Anda di halaman 1dari 23

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM GASTROINTESTINAL

DAN ASUHAN KEPERAWATAN SIROSIS

DOSEN PENGAMPU : Ibu Theresia Jamini, M.Kep

Oleh :
Kiki Triati (113063C117018)

Jimmy Lin Yosep (113063C117017)

Reina Maria Eklesia (113063C117024)

Program Studi Ilmu Keperawatan Sarjana dan Ners

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan Banjarmasin

Tahun 2019
BAB I

SISTEM GASTROINTESTINAL

A. Pengertian

Saluran gastrointestinal (GI) merupakan serangkaian organ muskular berongga


yang dilapisi oleh membran mukosa (selaput lendir).4 Saluran gastrointestinal adalah
jalur panjang yang total panjangnya mencapai 23 sampai 26 kaki, yang berjalan dari
mulut melalui esofagus, lambung dan usus sampai anus.1 Sistem pencernaan terdiri
dari saluran pencernaan meliputi tuba muskular panjang yang merentang dri mulut
sampai anus, dan organ-organ lain seperti gigi, lidah kelenjar saliva, hati, kandung
empedu, dan pankreas.

B. Fungsi sistem gastrointestinal

Fungsi utama dari sistem pencernaan adalah mnyediakan air, garam, mineral,
dan elektrolit bagi tubuh dari nutrien yang telah dicernna sehingga nustrisi tersebut
siap untuk diabsorpsi. Memecahkan partikel makanan ke dalam bentuk molekul
yang siap dicerna, mengabsorpsi hasil pencernaan ke dalam darah, dan
mengeliminasi makanan yang tidak dicerna. Sistem pencernaan bekerja dari proses
mengunyah dan menelan serta proses lainnya yang berperan dalam mengubah
makanan ke dalam bentuk yang dipergunakan oleh sel dan membuang sampah
metabolisme.:

C. Bagian-bagian sistem gastrointestinal.

Sistem gastrointestinal terdiri atas beberapa organ atau bagian yaitu, sebagai berikut:
1. Mulut

Mulut adalah rongga lonjong pada permulaan saluran percernaan. Terdiri atas dua
bagian, bagian luar yang sempit, atau vestibula, yaitu ruang di antara gusi serta gigi
dengan bibir dan pipi, dan bagian dalam, yaitu rongga mulut yang dibatasi di sisi-
sisinya oleh tulang maxilaris dan semua gigi, dan di sebelah belakang bersambung
dengan awal faring.3 Mulut atau rongga oral berisi organ aksesori yang berfungsi
pada proses awal pencernaan.

a. Bibir

Bibir tersususn atas otot rangka (orbikularis mulut) dam jaringan ikat. Bibir
mrupakan organ yang berfungsi untuk menerima makanan. Adapun bagian-bagian
dari bibir, yaitu:

1) Permukaan luar bibir

Permukaan luar bibir ini dilapisi oleh kulit yang mengandung folikel
rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea.

2) Area transisional

Area transisional memiliki epidermis transparan. Bagian ini terlihat


merah karena dilewati oleh banyak kapiler yang dapat terlihat.

3) Permukaan dalam

Permukaan dalam bibir adalah membrane mukosa. Terdapat frenulum labia


yang melekatkan membrane mukosa pada gusi.
b. Lidah

Lidah ini dilekatkan di dasar mulut oleh frenulun lingua. Lidah berfungsi
untuk menggerakan makanan saat dikunyah atau di telan dan sebagai pengecap
rasa.

c. Kelenjar saliva

Kelenjar saliva ini terdiri dari cairan encer yang mengandung enzim dan
cairan kental yang mengandung mukus. Terdapat tiga kelenjar saliva, yaitu:

1) Kelenjar paratiroid

Kelenjar paratiroid adalah kelenjar saliva terbesar. Kelenjar paratiroid


terletak agak ke bawah dan di depan telinga serta membuka melalui duktus
paroid menuju papilla yang terletak berhadapan dengan gigi molar kedua pada
kedua sisi.

