Anda di halaman 1dari 10

PEMBONGKARAN

2.1 Pengertian Pembongkaran dan Alasan Dilakukan Pembongkaran


Pembongkaran merupakan suatu tahapan pekerjaan dalam konstruksi bangunan.
Pembongkaran dapat didefinisikan sebagai tindakan perusakan. Ini mungkin termasuk
menghancurkan apa-apa tapi lebih sering dikaitkan dengan bangunan. Bangunan adalah
struktur dengan atap, dinding dan berdiri, ia memiliki keberadaan gubuk-gubuk yang
lebih permanen. Pembongkaran bangunan disimpulkan sebagai tindakan menghancurkan
struktur dengan atap dan dinding.
Pembongkaran dapat dinyatakan sebagai tugas yang brutal, tapi diperlukan.
Pembongkaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan kehancuran dalam cara yang
terkontrol. Pembongkaran adalah merobohkan bangunan dan struktur lainnya.
Pembongkaran kontras dengan dekonstruksi, yang melibatkan mengambil sebuah
bangunan terpisah dengan hati-hati menjaga elemen berharga untuk digunakan kembali.
Pembongkaran adalah kegiatan membongkar atau merobohkan seluruh atau sebagian
bangunan gedung, komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarananya. (UU
RI no.28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung). Pembongkaran bangunan adalah
tindakan merusak struktur yang sudah ada dalam rangka untuk membuat ruang untuk
konstruksi baru. Pembongkaran bangunan disimpulkan sebagai tindakan menghancurkan
struktur dengan atap dan dinding.
Alasan dilakukannya pembongkaran menurut UU no.28 tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung adalah :
• bangunan gedung yang tidak layak fungsi dan tidak dapat diperbaiki lagi;
• bangunan gedung yang pemanfaatannya menimbulkan bahaya bagi pengguna,
masyarakat, dan lingkungannya; dan/atau
• bangunan gedung yang tidak memiliki izin mendirikan bangunan gedung.

Gambar 2.1 bangunan gedung yang Gambar 2.2 bangunan gedung yang tidak
pemanfaatannya menimbulkan bahaya bagi layak fungsi dan tidak dapat diperbaiki lagi
pengguna, masyarakat, dan lingkungannya

2.2 Proses Pembongkaran Bangunan


Ukuran bangunan menentukan apa jenis pembongkaran yang paling cocok untuk
proyek tersebut. Jenis, jumlah, dan jarak ke struktur di sekitarnya juga menentukan apa
jenis teknik pembongkaran dapat digunakan untuk menghancurkan struktur. Berdasarkan
peraturan tahapan pembongkaran terdiri dari :
Ø Tahap penetapan
o Identifikasi bangunan gedung yang akan ditetapkan untuk dibongkar
berdasarkan hasil pemeriksaan yang meliputi bangunan yang tidak layak fungsi

130
dan tidak dapat diperbaiki lagi, pemanfaatannya menimbulkan bahaya bagi
pengguna, masyarakat dan lingkungan, tidak memiliki izin mendirikan gedung.
o Rencana pekerjaan pengangkutan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum
peker-jaan pembongkaran dimulai.
o Semua instalasi, listrik, gas, air, dan uap harus dimatikan, kecuali apabila
diperlukan sepanjang tidak membahayakan.
o Semua bagian-bagian kaca, bagian-bagian yang lepas, bagian-bagian yang
mencuat harus disingkirkan sebelum pekerjaan pembongkaran dimulai.
o Pekerjaan pembongkaran harus dilakukan tingkat demi tingkat dimulai dari atap
dan seterusnya ke bawah.
o Tindakan-tindakan pencegahan harus dilakukan untuk menghindarkan bahaya
rubuhnya bangunan.

