Anda di halaman 1dari 4

BRUNEI DARUSSALAM

 Biografi
Brunei Darussalam adalah sebuah negara kecil yang sangat makmur di bagian utara Pulau
Borneo/Kalimantan dan berbatasan dengan Malaysia. Brunei terdiri dari dua bagian yang yang
dipisahkan di daratan oleh Malaysia. Nama Borneo berdasarkan nama negara ini, sebab pada
zaman dahulu kala, negeri ini sangat berkuasa di pulau ini.

Secara geografis, Brunei Darussalam adalah suatu negara di pantai Kalimantan, dengan
perbatasan Utara : Laut Cina Selatan, Selatan, Barat, Timur : Negara Malaysia bagian Serawak,
Luas Wilayah : 5.765 km2. Bahasa Melayu, Ibu kota: Bandar Seri Begawan, satuan mata uang
: Dolar Brunei.

Sebagian besar wilayah Brunei terdiri dari daratan. Dengan pantai berupa rawa-rawa dengan
hutan bakau, tetapi makin jauh kepedalaman tanah makin bukit-bukit dengan ketinggian
kurang dari 100 M. Diperbatasan dengan Serawak terdapat daerah berbukit dengan ketinggian
diatas 300M.

Penduduk di Brunei Darussalam, jumlah Penduduk di Brunei mencapai sekitar 470.000


orang. Presentase Agama di Brunei Darussalam yaitu Islam sekitar 63,4 %, Budha 14 %,
Kristen 9,7 %, lain-lain (12,9 %). Islam adalah agama resmi kerajaan Brunei Darusalam yang
dipimpin oleh Haji Hassanal Bolkiah Mu’izzaddin Waddaulah (1967-kini).

 Sumber Sejarah Islam Masuk di Brunei


1. Catatan tradisi lisan diperoleh dari Syair Awang Semaun yang menyebutkan
Brunei berasal dari perkataan baru nah yaitu setelah rombongan suku Sakai yang
dipimpin Pateh Berbai pergi ke Sungai Brunei mencari tempat untuk mendirikan negeri
baru. Setelah mendapatkan kawasan tersebut yang memiliki kedudukan sangat strategis
yaitu diapit oleh bukit, air, mudah untuk dikenali serta untuk transportasi dan kaya ikan
sebagai sumber pangan yang banyak di sungai, maka mereka pun mengucapkan
perkataan baru nah yang berarti tempat itu sangat baik, berkenan dan sesuai di hati
mereka untuk mendirikan negeri seperti yang mereka inginkan. Kemudian perkataan
baru nah itu lama kelamaan berubah menjadi Brunei. Diperkirakan Islam di Brunei
datang pada tahun 977 melalui jalur Timur Asteng oleh pedagang-pedagang dari negeri
Cina.
2. Batu Tarsilah, Catatan pada batu ini menggunakan bahasa Melayu dan huruf Arab.
Dengan penemuan itu, membuktikan adanya pedagang Arab yang datang ke Brunei
dan sekitar Borneo untuk menyebarkan dakwah Islam.Silsilah kerajaan Brunei
terdapat pada Batu Tarsilah yang menuliskan Silsilah Raja-Raja Brunei yang dimulai
dari Awang Alak Betatar, raja yang pertama kali memeluk agama Islam (1368) sampai
kepada Sultan Muhammad Tajuddin (Sultan Brunei ke-19).
3. Replika Stupa, menjelaskan bahwa agama Hindu-Buddha dahulu pernah dianut oleh
penduduk Brunei. Sebab telah menjadi kebiasaan dari para musafir agama tersebut,
apabila mereka sampai di suatu tempat, mereka akan mendirikan stupa sebagai tanda
serta pemberitahuan mengenai kedatangan mereka untuk mengembangkan agama
tersebut di tempat itu.
4. Replika batu nisan P’u Kung Chih Mu, batu nisan Rokayah binti Sultan Abdul
Majid ibni Hasan ibni Muhammad Shah Al-Sultan, dan batu nisan Sayid Alwi
Ba-Faqih (Mufaqih), menggambarkan mengenai kedatangan agama Islam di Brunei
yang dibawa oleh musafir, pedagang dan mubaligh-mubaliqh Islam, sehingga agama
Islam itu berpengaruh dan mendapat tempat baik penduduk lokal maupun keluarga
kerajaan Islam menjadi agama resmi negara semenjak Raja Awang Alak Betatar
masuk Islam.

