Anda di halaman 1dari 82

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) masih sangat tinggi di dunia, pada tahun

2015, diperkirakan sekitar 303.000 wanita meninggal dunia selama kehamilan

dan persalinan. AKI selalu berhubungan dengan Angka Kematian Bayi

(AKB), tahun 2016 tercatat sebanyak 4,2 juta kematian bayi terjadi pada

tahun pertama kehidupan. World Health Organization (WHO)

memperkirakan sepanjang tahun 2016 terdapat 30,5 kematian bayi per 1000

kelahiran hidup. Semakin tinggi angka kematian ibu maka upaya kesehatan

ibu dinilai belum berhasil. Angka kematian ibu di negara berkembang pada

tahun 2015 yaitu 239 kematian per 100.000 kelahiran hidup. (WHO, 2016).

Angka kematian ibu, bayi dan anak balita di Indonesia masih cukup

tinggi. Tujuan Pembangunan Millenuim Development Goals (MDGs) tahun

2000-2015 dan sekarang dilanjutkan dengan SustainableDevelopment Goals

(SDGs) tahun 2015-2030 berkomitmen untukmenurunkan Angka Kematian

Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). SDGs mempunyai tujuan yaitu

dengan target penurunan AKI sebesar 70 per 100.000 kelahiran hidup, AKB

12 per 1.000 kelahiran hidup, dan Balita 25 per 1.000 kelahiran hidup.

(Kemenkes RI, 2015).

Jumlah AKI di Indonesia yaitu 228 kematian ibu per 100.000

kelahiran hidup, dan terus meningkat menjadi 359 kematian ibu per 100.000

1
2

kelahiran hidup pada tahun 2012. Pada tahun 2015 mengalami penurunan

menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKB di Indonesia

pada tahun 2015 sebesar 22 per 1000 kelahiran (Kemenkes RI, 2015).

Angka Kematian Bayi di Provinsi Jawa Tengah tahun 2016 sebesar

99,9 per 1.000 kelahiran hidup. Terjadi penurunan tetapi tidak signifikan

dibandingkan AKB tahun 2015 yaitu 10 per 1.000 kelahiran hidup. Jumlah

kasus AKI di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2016 sebanyak 109,65 kasus,

mengalami penurunan cukup signifikan dibandingkan jumlah kasus kematian

ibu tahun 2015 yang mencapai 111,16 kasus (Dinas Kesehatan, 2016).

Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Blora pada tahun 2015

sebesar 14,07 per 1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2016 mengalami

penurunan sebesar 14,3 per 1000 kelahiran hidup. AKI tahun 2015 sebesar 15

kasus kematian atau 124,86 per 100.000 KH dan pada tahun 2016 jumlah

AKI meningkat sebesar 182,50 per 100.000 KH. (RKPD KAB BLORA,

2017).

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan

masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 63,12% kematian

ibu terjadi pada waktu nifas, setelah persalinan 13,95% dan 22,92 % kematian

waktu hamil terjadi dalam 24 jam pertama (Dinas Kesehatan, 2016). Tahun

2016 di Kabupaten Blora terdapat cakupan ibu nifas dengan pelayanan

kesehatan nifas (KF) sebesar 99,21% yang sudah dapat melampaui target di

Jawa Tengah yaitu 90% (Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2016).


3

Cakupan peserta KB aktif tahun 2016 terhadap Pasangan Usia Subur

(PUS) yaitu 81,16% meliputi, suntik sebesar 54,0%, pil sebesar 13,5%,

metode operasi pria (MOP) sebesar 0,1%, metode operasi wanita (MOW)

sebesar 2,3%, IUD sebesar 9,4%, implant sebesar 16,2%, kondom sebesar

4,4%. Cakupan di Kabupaten Blora terdapat peserta aktif KB mencapai

81,16% yang sudah dapat melebihi target dibanding tahun 2015 yang hanya

78,24% (Dinkes Jateng, 2016).

Kematian Bayi Baru Lahir dapat terjadi dalam 4 minggu setelah

persalinan dan dalam waktu 7 hari setelah lahir. Pemantauan dan asuhan pada

ibu dan bayi masa nifas dapat mencegah beberapa kematian neonatus.

Kunjungan neonatal (KN) dibagi menjadi 3, yaitu: KN1 adalah kunjungan

pada 0-2 hari ,KN2 adalah kunjungan 2-7 haridan KN3 adalah kunjungan

setelah 7-28 hari. Cakupan KN1 pada tahun 2016 mencapai 99,12% dan

sudah melampaui target di Jawa Tengah sebesar 98,6%. Untuk cakupan pada

KN3 dengan tahun yang sama mencapai 98,32% sudah melampaui target di

Jawa Tengah yaitu 96,8% (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2016).

Upaya penurunan AKI dan AKB meliputi beberapa hal diantaranya di

Jawa Tengah melakukan program menurunkan AKI dan AKB dengan

program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng (5NG) tahun 2015-2018

yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan menurunkan

angka kematian dan kesakitan dengan cara Stop hamil bagi ibu dengan usia

>35 tahun dan ibu dengan usia <20 tahun.


4

Wilayah Blora memberikan upaya penurunan AKI dan AKB dengan

melakukan program One Study One Client (OSOC) dengan melibatkan

institusi pendidikan kesehatan yaitu 1 mahasiswa diberi akses ke database

(5NG) dan penugasan untuk mengawal dan memonitor ibu hamil secara

komprehensif, serta beberapa program lain seperti Program

PerencanaanPersalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), dan kunjungan

selama masa kehamilan, kunjungan selama kehamilan minimal dilakukan 4

kali kunjungan, yaitu 1 kali pada trimester 1, 1 kali pada trimester 2 dan 2

kali pada trimester 3 dan masa neonatus juga merupakan masa sangat rentan

bagi bayi baru lahir untuk meminimalkan terjadinya komplikasi pada Bayi

Baru Lahir serta menurunkan AKB maka dilakukan program Perawatan BBL

yang meliputi Perawatan Tali Pusat, pemberian Asi Eksklusif, dan Kunjungan

Neonatus dari KN1 (6-48 jam), KN2 (hari ke 3-7), KN3 (hari ke 8-28),

(Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2016).

Continuity of midwifery care yaitu perawatan yang berkesinambungan

dalam meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan dan memiliki tujuan untuk

memperbaiki masalah masalah yang dihadapi selama kehamilan dan

persalinan, serta meningkatkan pengalaman ibu dan keluarga selama

kehamilan. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis akan melakukan

asuhan kebidanan secara komprehensif (continuity of care), mulai dari masa

kehamilan, persalinan, nifas, perawatan bayi baru lahir (BBL), serta keluarga

berencana (KB) (Diana, 2017).