Ø Tahap pelaksanaan
o Pembongkaran bangunan gedung dapat dilakukan oleh pemilik dan/atau
pengguna bangunan gedung dan dapat menggunakan penyedia jasa
pembongkaran bangunan gedung yang memiliki sertifikat sesuai dengan
peraturan perundangundangan.
o Khusus untuk pembongkaran bangunan gedung yang menggunakan peralatan
berat dan/atau bahan peledak harus dilaksanakan oleh penyedia jasa
pembongkaran bangunan gedung.
o Dalam hal pemilik dan/atau pengguna bangunan gedung yang
pembongkarannya ditetapkan dengan surat sebagaimana dimaksud dalam tidak
melaksanakan pembongkaran dalam batas waktu yang ditetapkan, surat
persetujuan pembongkaran dicabut kembali.
o Pembongkaran bangunan gedung yang pelaksanaannya dapat menimbulkan
dampak luas terhadap keselamatan umum dan lingkungan harus dilaksanakan
berdasarkan rencana teknis pembongkaran yang disusun oleh penyedia jasa
perencanaan teknis yang memiliki sertifikat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
o Rencana teknis pembongkaran harus disetujui oleh pemerintah daerah, kecuali
bangunan gedung fungsi khusus oleh Pemerintah, setelah mendapat
pertimbangan dari tim ahli bangunan gedung.
o Dalam hal pelaksanaan pembongkaran berdampak luas terhadap keselamatan
umum dan lingkungan, pemilik dan Pemerintah dan/atau pemerintah daerah
melakukan sosialisasi dan pemberitahuan tertulis kepada masyarakat di sekitar
bangunan gedung, sebelum pelaksanaan pembongkaran.
o Pelaksanaan pembongkaran bangunan gedung mengikuti prinsip-prinsip
keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
o Dalam hal tenaga kerja atau orang lain mungkin tertimpa bahaya yang
disebabkan oleh kejatuhan bahan atau benda dari tempat kerja yang lebih tinggi,
harus dilengkapi dengan penadah yang kuat atau daerah berbahaya tersebut
harus dipagar.
o Dinding-dinding tidak boleh dirubuhkan kecuali lantai dapat menahan tekanan
yang diakibatkan oleh runtuhnya dinding tersebut.
o Tenaga kerja harus dilindungi terhadap debu dan pecahan-pecahan yang
berhamburan.
o Apabila tenaga kerja sedang membongkar lantai harus tersedia papan yang kuat
yang ditumpu tersendiri bebas dari lantai yang sedang dibongkar.

131
o Tenaga kerja dilarang melakukan pekerjaan di daerah bawah lantai yang sedang
dibongkar dan daerah tersebut harus dipagar.
o Konstruksi baja harus dibongkar bagian demi bagian sedemikian rupa sehingga
terjamin kestabilan konstruksi tersebut agar tidak membahayakan sewaktu
dilepas.
o Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk menjamin agar tenaga kerja dan
orang-orang lain tidak kejatuhan bahan-bahan atau benda-benda dari atas
sewaktu cerobong-cerobong yang tinggi dirubuhkan
Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan pembongkaran yang digunakan secara umum
sebagai berikut:
1. Menyiapkan peralatan baik berat maupun ringan untuk pembongkaran suatu
gedung atau bangunan.
2. Mematikan seluruh aliran seperti air, listrik, gas, kabel optik dan lain-lain yang
dianggap berbahaya dan mengganggu proses pekerjaan pembongkaran.
3. Memastikan peralatan pada posisinya masing-masing.
4. Memeriksa seluruh gedung untuk memastikan tidak ada seorang pun di dalam
gedung saat proses dimulai.
5. Mengatur jarak aman (1,5 kali tinggi gedung) pada area proyek agar tidak
menimbulkan cedera maupun kerugian yang lain.
6. Memulai pembongkaran mulai dari atap hingga pondasi jika menggunakan alat
berat seperti excavator. Jika menggunakan peledak, mengatur peletakan
bom/dinamit pada gedung serta waktu peledakan agar bisa sesuai dengan yang
direncanakan.
7. Memastikan pekerjaan pembongkaran dilakukan oleh yang ahli dan tidak
diberikan kepada orang yang berbeda secara bergantian acak dalam
melaksanakan tugas.
8. Melakukan proses pengangkutan terhadap material sisa puing puing bangunan
dan pengangkutan dengan alat berat harus sesuai dengan SOP yang berlaku.
9. Pelaksanaan pembongkaran mengikuti prinsip-prinsip K3.
Ø Tahap pengawasan.
o Pengawasan pelaksanaan pembongkaran bangunan gedung dilakukan oleh
penyedia jasa pengawasan yang memiliki sertifikat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
o Hasil pengawasan pelaksanaan pembongkaran bangunan gedung dilaporkan
secara berkala kepada pemerintah daerah.
o Pemerintah daerah melakukan pengawasan secara berkala atas kesesuaian
laporan pelaksanaan pembongkaran dengan rencana teknis pembongkaran.
(Sumber : UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN
GEDUNG)

