Telah dirawat pasien perempuan usia 21 tahun di bangsal penyakit dalam RSUP
dr. M. Djamil Padang, sejak tanggal 30 Desember 2018 pukul 03:00 WIB dengan:
Keluhan utama: Bercak kemerahan pada tubuh sejak 3 hari sebelum masuk
rumah sakit.
1
Pasien sedang hamil anak ketiga dengan usia kehamilan 27-28 minggu
Pasien baru dikenal menderita SIDA dan telah mendapatkan ARV Duviral 2
x1tab dan Neviral 1x200mg selama 2 minggu dari Poli VCT RSUP Dr M
Djamil Padang. Riwayat meminum obat paracetamol 1 butir dibeli sendiri di
apotek 3 hari sebelum masuk rumah sakit, beberapa jam setelah itu timbul
kulit kemerahan disertai rasa gatal. Kemudian berobat ke puskesmas sijunjung
dan langsung dirujuk ke RSUP Dr. M. Djamil untuk tatalaksana lebih lanjut.
2
Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, Status Perkawinan dan Kebiasaan
Pasien merupakan ibu rumah tanggga.
Riwayat pendidikan terakhir tidak tamat SD.
Pasien tergolong keluarga dengan sosial ekonomi menengah ke bawah.
Riwayat pernikahan:
Pernikahan pertama saat pasien berusia 14 tahun. Saat itu Suami berusia
24 tahun bekerja di pertambangan Kalimantan dan mempunyai 2 orang
anak. Kemudian bercerai tahun 2015. Suami pertama diketahui meninggal
1 tahun yang lalu, sebelumnya menderita batuk-batuk lama dan penurunan
berat badan, status HIV tidak diketahui.
Pernikahan kedua pada bulan April 2018, suami kedua bekerja sebagai
buruh di kapal. Suami pasien memiliki tatto, konsumsi alkohol dan
narkoba sabu serta terdapat riwayat sex bebas dengan PSK. Status HIV
suami kedua negatif pada bulan Desember 2018.
Riwayat Persalinan:
Anak pertama: Laki-laki, persalinan lahir normal oleh bidan, cukup bulan,
berat badan lahir 4000 gr, lahir tahun 2013. Status HIV negatif.
Anak kedua: Perempuan, persalinan lahir normal oleh bidan, 10 bulan
berat badan lahir 3800 gr, lahir tahun 2015 Status HIV negatif.
Pasien tinggal bersama suami kedua di daerah Sijunjung. Rumah
permanen, lantai semen, , MCK baik dan ventilasi kurang. Sumber air minum
dari air sumur yang dimasak.
Riwayat Sex bebas dengan teman laki-lakinya 2x pada tahun 2016
Riwayat penggunaan narkoba suntik maupun tatoo disangkal.
Pemeriksaan Umum
Kesadaraan : Komposmentis koperatif
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Frekuensi Nadi : 110x/menit, teratur, pengisian cukup
3
Frekuensi Nafas : 20 x/menit
Suhu : 39,4 0C
VAS :4
Berat Badan : 55 kg (sebelum kehamilan) 61,7 kg (saat hamil)
Tinggi Badan : 162 cm
BMI : 21,48 (Normoweight)
Ikterus : (-)
Edema : (-)
Anemis : (-)
Kulit : Status Dermatologikus :
Lokasi : Wajah, Dada, Perut, kedua
Tangan, dan kedua kaki
Distribusi : Regional
Bentuk/Susunan : Tidak khas/ tidak khas
Batas : Tidak tegas
Ukuran : Lentikuler, plakat
Effloresensi : Papul-papul eritem, plak eritem
KGB : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Kepala : Normocephal
Rambut : Tidak mudah dicabut dan tidak mudah patah
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor,
refleks cahaya (+/+)
Telinga : Nyeri tekan tragus dan nyeri tekan mastoid tidak ada
Hidung : Deviasi septum (-)
Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tidak hiperemis
Gigi dan Mulut : caries (+), mukosa mulut basah, candidiasis oral (-)
Leher : JVP 5-2 cmH20, kelenjar tiroid tidak membesar
Thoraks :
Paru
Paru depan
Inspeksi : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis
Palpasi : Fremitus kiri sama dengan kanan.
