Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
sebagai bahasa pengantar (lingua franca) perdagangan, antara pedagang dari suku
Sriwijaya, yang bebasis di Sumatera bagian selatan, dan berjaya antara abad ke
7 hingga 11 Masehi.
serapan dari bahasa Sansekerta, sebagai pengaruh dari kebudayaan India dan
Pada masa kesultanan Malaka, yang berdiri pada 1400 hingga 1511,
digunakan sebagai bahasa pengantar dalam penyebaran agama Islam. Pada masa ini,
penjajahan dan penyebaran agama Kristen. Dalam masa ini, bahasa Melayu menyerap
kata serapan dari bahasa Spanyol, Portugis, Belanda, dan Inggris. Secara tidak
langsung, bahasa Melayu juga banyak menyerap kata dari bahsa Yunani dan Latin
Oktober 1928. Kemudian bahasa Indonesia diberikan pengakuan resmia dalam UUD
1945 pasal 36, yang menyatakan bahwa “Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.”
https://brainly.co.id/tugas/168193
KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA DI NEGARA INDONESIA
Bahasa Persatuan
Bahasa persatuan adalah pemersatu suku bangsa, yaitu pemersatu suku, agama, rasa
dan antar golongan (SARA) bagi suku bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Fungsi pemersatu ini (heterogenitas/kebhinekaan) sudah dicanangkan dalam Sumpah
Pemuda 28 Oktober 1928.
Bahasa Nasional
Bahasa Nasional adalah fungsi jati diri Bangsa Indonesia bila berkomunikasi pada dunia
luar Indonesia. Fungsi bahasa nasional ini dirinci atas bagian berikut:
1.Lambang kebanggaan kebangsaan Indonesia
2.Identitas nasional dimata internasional
3.Sarana hubungan antarwarga, antardaerah, dan antar budaya, dan
4. Pemersatu lapisan masyarakat: sosial, budaya, suku bangsa, dan bahasa.
Bahasa negara
Bahasa negara adalah bahasa yang digunakan dalam administrasi negara untuk berbagai
aktivitas dengan rincian berikut:
1. Fungsi bahasa sebagai administrasi kenegaraan,
2. Fungsi bahasa sebagai pengantar resmi belajar di sekolah dan perguruan tinggi,
3. Fungsi bahasa sebagai perencanaan dan pelaksanaan pembangunan bagai negara
Indonesi sebagai negara berkembang
4. Fungsi bahsa sebagai bahasa resmi berkebudayaan dan ilmu teknologi (ILTEK)
Bahasa Baku
Bahasa baku (bahasa standar) merupakan bahasa yang digunakan dalam pertemuan
sangat resmi. Fungsi bahasa baku itu berfungsi sebagai berikut:
1. Pemersatu sosial, budaya, dan bahasa,
2. Penanda kepribadian bersuara dan berkomunikasi,
3. Penambah kewibawaan sebagai pejabat dan intelektual,
4. Penanda acuan ilmiah dan penuisan tulisan ilmiah.
Keempat posisi atau kedudukan bahasa Indonesia itu mempunyai fungsi keterkaitan
antar unsur. Posisi dan fungsi tersebut merupakan kekuatan bangsa Indonesia dan
merupakan jati diri Bangsa Indonesia yang kokoh dan mandiri.
Dengan keempat posisi itu, bahasa Indonesia sangat dikenal di mata dunia, khususnya tingkat
regional ASEAN, dengan mengedepankan posisi dan fungsi bahaasa Indonesia,
eksistensi bahasa Indonesia diperkuat dengan latar belakang sejarah yang runtut dan
argumentatif.
http://roisah.weebly.com/fungsi-dan-kedudukan-bahasa-indonesia.html
PROBLEMATIK NAHASA INDONESIA DARI SEGI FONOLOGI
2. Pada konsonan
Kesalahan pengucapan pada konsonan sesuai dengan aslinya, konsonan dalam bahasa
Indonesia dapat dikategorikan berdasarkan 3 faktor, yakni : (1). Keadaan pita suara, (2).
Daerah artikulasi, dan (3). Cara artikulasi.
a. Keadaan Pita Suara
Karakteristik dari konsonan adalah diucapkan dengan saluran suara yang lebih konstriksi.