2.3.1 Pembongkaran dengan Peledakan


Peledakan adalah cara yang efisien untuk menghancurkan bangunan. Metode
ini digunakan untuk bangunan besar. Biasanya menggunakan TNT, C4
nitrogliserin dan kabel detonator. Ini memiliki keuntungan dari efisiensi dan
efektivitas biaya. Tetapi memiliki banyak bahaya. Bahan peledak ditanam di
kolom dinding tiap lantai yang akan dihancurkan. Adapun beberapa syarat
pembongkaran dengan bahan peledak antara lain :
– Rencanakan jarak dari struktur yang akan dibongkar
– Tentukan area aman dari sisa puing-puing peledakan

132
– Tentukan zona eksklusif untuk terhindar dari bahaya peledakan

Setiap operasi peledakan harus memiliki Ahli Peledakan/”Blaster-in-Charge”


(BIC). Individu ini memiliki tanggung jawab keseluruhan untuk semua aspek dari
operasi peledakan baik sebelum peledakan, saat peledakan dan setelah peledakan,
serta bahaya peledakan umum dan spesifik lokasi dan dampak lingkungan harus
didefinisikan untuk setiap lokasi ledakan. Kualifikasi ahli peledakan diantaranya
yaitu (OSHA 29 CFR Part 1926): Ada beberapa persyaratan untuk ahli peledakan,
yaitu :
a. Ahli peledakan dapat memahami dan dapat memberikan perintah tertulis dan
lisan pada saat operasi peledakan.
b. Ahli peledakan harus dalam kondisi fisik yang baik dan tidak kecanduan
narkotika, alkohol atau sejenis obat-obatan yang lain.
c. Ahli peledakan harus memenuhi kualifikasi dengan disertai pelatihan,
pengetahuan dalam penyimpanan, penanganan dan penggunaan bahan
peledak. Serta mengetahui regulasi terkait bahan peledak,
d. Ahli peledakan wajib memberikan bukti kompetensi sebagai ahli peledakan.
e. Ahli peledakan memiliki pengetahuan dan kompeten dalam penggunaan
setiap jenis metode peledakan.
(Sumber : OSHA 29 CFR Part 1926 – Construction)

Mulai

Persiapan

Pembacaan Gambar Rencana

Pemasangan Peladak pada Bangunan

Pelaksanaan Peladakan

Pembersihan Hasil Ledakan

Pengangkutan Hasil Ledakan

Selesai

Gambar 2.16 Flowchart tahapan peledakan


Prosedur peledakan yang benar dan aman sangatlah penting ketika kita akan
melakukan peledakan bangunan karena bahaya dari peledakan sangatlah banyak.
Prosedur tersebut sebagai berikut :