 Sejarah Perkembangan Islam di Brunei Darussalam


1. Raja Awang Alak Betatar (1383-1402), ialah Raja Brunei yang pertama memeluk
Islam dengan gelar Paduka Seri Sultan Muhammad Shah. Dia terkenal sebagai
pengasas kerajaan Islam di Brunei dan Borneo. Awang Alak menganut Islam dari Syarif
Ali. Dikatakan, Syarif Ali adalah keturunan Ahlul Bait yang bersambung dengan
keluarga Rasulullah melalui cucu Baginda,Saidina Hassan. Pendekatan dakwah yang
dilakukan Syarif Ali tidak sekadar menarik hati Awang Alak, dakwahnya menambat
hati rakyat Brunei. Dengan kebaikan dan sumbangan besarnya dalam dakwah Islam di
Brunei, beliau dinikahkan dengan puteri Sultan Muhammad Shah (Awang Alak).
Setelah itu, beliau dilantik menjadi Sultan Brunei atas persetujuan pembesar dan rakyat
setempat.
2. Syarif Ali (1425-1432), Islam mulai berkembang dengan pesat di Kesultanan Brunai
sejak Syarif Ali diangkat menjadi Sultan ke-3 Brunai pada tahun 1425. Sultan Syarif
Ali adalah seorang Ahlul Bait dari keturunan cucu Rasulullah SAW, Hasan,
sebagaimana tercantum dalam Batu Tarsilah atau Prasasti dari abad ke-18 M yang
terdapat di Bandar Sri Begawan, ibu kota Brunai Darussalam. Selanjutnya, agama Islam
di Brunai Darussalam terus berkembang pesat. Sejak Malaka yang dikenal sebagai
pusat penyebaran dan kebudayaan Islam jatuh ke tangan Portugis tahun 1511, banyak
ahli agama Islam yang pindah ke Brunai. Masuknya para ahli agama membuat
perkembangan Islam semakin cepat menyebar ke masyarakat. Syarif Ali gigih
mendaulatkan agama Islam, diantaranya membina masjid dan melaksanakan hukum
Islam dalam pentadbiran negara. Kegiatan membina masjid ini dijadikan pusat kegiatan
keagamaan dan penyebaran Islam.
3. Sultan Bolkiah (1485-1524), Kemajuan dan perkembangan Islam semakin nyata pada
masa pemerintahan Sultan ke-5, yaitu Sultan Bolkiah (1485 – 1524), yang wilayahnya
meliputi Suluk, Selandung, seluruh pulau Kalimantan (Borneo), kepulauan Sulu,
Kepulauan Balabac, Pulau Banggi, Pulau Balambangan, Matani dan Utara Pulau
Pahlawan sampai ke Manila.
4. Sultan Muhammad Hasan (1582-1598) Sultan ke-9, dilakukan beberapa hal yang
menyangkut tata pemerintahan, pertama, menyusun Institusi-institusi pemerintahan
agama, karena agama memainkan peranan penting dalam memandu negara Brunei
kearah kesejahteraan. Kedua, menyusun adat istiadat yang dipakai dalam semua
upacara, baik suka maupun duka. Di samping menciptakan atribut kebesaran raja dan
perhiasan raja. Ketiga, memuatkan UU Islam yaitu Hukum Qanun yang mengandung
46 pasal dan 6 bagian, diperkuat sebagai undang-undang dasar negara. Aturan adat
istiadat kerajaan dan istana tersebut masih kekal hingga sekarang. Keempat Sultan
Hassan juga telah melakukan usaha penyempurnaan pemerintahan, antara lain dengan
membentuk Majelis Agama Islam atas dasar Undang- Undang Agama dan Mahkamah
Qadhi tahun 1955. Majelis ini bertugas memberikan dan menasihati sultan dalam
masalah agama dan ideologi negara. Kelima, dibentuk Jabatan Hal Ehwal Agama yang
tugasnya menyebarluaskan paham Islam, baik kepada pemerintah beserta aparatnya
maupun kepada masyarakat luas.
 Brunei Darussalam Pada Masa Penjajahan Inggris
Pada Tahun 1839, James Brooke dari Inggris datang ke Serawak dan menjadi raja di
sana serta menyerang Brunai, sehingga Brunai kehilangan kekuasaannya atas Serawak. Pada
tanggal 19 Desember 1846, pulau Labuan dan sekitarnya diserahkan kepada James Brooke.
Sedikit demi sedikit wilayah Brunai jatuh ke tangan Inggris melalui perusahaan-perusahaan
dagang dan pemerintahannya sampai dengan wilayah Brunai kelak berdiri sendiri di bawah
protektorat Inggris di tahun 1984.
Pada saat yang sama, Persekutuan Borneo Utara Britania sedang meluaskan
penguasaannya di Timur Laut Borneo. Pada tahun 1888, Brunai menjadi sebuah negeri di
bawah perlindungan kerajaan Britania dengan kedaulatan dalam negerinya, tetapi dengan
urusan luar negeri tetap diawasi Britania. Pada tahun 1906, Brunai menerima suatu langkah
perluasan kekuasaan Britania saat kekuasaan eksekutif dipindahkan kepada seorang residen
Britania, yang bertugas menasehati baginda Sultan dalam semua perkara, kecuali hal yang
bersangkutan dengan adat istiadat setempat dan agama.
Pada 4 Januari 1979, Brunai dan Britania Raya telah menandatangani Perjanjian
Kerjasama dan Persahabatan. Perjanjian tersebut berisi 6 pasal. Akhirnya setelah 96 tahun
di bawah pemerintahan Inggris Brunai resmi menjadi negara merdeka di bawah Sultan
Hassanal Bolkiah pada 1 Januari 1984, Brunai Darussalam telah berhasil mencapai
kemerdekaan sepenuhnya.