5

Sesuai dengan data pendahuluan penulis di daerah Puskesmas

Todanan penulis tertarik mengambil kasus pelayanan kebidanan pada Ny. x,

umur...tahun, G P A , hamil 36 minggu di wilayah kerja Puskesmas Todanan

Kabupaten Blora.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan secara berkesinambungan pada

Ny. X usia ... tahun di wilayah kerja Puskesmas TodananKecamatan

Todanan Kabupaten Blora.

2. Tujuan Khusus

Mampu melakukan asuhan kebidanan dari pengkajian sampai

evaluasi dengan menggunakan pendekatan menajemen kebidanan yang

meliputi :

a. Memberikan asuhan kebidanan kehamilan pada Ny.X usia ... tahun di

wilayah kerja Puskesmas Todanan Kecamatan Todanan Kabupaten

Blora.

b. Memberikan asuhan kebidanan persalinan pada Ny.X usia ... tahun di

wilayah kerja Puskesmas Todanan Kecamatan Todanan Kabupaten

Blora.

c. Memberikan asuhan kebidanan nifas pada Ny.X usia ..tahun di

wilayah kerja Puskesmas Todanan Kecamatan Todanan Kabupaten

Blora.
6

d. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir Ny.X usia ..tahun

di wilayah kerja Puskesmas Todanan Kecamatan Todanan Kabupaten

Blora

C. Ruang Lingkup

1. Sasaran

Subjek yang akan diberikan asuhan kebidanan adalah Ny. X, ibu

hamil trimester III umur kehamilan + 36 minggu yang tidak mengalami

komplikasi atau penyulit selama kehamilan diikuti asuhan ibu bersalin,

nifas, keluarga berencana, bayi baru lahir, dan neonatus.

2. Tempat

Laporan tugas akhir disusun dengan mengambil tempat di Pustu

Bicak UPTD Puskesmas Todanan Kabupaten Blora

3. Waktu

Waktu untuk melakukan asuhan kebidanan berkelanjutan

dilaksanakan mulai Februari – Maret 2019

D. Manfaat

1. Bagi Klien

Dapat menambah ilmu pengetahuan ibu tentang kesehatan ibu

selama hamil, persiapan persalinan yang aman, masa nifas yang aman,

cara merawat bayi, dan perencanaan penggunaan KB sesuai Standar

Pelayan Minimal (SPM).


7

2. Bagi Penulis

Penulis dapat mengaplikasikan teori dan praktik pada kasus nyata

dalam memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu

hamil, ibu bersalin, ibu nifas beserta KB pasca bersalin, dan bayi baru

lahir.

3. Bagi Instansi Pendidikan

Hasil asuhan kebidanan ini dapat digunakan sebagai referensi

bagi mahasiswa dalam meningkatkan proses pembelajaran dan data dasar

untuk asuhan kebidanan komprehensif selanjutnya.

4. Bagi Bidan

Manfaat studi kasus bagi bidan yaitu dapat digunakan sebagai

bahan masukan untuk peningkatan kualitas pelayanan dengan

memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil,

bersalin, nifas, KB, dan bayi baru lahir.

E. Metode Pengambilan Data

Pengambilan data dalam studi kasus yaitu pengambilan data serta

melakukan pengumpulkan data kunjungan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas,

dan bayi baru lahir secara komprehensif, meliputi anamnesa untuk

mendapatkan informasi mengenai data klien, pemeriksaan fisik ibu yang

meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi serta pengukuran LILA.

Kemudian melakukan pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakkan

suatu masalah meliputi pemeriksaan Hb, golongan darah, protein urine

(apabila ada indikasi), dan pemeriksaan HIV,HbSag. Setelah anamnesa dan


8

pemeriksaan fisik kemudian dilakukan pendokumntasian dalam bentuk SOAP

mengenai data kondisi pasien, perkembangan kondisi pasien, tindakan yang

telah dilakukan serta penatalaksanaan dan evaluasi.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan studi kasus dimulai dari Bab I-V, daftar

pustaka, lampiran yang disusun secara sistematis. Bab I, yaitu pendahuluan

yang berisi latar belakang, tujuan, ruang lingkup, manfaat, metode

pengambilan data, dan sistematika penulisan. Bab II yaitu tinjauan pustaka

yang berisi tinjauan teori asuhan kebidanan dan tinjauan teori medis. Bab III

yaitu metode yang berisi rancangan, subjek, metode pengumpulan data, dan

analisa data, dan masalah etika. Bab IV yaitu tinjauan kasus dan pembahasan.

Bab V yaitu penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Bagian akhir Daftar

Pustaka dan Lampiran.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Medis

1. Kehamilan Trimester III

a. Pengertian Kehamilan

Kehamilan merupakan suatu hal yang fisiologis yang akan

dialami oleh wanita pada umumnya dari masa konsepsi sampai dengan

lahirnya janin. Kehamilan trimester III dimulai sejak kehamilan

triwulan ketiga yaitu pada bulan ketujuh kehamilan sampai dengan

bulan kesembilan.

b. Perubahan Fisiologis Ibu Hamil Trimester III

1) Perubahan Pada Sistem Reproduksi

a) Uterus

Pada akhir kehamilan (40 minggu) berat uterus menjadi

1000 gram (berat uterus normal 30 gram) dengan panjang 20

cm dan dinding 2,5 cm. Posisi rahim dalam kehamilan

memasuki rongga perut yang dalam pembesarannya dapat

mencapai batas hati (Sulistyawati, 2011).

b) Serviks

Pada saat kehamilan mendekati aterm, terjadi penurunan

lebih lanjut dari konstraksi kolagen. Kelenjar-kelenjar di

serviks akan berfungsi lebih dan akan mengeluarkan sekresi

9
10

lebih banyak. Kadang-kadang wanita yang sedang hamil

mengeluh mengeluarkan cairan pervaginan lebih banyak. Pada

keadaan ini sampai batas tertentu masih merupakan keadaan

fisiologis, karena peningkatan hormon progesteron. Selain itu

prostaglandin bekerja pada serabut kolagen, terutama pada

minggu-minggu akhir kehamilan. Servik menjadi lunak dan

lebih mudah berdelatasi pada waktu persalinan (Prawirohardjo,

2009).

c) Vagina dan vulva

Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang

merupakan persiapan untuk mengalami perenggangan pada

waktu persalinan dengan meningkatnya ketebalan mukosa,

mengendornya jaringan ikat, dan hipertrofi sel otot polos

(Prawijohardjo, 2008).

d) Payudara

Pembentukan lobules dan areola mulai memproduksi dan

mensekresi cairan yang kental kekuningan yang disebut

kolustrum (Prawirohardjo, 2009).

2) Psikologi Ibu hamil Trimester III

Menurut Sulistyawati (2011) perubahan Psikologi trimester III

(periode penantian dengan penuh kewaspadaan) meliputi:

a) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh,

dan tidak menarik.