2) Kelenjar submandibular

Kelenjar submandibular kurang lebih besarnya sebesar biji kenari


terletak di permukaan dalam pada mandibula. Membuka melalui duktus
Wharton menuju kedasar mulut pada kedua sisi frenulum lingua.

3) Kelenjar sublingual

Kelenjar sublingual terletak di dasar mulut dan membuka melalui


duktus sublingual kecil menuju dasar mulut.

Dari sekresi serosa, terdapat 98% air dan mengandung enzim amilase yang
memecah karbohidrat menjadi maltosa di dalam mulut. Sedangkan sekresi
mukus yang lebih kental mengandung glikoprotein (musin), ion, dan air. Pada
manusia normal, saliva yang di sekresi per menit adalah sebanyak 1 ml.
Saliva yang di sekresi dapat mencapai 1 L samapai 1,5 L dalam 24 jam
dengan pH 7,0.2 Fungsi saliva di antaranya adalah:

a) Melarutkan makanan secara kimia.


b) Melembabkan dan melumasi makanan sehingga dapat ditelan.
c) Amilase pada saliva mengurai zat tepung menjadi maltosa.
d. Gigi
Gigi merupakan bagian dari rongga oral yang bekerja pada proses awal
pencernaan secara mekanik. Setiap barisan gigi pada rahang membentuk lengkung
gigi. Lengkung bagian atas lebih besar dari daripada bagian bawah sehingga gigi
atas akan menutup gigi bagian bawah. Manusia memiliki dua susunan gigi yaitu,
gigi primer (gigi susu) dan gigi sekunder (permanen). Gigi primer berjmlah 20
gigi dalam setengah lengkung gigi terdiri dari dua gigi seri, satu taring, dan dua
geraham. Gigi sekunder berjumlah 32 buah. Setengah dari lengkung gigi terdiri
dari dua gigi seri, satu taring, dua premolar, dan tiga geraham.
2. Faring
Faring merupakan jalan untuk masuknya material makanan, cairan dan udara
menuju esofagus. Faring berbentuk seperti corong dengan bagian atasnya
melebar dan bagian bawahnya yang sempit. Dari faring inilah proses menelan
dimulai. Dimulai dari keadaan dimana lidah menekan palatum keras saat rahang
menutup dan mengarahkan bolus ke arah orofaring. Bolus makanan dalam faring
merangasang reseptor orofaring yang mengirim impuls ke pusat menelan dalam
medulla dan batang obat bagian bawah. Sehingga menimbulkan refleks
penutupan semua lubang kecuali esopfagus dan makanan bisa masuk ke dalam
esofagus.

3. Esofagus
Esofagus adalah tuba muskular yang panjangnya sekitar 9 sampai 10 inchi (25
cm) dan berdiameter 1 inchi (2,54 cm). Esofagus berawal pada area
laringofaring, melewati diafragma dan membuka ke arah lambung. Esofagus
menggerakan makanan dari faring ke lambung melalui gerak peristaltis. Sfingter
kemudian berkontriksi untuk mencegah regurgitasi isi lambung ke esofagus.
Dinding esofagus terdiri dari 4 lapis yaitu: mukosa, submukosa, muskularis
propria dan adventisia. Esofagus tidak terdapat lapisan serosa sehingga
merupakan saluran cerna yang unik. Mukosa normal terdiri dari epitel berlapis
pipih, antara muskularis propria dan mukosa terdapat aliran limfatik yang berasal
dari muskularis propria. Muskularis propria terdiri dari otot bergaris dan otot
polos yaitu pada bagian proksimal otot bergaris, bagian tengah otot bergaris dan
polos dan pada bagian distal otot polos. Otot lapisan dalam tersusun sirkuler dan
lapisan luar longitudinal.
4. Lambung

Lambung terletak di bagian kiri atas abdomen tepat di bawah diafragma.


Dalam keadaan kosong, lambung berbentuk tabung J dan bila penuh akan tampak
seperti buah alpukat. Lambung terbagi atas fundus, korpus dan pilorus. Kapasitas
normal lambung adalah 1-2 liter. Fundus adalah bagian atas dari lambung yang
menonjol ke sisi kiri. Korpus merupakan bagian yang terletak di bawah fundus yang
membentuk du pertiga dari bagian lambung. Sedangkan pylorus adalah bagian bawah
lambung yang berhubungan dengan usus halus.