 Islam di Brunei Darussalam Setelah Merdeka


Setelah merdeka Brunai menjadi sebuah negara Melayu Islam Baraja. “Melayu”
diartikan dengan negara Melayu yang mengamalkan nilai-nilai tradisi atau kebudayaan
Melayu yang memiliki unsur-unsur kebaikan dan menguntungkan. “Islam” diartikan
sebagai suatu kepercayaan yang dianut negara yang bermadzhab Ahlussunnah wal Jama’ah
sesuai konstitusi dan cita-cita kemerdekaannya. “Baraja” adalah suatu sistem tradisi
Melayu yang telah lama ada.

Brunai merdeka sebagai negara Islam di bawah pimpinan sultan ke- 29, yaitu Sultan
Hassanal Bolkiah Mu’izzuddin wad Daulah. Panggilan resmi kenegaraan sultan adalah
Yang Maha Mulia Paduka Sri Baginda. Gelar Mu’izzuddin wad Daulah (penata agama dan
negara) menunjukkan ciri keislaman yang selalu melekat pada setiap raja yang memerintah.

Kerajaan Brunai Darussalam adalah negara yang memiliki corak pemerintahan


monarki konstitusional dengan Sultan yang menjabat sebagai Kepala Negara dan Kepala
Pemerintahan, merangkap sebagai Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan dengan
dibantu oleh Dewan Penasihat Kesultanan dan beberapa Menteri, yang dipilih dan diketuai
oleh Sultan sendiri. Untuk kepentingan penelitian agama Islam, pada tanggal 16 September
1985 didirikan pusat dakwah yang juga bertugas melaksanakan program dakwah serta
pendidikan kepada pegawai-pegawai agama serta masyarakat luas dan pusat pameran
perkembangan dunia Islam.

Di Brunai, orang-orang cacat dan anak yatim menjadi tanggungan negara. Seluruh
pendidikan rakyat (dari TK sampai Perguruan Tinggi) dan pelayanan kesehatan diberikan
secara gratis. Pihak kerajaan memainkan peranan penting dalam perkembangan Islam.
Keislaman di Brunai Darussalam jelas terlihat pada saat hari-hari besar Islam, seperti
Maulid Nabi SAW, Nuzulul Quran, dan Isra Mi’raj. Setiap hari besar Islam, pihak
Kesultanan Brunai selalu menyelenggarakan acara perayaan. Bahkan, Sultan Hassanal
Bolkiah selaku pemimpin negara mewajibkan para pegawai kerajaan untuk menghadiri
peringatan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai