Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Teori


1. Pengertian
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang masa gestasi (Prawiroharjo, 2010). Menurut Manuaba (2007), BBLR
merupakan bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram terjadi karena umur kehamilan
kurang dari 37 minggu, berat badan lebih rendah dengan semestinya sekalipun umur
kehamilan cukup atau karena kombinasi keduanya.
WHO (World Health Organiztion) menyatakan BBLR merupakan bayi (neonatus) yang
lahir dengan memiliki berat badan kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram
(Hidayat, 2005).
2. Klasifikasi BBLR
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010) :
a. Menurut harapan hidupnya
1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram.
2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-1500 gram.
3) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang dari 1000 gram.
b. Menurut masa gestasinya
1) Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya
sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi atau biasa disebut neonatus kurang
bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).
2) Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan
merupakan bayi kecil untuk masa kehamilannya (KMK).
3. Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain
adalah umur, paritas dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan
kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR (IDAI, 2004).
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan Ismawati,
2010).
a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum,
preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia <20 tahun atau
>35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan
keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah
b. Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi sitomegali,
rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solusio plasenta,
sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.

d. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi, terkena
radiasi, serta terpapar zat beracun.
4. Permasalahan pada BBLR
BBLR memerlukan perawatan khusus karena mempunyai permasalahan yang banyak
sekali pada sistem tubuhnya disebabkan kondisi tubuh yang belum stabil. Masalah yang terjadi
pada BBLR yaitu:
1) Suhu tubuh
a) Pusat pengatur napas tubuh masih belum sempurna
b) Otot bayi masih lemah
c) Kemampuan metabolisme panas masih rendah sehingga bayi dengan BBLR perlu
diperhatikan agar tidak terlalu banyak kehilangan panas badan dan dapat dipertahankan
sekitar 36,50C-37,50C.
d) Lemak kulit dan lemak coklat kurang sehingga cepat kehilangan panas tubuh.
2) Pernafasan
a) Pusat pengatur pernafasan belum sempurna
b) Otot pernafasan dan tulang iga lemah
c) Surfaktan paru-paru masih kurang sehingga perkembangannya tidak sempurna
d) Dapat disertai penyakit : penyakit hialin membran, mudah infeksi paru-paru, gagal
pernafasan
3) Alat pencernaan makanan
a) Penyerapan makanan masih lemah atau kurang baik karena fungsi pencernaannya belum
berfungsi sempurna
b) Mudah terjadi regurgitasi isi lambung dan dapat menimbulkan aspirasi pneumonia
c) Aktivasi otot pencernaan makanan masih belum sempurna sehingga pengosongan
lambung berkurang
4) Hepar yang belum matang
Mudah menimbulkan gangguan pemecahan hiperbilirubin sehingga mudah terjadi
hiperbilirubinemi (kuning) sampai menyebabkan ikterus.
5) Ginjal yang belum matang
Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air masih belum sempurna
sehingga mudah terjadi oedema.
6) Perdarahan dalam otak
a) Karena mengalami gangguan pernafasan sehingga memudahkan terjadinya perdarahan
dalam otak
b) Pembuluh darah bayi prematur masih rapuh dan mudah pecah
c) Perdarahan dalam otak memperburuk keadaan dan menyebabkan kematian bayi.
d) Pemberian oksigen belum mampu diatur sehingga mempermudah terjadi perdarahan dan
nekrosis.
7) Gangguan Immunologik
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar Ig E.
Tabel Penilaian klinis kemungkinan komplikasi pada BBLR
Anamnesa Pemeriksaan Pemeriksaan Kemungkinan
Penunjang diagnosa
Bayi terpapar Menangis lemah Suhu tubuh Hipotermi
dengan suhu Kurang aktif kurang dari
lingkungan yang Malas minum 36,50C
rendah Kulit teraba dingin
Waktu timbulnya Kulit mengeras
kurang 2 hari kemerahan
Frekuensi jantung
kurang 100x/menit
Napas pelan dan
dalm
Kejang timbul Kejang, tremor, Kadar Hipoglikemia
saat lahir sampai letargi atau tidak glukosa darah
dengan hari ke 3 sadar kurang 45
Riwayat ibu mg/dL (2,6
diabetes mmol/L)
Ikterik (kuning) Kulit, konjungvitas Ikterus/
timbul saat lahir berwarna kuning hiperbilirubine
sampai dengan pucat mia
hari ke
Berlangsung
lebih dari 3
minggu
Riwayat infeksi
maternal
Riwayat ibu
pengguna obat
Riwayat ikterus
pada bayi lahir
sebelumnya
Ibu tidak dapat Bayi kelihatan bugar Kenaikkan Masalah
atau berhasil berat bayi pemberian
menyusui kurang 20 minum
Malas atau tidak gram /hari
mau minum selama 3 hari
Waktu timbul
sejak lahir
Ibu demam Bila ditemukan Laboraturium Infeksi atau
sebelum dan beberapa temuan darah: curiga sepsis
selama persalinan ganda: Jumlah
Ketuban pecah - Bayi malas minum leukosit
dini - Demam tinggi atau - Lekositosis
Persalinan hipotermi atau
dengan tindakan lekopenia,
trombosito
penia
Timbul asfiksia Bayi letargi/ kurang Gambaran
pada saat lahir aktif darah tepi
Bayi mals minum Gangguan napas (bila tersedia
Timbul pada saat Kulit ikterus fasilitas)
lahir sampai 28 Sklerema atau
hari skleredema
Kejang
Bayi KMK atau Lahir dengan Pemeriksaan Sindroma
lebih bulan asfiksia radiologi aspirasi
Air ketuban Air ketuban dada (bila mekonium
bercampur bercampur dengan tersedia)
mekonium mekonium
Lahir dengan Tali pust berwarna
riwayat asfiksia kuning kehijauan
5. Patofisiologi pada BBLR
Patofisiologi terjadinya BBLR bergantung terhadap faktor-faktor yang berkaitan dengan
prematuritas dan IUGR. Sangat susah untuk memisahkan secara tegas antara faktor-faktor yang
berkaitan dengan IUGR dan menyebabkan terjadinya BBLR.
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup
bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan
(usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa
kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya
gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu
seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang
menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami
hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi
kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan
gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih
sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi
kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian
yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia. Anemia dapat didefinisikan sebagai
kondisi dengan kadar Hb berada di bawah normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah
satu gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami
deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk
metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar
hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III. Kekurangan zat besi dapat
menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel
otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat
bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan
mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang
menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi,
kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar.
6. Manifestasi Klinis pada BBLR
Manifestasi klinis yang terdapat pada bayi dengan berat badan lahir rendah adalah sebagai
berikut :
a. Prematuritas murni
- BB <2500 gr, PB <45 cm, LK <33 cm, LD <30cm
- Massa gestasi <37 minggu
- Kepala lebih bessar daripada badan , kulit tipis, transpara, mengkilap, dan licin
- Lanugo (bulu-bulu halus) banyak terdapat terutama pada daerah dahi, pelipis, telingan
dan lengan, lemak subkutan kurang, ubun-ubun dan sutura lebar
- Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia mayora,
pada laki-laki testis belum turun
- Tulang rawan telinga belum sempurna, rajah tangan belum sempurna
- Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus dapat terlihat
- Rambut tipis, halus, teranyam, puting susu belum terbentuk dengan baik
- Bayi kecil, posisi masih posisi fetal, pergerakkan kurang dan lemah
- Bayi tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami apnea, otot
masih hipotonik
- Reflek tonus leher lemah, reflek menghisap, menelan, dan batuk belum sempurna
b. Dismaturitas
- Kulit terselubung vernik caseosa tipis/tidak ada
- Kulit pucat bernoda mekonium, kuning, keriput, tipis
- Jaringan lemak di bawah kulit tipis, bayi tampak gesit, aktif dan kuat
- Tali pusat berwarna kuning kehijauan