Sfingter pada kedua ujung lambung mengatur pengeluarn dan pemasukan


lambung. Sfingter kardia, mengalirkan makanan masuk ke lambung dan mencegah
refluks isi lambung memasuki esofagus kembali. Sedangkan sfingter pilorus akan
berelaksasi saat makanan masuk ke dalam duodenum dan ketika berkontraksi, sfingter
ini akan mencegah aliran balik isi usus halus ke lambung.

Fungsi lambung dalam proses pencernaan antara lain:

1. Menyimpan makanan dalam jumlah besar sampai makanan tersebut dapat di tampung
pada bagian bawah pencernaan.

2. Mencampur makanan tersebut dengan secret lambung sampai ia membentuk suatu


campuran setengah padat yang dinamakan kimus.
3. Mengeluarkan makanan perlahan-lahan dari lambung masuk ke usus halusdengan
kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan absorpsi oleh usus halus. Karbohidrat
dapat masuk ke usus halus dengan cepat, protein lebih lambat, dan lemak tetap dalam
lambung selama 3 sampai 6 jam.

Selain itu, lambung juga menskresikan pepsinogen, renin, mucus , dan gastrin.
Pepsinogen yang di hasilkan oleh sel chief diubah menjadi pepsin oleh asam klorida (
yang disekresikan oleh sel parietal). Pepsin ini menguraikan protein menjadi
polipeptida. Tetapi, pepsinogen hanya bekerja dengan pH di bawah 5. Enzim lipase
mengubah lemak susu menjadi asam lemak dan gliserol. Rennin berfungsi untuk
mengkoagulasikan protein susu. Gastrin berfungsi untuk merangsang sekresi
lambung, meningkatkan motilitas usus dan lambung, mengkontriksi sfingter
esophagus bawah dan merelaksasi sfingter pilorus.

4. Usus halus

Usus halus merupakan tuba terlilit yang merentang dari sfingter pylorus
sampai ke katup ileosekal, tempatnya menyatu dengan usus besar. Diameter usus
halus kurang lebih 2,5 cm dan panjangnya 3 sampai 5 meter saat bekerja. Panjang 7
meter pada mayat dicapai saat lapisan muskularis eksterna berelaksasi.

Duodenum mempunyai panjang sekitar 25 cm sampai 30 cm dan berhubungan


dengan lambung, jejunum mempunyai panjang sekitar 2,5 m, dimana proses digesti
kimia dan absorpsi nutrisi terjadi dalam jejunum sedangkan ileum mempunyai
panjang sekitar 3,5 meter. Disepanjang usus halus terdapat kelenjar usus tubular. Di
duodenum terdapat kelenjar duodenum asinotubular kecil yang membentuk
kumparan.
Disepanjang membran mukosa usus halus yang diliputi oleh vili. Terdapat 20
sampai 40 vili persegi glukosa. Vili adalah jutaan tonjolan menyerupai jari
( tingginya 0,2 mm sampai 1,0 mm) yang memanjang ke lumen dari permukaan
mukosa. Vili merpakan struktur yang memperluas permukaan reabsorpsi usus halus
sampai krang lebih 600 kali.

Selain itu, usus halus juga mensekresi enzim maltase yang berfungsi untuk
menguraikan maltosa menjadi glukosa. Enzim sukrase yang mengubah sukrosa
menjadi glukosa dan fruktosa. Enzim laktase yang mengubah laktosa menjadi glukosa
dan galaktosa. Enzim peptidase yang menguraikan peptide menjadi asam amino. Dan
enzim lipase yang menguraikan monogliserida menjadi asam lemak dan gliserol. Usus
halus berfungsi sebagai akhir dari proses pencernaan. Di usus halus inilah sari-sari
makanan diabsorpsi dan di edarkan ke seluruh tubuh. Glukosa, asam amino, asam
lemak, gliserol, air, vitamin, dan elektrolit diabsorpsi oleh duodenum dan jejunum
melalui transport aktif.

