flatus merupakan keluarnya gas dalam saluran
cerna melalui anus yang bersumber dari udara yang tertelan atau hasil produksi dari bakteri.
Namun terjadinya flatus lebih sering diakibatkan oleh produksi dari bakteri di saluran cerna
atau usus besar berupa hydrogen atau methan pada keadaan banyak mengkonsumsi
kandungan gula dan polisakarida. Contoh gula adalah seperti laktosa (gula susu) , sorbitol
sebagai pemanis rendah kalori, dan fruktosa pemanis yang biasanya digunakan pada permen.

Gastritis akut maupun gastritis kronis memiliki manifestasi klinis tertentu, yaitu :
1. Manifestasi Gastritis Akut
a. Nyeri epigastrium, hal ini terjadi karena adanya peradangan pada mukosa lambung.
b. Mual, kembung, muntah merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Hal ini
dikarenakan adanya regenerasi mukosa lambung sehingga terjadi peningkatan asam
lambung yang mengakibatkan mual dan muntah.
c. Ditemukan pada perdarahan saluran pencernaan berupa hematemesis dan melena kemudian
disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan.(Hartati et al., 2014)
2. Manifestasi Gastritis Kronik
Pada pasien gastritis kronis umumnya tidak mempunyai keluhan. Hanya sebagian kecil
mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea dan pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan
kelainan.

2.6 Faktor Pemicu Kekambuhan Gastritits


a. Faktor makan (pola makan)
Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai
jumlah, frekuensi dan jenis bahan makanan yang dikonsumsi tiap hari. Faktor pola makan
terdiri dari beberapa hal, yaitu :
1. Frekuensi makan
Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari baik kualitatif dan
kuantitatif. Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai
dari mulut sampai usus halus. Lama makanan dalam lambung tergantung sifat dan jenis
makanan. Jika rata-rata, umumnya lambung kosong antara 3-4 jam. Maka jadwal makan ini
pun menyesuaikan dengan kosongnya lambung.
Orang yang memiliki pola makan tidak teratur mudah terserang penyakit gastritis.
Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong, atau ditunda pengisiannya, asam lambung
akan mencerna lapisan mukosa lambung, sehingga timbul rasa nyeri. Secara alami lambung
akan terus memproduksi asam lambung setiap waktu dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6
jam sesudah makan biasanya kadar glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai
sehingga tubuh akan merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung terstimulasi.
Bila seseorang telat makan sampai 2-3 jam, maka asam lambung yang diproduksi
semakin banyak dan berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta
menimbulkan rasa nyeri di sekitar epigastrium. Kebiasaan makan tidak teratur ini akan
membuat lambung sulit untuk beradaptasi. Jika hal itu berlangsung lama, produksi asam
lambung akan berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa pada lambung dan
dapat berlanjut menjadi tukak peptik. Hal tersebut dapat menyebabkan rasa perih dan mual.
Gejala tersebut bisa naik ke kerongkongan yang menimbulkan rasa panas terbakar. Produksi
asam lambung diantaranya dipengaruhi oleh pengaturan sefalik, yaitu pengaturan oleh otak.
Adanya makanan dalam mulut secara refleks akan merangsang sekresi asam lambung. Pada
manusia, melihat dan memikirkan makanan dapat merangsang sekresi asam lambung.
2. Sifat dan jenis makanan
Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau dimakan, dicerna, dan
diserap akan menghasilkan paling sedikit susunan menu sehat dan seimbang. Menyediakan
variasi makanan bergantung pada orangnya. Makanan tertentu dapat menyebabkan gangguan
pencernaan, seperti halnya makanan pedas. Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan
akan merangsang sistem pencernaan, terutama lambung dan usus untuk berkontraksi. Hal ini
akan mengakibatkan rasa panas dan nyeri di ulu hati yang disertai dengan mual dan muntah.
Gejala tersebut membuat penderita makin berkurang nafsu makannya.
Bila kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas lebih dari satu kali dalam seminggu
selama minimal 6 bulan dibiarkan terus-menerus dapat menyebabkan iritasi pada lambung
yang disebut dengan gastritis. Gastritis dapat disebabkan pula dari hasil makanan yang tidak
cocok. Makanan tertentu yang dapat menyebabkan penyakit gastritis, seperti buah yang
masih mentah, daging mentah, kari, dan makanan yang banyak mengandung krim atau
mentega. Bukan berarti makanan ini tidak dapat dicerna, melainkan karena lambung
membutuhkan waktu yang labih lama untuk mencerna makanan tadi dan lambat
meneruskannya kebagian usus selebih-nya. Akibatnya, isi lambung dan asam lambung
tinggal di dalam lambung untuk waktu yang lama sebelum diteruskan ke dalam duodenum
dan asam yang dikeluarkan menyebabkan rasa panas di ulu hati dan dapat mengiritasi.
3. Porsi makanan
Porsi atau jumlah merupakan suatu ukuran maupun takaran makanan yang
dikonsumsi pada tiap kali makan. Makanan dalam porsi besar dapat menyebabkan refluks isi
lambung, yang pada akhirnya membuat kekuatan dinding lambung menurun. Kondisi seperti
ini dapat menimbulkan peradangan atau luka pada lambung.
b. Faktor obat-obatan
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa aspirin yang tidak larut (insolugle
aspirin) dapat menyebabkan timbulnya iritasi lambung secara langsung. Tidak hanya itu,
obat-obatan yang mengandung salisilat (sering digunakan sebagai obat pereda nyeri) dalam
tingkat konsumsi yang berlebihan dapat menimbulkan gastritis. Efek salisilat terhadap
saluran cerna adalah perdarahan lambung yang berat dapat terjadi pada pemakaian dalam
dosis besar. Salisilat merupakan agen-agen yang sering dikonsumsi oleh masyarakat yang
kurang mengerti tentang penggunaan obat. Penyebab paling umum dari gastritis erosive akut
adalah pemakaian obat yang mengandung asam silisilat.
c. Faktor psikologis
Stres baik primer maupun sekunder dapat menyebabkan peningkatan produksi
asam lambung dan gerakan peristaltik lambung. Stres juga akan mendorong gesekan antar
makanan dan dinding lambung menjadi bertambah kuat. Hal ini dapat menyebabkan
terjadinya luka dalam lambung. Penyakit maag (gastritis) dapat ditimbulkan oleh berbagai
keadaan yang pelik sehingga mengaktifkan rangsangan atau iritasi mukosa lambung semakin
meningkat pengeluarannya, terutama pada saat keadaan emosi, ketegangan pikiran dan tidak
teraturnya jam makan.
d. Infeksi bakteri
Gastritis akibat infeksi dari luar tubuh jarang terjadi, sebab bakteri tersebut
akan terbunuh oleh asam lambung. Kuman penyakit atau infeksi bakteri gastritis umumnya
berasal dari dalam tubuh penderita yang bersangkutan. Keadaan ini sebagai wujud komplikasi
penyakit yang telah diderita sebelumnya.