11

b) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat

waktu.

c) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat

melahirkan, khawatir akan keselamatannya.

d) Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal,

bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatiran.

e) Merasa kehilangan perhatian.

f) Perasaan mudah terluka (sensitif)

g) Libido menurun

c. Masalah Pada Kehamilan Trimester III

Ketidaknyamanan yang sering dialami ibu hamil pada trimester

III Menurut Sulistyawati (2011) adalah sebagai berikut:

1) Konstipasi atau Sembelit

Peningkatan hormon progesteron yang menyebabkan

relaksasi otot sehingga usus kurang efisien untuk bekerja. Cara

mengatasi hal ini dengan minum air putih yang banyak minimal 6-

8 gelas/hari, makan makanan yang tinggi akan serat seperti makan

sayuran dan buah-buahan dan melakukan olah raga ringan

seperti jalan-jalan.

2) Oedema atau Pembekakan

Gangguan siklus vena dan peningkatan tekanan vena pada

ektremitas bagian bawah. Pada ibu hamil yang terjadi

pembengkakan hindari memakai pakaian yang terlalu ketat yang


12

menghambat aliran balik bawah vena ke ekstremitas. Cara

penanganan ini dengan cara menghindari penggunaan pakaian

ketat, menggantung kaki lebih tinggi dari kepala.

3) Insomia (Susah Tidur)

Susah tidur pada ibu hamil di akibatkan karena ibu sering

kencing pada malam hari rasa tidak nyaman yang di rasakan ibu ini

bertambahnya ukuran rahim yang mengganggu gerak ibu. Cara

mengatasi hal ini dengan cara menghindari kafein, hindari aktifitas

fisik seperti jalan-jalan setidaknya 3-4 jam sebelum tidur

4) Nyeri Punggung

Hal ini terjadi karena kehamilan ibu semakin besar. Cara

menangani masalah ini dengan cara minum banyak cairan untuk

menjaga saluran kemih bebas dari bakteri. Jangan membungkuk

untuk menggambil sesuatu dari lantai tapi dengan berjongkoklah.

5) Kegerahan

Meningkatnya metabolisme mengakibatkan meningkatnya

aliran darah untuk menyalurkan gizi-gizi yang dibutuhkan untuk

pertumbuhan janin dapat berjalan lancar. Peningkatan kadar

hormon progesteron yang membuat pembuluh darah melebar dan

aliran darah meningkat. Cara mengatasi hal ini dengan cara

memakai pakaian yang longgar dan nyaman, pilih baju yang dapat

menyerap keringat dari bahan katun.


13

6) Sering Kencing

Sering kencing pada ibu hamil trimester III adalah kejadian

yang wajar jika itu terjadi tidak terus menerus. Sering kencing

terjadi karena adanya penekanan pada kandung kemih oleh kepala

janin yang semakin turun untuk memasuki pintu atas panggul

(PAP).

7) Gangguan Pernafasan

Gangguan pernafasan pada ibu hamil trimester III sangat

wajar dialami dikarenakan adanya ekspansi diafragma terbatas

karena pembesaran uterus akibat dari desakan janin yang makin

membesar. Cara penanganan ini adalah dengan cara latihan nafas di

senam hamil, tidur dengan bantal yang lebih tinggi dan makan

tidak terlalu banyak.

d. Kebutuhan Dasar Pada Kehamilan Trimester III

Menurut Rustam Mochtar (2011), kebutuhan dasar ibu hamil

trimester III adalah sebaga berikut:

1) Nutrisi bagi ibu hamil trimester III

Makan harus di sesuaikan dengan keadaan badan ibu, bila

ibu hamil mempunyai berat badan kelebihan, maka makanan pokok

dan tepung-tepungan dikurangi, dan memperbanyak sayuran,

minum air putih 8 gelas per hari dan buah-buahan segar untuk

menghindari sembelit. Bila terjadi eklamsi, odema (bengkak pada


14

kaki) maka janganlah menambah garam dapur dalam masakan

sehari-hari.

2) Gerak badan

Dianjurkan jalan-jalan pada pagi hari dalam udara yang

masih segar. Bisa juga dengan mengikuti kelas senam ibu hamil.

3) Pakaian

Pakaian harus longgar, bersih dan tidak ada ikatan yang

ketat pada daerah perut. Bra ibu hamil harus yang menyokong

payudara seiring membesarnya payudara. Pemakaian sepatu hak

tinggi sebaiknya dihindari selama kehamilan.

4) Mandi

Mandi diperlukan untuk membersihkan/hygiene terutama

untuk daerah kewanitaan harus dijaga kebersihannya. Dianjurkan

menggunakan sabun yang lembut dan ringan.

5) Koitus

Hubungan seksual disarankan untuk dihentikan bila:

Terdapat tanda infeksi dengan mengeluarkan cairan disertai nyeri

atau panas, terjadi perdarahan saat hubungan seksual, terdapat

pengeluaran cairan (air) yang mendadak, hentikan hubungan

seksual pada mereka yang mengalami keguguran, persalinan

sebelum waktunya.
15

6) Kesehatan jiwa

Untuk menghilangkan cemas harus ditanamkan kerjasama

pasien penolong dan berikan penerangan selagi hamil dengan

tujuan: menghilangkan ketidaktahuan, latihan-latihan fisik dan

kejiwaan, mendidik cara-cara perawatan bayi, berdiskusi tentang

peristiwa kelahiran normal.

7) Perawatan Payudara

Perawatan payudara bisa dimulai dengan menggunakan bra

yang dapat menyokong payudara karena pembesaran payudara

terjadi selama kehamilan. Untuk mencegah putting susu kering dan

mudah pecah bisa dirawat dengan cara dibersihkan menggunakan

air sabun ataupun Cream payudara.

8) Senam Hamil

Peran utama dari senam hamil adalah membantu dan

mempersiapkan tubuh Anda untuk melalui proses

persalinan. Senam hamil juga membantu meningkatkan energi,

mengatasi berbagai keluhan saat hamil, serta membantu Anda tidur

lebih baik.

Kehamilan memang bisa membuat tubuh cepat lelah dan

membuat Anda ingin terus berbaring santai saja di sofa. Namun

tidak bergerak secara aktif di masa hamil justru dapat membuat

tubuh menjadi tidak bugar dan mempersulit proses persalinan.


16

Olahraga yang dilakukan secara teratur dapat meningkatkan

kekuatan otot tubuh menjelang persalinan.