5. Pankreas

Pankreas merupakan kelenjar majemuk seperti glandula saliva. Pancreas


terletak sejajar lambung dan mengskresikan getahnya ke dalam duodenum beberapa
centimeter dari pilorus. Sel-sel endokrin pancreas mensekresi hormone insulin dan
glukagon. Sel endokrin (asinar) mensekresikan enzim-enzim pencernaan.2 Pankreas
memiliki beberapa fungsi dalam proses pencernaan, yaitu:

a. Mensekresikan enzim tripsinogen yang diaktivasi menjadi tripsin oleh


enterokinase. Tripsin ini akan menguraikan protein dan polipeptida besar menjadi
polipeptida dan peptide kecil.

b. Enzim kimotripsin yang diaktivasi oleh kimotripsinogen yang berfungsi untuk


menguraikan protein dan polipeptida besar menjadi polipeptida dan peptide kecil.
c. Mensekresikan lipase lemak yang berfungsi untuk mengubah lemak menjadi asam
lemak dan gliserol.
d. Enzim amilase pankreas berfungsi untuk menghidrolisis zat tepung yang tidak
dicerna oleh amilase saliva.
6. Hati
Hati adalah organ visceral terbesar yang terletak di bawah kerangka iga.
Beratnya adalah 1,500 gram dan pada saat kondisi hidup warnanya merah tua karena
kaya akan persediaan darah. Hati menerima darah yang teroksigenasi dari arteri
hepatika dan darah yang tidak teroksigenasi serta mengandung nutrien dari vena
hepatika. Hati terbagi menjadi dua lobus yaitu lobus kanan dan lobus kiri. Lobus
kanan memiliki ukuran yang lebih besar dari pada lobus kiri.
2 Lobus kanan dan lobus kiri dipisahkan oleh ligament falsiform. Diantara
kedua lobus terdapat portal hepatis yang merupakan jalur masuk dan keluar pembuluh
darah, saraf, dan duktus. Saluran portal, berisi sebuah cabang vena portal, arteri
hepatika, dan duktus empedu yang membentuk lobulus portal.

Fungsi hati dintaranya, yaitu:


1. Memproduksi empedu
2. Hati menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen dan mengubahnya kembali
menjadi glukosa jika dibutuhkan oleh tubuh.
3. Mengurai protein dari sel-sel tubuh dan sel darah merah yang rusak.
4. Menyimpan mineral, seperti zat besi dan vitamin larut lemak.
5. Menyimpan darah untuk sekitar 30% curah jantung dan bersama dengan limfa
mengatur volume darah yang diperlukan tubuh.

. Empedu yang dihasilkan oleh sel hati akan memasuki kanalikuli empedu dan
akan disimpan di kandung empedu. Namun pigemen utamanya adalah bilirubin
yang memberikan warna kuning pada feses. Empedu adalah larutan berwarna
kuning kehijauan yang terdiri dari 97% air, dan pigmen dan garam empedu.
Pigmen empedu terdiri dari biliverdin (hijau) dan bilirubin (kuning). Pigmem-
pigmen ini merupakan hasil dari penguraian hemoglobin yang dilepas dari sel
darah merah yang terdisintegrasi. Garam empedu berasal dari asam empedu yang
berikatan dengan kolesterol dan asam amino. Garam tersebut direabsorpsi dari
ileum dan dibawa ke hati untuk di daur ulang. Garam empedu ini akan membantu
mengemulsi lemak, absorpsi lemak, dan penge luaran kolesterol dari tubuh.

Kandung empedu adalah kantong muscular hijau menyerupai pir dengan


panjang 10 cm. organ ini terletak di lekukan dibawah lobus kanan hati. Kapasitas
total kandung empedu kurang lebih 30 ml sampai 60 ml. kandung empedu ini
berfungsi untuk menyimpan cairan empedu sampai cairan empedu tersebut
dibutuhkan oleh duodenum. Kandung empedu ini mampu menyimpan hasil 12
jam sekresi empedu dari hari.