133
1. Pengamanan selama persiapan
Pengamanan ini lebih ditujukan kepada orang atau karyawan yang
mendekati atau melewati daerah peledakan, maka untuk itu harus diberi
tanda peringatan hingga orang lain tahu bahwa saat itu ada kegiatan
persiapan peledakan. Tanda peringatan ini dapat berupa bendera dengan
warna yang mencolok dan ukuran yang cukup dapat dilihat dari jauh.
Untuk jadwal peledakan, sebaiknya hari-hari peledakan setiap minggu
serta jam-jam peledakan pada hari-hari tersebut, diatur dengan jadwal yang
tetap dan semua krayawan atau orang-orang yang ada disekitar
penambangan harus mengetahui hal itu.
Pengamanan bahan peledak sangatlah penting. Setelah bahan sampai
dilapangan maka secepatnya bahan peledak tersebut langsung dibagi-
bagikan ke dekat lubang yang telah disiapkan, sesuai dengan kebutuhan
jumlah masing-masing lubang. Demikian juga dengan detonator listrik dan
primer/dinamit.
2. Pembuatan Primer
Primer berfungsi untuk menghentakkan (shock) ANFO atau blasting
agant lainnya. Sedangkan primer itu sendiri dihentakkan (dishock) dengan
detonator atau sumbu ledak. Primer ada yang sudah dibuat atau langsung
dari pabrik, tetapi dapat dibuat sendiri dari dinamit. Ukuran atau berat dari
dinamit yang diperlukan disesuaikan dengan diameter dan dalamnya
lubang ledak. Untuk diameter lubang ledak yang kecil ( 3 cm ), primer
dapat dibuat dari ½ atau 1/3 dodol dinamit, dengan berat satu dodol 200
gram, sedangkan untuk ukuran yang besar ( 10 cm ), primer dapat dibuat
dari 3 atau 6 dodol yang disatukan. Dalam hal ini detonator atau sumbu
ledak hanya dimasukkan ke salah satu dari dodol dinamit.
Dalam pembuatan primer baik dengan detenator atau dengan sumbu,
hal - hal seperti dibawah ini harus diperhatikan :
- Detenator atau sumbu ledak harus benar-benar masuk dalam dinamit,
artinya detenator atau sumbu bersentuhan dengan dinamit.
- Detenator atau sumbu ledak harus terikat dengan dinamit sedemikian
rupa sehingga tidak mudah lepas.
Pembuatan primer dengan sumbu bakar : Salah satu ujung dodol
dinamit dengan sedalam 5 – 7,5 cm dengan tongkat kecil dari kayu,
ukuran diameter tongkat sama dengan ukuran diameter detonator.
Selanjutnya detenator didorong kedalam lubang tadi sampai masuk
penuh. Kemudian sumbu diikat ke dalam dodol dengan benang.
Pembuatan Primer dengan sumbu ledak : Dalam hal ini detenator tidak
dibutuhkan, hanya sumbu ledak yang melalui dodol dinamit secara
memanjang dari samping. Sumbu ledak harus diikat ke dodol dengan
benang atau pita perekat.
Pembuatan Primer dengan Detenator Listrik : Detenator harus masuk
dan bersentuhan dengan isi dodol dinamit. Pengikat dapat dilakukan
dengan leg wirenya sendiri. Sebelum detenator atau sumbu ledak
dimasukan ke dalam dinamit maka harus terlebih dahulu diperiksa
keadaannya. Untuk detenator biasa periksa apakah ada benda-benda kecil
didalamnya. Untuk sumbu bakar, periksa keadaan ujung sumbu apakah
lembab atau tidak baik lagi. Sebiknya ujung sumbu sebelum dipakai
selalu diotong sedikit. Untuk sumbu ledak diperiksa keadaan ujung,
apakah lembab atau isinya berkurang. Untuk detenator listrik sebaiknya

134
ditest dengan blasting ohm meter. Pada waktu pengetesan detenator
dimasukkan ke dalam lubang ledak yang masih kosong. Setelah ditest
kedua ujung leg wirenya harus diikat kembali satu sama lain.
Penempatan Primer : Collar Priming adalah penempatan primer
dibagian atas atau ujung dari lubang tembak. Bottom Priming adalah
penempatan primer dibagian bawah atau ujung dalam dari lubang tembak.
3. Pengisian lubang ledak
- Periksa terlebih dahulu keadaan lubang. Pemeriksaan ini dapat
dilakukan dengan pantulan sinar dari sepotong cermin atau tongkat
kayu yang cukup panjang. Pada waktu memasukkan primer ke dalam
lubang harus berhati-hati sehingga detenator atau sumbu tidak
terlepas dari dalam dinamit, serta sumbu atau leg wirenya tidak
terluka.
- Hindari pemakaian leg wire yang terlalu pendek, namun kalau
terpaksa sambungan-sambungan harus diisolasi dengan baik.
- Dilarang memadatkan primer (tapping).
- Diameter primer harus lebih kecil dari diameter lubang ledak. Bila
waktu memasukkan primer agak susah turunnya kedalam lubang
maka dapat dibantu/didorong dengan tongkat kayu dengan perlahan-
lahan.
- Setelah primer telah sampai benar-benar didasar lubang maka bahan
peledak dapat diamsukkan. Bila memakai bahan peledak ANFO maka
dilarang memadatkannya sehingga berat jenisnya bertambah.
- Pengisian bahan peledak paling banyak 2/3 dari tinggi lubang ledak.
- Dilarang memakai bahan peledak yang sudah rusak.
4. Stemming.
- Bahan stemming, dari tanah liat atau pasir halus.
- Jangan memakai bahan-bahan kertas bekas pembungkus bahan
peledakan atau daun-daunan.
- Steaming harus dibuat cukup padat, untuk itu perlu dipadatkan (di-
tapping) dengan tongkat kayu.
- Stemming yang baik akan mengurangi suara ledakan.
5. Penyambungan Rangkaian.
a. Sumbu Bakar
- Bila peledakan untuk beberapa lubang sekaligus maka sumbu di
permukaan sebaiknya memakai sumbu khusus (Igniter Cord) dan
untuk sambungan-sambungan memakai penyambung khusus
(Conector).
- Bila peledakan untuk beberapa lubang sekaligus tetapi tidak
memakai conector maka waktu penyalaan sumbu harus dilakukan
oleh 2 orang, dimana salah seorang adalah berfungsi sebagai
pengawas.
- Penyalaan hanya diizinkan dilakukan oleh orang yang benar-benar
mengerti dan cukup pengalaman.
b. Sumbu Ledak
- Sambungan harus memenuhi persyaratan sebagaimana telah
diberikan dalam petunjuk sebelumnya.
- Rangkaian harus dapat rapih dan efektif.
- Dilarang memotong sumbu ledak dengan alat dari besi.