9) Genetal Hygiene

Berdasarkan data epidemiologi pre-valensi Vaginosis

bakterial lebih tinggi dibandingkan dengan infeksi lainnya yang

terjadi saat kehamilan. Hal ini disebabkan karena mukosa genitalia

menjadi lebih tipis dan melebar dan selama kehamilan jumlah

cairan yang keluar dari vagina bertambah sehingga meningkatkan

resiko terjadinya infeksi. Genetal Hygiene merupakan usaha ibu

untuk mencegah adanya infeksi pada vagina dengan menjaga

kebersihan daerah genetalia.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di wilayah Kota

Semarang pada tahun 2015 Praktik menjaga kebersihan genitalia

(genital hygiene) pada ibu hamil di Kota Semarang, diketahui ≥

50% responden termasuk dalam kategori baik (60,4%) sedangkan

yang termasuk kategori kurang baik (39,6%). Variabel yang

berhubungan dengan praktik menjaga kebersihan genitalia (genital

hygiene) pada ibu hamil adalah pendidikan dan dukungan tenaga

kesehatan. (Amelia, Shaluhiyah and Purnami, 2015)

2. Persalinan

a. Definisi

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput

ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika


17

prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37

minggu) tanpa disertai adanya penyulit (JNPK-KR. 2011; h. 37).

b. Mekanisme Persalinan

Menurut Hidayat dan Sujiyatini (2010), mekanisme persalinan

dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu:

1) Engagement

Masuknya kepala pada primigravida terjadi pada bulan

terakhir kehamilan sedangkan pada multigravida terjadi pada

permulaan persalinan.

2) Desent

Penururan kepala ke dalam rongga panggul diakibatkan

oleh tekanan langsung dari his dari daerah fundus ke arah daerah

bokong, tekanan dari cairan amnion, kontraksi otot dinding perut

dan diafragma (mengejan), dan badan janin terjadi ekstensi dan

menegang. Penurunan kepala sangat bergantung pada hubungan

ukuran pelvis dengan kepala janin.

3) Fleksi

Fleksi terjadi karena anak didorong maju, sebaliknya juga

mendapat tekanan dari PAP, serviks, dinding panggul/dasar

panggul. Saat kepala janin tleksi, dagu menempel ke toraks, posisi

kepala berubah dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala)

menjadi diameter suboksipito-bregmatikus (belakang kepala).


18

4) Putaran paksi dalam

Putaran paksi dalam selalu disertai turunnya kepala, putaran

ubun-ubun kecil ke arah depan (ke bawah simoisis pubis),

membawa kepala melewati distansia interspinarum dengan

diameter biparietalis. Bila tidak terjadi putaran paksi dalam

umumnya kepala tidak turun lagi dan persalinan diakhiri dengan

tindakan vakum ekstraksi.

5) Ekstensi / detleksi kepala

Ekstensi disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu

bawah panggul mengarah ke depan dan atas, sehingga kepala harus

mengadakan ekstensi untuk melaluinya. Ekstensi terjadi setelah

kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksipul melewati

bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut:

oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut, dagu.

6) Putaran paksi luar

Setelah seluruh kepala lahir terjadi putaran kepala ke posisi

pada saat engagement. Dengan demikian bahu depan dan belakang

dilahirkan lebih dahulu dan diikuti dada,perut,bokong dan seluruh

tungkai.

7) Ekspulsi

Setelah kapala melakukan putaran paksi luar sesuai arah

punggung bahu depan di bawah simfisis menjadi hipomoklion


19

kelahiran bahu belakang, bahu depan menyusul lahir, diikuti

seluruh badan anak.

c. Tanda-Tanda Persalinan.

Menurut Sulistyawati (2010). tanda permulaan pesalinan antara lain:

1) Tanda persalinan sudah dekat.

a) Lightening

Menjelang minggu ke 36 pada primigravida, terjadi penurunan

fundus uterus karena kepala bayi sudah masuk ke dalam

panggul.

b) Terjadinya his pemulaan

Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi Brexton Hicks

yang kadang dirasakan sebagai keluhan karena rasa sakit yang

ditimbulkan.

2) Tanda masuk persalian

a) Terjadinva his persalinan

b) Pengeluaran lendir dan darah (penanda persalian)

c) Pengeluaran cairan

d. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan.

Menurut Asrinah.et al, (2010), adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi persalinan yaitu faktor Power (his), Passage (jalan

lahir), Passenger (bayi dan plasenta), psikologi ibu. dan penolong.


20

e. Pemeriksaan Penunjang Persalinan

Menurut Rukiyah, dkk (2009; h. 38-46), pemeriksaan

penunjang pada ibu bersalin menggunakan partograf. Manfaat dari

partograf adalah mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan

dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.

mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal dan untuk

melakukan deteksi dini setiap kemungkinan terjadinya resiko dari kala

I sampai kala IV.

f. Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Persalinan

Menurut Sumarah, dkk (2009; h.4) persalinan dibagi menjadi 4 kala

yaitu:

1) Kala I (Kala Pembukaan)

Berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan

lengkap. Menurut Friedman (1954) dalam buku Manuaba (2007)

melakukan penelitian terhadap pola pembukaan serviks saat

persalinann dan menemukan bentuk kurva "S".Fase laten

(pembukaan dari 0-3 cm), pada primigravida berlangsung 8-10 jam

dan pada multigravida berlangsung 6-8 jam. Dikenal istilah prolog

latent phase bila selang waktu tersebut dilampaui.

Menurut Sumarah, dkk (2009;h.4) Menyatakan bahwa

pada primigravida kala I berlangsung + 12,5 jam, pada

multigravida kala I berlangsung ± 7 jam 20 menit.


21

Pada kala I, lebih ditekankan pada asuhan kebidanan

dalam melakukan observasi kemajuan persalinan. Observasi

kemajuan persalinan ini meliputi evaluasi terhadap kesehatan ibu

dan bayi yang terdiri dari perneriksaan tanda vital, DJJ. kontraksi

uterus, pembukaan serviks, dan penurunan bagian terbawah janin

serta kemungkinan adanya bundle ring. Hasil temuan selama

observasi ini dicatat dalam form kemajuan persalinan berupa

partograf (Yanti_ 2010; hi 35).

Nyeri pada inpartu atau nyeri persalinan suatu perasaan

tidak menyenangkan yang merupakan respon individu yang

menyertai dalam proses persalinan oleh karena adanya perubahan

fisiologis dari jalan lahir dan rahim (Judha, 2012).

Upaya dalam menangani nyeri dapat terbagi menjadi dua,

yaitu penatalaksanaan farmakologis dan non farmakologis.

Penatalaksanaan farmakologis beresiko memiliki efek samping

pada kesejahteraan janin dalam kandungan. Dalam hal ini upaya

untuk menurunkan nyeri pada inpartu lebih ditekankan pada

penatalaksanaan nonfarmakologis (Mander, 2003).