Ada konsonan yang diucapkan dengan saluran suara yang ditutup secara sesaat, yang lainnya
diucapkan dengan penutupan saluran suara pada titik-titik tertentu.
b. Daerah Artikulasi
Artikulasi atau pembentukan vokal, dimana udara yang berasal dari pernafasan melalui
pita suara dan kaviti-kaviti yang ada dibentuk menjadi suara yang dipakai untuk berbicara
dibantu oleh organ-organ bicara seperti bibir, lidah gigi dan sebagainya.
Artikulasi Vowel (Huruf Hidup). Karakteristik dari Vowel adalah diucapkan dengan saluran
suara yang terbuka (open vocal tract). Secara umum dapat dijelaskan dari posisi lidah, bibir
dan pharynx.
Artikulasi Konsonan (Huruf Mati). Karakteristik dari konsonan adalah diucapkan dengan
saluran suara yang lebih konstriksi. Ada konsonan yang diucapkan dengan saluran suara yang
ditutup secara sesaat, yang lainnya diucapkan dengan penutupan saluran suara pada titik-titik
tertentu.
c. Cara artikulasi
Kesulitan pada Artikulasi atau pengucapan, biasanya dapat dibagi menjadi: substitution
(penggantian), misalnya: rumah menjadi lumah, l/t; orrission (penghilangan), misalnya: sapu
menjadi apic, distortion (pengucapan untuk konsonan terdistorsi); indistinct (tidak jelas); dan
addition (penambahan).
Pada kasus ini, seseorang yang mengalami kesulitan artikulasi sehingga dikatakan melakukan
kesalahan dalam berbahasa, biasanya diberi sebutan “celat”.
Alternatif pembenarannya:
a) Situasi ini membingungkan anak-anak dan sangat mempengaruhi mereka.
b) Saya berbicara dengan sopir ketika sudah di dalam taksi. Dia sudah menjadi sopir selama
enam tahun.
c) Ada banyak penjual dan pembeli di dalam pasar itu.
d) Kami meningglkan SMA 3 kira-kira pada jam sepuluh malam.
e) Pada jam empat, kami berangkat dari Hotel Radisson dan pergi ke Candi Prambanan.
f) Setelah itu, sopir bis mengantar kami ke tempat yang ramai.
g) Di Inggris, masalah disiplin lebih jelek, misalnya ketidakhadiran ke sekolah,
keterlambatan masuk sekolah dan kekerasan.
h) Menurut tradisi, orang Batak adalah petani padi, tetapi sekarang ekonomi masyarakat
Batak lebih baik dengan perkebunan karet dan kopi.
Alternatif pembenarannya:
(1) Hari ini adalah hari yang menarik.
(2) Keluarga adalah kesatuan sosial yang paling penting bagi orang Batak Toba.
(3) Ini bernama ‘Ngelangkahi’.
(4) Kadang-kadang, orang yang baru datang menjadi terkejut karena mereka berharap mimpi
mereka terpenuhi.
(5) Jamu saset yang belum komplit harus dicampur dengan bahan-bahan lain seperti beras
kencur, anggur merah, madu, dll.
(6) Pada tanggal 16 September, sebuah tulisan di halaman sembilan memberi kesan bahwa
pendidikan musik diperlukan sebagai dasar yang baik untuk pendidikan humaniora.
(7) Kedua bentuk polusi ini berasal dari industri.
(8) Mayoritas orang-orang yang berbicara dengan saya adalah sopir taksi dan juga tetangga
saya di desa.
(9) Pesawat terbang itu dirakit oleh pegawai British Aerospace dengan onderdil dari Indonesia.
(10) Dia mengajar sesuai dengan Kurikulum SMA yang sama di setiap sekolah.
http://suryaekasetiawan.blogspot.com/2011/05/kesalahan-kesalahan-berbahasa-
indonesia.html
PTOBLEMATIKA BAHASA INDONESIA DARI SEGI SINTAKSIS
Menurut Sofa (2008) bahwa Kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau penyimpangan
struktur frasa, klausa, atau kalimat, serta ketidaktepatan pemakaian partikel. Analisis
kesalahan dalam bidang tata kalimat menyangkut urutan kata, kepaduan, susunan frase,
kepaduan kalimat, dan logika kalimat (Lubis Grafura : Untuk dapat menyusun kalimat yang
baik, kita harus menguasai kaidah tata kalimat (sintaksis). Hal ini disebabkan tata kalimat
menduduki posisi penting dalam ilmu bahasa.