135
- Pada waktu memotong sumbu ledak sebaiknya tidak digenggam
apalagi dililitkan di tangan.
c. Detonator Listrik
- Sambungan leg wire dengan kabel pembantu harus lebih baik dan
kuat.
- Penyambungan rangkaian antar semua lubang ledak harus
dilaksanakan secepatnya dan ujung rangkaian diikat satu sama lain.
Sebelum dihubungkan dengan kabel utama.
- Rangkaian harus dibuat lebih rapih dan efektif. Hindari kabel agar
tidak kusut dan terlipat.
- Sebelum rangkaian antar ledak disambung dengan kabel utama,
maka tahanan listrik dan kesinambungan arus dari rangkaian harus
ditest dengan Blasting Ohm Meter. Tahanan listrik rangkaian harus
sesuai dengan perhitungan teoritis, namun dengan toleransi 10%
dapat dianggap baik.
- Secara terpisah kebel utama juga harus ditest sama seperti di atas.
6. Perlindungan Untuk Pemegang Ekspoder/Blansting Machine
a. Tambang Bawah Tanah
- Harus memperhitungkan arah angin/ventilasi, ambil posisi di atas
angin.
- Bila peledakan memakai sumbu bakar harus dipertimbangkan lebih
dahulu ke arah mana dan dimana tempat berlindung yang lebih
aman.
- Periksa keadaan sekeliling tempat berlindung terhadap kejatuhan
benda atau batuan khususnya dari batuan atap.
- Pemegang eksploder Blasting Machine harus orang yang cukup
pengalaman.
b. Tambang Terbuka
- Harus dipertimbangkan arah dan jarak lemparan/layangan batu
dengan mengambil posisi yang berlawanan.
- Periksakeadaan sekeliling tempat berlindung, khususnya bila ada
bongkahan-bongkahan batuan lepas yang berukuran besar
disekitarnya.
- Bila keadaan lapangan sedemikian rupa sehingga tidak ada tempat
berlindung yang cukup aman maka perlindungan khusus untuk itu
dapat dibuat (sheleter).
- Pemegang exploder harus sudah cukup berpengalaman.
c. Tanda peringatan sebelum peledakan
- Sebelum dilakukan peledakan maka orang-orang disekitar daerah
pengaruh gas dan lemparan batu peledakan harus diberi aba-aba
peringatan agar berlindung atau menyingkir. Demikian juga halnya
dengan perlatan, sebelumnya sudah harus diamankan/disingkirkan.
- Aba-aba bisa berupa teriakan, sirine, pluit, sempritan atau
megaphone.
- Tenggang waktu antara aba-aba peringatan dengan saat peledakan
harus cukup untuk memberi kesempatan kepada orang-orang untuk
berlindung.
- Sebaiknya aba-aba dilakukan dalam beberpa tahap dan tiap tahap
mempunyai arti tersendiri dan dimengerti setiap orang khususnya
pemegang eksploder.