Menurut Andarmoyo (2013) bahwa upaya

nonfarmakologis untuk menurunkan nyeri antara lain terapi es dan

panas/kompres panas dan dingin, stimulasi saraf elektris

transkutan, distraksi (pengalihan perhatian), relaksasi, imajinasi

terbimbing, hypnosis, akupuntur, dan massage atau pemijatan. Ada


22

beberapa jenis massage dalam upaya mengurangi nyeri, salah

satunya adalah slow stroke back massage (SSBM).

Stimulasi kutan SSBM adalah pijatan lembut, lambat,

dengan penekanan berirama sebanyak 60 pijatan dalam satu menit

dan dilakukan dalam waktu 3-10 menit (Meek. 2003).

Slow stroke back massage pada persalinan adalah pijatan

lembut, lambat, dengan penekanan berirama pada daerah torakal 10

sampai 12 dan lumbai 1 yang merupakan sumber persarafan pada

uterus dan serviks, teknik ini dilakukan sebanyak 60 pijatan dalam

satu menit dan dilakukan dalam waktu 3-10 menit. Manfaat dari

SSBM adalah mengurangi nyeri kontraksi persalinan.

Metode Stimulasi Kutan Slow Stroke Back Massage

(SSBM) Stimulasi kutan SSBM dilakukan dengan mengusap kulit

klien secara perlahan dan berirama dengan gerakan sirkuler dengan

kecepatan 60 kali usapan per menu selama 3-10 menit. Gerakan

dimulai pada torakal 10 (T10) sampai 12 (T12) kemudian

mencapai lumbal 1 (L1) Metode stimulasi kutan SSBM dapat

dilihat pada gambar dibawah ini .


23

Gambar 2.1
Metode stimulasi kutan SSBM

Berdasarkan penelitian Grhasta Dian Perestroika yang

berjudul "Pengaruh Stimulasi Kutan Slow Stroke Back Massage

Terhadap Perubahan Kadar Endorphin Dan Nyeri Persalinan Pada

Ibu inpartu Di RSUD Kota Semarang" tahun 2014 mengatakan

bahwa semakin lama teknik SSBM dilakukan (lebih dari 10 menit)

mempunyai potensi besar dalam menurunkan nyeri yang

disebabkan oleh kontraksi pada persalinan kala I.

2) Kala II (Kala Pengeluaran Janin)

Kala II dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai

bayi lahir. Berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada

muitigravida. Pada kala ini his menjadi lebih kuat dan cepat,

kurang lebih 2-3 menit sekali (Sumarah, dkk, 2009; hA).

Bidan menolong persalinan dengan menggunakan 60

langkah Asuhan Persaiinan Normal. Menurut Kemenkes RI (2013;

h_39-49) asuhan kala II sebagai berikut terlampir.


24

3) Kala III (Kala Pengeluaran Uric)

Menurut Sumarah, dkk (2009; h.4) kala III dimulai segera

setelah bayi lahir sampai Iahirnya plasenta. yang berlangstirg tidak

lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan

fundus uteri agak diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus

berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya.

Berdasarkan .penelitian Baltiyatun, Titi Suherni, Melyana

Nurul W yang berjudul "Perbedaan Lama Pelepasan Plasenta dan

Jumlah Perdarahan pada ibu yang Melaksanakan Inisiasi Menyusui

Dini (1MD)" tahun 2015 hasil menunjukan bahwa setelah

dilakukan perlakuan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) pada 20 ibu

bersalin normal, rata-rata lama pelepasan plasenta pada kala III

yaitu 8 menit 42 detik dengan jumlah perdarahan 335 cc.

Sedangkan pada 20 ibu yang tidak dilaksanakan IMD pada kala III

persalinannya memerlukan waktu rata-rata 12 menit 51 detik

dengan jumlah perdarahan 427,5 cc.

4) Kala IV

Kala IV dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam

pertama post partum.

3. Nifas

a. Pengertian

Masa nifas adalah masa setelah persalinanselesai sampai

dengan 6 minggu atau 42 hari. Pada masa ini, organ reproduksi secara
25

perlahan akan mulai berubah seperti keadaan sebelum hamil atau biasa

disebut dengan involusi.

b. Tahapan Masa Nifas

Ada tiga tahapan pada masa nifas, yaitu :

1) Puerperium dini

Masa peralihan awal dimana ibu diperbolehkan untuk

berdiri dan berjalan-jalan. Mobilisasi segera sangat dianjurkan

untuk ibu yang melahirkan pervaginam tanpa komplikasi.

2) Puerperium intermedial

Masa dimana organ reproduksi berangsur-angsur akan

kembali seperti sebelum kehamilan. Masa ini berlangsung kurag

lebih 6 minggu atau 42 hari.

3) Remote puerperium

Waktu yang diperlukan untuk sehat sempurna setelah

persalinan. Rentang waktu remote puerperium satu ibu dengan

yang lainnya berbeda hal ini bergantung pada berat atau ringannya

komplikasi yang dialami selama hamil atau persalinan. ( Maritalia,

2012)

c. Perubahan Fisiologi Masa Nifas

Pada masa nifas organ reproduksi interna dan eksterna akan

mengalami perubahan seperti keadaan sebelum hamil. Berikut adalah

perubahan fisiologi yang terjadi pada masa nifas :

1) Uterus
26

Uterus merupakan tempat berkembangnya janin selama

masa kehamilan. Pada keadaan tidak hamil berat uterus hanya 30

gram sedangkan pada akhir kehamilan berat uterus mencapai 1000

gram. Hal ini disebabkan karena kadar hormon estrogen dan

progesteron meningkat selama kehamilan yang menyebabkan

terjadinya hipertropi otot polos uterus.

Satu minggu setelah persalinan berat uterus menjadi 500

gram, dua minggu setelahnya menjadi 300 gram dan menjadi 40-60

gram setelah 6 minggu persalinan.

Perubahan yang terjadi pada dinding uterus adalah

timbulnya thrombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi

plasenta. Tidak ada pembentukan jaringan parut pada tempat bekas

implantasi plasenta.

Tinggi fundus uterus setelah janin lahir yaitu setinggi pusat,

sekitar 2 jari dibawah pusat setelha plasenta lahir, pertengahan

antara pusat dengan simpisis pada hari kelima postpartum dan

setelah 12 hari tinggi fundus uterus tidak dapat diraba lagi.

2) Serviks

Serviks masih dapat dilewati tangan pemeriksa segera

setelah janin dilahirkan. Setelah 2 jam persalinan serviks hanya

dapat dilewati 2-3 jari dan setelah satu minggu hanya dapat

dilewati 1 jari saja.

3) Vagina
27

Selama persalinan vagina mendapat tekanan serta

peregangan yang sangat besa menyebabkan beberapa hari setelah

persalinan vagina dalam keadaan kendur. Pada 3 minggu setelah

persalinan vagina akan kembali seperti sebelum kehamilan dan

rugae dalam vagina berangsur-angsur akan muncul kembali.