4
Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru, batas pekak hepar RIC V
dekstra
Auskultasi : Vesikuler, ronkhi (-/-)wheezing (-/-)
Paru belakang
Inspeksi : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis
Palpasi : Fremitus kiri sama dengan kanan.
Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru, peranjakan paru 2 jari
Auskultasi : Vesikuler, ronkhi (-/-)wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus tidak terlihat
Palpasi : Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V, luas 1 jari
Perkusi : Batas jantung kanan : LSD, Atas : RIC II,
batas jantung kiri 1 jari medial LMCS RIC V
Auskultasi : Irama teratur, bising (-)
Abdomen : Status Obstetrikus
Inspeksi : Tampak membuncit sesuai usia kehamilan
Palpasi : Hepar dan Lien sulit dinilai. Fundus uteri teraba 3 jari
diatas pusat. ballotement (-), his (-). DJJ :140-150
x/menit
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Bising usus positif normal.
Punggung : Nyeri tekan dan nyeri ketok costovertebra angle(-/-)
Alat kelamin dan Anus: vulva dan uretra tenang, perdarahan pervaginam (-)
Anggota Gerak : Edema (-/-)Reflek fisiologis (+/+), reflek patologis (-/-),
5
Eritrosit Anisositosis, normokrom
Leukosit Jumlah menurun, eosinofilia, limfopenia , shift to the right
Trombosit Jumlah dan morfologi normal
Kesan Anemia ringan, anisositosis normokrom, leukopenia dengan
LED
Urinalisa
Makroskopis Mikroskopis Kimia
Warna Kuning Leukosit 0-1/LPB Protein Negatif
Kekeruhan Negatif Eritrosit 0-1/LPB Glukosa Negatif
BJ 1,005 Silinder negatif Bilirubin Negatif
pH 7,0 Kristal negatif Urobilinogen Positif
Epitel Gepeng (+)
Kesan : Dalam batas normal
Feses :
Makroskopis Mikroskopis
Warna coklat Leukosit 0-1 /LPB
Konsisten lunak Eritrosit 0-1 /LPB
Darah Negatif Amuba Negatif
Lendir Negatif Telur cacing Negatif
Kesan : Dalam batas normal
Daftar Masalah
Ruam makulopapular
Demam
HIV
Gravid
Leukopenia
Eosinofilia
Limfopenia
Peningkatan LED
Diagnosis Primer :
Erupsi Alergi Obat ec Susp Paracetamol
6
Diagnosis Sekunder :
Malaria
HIV Stadium klinis 2 dalam Terapi ARV
G3P2AOH2 Gravid preterm 27-28 minggu Janin Hidup Tunggal Intrauterin
Diagnosis Banding :
Erupsi Alergi Obat ec Neviral
Hiper Ig E
Terapi :
Istirahat/ ML TKTP/ 2300 kal
(karbohidrat 1490 kal , protein 460 kal , lemak 345 kal)
IVFD NaCl 0,9% 8 jam/kolf
Neviral 2 x 200 mg po
Duviral 2x1 tab po
Cetirizine 1 x10 mg po
Ibuprofen 3x400mg po
Pemeriksaan Anjuran
Faal hepar (albumin, globulin, bilirubin total, bilirubin indirek, bilirubin
direk, SGOT,SGPT)
Malaria
Ig E Total
FOLLOW UP
Tanggal 31 Desember 2018 (jam 07:00 WIB)
S/ Demam ada, Gatal berkurang, kulit bercak kemerahan masih ada, nafsu
makan berkurang,
O/
KU Kesadaran TD Nadi Nafas Suhu
Sedang CMC 110/80 82 x/menit 22 x/menit 37,8 0C
VAS : 3
7
Keluar Hasil Laboratorium
SGOT : 46 u/l
SGPT : 6 u/l
Malaria : Troposoid plasmodium vivax (+) positif
Kesan : Malaria Vivax