2.7 Penatalaksanaan Gastritis


penatalaksanaan medis pada pasien gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan
pasien untuk menghindari alcohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu
makan melalui mulut,diet mengandung gizi dinjurkan.Bila gejala menetap, cairan perlu
diberikan secaraparenteral. Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa
dengan prosedur yang dilakukan untuk hemoragi saluran gastrointestinalatas. Bila gastritis
diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam, pengobatan terdiri dari pengenceran
dan penetralisasian agen penyebab. Untuk menetralisir asam asam digunakan antacid umum.
Dan bila korosi luas atau berat dihindari karena bahaya perforasi.
penatalaksanaan medis pada pasien gastritis kronik diatasi dengan modifikasi diet
pasien, meningkatkan istirahat, mengurangi stress dan farmakoterapi. Helicobacter pylori
dapat diatasi dengan antibiotic dan bismuth.(Gustin, 2011)

2.8 Pencegahan Gastritis


Agar kita terhindari dari penyakit gastritis, sebaiknya kita mengontrol semua faktor
risiko yang menyebabkan terjadinya gastritis, dengan melakukan tindakan pencegahan seperti
dibawah ini:
1. Makan yang teratur
2. Hindari alcohol
3. Makan dalam porsi kecil dan sering
4. Menghindari stress
5. Mengunyah 32 kali
6. Menghindari rokok