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan kurang bulan, dapat
dimulai pada umur 8 jam. Gambaran foto thoraks pada bayi dengan penyakit membran
hyalin karena kekurangan surfaktan berupa terdapatnya retikulogranular pada parenkim
dan bronkogram udara. Pada kondisi berat hanya tampak gambaran white lung. USG
kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu dimulai pada umur 2 hari
untuk mengetahui adanya hidrosefalus atau perdarahan intrakranial dengan
memvisualisasi ventrikel dan struktur otak garis tengah dengan fontanel anterior yang
terbuka
b. Laboratorium
1) Darah Rutin
1. Hematokrit (HCT) : Bayi usia 1 hari 48-69%, bayi usia 2 hari 48-75%, bayi usia 3
hari 44-72%.
2. Hemoglobin (Hb) untuk bayi usia 1-3 hari 14,5-22,5 g/dl.
3. Hb A > 95% dari total atau 0,95 fraksi Hb.
4. Hb F : bayi usia 1 hari 63-92%, bayi usia 5 hari 65-88%, bayi usia 3 minggu 55-
85%, usia 6-9 minggu 31-75%.
5. Jumlah leukosit : bayi baru lahir 9,0-30,0 x 10 3 sel/mm3 ( L), bayi usia 1 hari/24
jam 9,4-43,0 x 103 sel/mm3 ( L), usia 1 bulan 5,0-19,5 x 103 sel/mm3 ( L).
2) Bilirubin
1. Total (serum): 0-1 hari 8,0 mg/dl, 1-2 hari 12,0 mg/dl, 2-5 hari 16,0 mg/dl,
kemudian 2,0 mg/dl.
2. Direk (terkonjugasi) : 0,0-0,2 mg/dl
3) Glukosa (8–12 jam post natal), disebut
hipoglikemi bila konsentrasi glukosa plasma < 50 mg/dl. Serum :
1. Tali pusat 45-96 mg/dl
2. Bayi baru lahir (usia 1 hari) 40-60 mg/dl
3. Bayi usia > 1 hari 50-90 mg/dl.
4) Analisa gas darah
1. Tekanan parsial CO2 (PCO2) bayi baru lahir 27-40 mmHg
2. Tekanan parsial O2 (PO2) : lahir 8-24 mmHg, 5-10 menit 33-75 mmHg, 30 menit
31-85 mmHg, > 1 jam 55-80 mmHg, 1 hari 54-95 mmHg, kemudian (menurun
sesuai usia) 83-108 mmHg.
3. Saturasi oksigen (SaO2): bayi baru lahir 85-90%, kemudian 95-99%.
4. pH bayi prematur (48 jam) 7,35-7,50.
c. Tes kocok/shake test
Sebaiknya dilakukan pada bayi yang berusia < 1 jam dengan mengambil cairan
amnion yang tertelan di lambung dan bayi belum diberikan makanan. Cairan amnion
0,5 cc ditambah garam faal 0,5 c, kemudian ditambah 1 cc alkohol 95% dicampur
dalam tabung kemudian dikocok 15 detik, setelah itu didiamkan 15 menit dengan
tabung tetap berdiri.
Interpretasi hasil:
(+) : Bila terdapat gelembung-gelembung yang membentuk cincin artinya surfaktan
terdapat dalam paru dengan jumlah cukup.
(-) : Bila tidak ada gelembung atau gelembung sebanyak ½ permukaan artinya paru-
paru belum matang/tidak ada surfaktan.
Ragu : Bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin. Jika hasil menunjukkan ragu
maka tes harus diulang.
8. Komplikasi
a. Sindroma aspirasi mekonium (kesulitan bernafas).
b. Hipoglikemi simtomatik.
c. Asfiksis neonatorum
d. Penyakit membran hialin.
e. Hiperbilirubinemia.
f. Sepsis neonatorum.