Kalimat adalah serangkaian kata yang tersusun secara bersistem sesuai dengan kaidah yang
berlaku untuk mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan yang relatif lengkap
(Werdiningsih, 2006:77-79) dalam (Budi Santoso). Kesatuan kalimat dalam bahasa tulis
dimulai dari penggunaan huruf kapital pada awal kalimat dan diakhiri dengan penggunaan
tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru pada akhir kalimat. (Werdiningsih, 2006:78) dalam
(Budi Santoso) mengungkapkan bahwa sebuah kalimat dikatakan efektif jika dapat
mendukung fungsinya sebagai alat komunikasi yang efektif. Maksudnya bahwa kalimat
tersebut mampu mengungkapkan gagasan, pikiran, dan gagasan secara jelas sehingga
terungkap oleh pembaca sebagaimana diinginkan.
Menurut Arifin (2001: 116) sebuah kalimat hendaknya berisikan suatu gagasan atau ide. Agar
gagasan atau ide sebuah kalimat dapt dipahami pembaca, fungsi bagian kalimat yang meliputi
subjek, predikat, objek, dan keterangan harus tampak dengan jelas (eksplisit). Di samping
unsur eksplisit kalimat harus dirakit secara logis dan teratur.
Pateda (1989 : 58) menyatakan bahwa kesalahan pada daerah sintaksis berhubungan erat
dengan kesalahan pada morfologi, karena kalimat berunsurkan kata-kata itu sebabnya daerah
kesalahan sintaksis berhubungan misalnya dengan kalimat yang berstruktur tidak baku,
kalimat yang ambigu, kalimat yang tidak jelas, diksi yang tidak tepat yang menbentuk
kalimat, kalimat mubazir, kata serapan yang digunakan di dalam kalimat dan logika kalimat.
Menurut Sungkar Kartopati (2010) dalam pembelajaran bidang sintaksis terdapat 4 aspek
yang berhubungan dengan analisis kesalahn berbahasa, yaitu :
Kalimat merupakan satuan kata yang mengandung gagasan yang menjadi pokok yang
didengar. Dari kegiatan mendengarkan tersebut respon atau tanggapan yang diharapkan dapat
berupa aspek keterampilan yang bersifat produktif misalnya menulis atau berbicara. Dalam
kegiatan atau sesuatu yang didengar tersebut diharapkan si pendengar dapat menyimpulkan
sesuatu yang didengar dalam kalimat yang benar pula. Sebagai contoh dalam sebuah Tujuan
Pembelajaran dijelaskan bahwa hasil yang diharapkan adalah siswa mampu menyimpulkan
isi berita dari bahan dengaran ke dalam beberapa kalimat dan menuliskan kembali berita yang
dari bahan dengaran dalam beberapa kalimat.
Untuk dapat mencapai tujuan tersebut siswa tentu saja harus mempunyai pengetahuan yang
cukup tentang kalimat dan unsur-unsur pembentuknya. Bagaimana membuat kalimat yang
efektif dan mudah dipahami oleh orang lain. Untuk mengajarkan kalimat kepada siswa guru
dapat menggunakan menggunakan metode-metode yang komunikatif dan melibatkan siswa
secara langsung dalam membuat atau menganalisis kalimat.
Kecermatan dalam menyusun kalimat merupakan syarat bagi siswa ketika berbicara agar
gagasan atau ide yang ingin disampaikan dapat dipahami oleh pendengar dengan baik.
Pengetahuan tentang seluk beluk kalimat, baik jenis kalimat maupun keefektifan dalam
menyusun sebuah kalimat sangatlah perlu. Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang
berhubungan dengan cara berpikir logis, yaitu prinsip kausalitas yang menanyakan apakah A
menjelaskan B, ataukah B yang menjelaskan A. Logika kausalitas ini kalau diterjemahkan ke
dalam kalimat menjadi susunan subjek (yang menerangkan) dan predikat (yang diterangkan).
Bentuk kalimat ini bukan hanya menyangkut persoalan teknis kebenaran tata bahasa, tetapi
juga menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat.