4) Vulva

Beberapa hari setelah persalinan vulva tetap berada pada

keadaan kendur. Setelah 3 hari vulva akan mulai kembali kepada

keadaan tidak hamil dan labia menjadi menonjol.

5) Payudara

Pada masa nifas payudara akan memproduksi asi sebagai

nutrisi bayi yang sudah dipersiapkan sejak kehamilan trimester

pertama.

6) Tanda-tanda Vital

a) Suhu

Suhu tubuh akan meningkat dan akan turun setelah 12

jam persalinan. Bila suhu tubuh tidak kembali dalam 12 jam

maka patut dicurigai adanya kemungkinan infeksi.

b) Nadi

Setelah proses persalinan sedikit akan melambat dan

akan normal kembali pada masa nifas.


28

c) Tekanan darah

Tekanan darah setelah proses persalinan biasanya akan

sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pada saat hamil.

d) Pernafasan

Pernafasan ketika persalinan akan meningkat dan akan

kembali normal setelah persalinan hal ini dipengaruhi oleh suhu

dan denyut nadi.

e) Hormon

Pada masa nifas hormon prolaktin akan meningkat

sampai sekitar 6 minggu. Kadar prolaktin dalam darah

dipengaruhi oleh frekuensi menyusui dan nutrisi yang

dikonsumsi.

f) Sistem peredaran darah

Sekitar 1 sampai dengan 2 minggu akan terjadi

kompensasi berupa timbulnya hemokonsentrasi oleh system

homeostatis akibat dari meningkatnya volume darah ibu yang

mengakibatkan kerja jantung sedikit meningkat.

g) Sistem pencernaan

Buang air besar pada 1-3 hari setelah postpartum

mengalami perubahan. Hal ini dikarenakan penurunan tonus

otot selama proses persalinan.


29

h) Sistem perkemihan

Setelah persalinan akan terjadi distensi kandung kemih

yang dapat mengakibatkan perdarahan karena menghambat

uterus berkontraksi. Dengan mengosongkon kandung kemih

secara adekuat, tonus kandung kemih akan pulih dalam lima

sampai dnegan tujuh hari setelah bayi lahir.

i) Sistem integumen

Pada sistem ntegumen terjadi hiperpigmentasi pada

wajah, leher, mammae, dinding perut dan beberapa lipatan

sendi karena pengaruh hormon yang akan menghilang selama

masa nifas.

j) Sistem Musculoskeletal

Setelah proses persalinan selesai, dinding perut akan

menjadi longgar, kendur dan melebar selama beberapa minggu

atau bahkan sampai beberapa bulan akibat peregangan yang

begitu lama selama hamil. ( Maritalia, 2012)

d. Adaptasi Psikologi Nifas

Menurut Bahiyatun (2009), dalam menjalani adaptasi setelah

melahirkan ibu akan mengalami fase fase sebagai berikut:

1) Fase Taking In

Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini

berlangsung dari hari pertama sampai hari ke dua setelah

melahirkan.
30

2) Fase Taking Hold

Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara 2-4

hari setelah melahirkan. Ibu perhatian terhadap kemampuan dirinya

menjadi orang tua.

3) Fase Letting Go

Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab

akan peranbarunya. Pada periode iniumumnya terjadi depresi post

partum.Selain fase-fase tersebut ibu juga mengalami perasaan let

down atau depresi post partum. Umumnya depresi ini sedang dan

mudah berubah dimulai 2- 3 hari setelah melahirkan dan dapat

diatasi 1-2 minggu kemudian. Dapat juga terjadi post partum

blues/ baby blues yaitu periode emosional stres yang terjadi antara

hari ke- 3 dan ke- 10 setelah persalinan yang terjadi 80 % pada ibu

post partum. Kesedihan dan duka cita, hal ini dapat terjadi apabila

bayinya cacat atau meninggal.

e. Deteksi Dini Komplikasi pada Masa Nifas

Komplikasi pada masa nifas jarang terjadi.Komplikasi ini

dapat bidan deteksi secara dini melalui observasi, wawancara maupun

pemeriksaan.

f. Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Nifas

Setelah melahirkan, maka ibu dalam masa nifas. Selama masa

nifas kebutuhan dasar ibu seperti makan, minum, kebersihan,

mobilisasi dan lain-lain harus terpenuhi dengan baik untuk menunjang


31

pemulihan alat-alat kandungan, sehingga bidan harus selalu

memberikan saran pada ibu nifas agar ibu nifas tersebut mengerti akan

kebutuhan dasar yang harus dipenuhi.

Selama masa nifas, bidan dianjurkan untuk melakukan

pemeriksaan lanjutan pada ibu dan bayinya untuk memastikan keadaan

ibu dan bayi melalui kunjungan rumah minimal sebanyak 4 kali.

Tabel 2.1

Jadwal Kunjungan Nifas

Kunjungan Waktu Tujuan


1 6-8 jam setelah - Mencegah perdarahan masa

persalinan nifas karena persalinan atonia

uteri.

- Mendeteksi dan rnerawat

penyebab lain perdarahan,

rujuk jika perdarahan lain

berlanjut.

- Memberi konseling pada ibu

atau salah satu anggota

keluarga mengenai bagaimana

cara mencegah perdarahan

masa nifas karena atonia uteri.

- Pemberian AS1 awal.

- Melakukan hubungan ibu


32

dengan bayi baru lahir

- Menjaga bayi tetap hangat

dengan cara mencegah

hypotermi.

- Pengawasan 2 jam pertama

setelah- kelahiran bayi

2 6 hari setelah - Memastikan involusi uterus

persalinan berjalan normal persalinan

- Menilai adanya tanda-tanda

demam. infeksi atau

perdarahan abnormal.

- Memastikan ibu mendapatkan

cukup makanan, cairan, dan

istirahat.

- Memastikan ibu menyusui

dengan balk dan tidak.

memperlihatkan tanda- tanda

penyulit.

- Memberikan konseling pada

ibu mengenai asuhan pada bayi

2 minggu

3 2 minggu setelah - Pada 2 minggu setelah

persalinan persalinan tujuannya setelah


33

sama dengan saat 6 hari pada

masa nifas

4 6 minggu setelah - Menanyakan pada ibu tentang

persalinan kesulitan-kesulitan yang ia

atau bayinya alami.

- Memberikan konseling KB

secara dini.