9. Penatalaksanaan BBLR
Menurut Depkes RI (2005), setiap menemukan BBLR dilakukan manajemen umum
sebagai berikut:
- Stabilisasi suhu, jaga bayi tetap hangat
- Jaga patensi jalan napas
- Nilai segara kondisi bayi tentang tanda vital, meliputi penafasan, denyut jantung, warna
kulit, aktifitas.
- Bila bayi mengalami gangguan napas, kelola gangguan napas.
- Bila bayi mengalami kejang, berikan anti konvulsan.
- Bila bayi dehidrasi, berikan cairan rehidrasi secara IV
- Kelola bayi sesuai dengan kondisi spesifik atau komplikasinya
Dengan memperhatikan gambaran klinis dan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi
pada bayi BBLR, maka perawatan dan pengawasanya harus dilakukan dengan intensif.
Pengawasan yang harus dilakukan pada bayi dengan BBLR diantaranya:
a. Pengaturan suhu
Hipotermi disebabkan oleh permukaan tubuh bayi yang lebih luas disbanding dengan berat
badan. Cara mempertahankan suhu antara lain :
1) Kangaroo mother care atau kontak kulit dengan kulit antara bayi dengan ibunya. Jika
ibu tidak ada, dapat dilakukan oleh orang lain sebagai penggantinya
2) Pemancar panas (dengan membungkus bayi dan memasang lampu didekat tempat tidur
bayi). Menurut saifudin 2011) beri lampu 60 watt dengan jarak 60cm dari bayi
3) Ruangan yang hangat
4) Inkubator
Tabel suhu inkubator
Berat bayi Suhu incubator (0C) menurut umur
0
35 C 340C 330C 320C
<1500 gr 1-10 hari 11 hari- 3 3- 5 minggu >5 minggu
minggu
1500-2000 gr 1- 10 hari 11 hari – 4 >4 minngu
minggu
2100-2500 gr 1-2 hari 3 hari- 3 >3 minggu
minngu
>2500 gr 1- 2 hari >2hari
Bila jenis inkubatornya berdinding tunggal, naikkan suhu incubator 10C setiap perbedaan
suhu 70C antara suhu ruang dan suhu incubator