136
- Bila di dekat lapangan peledakan terdapat jalan lalu lintas utama
tambang maka jalan tersebut harus ditutup atau diblokir.
- Sebelum aba-aba yang terakhir maka mandor lapangan atau
pengawas ledakan harus memriksa daerah dan sekitar peledakan.
- Contoh Tahapan Aba-aba Peringatan dan Pengertiannya.
Aba-aba pertama : Semua orang yang ada didekat daerah
peledakan harus menyngkir dan berlindung. Semua jalan tambang
didekat peledakan harus ditutup dan diblokir. Pada saat ini kedua
ujung kabel utama masih tetap terkait satu sama lain dan belum
disambung ke exploder.
Aba-aba Kedua : Hal seperti diatas sudah dilaksanakan dan
mandor atau pengawas peledakan sedang melakukan pemeriksaan
terakhir. Kondensator di dalam eksploder sedang diisi dengan arus
kabel listrik dari baterainya. Kabel utama telah disambung dengan
exploder. Bila tejadi penundaan peledakan, karena sesuatu hal
yang masih aman, maka komunikasinya dapat dibuat aba-aba
khusus.
Aba-aba ketiga (peledakan) : Peledakan dapat dilakukan.
Tombol atau tungkai pada exploder ditekan dan ledakan terjadi.
7. Beberapa persyaratan sebelum peledakan dimulai:

- Menyelesaikan ijin tertulis dengan pejabat atasan langsung, pejabat


konsultan terkait, safety engineer dan lain-lain.
- Pengumuman bagi masyarakat sekeliling beberapa minggu sebelumnya
dengan melalui ijin pejabat terkait didaerah tersebut, yaitu RT, RW,
Lurah, Kepala Desa, Pemuka Masyarakat, Camat, Kapolsek dan pejabat
terkait lainnya.
- Menjelang diadakan peledakan, kepala bagian peledakan melihat
sekeliling secara visual. Jika ada orang disekitar daerah area peledakan
maka harus segera diperingatkan untuk keluar dari area peledakan. Jarak
aman seseorang terhadap hulu ledak ± 200 m – 500 m, tergantung besar
kecilnya bahan peledak.
- Daerah yang masih dianggap berbahaya harus diberi batas yang jelas
agar orang selain petugas bagian peledakan tidak masuk ke daerah
tersebut.
- Sebelum peledakan, kepala bagian peledakan harus mengadakan
pemberitahuan dengan pengeras suara pada sekeliling daerah peledakan.
- Membunyikan sirene tanda bahaya.
- Peledakan dapat dimulai.

8. Pemeriksaan / Pengamanan Setelah Peledakan


Setelah seperempat jam ledakan terakhir, pemeriksaan dilakukan
terhadap gas-gas beracun dan peledakan mangkir. Bila ada lubang ledak
yang mangkir maka harus segera ditangani dan dilaporkan kepada atasan.
Lubang ledak yang mangkir tersebut diberi tanda dengan bendera. Bila
seandainya semua meledak dengan baik dan konsebtrasi gas sudah cukup
aman maka diberi aba-aba lagi tanda peledakan telah berakhir dan keadaan
aman. Tanda-tanda lubang ledak yang mangkir :
1. Permukaan tanah di atas lubang ledak masih utuh.