6. Usus besar
Secara struktur, usus besar hampir sama dengan usus halus. Serabut
longitudinal pada dinding berotot tersusun dalam tiga jalur ( taeniae coli)
yangmenarik kolon menjadi kantong kantong yang disebut haustra yang memberi
rupa berkerut-kerut dan berlubang-lubang. Dinding mukosa lebih halus dari yang
ada pada usus halus, tidak memiliki vili, tidak memiliki lipatan-lipatan sirkular,
diameternya lebih lebar, panjangnya lebih pendek dari usus halus, dan daya
regangnya lebih besar dari usus halus..
Usus besar terdiri dari beberapa bagian yaitu:

1. Sekum

Sekum adalah kantung tertutup yang menggantung di bawah area katup


ileosekal. Pada ujung sekum terdapat suatu tabung buntu yang sempit berisi
jaringan limfoid yang disebut apendiks vermiform.

2. Kolon

Kolon adalah bagian usus besar dari sekum sampai rektum. Ada tiga jenis
kolon yaitu, kolon asenden, transversa, dan desenden. Kolon asenden adalah
kolon yang merentang dari sekum sampai ke tepi bawah hati disebelah kanan
dan membalik secra horizontal pada fleksura hepatika. kolon transversa
merentang menyilang abdomen di bawah hati dan lambung sampai ke tepi lateral
ginjal kiri, tempatnya memutar sampai ke bawah pada fleksura splenik. Dan
kolon desenden merentang ke bawah pada sisi kiri abdomen dan menjadi kolon
sigmoid berbentuk S yang bermuara di rektum.

3. Rektum

Rektum adalah bagian saluran pencernaan selanjutnya dengan panjang 12 cm


sampai 13 cm. rectum berakhir pada saluran anal dan membuka ke eksterior di
anus. Struktur rektum serupa dengan kolon, tetapi dinding yang berotot lebih
tebal dan membran mukosanya memuat lipatan-lipatan membujur yang disebut
kolumna Morgagni. Semua menyambung ke dalam saluran anus. Di dalam
saluran anus ini serabut otot sirkuler menebal untuk membentuk otot sfinkter
anus interna. Sfinkter eksterna menjaga saluran anus dan orifisium supaya
tertutup.

Usus besar tidak ikut serta dalam pencernaan atau absorpsi makanan. Bila isi usus
halus mencapai sekum maka zat makanan telah diabsorpsi dan isinya cair. Selama
perjalanan di dalam kolon isinya menjadi semakin padat karena air diabsorpsi dan
ketika rectum dicapai maka feses bersifat padat-lunak. Fungsi usus besar yaitu,
sebagai berikut:

1. Usus besar mengabsorpsi 80% sampai 90% air dan elektrolit dari kimus yang
tersisa dan mengubah kimus dari cairan menjadi massa yang semi padat.

2. Di dalam kolon terdapat populasi bakteri yang membantu proses pembusukan sisa
pencernaan. Bakteri ini juga mencerna sejumlah kecil selulosa dan memproduksi
sedikit kalori nutrien bagi tubuh.
3. Usus besar memproduksi mucus.
4. Usus besar mensekresikan sisa pencernaan dalam bentuk feses. Warna feses
berasal dari pigmen empedu dan baunya bersal dari bakteri.
BAB II

A. Definisi Sirosis

Sirosis adalah suatu keadaan potologis yang menggambarkan stadium akhir


fibrosis hepatic yang berlangsung prgresif yang ditandai dengan distrosi dari
arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regenerative. (Sudoyo Aru,dkk 2009)

Penyakit hati ini dicirikan dengan distrosi arsitektur hati yang normal oleh
lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan
dengan vaskulatur normal. ( Sylvia A.price)

Sirosis adalah jaringan parut dan fibrosis jaringan hati yang berpotensi fatal.

B. Etiologi
Penyebab Rasional

Alkohol kronis Produksisa metabolsme alkohol berperan sebagai


toksik menyebabkan inflamasi. Jaringan parut
terbentuk akibat konsumsi alkohol dalam waktu lama
dan hati tidak mampu berfungsi secara tepat.

Hepatitis virus atau autoimun Respons i mun dan inflamsi di stimulasi, memicu
kerusakan hepatosit dan akhirnya terbentuk jaringan
parut di jaringan hati.