Tabel: Cara menghangatkan bayi (Depkes RI, 2005)


CARA PETUNJUK PENGGUNAAN
Kontak kulit - Untuk semua bayi
- Tempelkan kulit atau permukaan kulit bayi langsung
pada permukaan kulit ibu, misalnya dengan
merangkul, menempelkan pada payudara atau
meneteki
- Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat, atau
menghangatkan bayi hipotermi (32-36,40C) apabila
cara lain tidak mungkin dilakukan.
Kangoroo Mother - Untuk menstabilkan bayi dengan berat badan <2500
Care (KMC) gr, terutama direkomendasikan untuk perawatan
berkelanjutan bayi dengan berat badan <1800 gr
- Tidak untuk bayi yang sakit berat (sepsis, gangguan
napas berat)
- Tidak untuk ibu yang menderita penyakit berat yang
tidak dapat merawat bayinya
- Pada ibu yang sedang sakit, dapat dilakukan oleh
keluarga (pengganti ibu)
Pemancar panas - Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat badan 1500 gr
atau lebih
- Untuk pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan
tindakan, atau menghangatkan kembali bayi hipotermi
Lampu - Bila tidak tersedia pemancar panas, dapat digunakan
penghangat lampu pijar maksimal 60 watt dengan jarak 60 cm
Inkubator - Penghangatan berkelanjutan bayi dengan berat <1500
gr yang tidak dapat dilakukan KMC
- Untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas berat)
Boks - Bila tidak tersedia inkubator, dapat digunakan boks
pengahangat dengan menggunakan lampu pijar
maksimal 60 watt sebagai sumber panas
Ruangan hangat - Untuk merawat bayi dengan berat <2500 gr yang tidak
memerlukan tindakan diagnostik atau prosedur
pengobatan
- Tidak untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas
berat)
b. Nutrisi
Bayi BBLR reflek hisap, telan, dan batuk bellum sempurna, kapasitas lambung masih
sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang. Disamping kebutuhan protein
3-5 gram per hari dan tinggi kalori (110 kal/kg/hari), agar berat badan bertambah sebaik-
baiknya. Pemberian minuman pada umur 3 jam agar bayi tidak hipoglikemia dan
hiperbillirubinemia (Winkjosastro, 2008). Apabila bayi mendapatkan ASI, pastikan bayi
menerima jumlah yang cukup dengan cara:
- Perikasa apakah bayi puas setelah menysu
- Catat jumlah urine setiap bayi kencing untuk menilai kecukupan minum (minimal 6x
sehari)
- Periksa pada saat ibu meneteki, apabila satu payudara dihisap, Asi menetes dari
payudara yang lain.
Apabila bayi memerlukan cairan IV, maka:
- Berikan cairan IV selama 24 jam pertama,
- Mulai berikan minum peroral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil. Anjurkan
pemberian ASI apabila ibu dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusu,
- Apabila bayi mengalami masalah lain, maka perikan ASI peras melalui pipa lambung
atau dengan pipet,
- Berikan cairan IV dan ASI sesuai dengan umur bayi,
- Berikan minum 8x dalam 24 jam (misal 3 jam sekali), apabila bayi telah mendapat
minum 160ml/kg berat badan per hari tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI
setiap kali minum,
- Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bay sudah stabil dan bayi menunjukkan
keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu dengan baik (Depkes RI, 2005).
Tabel rekomendasi kebutuhan cairan untuk BBLR (Yushananta, 2007) :
Tipe tempat Berat Badan (gram)
600-800 801-1000 1001-1500 1501-2000
tidur
Radiant 120 cc 90 cc 15 cc 65 cc
Incubator 90 cc 75 cc 65 cc 55 cc
Lain-lain 70 cc 55 cc 50 c

c. Perlindungan terhadap infeksi


Bayi BBLR mudah sekali terkena infeksi. Oleh karena itu upaya preventif sudah
didahulukan sejak pengawasan antenatal, sehingga tidak terjadi persalinan BBLR, dan pada
masa post natal, yaitu jika keadaan ibu dan bayi mengizinkan, maka bayi dirawat bersama
ibu dan diberi ASI. Untuk mencegah terjadinya infeksi maka :
1) Pisahkan antara bayi yang terkena infeksi dengan bayi yang tidak terkena infeksi
2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi
3) Membersihkan tempat tidu bayi segera setelah tidak dipakai lagi (paling lama seorang
bayi memakai tempat tidur selama 1 minggu untuk kemudian dibersihkan dengan cairan
antiseptik.
4) Membersihkan ruangan pada waktu-waktu tertentu
5) Setiap bayi mempunyai perlengkapan sendiri
6) Jika mungkin, bayi dimandikan di tempat tidur masing masing dengan perlengkapan
sendiri
7) Petugas di bangsal bayi, harus memakai pakaian yang telah disediakan
8) Petugas yang menderita penyalit menular (infeksi saluran nafas, diare, konjungtivitis,
dll) dilarang merawat bayi.
9) Kulit dan tali pusat harus dibersihkan sebaik baiknya
10) Pengunjung hanya boleh melihat bayi dari belakang kaca
d. Penimbangan berat badan
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dengan erat kaitannya
dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan
tepat (Saifuddin, 2009). Bayi dengan BBLR akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari
pertama. Bayi dengan berat lahir >1500 gr dapat kehilangan berat badan sampai 10%. Berat
lahir biasanya tercapai kembali dalam 14 hari kecuali apabila terjadi komplikasi. Untuk itu
perlu dilakukan penimbangan berat badan bayi setiap hari untuk mengetahui penambahan
atau pengurangan berat badan bayi dan dapat disesuaikan dengan pemberian cairan atau ASI
(Depkes RI, 2005).
10. Pencegahan BBLR
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/preventif adalah langkah yang
penting. Hal-hal yang dapat dilakukan:
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun
kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko,
terutama factor resiko yang yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat
dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu
2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda-
tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat
menjaga kesehatnnya dan janin yang dikandung dengan baik.
3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat
(20-34 tahun)
4. Perlu dukungan sector lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan
pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses
terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.

2.2 Konsep Manajemen Kebidanan


Manajemen kebidanan yaitu proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode
untuk mengorganisasikan pikiran dan tinakan berdasarkan teori ilmiah. Penemuan – penemuan
ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan satu keputusan yang
berfokus pada pasien. Proses manajemen menurut Varney (2007) ada 7 langkah dimulai dari
pengumpulan data dasar dan berakhir degan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Langkah 1 : Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal yang dipakai dalam

menerapkan asuhan kebidanan pada pasien. Pada tahap ini semua

data dasar dan informasi tentang pasien dikumpulkan dan

dianalisa untuk mengevaluasi keadaan pasien yang meliputi :

a. Data Subyektif

Yaitu data yang didapat dari pasien sebagai suatu pendapat

terhadap suatu situasi dan kejadian

1) Biodata meliputi :

a) Nama bayi : Untuk mengetahui identitas bayi


b) Umur bayi : Untuk mengetahui umur bayi yang

nantinya disesuaikan dengan

tindakan yang akan dilakukan

c) Tanggal/jam lahir : Untuk mengetahui kapan bayi lahir

yang nantinya disesuaikan

dengan tindakan yang akan

dilakukan

d) Berat badan : Untuk mengetahui kesesuaian antara

berat badan umur kehamilan. Berat


badan pada BBLRkurang dari 2500

gram

e) Panjang badan : Untuk mengetahui kesesuaian antara

panjang badan dengan umur

kehamilan. Panjang badan BBLR

kurang dari 45 cm

f) Nama ayah/ibu : Untuk mengetahui identitas orang tua

bayi.

g) Umur : Untuk mengetahui faktor-faktor

resiko dan tingkat kesuburan

h) Suku/bangsa : Untuk mengetahui faktor pembawaan

ras

i) Agama : Untuk mengetahui informasi kepada

keluarga dengan agamanya

j) Pendidikan : Untuk mengetahui keadaan sosial

ekonomi keluarganya

k) Alamat : Untuk mendapatkan gambaran tentang

tempat di mana pasien tinggal

2) Keluhan Utama

Keluhan utama adalah keluhan yang harus dinyatakan

dengan singkat dan menggunakan bahasa yang dipakai

oleh pemberi keterangan. Keluhan utama pada BBLR

adalah
keluarga mengatakan bayinya sangat kecil atau kurang dari

2.500 gram.
3) Riwayat Kesehatan

a) Riwayat kehamilan sekarang

Untuk mengetahui riwayat ANC teratur atau tidak.

Sejak hamil berapa minggu tempat ANC dan riwayat

kehamilan.

(1) Imunisasi TT

Untuk mengetahui belum atau sudah, kapan dan

berapa kali yang nantinya akan mempengaruhi

kekebalan ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus.