4. Bayi Baru Lahir (BBL)

a. Definisi

Menurut Kosim (2007) dalam Dwienda, dkk (2014; h.5 ) bayi

baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500-4000 gram, cukup

bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital

(cacat bawaan) yang berat.

b. Karaktefistik/ Ciri Bayi Baru Lahir Normal

Menurut Dwienda, dkk (2014; h.5) ciri-ciri bavi baru lahir

normal adalah berat badan 2500-4000 gram, panjang badan 48-52 cm,

lingkar dada 30-38 cm, lingkar kepala 33-35 cm, frekuensi jantung

120-160 kalii'menit,. pernapasan ± 40-60 kali/ menit, kulit kemerah-

merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup, rambut lanugo

tidak terlihat,rambut kepala biasanya telah sempurna, kuku panjang

dan lemas, genitalia perempuan labia mayora sudah menutupi labia

miriora, laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada, refleks hisap

dan menelan sudah terbentuk dengan baik, refleks moro sudah baik,
34

refleks graps sudah baik, refleks rooting mencari puting susu dengan

rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut terbentuk dengan balk,

eliminasi balk, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, warna

mekonium hitam kecoklatan.

Tabel.2.2

Tanda APGAR

Tanda Nilai: 0 Nilai:1 Nilai:2


Appearance (warna Pucat/biru Tubuh merah, Seluruh tubuh

kulit) seluruh tubuh ekstremitas biru kemerahan

Pulse (denyut Tidak ada <100 >100

jantung)

Grimace (tonus Tidak ada Ekstremitas Gerakan aktif

otot) sedikit fleksi

Activity (aktivitas) Tidak ada Sedikit gerak Langsung

menangis

Respiration Tidak ada Lemah/tidak Menangis

(pernapasan) teratur

Sumber: Dwienda (2014;h.5).

Interpretasi:

1) Nilai 1-3 asfiksia berat

2) Nilai 4-6 asfiksia sedang,

3) Nilai 7-10 asflksia ringan (normal)

c. Tahapan Bayi Baru Lahir


35

Menurut Dwienda, dkk (2014;h.7) tahapan bayi baru lahir

yaitu: Tahapan 1 terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit

pertama kelahiran (digunakan sistem scoring apgar untlik fisik dan

scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu). Tahap II disebut tahap

transisional reaktivitas (dilakukan pengkajian 24 jam pertama terhadap

adanya perubahan perilaku). Tahap III disebut tahap periodik,

pengkajian dilakukan setelah 24 jam pertama yang meliputi

pemeriksaan seluruh tubuh.

d. Tanda-Tanda Kegawatan pada Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu

atau beberapa tanda-tanda berikut yaitu sesak napas, frekuensi

pernapasan 60 x/ menit, gerak retraksi di dada, malas minum, panas

atau suhu badan bayi rendah, kurang aktif, dan berat lahir rendah

(1500- 2500 gram) dengan kesulitan minum. Sedangkan tanda- tanda

bayi sakit berat yaitu apabila bayi sulit minum, sianosis sentral (lidah

biru), perut kembung, periode apneu, kejang/ periode kejang- kejang

kecil, merintih, perdarahan, sangat kuning, dan berat badan lahir <

1500 gram (Saifuddin, dkk, 2009).

e. Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir

Menurut Prawirohardjo (2010; h.367-372) manajemenbayi baru lahir

yaitu:

1) Pengaturan Suhu

2) Resusitasi Neonatus
36

3) Inisiasi Menyusu Dini (1MD)

4) Pengikatan dan pemotongan tali pusat

5) Perawatan Tali Pusat

6) Profilaksis mata

7) Pemberian vitamin K

8) Pengukuran berat dan panjang lahir

9) Memandikan bayi

Kunjungan Neonatus (KN) adalah kunjungan yang dilakukan

oleh petugas kesehatan ke rurnah ibu bersalin, untuk memantau dan

memberi pelayanan kesehatan untuk ibu dan bayinya. Menurut

Kemenkes Rt tahun 2013 standar pelayanan minimal KN dibagi menjadi

3, yaitu:

a. KN1 adalah kunjungan pada 0-2 hari. Asuhan yang diberikan yaitu

pemberian vitamin K1 injeksi dan imunisasi hepatitis Bo bila belum

diberikan pada saat lahir, perawatan tali pusat, pencegahan hipotermi,

pencegahan infeksi.

b. KN2 adalah kunjungan 2-7 hari. Asuhan yang diberikan yaitu

konseling perawatan bayi baru lahir termasuk ASI eksklusif dan

perawatan tali pusat, periksa tanda bahaya infeksi, pencegahan

hipotermi.

c. KN3 adalah kunjungan setelah 7-28 hari.Asuhan yangdiberikan vaitu

imunisasi bayi 1 bulan meliputi BCC dan Polio 1, memastikan tidak

terdapat.tanda-tanda infeksi, mernastikan pemberian ASI ekslusif.


37

5. Keluarga Berencana (KB)

a. Definisi

Menurut Maritalia (2012; h.101) Keluarga Berencana (KB)

atau Family Planning/Planned Parenthood adalah suatu usaha untuk

menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan

memakai alat kontrasepsi sehingga dapat mewujudkan keluarga kecil,

bahagia dan sejahtera.

b. Metode Kontrasepsi

Untuk menjarangkan kehamilan atau merencanakan jumlah

dan jarak kehamilan, terdapat beberapa metode kontrasepsi.Jenis

metode KB pasca persalinan yaitu non hormonal seperti Metode

Amenore Laktasi (MAL), Kondom, AKDR, Kontrasepsi Mantap

(tubektomi, vasektomi). Hormonal seperti progestin (pil, injeksi,

implan), kombinasi (pil dan injeksi) (Mujiati,dkk, 2013; h.13).

Metode amenorea laktasi adalah kontrasepsi yang

mengandalkan pemberian ASI secara ekslusif.efektif sampai 6 bulan

dan tidak mempengaruhi produksi ASI. Metode barrier yaitu kondom

(pria), diafragma (wanita) dan spermisida (bahan kimia non oksinol-9

untuk menonaktifkan/membunuh sperma).

Masalah yang sering muncul dalam pemberian ASI Ekslusif

yaitu kurangnya produksi ASI sehingga banyak ibu-ibu yang berhenti

memberikan AS1 Ekslusif pada anaknya sebelum 6 bulan. Sebuah

penelitian berjudul Sweet Potato (Ipomoea Batatas L) Leaf: It's Effect


38

on Prolactin and Production of Breast Milk in Postpartum Mothers

oleh Kusuma IC, Setiani 0, Umaroh, Pramono N. Widyawati MN,

Kumorowulan menunjukan bahwa mengkonsumsi daun ubi jalar

selama 14 hari disertai frekuensi menyusui, nutrisi ibu, dan beberapa

faktor penunjang lainnya dapat meningkatkan produksi AS1.

Kontrasepsi kombinasi tidak dianjurkan untuk ibu menyusui

eksklusif.Contoh kontrasepsi kombinasi yaitu pil kombinasi

(monofasik, bifasik, trifasik), suntik kombinasi (Cyclofem; satu bulan

sekali).