Gangguan turunan atau Hemokromatosis adalah kelebihan zat besi yang


genetik (hemokromatosis dan terkumpul di tubuh, zat disimpan dalam organ seperti
alfa-antiaspirin ) hati dan akhirnya menghancurkan sel-sel hati.

alfa-antiaspirin adalah defek genetik yang


menyebabkan defisiensi protein hati, memicu
penghancura sel hati.

Obrtruksi duktus bilaris Empedu terkumpul dan membentuk ruptur kanalikuli

Gagal jantung sisi kanan Hati menjadi bengkak oleh darah vena ketika
kemampuan jantung untuk memompa darah melemah.
Kongesti ini mencegah darah kaya nutrisi mencapai
hai. Menyebabkan kematian sel hati

Obat-obatan dan toksin Terpajanya hati oleh beberapa obat dan toksin
lingkngan dapat memicu kerusakan sel.

Ada 3 tipe sirosis ,yaitu:

1. Sirosis Laennec (disebut juga sirosis alkoholik ,portal,dan sirosis gizi)


dimanajaringan parut secara khas mengelilingidaerah portal dan disebabkan oleh
alkoholis kronis

2. Sirosis pascanekrotik ,dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai
akibat lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya .

3. Sirosis Biliaris , dimana dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati
disekitar saluran empedu. Terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dari infeksi
(kolangitis)

C. Manifestasi klinis

1. Keluhan pasien

a) Pruritis
b) Urin berwarna gelap

c) Turunnya selera makan dan turunnya berat badan

d) Ikterus ( kuning pada kulit dan mata)

e) Sesak napas

f) Mual

2. Tanda klasik

a) Telapak tangan merah

b) Pelebaran pembuluh darah

c) Asites (cairan didalam abdomen)

d) Splenomegali (pembesaran limfa)

e) Hepatomegali ( pembesaran hati)

f) Efek neurologis :

1) Kebingugan /konfusi ,perubahan suasana hati dan perilaku

2) Asteriksis ( pergerakan pergelangan tangan kedepan dan kebelakang


dengan cepat ), terkadang disebut tremor kebas.

Pemeriksaan penunjang

1) Pemindaian CT atau ultrasonografi untuk menunjukkan pengerutan


tampilan hati yang tidak normal dan dapat menunjukkan kadar fungsi hati

2) Pemeriksaan laboratorium ,albumin, bilirubin , alanin transaminase


(ALT) ,aspartat transaminase (AST), masa promtombin , dan amonia
serum . ini merupakan pemeriksaan umum pada hapir semua penyakit hati

3) Biopsi hati untuk memastikan diagnosis secara mikroskopis

4) Esofagoskopi untuk menentukan adanya varises esofagus . tetap puasakan


pasien hingga refleks gag kemabali

5) Parasentesis untuk memeriksa jumlah sel, protein, dan bakteri


6) Memantau terjadinya hipovolemia dan ketidakseimbangan elektrolit

D. Patofisiologi dan skema

Mengkonsumsi minuman yang mengandung alkohol dianggap sebagai factor


utama terjadinya sirosis hepatis. Selain pada peminum alkohol, penurunan asupan
protein juga dapat menimbulkan kerusakan pada hati, Namun demikian, sirosis juga
pernah terjadi pada individu yang tidak memiliki kebiasan minum dan pada individu
yang dietnya normal tapi dengan konsumsi alkohol yang tinggi.
Faktor lain diantaranya termasuk pajanan dengan zat kimia tertentu (karbon
tetraklorida, naftalen, terklorinasi, arsen atau fosfor) atau infeksi skistosomiastis dua
kali lebih banyak daripada wanita dan mayoritas pasien sirosis berusia 40 – 60 tahun.
Sirosis laennec merupakan penyakit yang ditandai oleh nekrosis yang melibatkan sel-
sel hati dan kadang-kadang berulang selama perjalanan penyakit sel-sel hati yang
dihancurkan itu secara berangsur-angsur digantikan oleh jaringan parut yang
melampaui jumlah jaringan hati yang masih berfungsi. Pulau-pulau jaringan normal
yang masih tersisa dan jaringan hati hasil regenerasi dapat menonjal dari bagian-
bagian yang berkonstriksi sehingga hati yang sirotik memperlihatkan gambaran mirip
paku sol sepatu berkepala besar (hobnail appearance) yang khas.
Penatalaksanaan