Dalam kalimat yang berstruktur aktif, seseorang menjadi subjek dari pernyataannya,
sedangkan dalam kalimat pasif seseorang menjadi objek dari pernyataannya. Contoh kasus
seoarang guru yang sedang menasihati siswa dapat disusun ke dalam bentuk kalimat pasif
juga aktif. Kalimat guru menasehati siswa menempatkan guru sebagai subjek. Dengan
menempatkan guru di awal kalimat, memberi klarifikasi atas kesalahan siswa. Sebaliknya
kalimat siswa dinasehati guru, guru ditempatkan tersembunyi. Makna yang muncul dari
susunan kalimat ini berbeda karena posisi sentral dalam kedua kalimat ini adalah guru.
Struktur kalimat bisa dibuat aktif atau pasif, tetapi umumnya pokok yang dianggap penting
selalu ditempatkan diawal kalimat.
Sintaksis atau tata kalimat yang mewajibkan siswa untuk dapat menyusun kalimat secara
efektif dan mudah dipahami. Dalam pelaksanaan pembelajaran siswa seringkali mengalami
kesulitan dalam membuat kalimat sehingga menimbulkan kesalahan-kesalahan yang
menyebabkan gagasan yang ingin disampaikan tidak dapat dipahami oleh pembaca. Siswa
membuatnya menjadi Hasil dari pada pembangunan harus kita nikmati, secara langsung guru
pasti akan melihat pada kesalahan penggunaan kata daripada. Sintaksis dalam pembelajaran
menulis dapat dikemas dalam berbagai teknik pembelajaran yang menarik, misalnya dengan
menulis berantai, yaitu guru memberikan satu kalimat pembuka dan siswa diminta untuk
melanjutkan kalimat tersebut, selain itu untuk menulis cerita guru dapat meminta siswa
membuat paragraf pembuka atau penutup. Dengan demikian siswa akan tertarik untuk
menulis.
Membaca kalimat diatas pasti kita mengatakan bahwa kalimat itu salah. Kalimat tersebut
berbunyi “ Kesalahan orang itu yaitu ialah mencuri “. Poerwadarminta (1976:367) dalam
Pateda (1989 : 60) menyatakan bahwa kata “ialah” bermakna “yaitu”, dan kata “yaitu”
bermakna “ialah”. Dengan demikian kalimat diatas dapat diperbaiki menjadi :
“ Para sodara jamaah pengajian sekalian yang kita hormati,….. Kita bersyukur kepada
para pelantara agama yang mana pada beliau-beliau itu begitu gigih memperjuangkan
agama….”
Kita lihat kesalahan yang sering kita jumpai ini adalah kerancuan atau gejala pleonasme
dalam penjamakan. Kata / para / yang sudah menunjukkan lebih dari satu sering digabungkan
dengan kata / sekalian / atau diulang misalnya / para pengurus-pengurus, para bapak-bapak,
dan sebagainya yang sudah sama-sama bermakna banyak. Demikian pula akhiran asing /-in /
pada kata hadirin, ini juga sudah menandakan banyak. Kesalahan serupa sering kita simak
misalnya pada saat ada pertunjukkan hiburan di lapangan, pembawa acara menyambut
penampilan penyanyi idola mereka dengan ucapan “ Baiklah para hadirin sekalian, kita
sambut penyanyi kesayangan kita…..” Bentuk yang benar adalah para hadir ( tetapi kurang
baik, kurang lazim ), sehingga bentuk yang baik dan benar adalah cukup hadirin atau
ditambah dengan kata sifat yang berbahagia. Dalam pengajian bisa menggunakan sapaan
Hadirin yang berbahagia, Bapak/ Ibu sekalian, Bapak/ Ibu/ Saudara sekalian yang saya
hormati, Saudara-saudara yang berbahagia, Para Saudara jamaah pengajian yang berbahagia
atau yang mengharap rida Allah, yang dimulyakan Allah, dan sebagainya. Bentuk sapaan
sodara dalam pengucapan memang alih-alih menjadi bunyi / o /, padahal dalam penulisan dan
juga pelafalan yang tepat adalah saudara ( secara etimologi berasal dari bahasa Sansekerta
yakni / sa / yang berarti satu dan / udara / yang berarti perut, jadi artinya adalah satu perut
atau berasal dari satu perut ibu seperti kakak, adik. Lama-kelamaan kata itu meluas
penggunaanya. Demikian pula kata / ibu /, / bapak / yang dialamatkan hanya pada lingkungan
keluarga saja (Inta Sahrudin : 2008)