TINJAUAN TEORI
d. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi, terkena
radiasi, serta terpapar zat beracun.
4. Permasalahan pada BBLR
BBLR memerlukan perawatan khusus karena mempunyai permasalahan yang banyak
sekali pada sistem tubuhnya disebabkan kondisi tubuh yang belum stabil. Masalah yang terjadi
pada BBLR yaitu:
1) Suhu tubuh
a) Pusat pengatur napas tubuh masih belum sempurna
b) Otot bayi masih lemah
c) Kemampuan metabolisme panas masih rendah sehingga bayi dengan BBLR perlu
diperhatikan agar tidak terlalu banyak kehilangan panas badan dan dapat dipertahankan
sekitar 36,50C-37,50C.
d) Lemak kulit dan lemak coklat kurang sehingga cepat kehilangan panas tubuh.
2) Pernafasan
a) Pusat pengatur pernafasan belum sempurna
b) Otot pernafasan dan tulang iga lemah
c) Surfaktan paru-paru masih kurang sehingga perkembangannya tidak sempurna
d) Dapat disertai penyakit : penyakit hialin membran, mudah infeksi paru-paru, gagal
pernafasan
3) Alat pencernaan makanan
a) Penyerapan makanan masih lemah atau kurang baik karena fungsi pencernaannya belum
berfungsi sempurna
b) Mudah terjadi regurgitasi isi lambung dan dapat menimbulkan aspirasi pneumonia
c) Aktivasi otot pencernaan makanan masih belum sempurna sehingga pengosongan
lambung berkurang
4) Hepar yang belum matang
Mudah menimbulkan gangguan pemecahan hiperbilirubin sehingga mudah terjadi
hiperbilirubinemi (kuning) sampai menyebabkan ikterus.
5) Ginjal yang belum matang
Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air masih belum sempurna
sehingga mudah terjadi oedema.
6) Perdarahan dalam otak
a) Karena mengalami gangguan pernafasan sehingga memudahkan terjadinya perdarahan
dalam otak
b) Pembuluh darah bayi prematur masih rapuh dan mudah pecah
c) Perdarahan dalam otak memperburuk keadaan dan menyebabkan kematian bayi.
d) Pemberian oksigen belum mampu diatur sehingga mempermudah terjadi perdarahan dan
nekrosis.
7) Gangguan Immunologik
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar Ig E.
Tabel Penilaian klinis kemungkinan komplikasi pada BBLR
Anamnesa Pemeriksaan Pemeriksaan Kemungkinan
Penunjang diagnosa
Bayi terpapar Menangis lemah Suhu tubuh Hipotermi
dengan suhu Kurang aktif kurang dari
lingkungan yang Malas minum 36,50C
rendah Kulit teraba dingin
Waktu timbulnya Kulit mengeras
kurang 2 hari kemerahan
Frekuensi jantung
kurang 100x/menit
Napas pelan dan
dalm
Kejang timbul Kejang, tremor, Kadar Hipoglikemia
saat lahir sampai letargi atau tidak glukosa darah
dengan hari ke 3 sadar kurang 45
Riwayat ibu mg/dL (2,6
diabetes mmol/L)
Ikterik (kuning) Kulit, konjungvitas Ikterus/
timbul saat lahir berwarna kuning hiperbilirubine
sampai dengan pucat mia
hari ke
Berlangsung
lebih dari 3
minggu
Riwayat infeksi
maternal
Riwayat ibu
pengguna obat
Riwayat ikterus
pada bayi lahir
sebelumnya
Ibu tidak dapat Bayi kelihatan bugar Kenaikkan Masalah
atau berhasil berat bayi pemberian
menyusui kurang 20 minum
Malas atau tidak gram /hari
mau minum selama 3 hari
Waktu timbul
sejak lahir
Ibu demam Bila ditemukan Laboraturium Infeksi atau
sebelum dan beberapa temuan darah: curiga sepsis
selama persalinan ganda: Jumlah
Ketuban pecah - Bayi malas minum leukosit
dini - Demam tinggi atau - Lekositosis
Persalinan hipotermi atau
dengan tindakan lekopenia,
trombosito
penia
Timbul asfiksia Bayi letargi/ kurang Gambaran
pada saat lahir aktif darah tepi
Bayi mals minum Gangguan napas (bila tersedia
Timbul pada saat Kulit ikterus fasilitas)
lahir sampai 28 Sklerema atau
hari skleredema
Kejang
Bayi KMK atau Lahir dengan Pemeriksaan Sindroma
lebih bulan asfiksia radiologi aspirasi
Air ketuban Air ketuban dada (bila mekonium
bercampur bercampur dengan tersedia)
mekonium mekonium
Lahir dengan Tali pust berwarna
riwayat asfiksia kuning kehijauan
5. Patofisiologi pada BBLR
Patofisiologi terjadinya BBLR bergantung terhadap faktor-faktor yang berkaitan dengan
prematuritas dan IUGR. Sangat susah untuk memisahkan secara tegas antara faktor-faktor yang
berkaitan dengan IUGR dan menyebabkan terjadinya BBLR.
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup
bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan
(usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa
kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya
gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu
seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang
menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami
hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi
kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan
gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih
sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi
kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian
yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia. Anemia dapat didefinisikan sebagai
kondisi dengan kadar Hb berada di bawah normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah
satu gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami
deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk
metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar
hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III. Kekurangan zat besi dapat
menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel
otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat
bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan
mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang
menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi,
kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar.
6. Manifestasi Klinis pada BBLR
Manifestasi klinis yang terdapat pada bayi dengan berat badan lahir rendah adalah sebagai
berikut :
a. Prematuritas murni
- BB <2500 gr, PB <45 cm, LK <33 cm, LD <30cm
- Massa gestasi <37 minggu
- Kepala lebih bessar daripada badan , kulit tipis, transpara, mengkilap, dan licin
- Lanugo (bulu-bulu halus) banyak terdapat terutama pada daerah dahi, pelipis, telingan
dan lengan, lemak subkutan kurang, ubun-ubun dan sutura lebar
- Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia mayora,
pada laki-laki testis belum turun
- Tulang rawan telinga belum sempurna, rajah tangan belum sempurna
- Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus dapat terlihat
- Rambut tipis, halus, teranyam, puting susu belum terbentuk dengan baik
- Bayi kecil, posisi masih posisi fetal, pergerakkan kurang dan lemah
- Bayi tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami apnea, otot
masih hipotonik
- Reflek tonus leher lemah, reflek menghisap, menelan, dan batuk belum sempurna
b. Dismaturitas
- Kulit terselubung vernik caseosa tipis/tidak ada
- Kulit pucat bernoda mekonium, kuning, keriput, tipis
- Jaringan lemak di bawah kulit tipis, bayi tampak gesit, aktif dan kuat
- Tali pusat berwarna kuning kehijauan
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan kurang bulan, dapat
dimulai pada umur 8 jam. Gambaran foto thoraks pada bayi dengan penyakit membran
hyalin karena kekurangan surfaktan berupa terdapatnya retikulogranular pada parenkim
dan bronkogram udara. Pada kondisi berat hanya tampak gambaran white lung. USG
kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu dimulai pada umur 2 hari
untuk mengetahui adanya hidrosefalus atau perdarahan intrakranial dengan
memvisualisasi ventrikel dan struktur otak garis tengah dengan fontanel anterior yang
terbuka
b. Laboratorium
1) Darah Rutin
1. Hematokrit (HCT) : Bayi usia 1 hari 48-69%, bayi usia 2 hari 48-75%, bayi usia 3
hari 44-72%.
2. Hemoglobin (Hb) untuk bayi usia 1-3 hari 14,5-22,5 g/dl.
3. Hb A > 95% dari total atau 0,95 fraksi Hb.
4. Hb F : bayi usia 1 hari 63-92%, bayi usia 5 hari 65-88%, bayi usia 3 minggu 55-
85%, usia 6-9 minggu 31-75%.
5. Jumlah leukosit : bayi baru lahir 9,0-30,0 x 10 3 sel/mm3 ( L), bayi usia 1 hari/24
jam 9,4-43,0 x 103 sel/mm3 ( L), usia 1 bulan 5,0-19,5 x 103 sel/mm3 ( L).
2) Bilirubin
1. Total (serum): 0-1 hari 8,0 mg/dl, 1-2 hari 12,0 mg/dl, 2-5 hari 16,0 mg/dl,
kemudian 2,0 mg/dl.
2. Direk (terkonjugasi) : 0,0-0,2 mg/dl
3) Glukosa (8–12 jam post natal), disebut
hipoglikemi bila konsentrasi glukosa plasma < 50 mg/dl. Serum :
1. Tali pusat 45-96 mg/dl
2. Bayi baru lahir (usia 1 hari) 40-60 mg/dl
3. Bayi usia > 1 hari 50-90 mg/dl.
4) Analisa gas darah
1. Tekanan parsial CO2 (PCO2) bayi baru lahir 27-40 mmHg
2. Tekanan parsial O2 (PO2) : lahir 8-24 mmHg, 5-10 menit 33-75 mmHg, 30 menit
31-85 mmHg, > 1 jam 55-80 mmHg, 1 hari 54-95 mmHg, kemudian (menurun
sesuai usia) 83-108 mmHg.
3. Saturasi oksigen (SaO2): bayi baru lahir 85-90%, kemudian 95-99%.
4. pH bayi prematur (48 jam) 7,35-7,50.
c. Tes kocok/shake test
Sebaiknya dilakukan pada bayi yang berusia < 1 jam dengan mengambil cairan
amnion yang tertelan di lambung dan bayi belum diberikan makanan. Cairan amnion
0,5 cc ditambah garam faal 0,5 c, kemudian ditambah 1 cc alkohol 95% dicampur
dalam tabung kemudian dikocok 15 detik, setelah itu didiamkan 15 menit dengan
tabung tetap berdiri.
Interpretasi hasil:
(+) : Bila terdapat gelembung-gelembung yang membentuk cincin artinya surfaktan
terdapat dalam paru dengan jumlah cukup.
(-) : Bila tidak ada gelembung atau gelembung sebanyak ½ permukaan artinya paru-
paru belum matang/tidak ada surfaktan.
Ragu : Bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin. Jika hasil menunjukkan ragu
maka tes harus diulang.
8. Komplikasi
a. Sindroma aspirasi mekonium (kesulitan bernafas).
b. Hipoglikemi simtomatik.
c. Asfiksis neonatorum
d. Penyakit membran hialin.
e. Hiperbilirubinemia.
f. Sepsis neonatorum.
9. Penatalaksanaan BBLR
Menurut Depkes RI (2005), setiap menemukan BBLR dilakukan manajemen umum
sebagai berikut:
- Stabilisasi suhu, jaga bayi tetap hangat
- Jaga patensi jalan napas
- Nilai segara kondisi bayi tentang tanda vital, meliputi penafasan, denyut jantung, warna
kulit, aktifitas.
- Bila bayi mengalami gangguan napas, kelola gangguan napas.
- Bila bayi mengalami kejang, berikan anti konvulsan.
- Bila bayi dehidrasi, berikan cairan rehidrasi secara IV
- Kelola bayi sesuai dengan kondisi spesifik atau komplikasinya
Dengan memperhatikan gambaran klinis dan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi
pada bayi BBLR, maka perawatan dan pengawasanya harus dilakukan dengan intensif.
Pengawasan yang harus dilakukan pada bayi dengan BBLR diantaranya:
a. Pengaturan suhu
Hipotermi disebabkan oleh permukaan tubuh bayi yang lebih luas disbanding dengan berat
badan. Cara mempertahankan suhu antara lain :
1) Kangaroo mother care atau kontak kulit dengan kulit antara bayi dengan ibunya. Jika
ibu tidak ada, dapat dilakukan oleh orang lain sebagai penggantinya
2) Pemancar panas (dengan membungkus bayi dan memasang lampu didekat tempat tidur
bayi). Menurut saifudin 2011) beri lampu 60 watt dengan jarak 60cm dari bayi
3) Ruangan yang hangat
4) Inkubator
Tabel suhu inkubator
Berat bayi Suhu incubator (0C) menurut umur
0
35 C 340C 330C 320C
<1500 gr 1-10 hari 11 hari- 3 3- 5 minggu >5 minggu
minggu
1500-2000 gr 1- 10 hari 11 hari – 4 >4 minngu
minggu
2100-2500 gr 1-2 hari 3 hari- 3 >3 minggu
minngu
>2500 gr 1- 2 hari >2hari
Bila jenis inkubatornya berdinding tunggal, naikkan suhu incubator 10C setiap perbedaan
suhu 70C antara suhu ruang dan suhu incubator
a. Data Subyektif
1) Biodata meliputi :
dilakukan
gram
kurang dari 45 cm
bayi.
ras
ekonomi keluarganya
2) Keluhan Utama
adalah
keluarga mengatakan bayinya sangat kecil atau kurang dari
2.500 gram.
3) Riwayat Kesehatan
kehamilan.
(1) Imunisasi TT
persalinan
d) Riwayat operasi
melakukan operasi
b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Khusus
2) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum
b) Kesadaran
adalah 36-37oC
37oC
warnanya apa
c) Muka : Bersih/tidak, warnanya apa, sistematis/tidak
dikonjungtiva
labiopalatoskisis
banyak.
minora.
tidak
4) Pemeriksaan Refleks
plantar berkurang.
a) Nutrisi
b) Eliminasi
6) Pemeriksaan Antropometri
a) Lingkar Kepala : Pada kasus BBLR biasanya lingkar kepala
kurang dari 33 cm
kurang dari 30 cm
dari 45 cm
2.500 gr
7) Data Penunjang
a. Diagnosa kebidanan
praktek kebidanan.
Lahir Rendah.
mayora belum
menutupi minora.
b. Masalah
c. Kebutuhan
kebutuhan bayi
dan kritis pola atau kelompok tanda dan gejala yang memerlukan
4. Langkah 4 : Antisipasi
kondisi pasien
a. Antisipasi gangguan pernafasan
1) Kontak kulit
2) Pemancar panas
di kamar
3) Inkubator
minggu.
4) Ruang hangat
b. Antisipasi Hipoglikemi
d. Pertahankan kehangatan
6. Langkah 6 : Implementasi
sebagai berikut :
d. Mempertahankan kehangatan
7. Langkah 7 : Evaluasi
Pada kasus bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah ini yang ingin
O : Obyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil
pemeriksaan pasien, hasil laboratorium dan tes
diagnostik yang dirumuskan dalam data fokus
untuk mendukung asuhan sebagai langkah I
A : Analisa/Assesmen
Menggambarkan pendokumentasian analisa
dan interpretasi data subyektif dan obyektif
dalam suatu identifikasi
a. Diagnosa masalah
b. Antisipasi diagnosa/masalah potensial
c. Perlunya tindakan segera oleh bidang atau
dokter kolaborasi atau rujukan
P : Planing
Menggambarkan pendokumentasian,
perencanaan (P) dan evaluasi (E) berdasarkan
analisa
27
28