137
2. Terdapat bongkahan-bongkahan besar yang tidak lazim dan tidak
seperti bongkahan lubang ledak yang lain.
3. Terdapat serakan bahan peledak yang masih utuh di permukaan
atau di sela-sela bongkahan.
Peledakan umumnya digunakan untuk memindahkan volume besar dari beton
dengan menempatkan bahan peledak pada lubang – lubang pada tempat yang
akan diledakkan :
• Dapat digunakan diberbagai hal dan fleksibel dalan kondisi keluaran kerja
• Getaran dan letusan udara bisa merusak struktur lingkungan
• Pertimbangan keselamatan tertinggi dibutuhkan dibandingkan dengan
metode pembongkaran
Pola peledakan adalah pengaturan dari lubang tembak yangmana akan
diledakkan dahulu (dalam satu baris) dan barismana meledak kemudian, yang
menentukan disini hanya pada pemakaian delay detonator nya. Ada dua pola
(cara) peledakan yang umum digunakan, yaitu :
1. Simultaneous blasting. Simultanious blasting adalah peledakan dimana
seluruh lobang tembak yang ada diledakkan secara serentak.
2. Delay blasting. Delay blasting adalah peledakan secara beruntun perbaris
sesuai dengan nomor delay yang dipakai. Untuk lobang tembak yang
memakai nomor delay yang lebih kecil akanmeledak terlebih dahulu. Jadi
pengaturan delay pada lubang tembak dapat disebut pola peledakan. Ada
beberapa keuntungan dengan menggunakan metode delay blasting yaitu :
a. Arah dari lemparan batuan/material dapat dikontrol
b. Adanya kemungkinan untuk mengurangi getaran-getaran dari
peledakan
c. Mengurangi kemungkinan terjadinya fly rock
d. Mengurangi kemungkinan terjadinya toe (tonjolan-tonjolan pada
permukaan akibat hasil peledakan)
Peralatan peledakan adalah semua bahan atau alat-alat yangdapat digunakan
lebih dari satu kali pemakaian dalamoperasional peledakan, antara lain :
1. Blasting Machine (Exploder). Blasting Machine (Exploder)
adalah mesin ledak yang berfungsi sebagai penghasil atau
penyimpanan arus listrik untuk meledakkan detonator dan bahan
peledak.
2. Circuit tester (Blasting Ohmmeter). Blasting ohmmeter adalah
alat yang berfungsi untuk mengetes rangkaian peledakan.
3. Leading Wire.Kabel utama yang berasal dari sumber tenaga
listrik berhubungan dengan Connecting Wirepada rangkaian
peledakan
4. Tongkat. Tongkat yang terbuat dari kayu dengan diameter ±3 cm
dan panjang lebih dari kedalaman lubang bor. Fungsi dari alat ini
adalah untuk membantu dalam pengontrolan lubang tembak
sebelum diisi dengan bahan peledak.
Perlengkapan peledakan adalah semua bahan atau alat-alatyang hanya dapat
digunakan untuk satu kali peledakan, antara lain :
3. Detonator Listrik. Detonator listrik adalah peledak awal yang berfungsi
untuk meledakkan sumbu ledak bahan peledak. Detonator listrik dapat
meledak karena adanya arus listrik.

138
4. Leg Wire. Leg Wire adalah kabel yang terdapat pada setiap detonator yang
berfungsi untuk menghubungkan kedua ujung rangkaian peledakan dan
dihubungkan ke sumber arus listrik pada Blasting Machine.
5. Connecting Wire. Connecting wire adalah kabel penghubung yang
digunakanuntuk menyambung antara kabel detonator yang satu dengan
yang lainnya dalam satu rangkaian peledakan atau menyambung leg wire
yang terlalu pendek
Rencana Gawat Darurat Peledakan/Blast Emergency Plan sebuah rencana yang
bertujuan untuk mempersiapkan personil pada saat keadaan darurat atau pada saat
keadaan yang tidak diinginkan pada saat peledakan. Berikut ini adalah hal yang
dipersiapkan pada Blast Emergency Plan diantaranya yaitu:
a. Menyediakan semua telepon penting seperti pemadam kebakaran, polisi,
rumah sakit, badan pengawas dari pemerintah dan seluruh nomer telepon dari
pengawas dan pekerja peledakan.
b. Blast Emergency Plan dikomunikasikan secara jelas dan dapat dipahami
pada semua personil peledakan.
c. Menentukan prosedur pemberitahuan dengan waktu yang telah tersusun.
d. Penyediaan lokasi dan personil Pertolongan Pertama.

Dalam menangani pelaksanaan proyek yang terpaksa menggunakan bahan peledak, perlu
memperhatikan perencanaan jadwal khusus pekerjaan peledakan ini. Terutama untuk
pekerjaan persiapannya, yaitu berupa pengurusan ijin, sosialisasi kepada masyarakat
sekeliling, pengamanan dan pelaksanaannya. Disarankan agar pengurusan ijin ini
direncanakan waktunya yang aman, karena pekerjaan non teknis seperti ini sukar diprediksi
durasinya.

Gambar Gambar gudang bahan peledak pada proyek Dam Sampean Baru, Jawa Timur

139

Anda mungkin juga menyukai