8
Genetalia : vulva dan uretra tenang, perdarahan pervaginam (-)
Kesan : G3P2A0H2 gravid preterm 27-28 minggu Janin Hidup Tunggal
Intrauterin + Letak sungsang
Advis : Kontrol denyut jantung janin berkala
Kontrol tanda-tanda infeksi
Terapi sesuai TS
A/
Erupsi alergi obat tipe makulopapular ec susp paracetamol
Malaria Vivax
HIV Stadium Klinis 2 dalam terapi ARV
G3P2A0H2 gravid Preterm 27-28 minggu Janin Hidup Tunggal Intrauterin
+ Letak sungsang
P/
Istirahat/ ML TKTP/ 2300 kal
(karbohidrat 1490 kal , protein 460 kal , lemak 345 kal)
IVFD NaCl 0,9% 8 jam/kolf
Inj Methylprednisolone 2 x 62,5 mg selama 3 hari
Dihydroartemisin 1 x3 tab po (selama 3 hari)
Neviral 2 x 200 mg po
Duviral 2x1 tab po
Ibuprofen 3x400mg po
Cetirizine 1 x10 mg po
Hidrcortison cream 2,5 % 2x sehari (sue)
Cek Ig E total
9
Keluar Hasil Laboratorium
Hemoglobin : 9,0 g/dl
Leukosit : 3.420 /mm3
Hematokrit : 26 %
Trombosit : 199.000 /mm3
Retikulosit : 0,7 %
MCV : 94 fl
MCH : 29 pg
MCHC : 31 %
Diff Count : 0/1/2/77/13/7
Total Ig E : 184 IU/mL
(nilai normal <87 IU/ mL)
Gambaran Darah Tepi
Eritrosit Anisositosis, normokrom
Leukosit Jumlah menurun, limfopenia , morfologi normal
Trombosit Jumlah dan morfologi normal
Kesan Anemia ringan, normositik normokrom,
Total Ig E
10
A/
Erupsi Alergi Obat ec susp paracetamol (perbaikan)
Malaria Vivax
HIV Stadium Klinis2 dalam terapi ARV
G3P2A0H2 gravid Preterm 27-28 minggu
Anemia ringan normositik normokrom ec Malaria dan Zidovudine
P/
Istirahat/ ML TKTP/ 2300 kal
(karbohidrat 1490 kal , protein 460 kal , lemak 345 kal)
IVFD NaCl 0,9% 8 jam/kolf
Methylprednisolone 1 x 4 mg po
Neviral 2 x 200 mg po
Lamivudin 2x 150 mg po
Tenofovir 1 x 300 mg po
Cetrizin 1 x10 mg po
Hidrcortison cream 2,5 % 2x sehari (sue)
Tranfusi PRC target Hb ≥ 10 g/dl
Cek Benzidine test
Cek SI/TIBC/ Feritin
11
Ferritin : 102 ug/L
Benzidine tes : Negatif
Kesan : Dalam batas normal
A/
Erupsi Alergi Obat ec susp paracetamol (perbaikan)
Malaria Vivax
HIV Stadium Klinis 2 dalam terapi ARV
G3P2A0H2 gravid Preterm 27-28 minggu
Anemia ringan normositik normokrom ec Malaria dan Zidovudine
(perbaikan)
P/
Methylprednisolone 1 x 4 mg po
Neviral 2 x 200 mg po
Lamivudin 2x 150 mg po
Tenofovir 1 x 300 mg po
Cetirizine 1 x10 mg po
12
Anemia ringan normositik normokrom ec Malaria dan Zidovudine
(perbaikan)
P/
Rawat jalan
Obat Pulang:
o Methylprednisolone 1 x 4 mg po
o Neviral 2 x 200 mg po
o Lamivudin 2x 150 mg po
o Tenofovir 1 x 300 mg po
o Cetirizine 1 x10 mg po
13
DISKUSI
14
albumin.2,16,17 Keadaan malnutrisi pada pasien salah satu yang meningkatkan
mortalitas pada kasus abses hepar. Salah satu fungsi hati adalah menyimpan atau
mentransformasikan semua nutrient langsung dari traktus gastrointestinal menjadi
zat-zat kimia untuk keperluan metabolik. Hal ini dikaitkan dengan kejadian abses
hepar dengan malnutrisi. Abses menyebabkan metabolisme hati menurun
sehingga menimbulkan hipoalbuminemia.