Pengobatan sirosis hati pada prinsipnya berupa:

1. Simtomatis
2. Supportif, yaitu antara lain:
a. Istirahat yang cukup
b. Pengaturan manakanan yang cukup dan seimbang, misalnya: cukup kalori, protein
1gr/kg BB/hari dan vitamin
c. Pengobatan berdasarkan etiologi, misalnya pada sirosis hati akibat infeksi virus
Hepatitis C dapat dicoba dengan interferon.
3. Pengobatan yang spesifik dari sirosis hati akan diberikan jika telah terjadi komplikasi
seperti:
a. Asites
b. Spontaneous bacterial peritonitis (SBP)
Adanya kecurigaan akan SBP bila dijumpai keadaan sebagai berikut:
- Dicurigai sebagai sirosis tingkat B dan C dengan asites
- Gambaran klinis mungkin tidak ada leukosit tetap normal
- Protein asites biasanya <1g/dl
- Biasanya monomicrobial dan bakteri Gram-Negative
- Mulai pemberian antibiotik jika asites>250mm polymorphs
- 50% mengalami kematian dan 69% sembuh dalam 1 tahun
Pengobatan SBP dengan memberikan Cephalosporins Generasi lll
(Cefotaxime), secara parental selama lima hari, atau Qinolon secara oral.
Mengingat akan rekurennya tinggi maka untuk Profilaxis dapat diberikan
Norfloxacin (400mg/hari) selama 2-3minggu
c. Hepatorenal syndrome
Sindroma ini dapat dicegah dengan menghindari pemberian Diuretik yang
berlebihan, pengenalan secara dini setiap penyakit seperti gangguan elektrolit,
pendarahan dan infeksi. Penanganan secara konservatif dapat dilakukan berupa:
Retriksi cairan, garam, potassium dan protein. Serta menghentikan obat-obatan
yang Nefrotoxic. Pilihan terbaik adalah transplantasi hati yang diikuti perbaikan
dan fungsi ginjal.
d. Ensapalophaty hepatic
Suatu sindrom yang didapat kan pada penderita penyakit hati menahun ,mulai
dari gangguan ritme tidur, perubahan kepribadian, dan gelisah. Factor
pencetus infeksi, perdarahan GI, dan obat-obatan hepatotoxic. Penanganannya
mengenali dan mengobati factor pencetus, diet rendah protein, pemberian
antibiotik( neomiisin), obat-obat yang memodifikasi neurotransmiter;
Bromocriptin, Flumazemil, Pemberian AARS.
Discharge Planning

1. Istirahat ditempat tidur sampai terdapat perbebaikan ikterus, asites, dan deman

2. Diet rendah protein. Bila ada asites diberikan diet rendah garam ll, dan bila
proses tidak aktif, doperlukan diet tinggi protein

3. Mengatasi infeksi dengan antibiotik

4. Memperbaiki keadaa gizi, bila perlu dengan pemberian asam amino assensial
berantai cabang dan glukosa

5. Roboansia. Vitamin B kompleks. Dilarang makan dan minum bahan yang


mengandung alcohol

Pengkajian

1. Aktifitas / latihan

Kelemahan, kelelahan, terlalu lelah, letergi, penurunan masa otot / tonus.

2. Sirkulasi
Riwayat gagal ginjal kronik, perikarditis, penyakit jantung reumatik kanker
(Malfungsi hati menimbulkan gagal hati )Disritmia,distensi vena abdomen.

3. Eliminasi
Flatus, distensi abdomen (Hepatomegali, splenomegali, asites, Penurunan bising
usus feces warna tanah liat, melena, urine gelap, pekat.

4. Makanan / cairan
Anorexia,tidak toleran terhadap makanan / tak dapat mencerna, mual / muntah
penurunan berat badan atau peningkatan cairan, edema, kulit kering, turgor
buruk, ikterik, nafas berbau keton / Feor hepatikus.