2.9 Petunjuk Umum untuk Diet pada Penderita Gastritis


a. Syarat diet penyakit gastritis
Makanan yang disajikan harus mudah dicerna dan tidak merangsang, tetapi dapat
memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi, jumlah energi pun harus disesuaikan dengan
kebutuhan pasien. Sebaliknya, asupan protein harus cukup tinggi (± 20-25 % dari total
jumlah energy yang biasa diberikan), sedangkan lemak perlu dibatasi. Protein ini berperan
dalam menetralisir asam lambung. Bila dipaksa mengunakan lemak, pilih jenis lemak yang
mengandung asam lemak tak jenuh. Pemberian lemak dan minyak perlu dipertimbangkan
secara teliti. Lemak berlebihan dapat menimbulkan rasa mual, rasa tidak enak diulu hati dan
muntah karena tekanan dalam lambung meningkat. Mengkonsumsi jenis makanan yang
mengandung asam lemak tak jenuh secara cukup merupakan pilihan yang tepat, sebab lemak
jenis ini lebih mudah dicerna. Porsi makanan yang diberikan dalam porsi kecil tapi sering,
hindari makan secara berlebihan. Demikian pula jumlah vitamin dan mineral yang diberikan
pun harus dalam jumlah cukup. Akan tetapi, keterbatasan bahan makanan sumber vitamin
dan mineral, biasanya pasien diberikan vitamin, mineral dan bentuk obat.
b. Jenis makanan
Sebaiknya penderita gastritis menghindari makanan yang bersifat merangsang,
diantaranya makanan berserat dan penghasil gas maupun mengandung banyak bumbu dan
rempah. Selain itu, penderita juga harus menghindari alkohol, kopi dan soda. Dan perlu juga
memperhatikan teknik memasaknya, direbus, dikukus dan dipanggang adalah teknik
memasak yang dianjurkan, sebaliknya menggoreng bahan makanan tidak dianjurkan. Jenis
makanan yang tidak dianjurkan antara lain: beras ketan, mie bihun, jagung, ubi-ubian, cake,
dodol, kue-kue lain yang terlalu manis dari sumber karbohidrat sedangkan dari sumber
protein sarden atau daging yang diawetkan, dari sumber sayaur, mineral dan vitamian adalah
makanan yang merangsang asam lambung diantaranya adalah kol, dan sayuran yang tidak
banyak serat juga tidak menimbulkan gas. Dari buah yang banyak serat dan menimbulkan gas
misalnya nanas, kedondong, durian, dan nangka.
c. Preskripsi Diet
Hindari pemakaian cabe, sambal, saus pedas, minyak, cuka yang bersifat merangsang.
Jangan berikan makanan yang melekat seperti dodol, ketan, makanan yang menimbulkan gas
seperti nangka, durian, kembang kol dan makanan yang banyak mengandung serat kasar
seperti kankung. Pemberian suplemen vitamin C (yang tidak asam seperti ester C atau jus
jambu) bersama protein diperlukan untuk mempercepat kesembuhan jaringan lambung yang
luka. Karena terapi antasid beresiko mengurangi penyerapan zat besi, maka pemberian
suplemen besi yang tidak mengiritasi lambung dapat dilakukan untuk mencegah anemia.
Bahkan pada gastritis kronis yang menggangu faktor intrinsik diperlukan suplemen vitamin
B12 untuk mencegah anemia pernisiosa.
Pemberian diet untuk penderita gastritis, antara lain bertujuan untuk:
a. Memberikan makanan yang adekuat dan tidak mengiritasi lambung
b. Menghilangkan gejala penyakit
c. Menetralisir asam lambung dan mengurangi produksi asam lambung
d. Mempertahankan keseimbangan cairan
e. Mengurangi gerakan peristaltik lambung
f. Memperbaiki kebiasaan makan pasien
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung
dan secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah
tersebut.
Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi
yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan
tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat
mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori. Tetapi faktor-faktor lain seperti
trauma fisik dan pemakaian secara terus menerus beberapa obat penghilang sakit dapat juga
menyebabkan gastritis. Walaupun banyak kondisi yang dapat menyebabkan gastritis, gejala
dan tanda – tanda penyakit ini sama antara satu dengan yang lainnya.

3.2 Saran
1. Setiap orang hendaknya mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi untuk mencegah
penyakit gastritis.
2. Selektif dalam memilih makanan, karena tidak semua jenis makanan aman atau sehat
untuk dikonsumsi.
3. Membiasakan pola hidup serta pola pikir yang sehat, untuk menghindari stres.
4. Olahraga teratur.
5. Makalah ini tidak lepas dari kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran yang sangat
membangun dalam penulisan makalah ini sangat penulis butuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Atifa, I. N. (2017). Upaya relaksasi progresif untuk mengurangi nyeri dan cemas pada ny. l
dengan gastritis. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Gustin, R. K. (2011). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Gastritis pada
Pasien yang Berobat Jalan di Puskesmas Gulai Bancah Kota Bukittinggi Tahun 2011.
Artikel Penelitian, 1–12.
Hartati, S., Utomo, W., & Jumaini. (2014). Hubungan Pola Makan Dengan Resiko Gastritis
Pada Mahasiswa Yang Menjalani Sistem KBK. Legacies: The Story of the Immigrant
Second Generation, 1. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Anda mungkin juga menyukai