(2) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) dan Hari

Perkiraan Lahir (HPL) digunakan untuk

menentukan umur kehamilan

b) Kebiasaan ibu waktu hamil

Untuk mengetahui adanya penyakit yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan janin, misalnya ibu tidak

mempunyai riwayat penyakit perdarahan, preklamasi,

eklamasi, penyakit kelamin

c) Riwayat persalinan sekarang

Berisi tentang jenis persalinan, penolong, lama

persalinan dari kala I sampai kala IV, keadaan anak,

jumlah air ketuban dan adakah komplikasi dalam

persalinan
d) Riwayat operasi

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu pernah

melakukan operasi

b. Data Obyektif

Data yang dapat diobservasi dan diukur

1) Pemeriksaan Khusus

Dilakukan dengan pemeriksaan apgar score pada menit

pertama, kelima dan kesepuluh.

2) Pemeriksaan Umum

a) Keadaan umum

Dikaji untuk mengetahui keadaan umum

mencangkup keadaan umum baik, sedang, lemah

b) Kesadaran

Penilaian kesadaran dinyatakan sebagai

composmentis, apatis, somnolen, spoor, delirium

c) Tanda-tanda vital, meliputi :

(1) Pernafasan (Respirasi Rate)

Pemeriksaan harus mencakup frekuensi

pernapasan, irama atau keteraturan, kedalaman,

dan tipe atau pola pernapasan (Matondang,

2003). Pada bayi dengan BBLR pada hari

pertama frekuensi pernafasan 40 – 50 per menit,

hari-hari berikutnya 35 – 45 menit per menit


(2) Suhu

Pada umumnya yang diukur adalah suhu aksila.

Dapat pula diukur di rektum, lipat paha, atau

bawah lidah. Pada umumnya suhu aksila 1oC

lebih rendah dari pada suhu rektum, sedangkan

suhu mulut 0,5oC lebih rendah dari pada suhu

rektum. Dalam keadaan normal suhu aksila

adalah 36-37oC

Pada bayi dengan BBLR suhu tubuh berkisar 34oC –

37oC

(3) Denyut Jantung

Dinilai pada keempat ekstremitas. Penilaian

mencakup frekuensi atau laju nadi, irama,

kualitas nadi, dan ekualitas nadi (Matondang,

2003). Pada bayi normal frekuensi nadi 100-160

kali per menit. Pada bayi BBLR nadi seperti bayi

normal, yaitu 100- 140 kali per menit

3) Pemeriksaan Fisik Sistematis

Pemeriksaan fisik secara sistematis adalah sebagai berikut :

a) Kepala : Bentuk mesochepal atau mikrochepal serta

adakah kelainan cephal.

b) Rambut : Bersih/tidak, mudah dicabut/tidak,

warnanya apa
c) Muka : Bersih/tidak, warnanya apa, sistematis/tidak

d) Mata : Adakah kotoran di mata, warna putih

disklera dan warna merah muda

dikonjungtiva

e) Hidung : Adakah nafas cuping, kotoran yang

menyumbat di jalan nafas

f) Telinga : Adakah serum atau cairan dan simetris atau

Tidak. Pada BBLR tulang rawan daun

telinga belum sempurna

pertumbuhannya, sehingga seolah-olah

tidak teraba tulang rawan daun telinga

g) Mulut : Bibir warna apa, mukosa basah atau kering,

adakah kelainan labioskisis atau

labiopalatoskisis

h) Leher : Adakah pembesaran kelenjar thyroid,

adakah keretakan pada clavicula

(normal rata atau tanpa gumpalan di

sepanjang tulang simetris)


i) Dada : adakah pembesaran buah dada,

pernafasan, adakah retraksi, frekuensi

bunyi jantung, adakah kelainan

j) Abdomen : Adakah pembesaran hati dan limfa, tali

pusat berdarah atau tidak pembuluh

darah pada tali pusat, warna tali pusat

k) Kulit : Adakah lanugo sedikit atau berlebih,

apakah kulit lembab atau hangat ketika

disentuh, adakah pengelupasan pada

kulit. Pada BBLR rambut lanugo masih

banyak.

l) Genetalia : Jika laki-laki apakah testis sudah turun, jika

perempuan apakah labia mayora sudah

menutupi labia minora. Pada BBLR

testis belum turun pada skrotum dan

labia mayora belum menutupi labia

minora.

m) Ekstremitas : Adakah terdapat kelainan seperti oedema,

polidaktili atau sindaktili, fraktur

ekstremitas dan atrogiposis

(pergerakan sendi yang terbatas).