5. Neurosensori
Orang terdekat dapat melaporkan perubahan kepribadian,, penurunan mental,
perubahan mental, halusinasi, lambat bicara, asterik.

6. Nyeri / kenyamanan
Nyeri tekan abdomen / nyeri kuadran kanan atas, pruritus, neuritis perifer, perilaku
hati-hati, pokus pada diri sendiri.

7. Pernafasan
Dispnea, takipnea, pernafasan dangkal, bunyi nafas tambahan, ekspansi paru
terbatas,hipoksia

8. Keamanan
Pruritus, demam (Lebih umum pada Sirosis alkoholik) ikterik, ikimosis
petikie,angioma spider .

9. Seksualitas
Gangguan menstruasi, impoten, altrofi, testis, ginekosmatia, kehilangan rambut
(dada bawah lengan, pubis ).

10. Penyuluhan / pembelajaran


Riwayat penggunaan alkohol jangka panjang / empedu, hepatitis terpajan pada
toksin ,trauma hati, perdrahan GI atas, episode perdarahan varises esopagus,
penggunaan obat yang mempengaruhi fungsi hati.ADS

Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifaan pola nafas b/d penurunan ekspansi paru

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang


tidak adekuat sekunder terhadap anorexia

3. Kelebihan volume cairan b/d hipertensi fortal sekunder terhadap sirosis


hepatis.
Intervensi

1. Ketidakefektifaan pola nafas b/d penurunan ekspansi paru

Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

Berikan tambahan oksigen sesuai indikasi

Lakukan fisioteraphy dada

Keluarkan secrect dengan batuk efektif atau suction

Auskultasi suara nafas (catat adanya suara tambahan)

Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab

Monitor respirasi dan status oksigen teraphy

Bersihkan mulut, hidung, dan secrect trakea

Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi

Monitor tanda-tanda vital

Monitor suara paru

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang


tidak adekuat sekunder terhadap anorexia

Kaji adanya alergi makanan

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi

Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C

Berikan diet makanan yang mengandung tinggi serat

Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian

Monitor perkembangan berat badan

Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi


3. Kelebihan volume cairan b/d hipertensi fortal sekunder terhadap sirosis
hepatis.

Pertahankan cairan intake dan output cairan

Monitor hasil HB yang sesuai dengan retensi cairan

Monitor vital sign

Monitor indikasi kelebihan cairan

Monitor masukan makanan atau cairan

Kolaborasi pemberian Diuretik

Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebihan memburuk

Monitor berat badan

Monitor tanda dan gejala odema

Implementasi

1. Ketidakefektifaan pola nafas b/d penurunan ekspansi paru

Mengajarkan Posisikan pasien semi flowler

Memberikan oksigen tambahan sesuai indikasi

Melakukan fisioteraphy dada

Mengajarkan batuk efektif atau suction

Mengecek TTV ( catat jika ada suara napas tambahan)

Memonitor TTV

Memberikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab

Membersihkan mulut, hidung, dan secret trakea

Mengobservasi adanya tanda-tanda hipoventilasi


2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang
tidak adekuat sekunder terhadap anorexia

Mengkaji adanya alergi makanan

Melakukan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori


dan nutrisi

Menganjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C

Memberikan diet makanan yang mengandung tinggi serat

Mengajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian

Memonitor perkembangan berat badan

Memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

3. Kelebihan volume cairan b/d hipertensi fortal sekunder terhadap sirosis


hepatis.

Pertahankan cairan intake dan output cairan

Memonitor hasil HB yang sesuai dengan retensi cairan

Memonitor vital sign

Monitor indikasi kelebihan cairan

Memonitor masukan makanan atau cairan

Melakukan kolaborasi pemberian Diuretik

Melakukan kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebihan memburuk

Memonitor berat badan

Memonitor jika ada tanda dan gejala odema

Evaluasi

1. Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan


2. Peningkatan berat badan

3. Pola napas menjadi efektif

4. Tidak ada suara napas tambahans

5. Volume cairan stabil

6. TTV dalam rentang normal

Anda mungkin juga menyukai