Pemberian metronidazole masih merupakan pilihan pertama pengobatan
abses hati amubik. Pada pasien ini pemberian metronidazole mendapatkan respon
yang baik dengan adanya perbaikan secara klinis pasien serta dari pemeriksaan
laboratorium. Aspirasi jarum perkutan dilakukan pada pasien ini mengingat
ukuran abses yang besar sehingga memiliki resiko untuk pecah dan menyebabkan
komplikasi yang dapat mengakibatkan kematian. Aspirasi jarum adalah tindakan
yang aman dan tidak menimbulkan komplikasi yang besar. Aspirasi jarum
perkutan bersama dengan pemberian metronidazole dapat mempercepat perbaikan
klinis terutama pada abses yang besar (5-10 cm) pada pasien dengan abses hati
amubik5,18
Dari aspirasi dikeluarkan 20 cc cairan abses yang berwarna merah
kecoklatan atau anchovy paste khas untuk abses yang disebabkan amuba.
Dilakukan kultur abses dan tidak ditemukan adanya pertumbuhan kuman sehingga
hasil ini semakin memperjelas diagnosis abses hati amubik pada pasien.
Pada pasien juga datang dengan keluhan dyspepsia. Menurut Roma III
dispepsia adalah suatu penyakit dengan satu atau lebih gejala yang berhubungan
gangguan di gastroduodenal: (1) nyeri epigastrium (2) rasa terbakar di epigastrium
(3) rasa penuh atau tidak nyaman setelah makan (4) rasa cepat kenyang. Serta
pada pasien terdapat tanda bahaya pada dispepsia yaitu (1) Anemia (2) demam (3)
massa daerah abdomen bagian atas, (4) dispepsia awitan baru pada pasien di atas
45 tahun. Oleh sebab itu dilakukan pemeriksaan endoskopi pada pasien ini.
Pada pemeriksaan elektrolit pada pasien didapatkan natrium rendah dari
normal yaitu <135 mEq/L. Serta didapatkan nilai osmolaritas yang rendah
<280mOsm/kg maka pasien ditegakkan dengan hiponatema hipoosmolaritas.
Penyebab Hiponatremia hipoosmolaritas hipovolemik harus dibedakan apakah
terjadi kelainan ginjal atau di luar renal dengan pemeriksaan elektrolit urin. Hasil
15
Natrium urin >20 mEq/L pada kondisi hipovolemik menandakan kehilangan
banyak natrium di ginjal, namun pada kondisi euvolemik menandakan kelainan
SIADH (Syndrome of inappropriate antidiuretic hormone secretion) maupun.
difisiensi glucorticoid.
Penyakit abses hepar amubik ditularkan melalui jalur fecal-oral, sehingga
penting ditanamkan edukasi tentang pencegahan penularan pada pasien dan
keluarga. Edukasi diberikan agar pasien selalu mencuci tangan sebelum
menyentuh makanan, sebelum memasak dan setelah buang air besar; mencuci
bersih sayuran dan buah-buahan; mengonsumsi makanan dan minuman yang
sudah dimasak; menjaga kebersihan tempat pembuangan kotoran serta
membangun sistem pembuangan tinja yang tidak mencemari sumber air.24
Pasien ini respon terhadap terapi abses hepar amuba dinilai dengan
penilaian USG dan resolusi demam maupun leukositosis. Pasien yang respon
terhadap terapi abses hepar amuba, baik farmakologi maupun aspirasi, disarankan
untuk menjalani USG abdomen ulang 6 bulan kemudian. Dutta (2012)
menyatakan bahwa kelainan sonografi menghilang dalam waktu 6-9 bulan. Pada
penelitian Mallick dkk (2015), dalam 6 bulan 37,5 % pasien mengalami resolusi
sempurna pada kavitas absesnya, sementara sisanya masih memiliki residu kavitas
abses. Jika dibandingkan dengan abses hepar piogenik, resolusi abses hepar
amebik lebih lambat.25,26
o
16