Tumit mengkilap, telapak kaki halus


n) Anus : Adakah lubang anus atau

tidak

4) Pemeriksaan Refleks

a) Reflek Moro : Rangsangan mendadak yang menyebabkan

lengan terangkat ke atas dan ke bawah,

terkejut dan relaksasi dengan cepat

atau positif. Pada BBLR tidak selalu

diikuti oleh gerakan fleksi.

b) Reflek Rooting : Sentuhan pada pipi atau bibir menyebabkan

kepala menoleh ke arah sentuhan. Pada

bayi prematur reflek rooting lemah.

Pada bayi BBLR, karena otot

hipotonik, kepala biasanya mengarah

ke satu sisi, gerakan otot jarang

c) Reflek Suching : Reflek menghisap pada bayi prematur

reflek menghisap dan menelan belum

sempurna pada BBLR reflek lemah


d) Reflek Plantar : Jari-jari kaki bayi akan melekuk ke bawah

bila jari diletakkan di dasar jari-jari

kakinya. Pada bayi BBLR reflek

plantar berkurang.

e) Reflek Tonic Neck : Bayi melakukan perubahan posisi bila

kepala diputar ke satu sisi. Normalnya

reflek ini tidak terjadi setiap kali

kepala diputar. Pada bayi BBLR reflek

tonic leher lemah

f) Reflek Palmar : Jari bayi melekuk di sekeliling benda dan

menggenggamnya seketika bila jari

diletakkan di telapak tangan. Pada

BBLR gerakan otot jarang tetapi lebih

baik dari bayi cukup bulan

5) Pola kebutuhan sehari-hari

a) Nutrisi

Pemberian nutrisi pada BBLR sekitar 3 jam setelah bayi

lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung

untuk mengetahui ada tidaknya atresia esophagus dan

mencegah muntah dengan cara memasang sonde

b) Eliminasi

BBLR yang diberi makanan dengan tepat, setiap harinya

dapat buang air sebanyak 1 – 6 kali dengan tinja yang

berkonsistensi setengah padat.

6) Pemeriksaan Antropometri
a) Lingkar Kepala : Pada kasus BBLR biasanya lingkar kepala

kurang dari 33 cm

b) Lingkar dada : Pada kasus BBLR biasanya lingkar dada

kurang dari 30 cm

c) Panjang badan : Pada BBLR biasanya panjang badan kurang

dari 45 cm

d) Berat badan : Pada BBLR biasanya berat badan kurang dari

2.500 gr

7) Data Penunjang

Data yang diperoleh dari pemeriksaan laboratorium. Pada

BBLR dilakukan pemeriksaan penunjang antara lain darah

rutin, glukosa darah, foto dada, USG kepala

2. Langkah 2 : Interprestasi Data

Pada langkah interpretasi data ini dilakukan identifikasi yang

benar terhadap diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan klien

a. Diagnosa kebidanan

Yaitu diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup

praktek kebidanan.

Diagnosa : Bayi baru lahir By Ny X umur … dengan Berat Badan

Lahir Rendah.

Dasar : Data Subyek : Ibu mengatakan bayi kecil

Data Objektif : Berat Badan kurang dari 2.500 gram

Panjang Badan kurang dari 46

cm. Lingkar Kepala kurang

dari 33 cm. Lingkar Dada


kurang dari 30 cm. Alat

kelamin pada bayi laki-laki

testisnya belum turun dan

pada perempuan labia

mayora belum

menutupi minora.

Reflek bayi masih lemah.

b. Masalah

Yaitu hal-hal yang berhubungan dengan pengalaman pasien

yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai

diagnose. Masalah yang umumnya muncul pada bayi baru

lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah adalah terjaadi

hipotermi, sindrom gawat nafas, dan reflek yang lemah.

c. Kebutuhan

Yaitu hal-hal yang dibutuhkan atau diperlukan pasien dan

belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah

Kebutuhan-kebutuhan yang harus diberikan pada Berat

Badan Lahir Rendah yaitu : mengkaji reflek hisap,

mempertahankan kehangatan, member nutrisi sesuai dengan

kebutuhan bayi

3. Langkah 3 : Diagnosa Potensial

Diagnosa potensial adalah mengidentifikasi dengan hati-hati

dan kritis pola atau kelompok tanda dan gejala yang memerlukan

tindakan kebidanan untuk membantu pasien mengatasi atau

mencegah masalah- masalah yang spesifik. Pada kasus Berat


Badan Lahir Rendah (BBLR) ini potensial terjadi hipotermi,

asfiksia, hipoglikemi, hiperbilirubinemia, aspirasi mekonium

4. Langkah 4 : Antisipasi

Antisipasi adalah masalah yang mencerminkan

kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Beberapa data

mengidentifikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus

segera bertindak atau untuk dikonsultasi dengan dokter atau

untuk dikonsultasikan anggota tim kesehatan yang lain sesuai

kondisi pasien
a. Antisipasi gangguan pernafasan

Hindari kehilangan panas dengan cara metode Kangguru,

periksa bayi dan hitung nafas dalam semenit, ukur suhu

axilla, mendorong ibu mulai menyusui bayinya. Antisipasi

pertahanan suhu tubuh, meliputi :

1) Kontak kulit

Dapat dilakukan dengan cara metode kangguru

2) Pemancar panas

Dapat diketahui dengan cara sinar matahari dapat masuk

di kamar

3) Inkubator

Bayi dengan berat badan kurang dari 2000 gr dirawat dalam

inkubator dengan suhu 35oC dan untuk berat badan 2000 –

2500 gr dengan suhu 34°C dapat diturunkan 1 oC per

minggu.

4) Ruang hangat

Untuk menghindari hilangnya panas dari tubuh bayi

melalui proses radiasi dan konfeksi.

b. Antisipasi Hipoglikemi

BBLR membutuhkan ASI atau PASI sesegera mungkin

setelah lahir dan minum sangat sering setiap 2 jam pertama

pada minggu pertama.


5. Langkah 5 : Perencanaan

Adalah suatu tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah atau

kebutuhan pasien. Berfungsi untuk menuntun perawatan yang

diberikan kepada pasien sehingga tercapai tujuan dan hasil yang

optimal atau diharapkan.

Rencana asuhan pada bayi berat badan lahir antara lain :

a. Lakukan pemantauan terhadap kondisi bayi

b. Lakukan pemantauan terhadap tanda-tanda vital yaitu : suhu,

respirasi dan heart rate

c. Kaji reflek menghisap

d. Pertahankan kehangatan

e. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak

f. Berikan hasil kolaborasi

g. Beri nutrisi sesuai dengan kebutuhan bayi

h. Lakukan perawatan tali pusat

i. Lakukan penimbangan secara ketat

j. Berikan informasi pada ibu/keluarga tentang keadaan bayinya

6. Langkah 6 : Implementasi

Merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan menyeluruh dari

perencanaan. Pelaksanaan asuhan ini bias dilakukan untuk klien

atau tenaga kesehatan lainnya.


Pelaksanaan asuhan pada bayi baru lahir dengan BBLR adalah

sebagai berikut :

a. Melakukan pemantauan terhadap kondisi bayi

b. Melakukan pemantaun terhadap tanda-tanda vital yaitu :

suhu, respirasi dan heart rate

c. Mengkaji reflek menghisap

d. Mempertahankan kehangatan

e. Berkolaborasi dengan dokter spesialis anak

f. Memberitahukan hasil kolaborasi

g. Memberi nutrisi sesuai dengan kebutuhan bayi

h. Melakukan perawatan tali pusat

i. Melakukan penimbangan secara ketat

j. Memberikan informasi pada ibu/keluarga tentang keadaan bayinya

7. Langkah 7 : Evaluasi

Sebuah perbandingan antara hasil yang aktual dengan hasil yang

diharapkan. Dilakukan penilaian apakah rencana asuhan yang

telah disusun dapat terlaksana dan terpenuhi kebutuhannya

seperti yang telah diidentifikasikan dalam masalah dan diagnosa

Pada kasus bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah ini yang ingin

dicapai adalah terjadi kenaikan berat badan pada bayi, bayi

terhindar dari hipotermi, keadaan umum bayi baik, kebutuhan

cairan terpenuhi, reflek hisap bayi baik


B. Catatan Perkembangan Pasien
Metode pendokumentasian yang digunakan
dalam asuhan kebidanan pada bayi dengan berat
badan lahir rendah dengan SOAP menurut Varney
(2007), yaitu :
S : Subyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil
pengumpulan data klien melalui anamnesa.

O : Obyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil
pemeriksaan pasien, hasil laboratorium dan tes
diagnostik yang dirumuskan dalam data fokus
untuk mendukung asuhan sebagai langkah I

A : Analisa/Assesmen
Menggambarkan pendokumentasian analisa
dan interpretasi data subyektif dan obyektif
dalam suatu identifikasi
a. Diagnosa masalah
b. Antisipasi diagnosa/masalah potensial
c. Perlunya tindakan segera oleh bidang atau
dokter kolaborasi atau rujukan

P : Planing
Menggambarkan pendokumentasian,
perencanaan (P) dan evaluasi (E) berdasarkan
analisa

27
28

Anda mungkin juga menyukai