Kontrasepsi progestin memiiiki keuntungan tidak

mempengaruhi produksi ASI contohnya yaitu kontrasepsi suntik

progestin (depo provera setiap 3 bulan sekali, dan depo noristerat

diberikan setiap 2 bulan sekali), kontrasepsi pil progestin (mini pil),

kontrasepsi implant yaitu alai kontrasepsi yang dipasang dibawah kulit

dengan dilakukan bedah kecil pada kulit (efektif selama 5 tahun;

norplant. Efektif selama 3 tahun; jadena, indo plant, impla non) dan

AKDR dengan progestin. AKDR yaitu jenis kontrasepsi yang dipasang

dalam rahim (AKDR CuT-380A, NOVAT), Kontrasepsi

mantap/kontap adalah kontrasepsi untuk menghentikan fertilitas yang

dilakukan dengan pembedahan. Kontap meliputi tubektomi (wanita)

dan vasektomi (pria) (Saifuddin. dkk, 2011h.MK-1-MK87).

1) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Kontrasepsi


39

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sari, Suryani dan

Handayani (2010).menyatakan bahwa terdapat hubungan

Konseling Keluarga Bcrencana (KB) Dengan Pengambilan

Keputusan Pasangan Usia Subur (PUS) Dalam Penggunaan Alat

Kontrasepsi.

2) Konseling KB

Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam

memberikan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi.Dengan

konseling, klien dapat dengan mudah memiiih dan memutuskan

jenis kontrasepsi yang diinginkan.(Saifuddin. dkk. 2011).

B. Teori Kebidanan

1. Pengertian Asuhan Kebidanan

Menurut Purwandi (2016:h.7) Asuhan kebidanan adalah

penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab bidan

dalam memberi pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan/

masalah dalam kesehatan ibu pada masa kehami!an, persa1inan, nifas.

BBL, dan pelayanan keluarga berencana.Bidan dalam menjalankan

asuhan kebidanan menggunakan rnenggunakan manajemen kebidanan.

2. Manajemen Asuhan Kebidanan Kehamilan

Manajemen kebidanan adalah suatu rnetode proses berfikir logis

sistematis. Oleh karena itu rnanajemen kebidanan, merupakan alur fikir

bagi seorang bidan dalam memberikan arah/kerangka dalam rnenangani


40

kasus yang menjadi tanggung jawabnya (Estiwidani, dkk, 2008; h.124).

Manajemen asuhan kebidanan kehamilan meliputi:

a. Langkah 1 Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah ini data yang harus dikumpulkan pada ibu hamil

meliputi biodata/ identitas baik ibu maupun suami, data subyektif

dan data obyektif (Muslihatun, 2010:136).

1) Data subyektif

a) Ideniitas pasien: nama, umur, agama, suku/bangsa,

pendidikan, pekerjaan dan alamat lengkap (Prawirohardjo,

2010:279).

b) Keluhan utama: Keluhan utama yang diuraikan yaitu sejak

kapan timbul gangguan, kronologi, frekuensi hilang timbul

letak rasa sakit, apakah gangguan mempengaruhi kegiatan

sehari-hari dan cara mengatasi gangguan (Sulistyawati.

2012:167).

c) Riwayat kesehatan: riwayat kesehatan sekarang dalam buku

Ummi, dkk (2010:87) yaitu untuk mengetahui penyakit yang

di derita ibu sekarang ini atau untuk mengetahui penyakit lain

yang bisa memperberat keadaan riwayat kesehatan yang lalu

perlu dikaji untuk mengetahui apakah klien pernah

mempunyai riwayat penyakit jantung, asma, ginjal. TB paru,

hipertensi dan DM pada kesehatan yang lalu (Wiknjosastro.

2008:133); riwayat kesehatan keluarga dikaji untuk


41

mengetahui penyakit dalam keluarga Diabetes Melitus,

hipertensi, hamil kembar, maupun kelainan bawaan

(Prawirohardjo. 2014:280).

d) Riwayat menstruasi, untuk mengetahui tentang menarche,

umur berapa, siklus, lama menstruasi, banyak menstruasi.

sifat darah, disminorhoe atau tidak, untuk mengetahui hari

pertama haid terakhir untuk menentukan tanggal kelahiran

dari persalinan (Prawirohardjo, 2010:279).

e) Riwayat perkawinan, yang lalu meliputi berapa kali hamil,

anak yang lahir hidup, persalinan tepat waktu, persalinan

premature, keguguran atau kekagalan keharnilan, persalinan

dengan tindakan (dengan forcep, vacum, atau seksio sesarea);

riwayat perdarahan pada persalinan, pasca persalinan;

hipertensi akibat kehamilan pada kehamilan terdahulu: berat

badan bayi kurang dari 2.5 kg atau lebih dari 4 kg, bayi

kembar; masalah-masalah lain yang dihadapi. Pentingnya

mengetahui riwayat ini adalah untuk dapat mengetahui dalam

memberikan asuhan kehamilan (konseling, tindakan lanjut

dan rencana persalinan) (Mandriwati, 2007:24).

f) Riwayat kehamilan sekarang, untuk mendeteksi komplikasi,

ketidaknyamanan dan keluhan selama kehamilan meliputi

hamil ke berapa (untuk menentukan faktor resiko seperti

gravida >4); usia berapa minggu; HPHT (dasar menentukan


42

usia kehamilan dan taksiran persalinan (Varney, 2006:524);

HPL (menentukan taksiran persalinan cukup bulan untuk ibu

dengan siklus haid teratur); gerak janin (normal 10 kali/ 12

jam); tanda bahaya (perdarahan, gerak janin tidak ada,

demam tinggi, keluar cairan pervaginaan, pusing hebat

disertai bengkak di tangan dan wajah, nyeri ulu hati);

kekhawatiran khusus; imunisasi Tetanus Toxoid (bayi

mendapat perlindungan dari tetanus neonatorum. Pemberian

imunisasi TT dilihat dari status imunisasi ibu), jumlah ANC;

riwayat ANC (sekali pada trimester 1 pada kehamilan hingga

12 minggu, trimester 11 usia >12-24 minggu, minimal 2 kali

pada trimester 111 di lakukan setelah minggu ke 24 sampai

minggu ke 36 (Kemenkes RI, 2010:13).

g) Riwayat keluarga berencana, untuk mengetahui sebelum

hamil ibu pernah menggunakan alat kontrasepsi atau tidak.

berapa lama menggunakannya (Prawirohardjo, 2010:280).

h) Pola kebiasaan sehari-hari, untuk mengetahui apakah ada

perubahan pada pola kebiasaan sehari-hari ibu selama hamil,

antara lain :

(1) Pola nutrisi, Sulistyawati (2012:169) mengemukakan

pola nutrisi, dikaji untuk menanyakan ibu hamil apakah

menjalani, diet khusus, bagaimana nafsu makannya,

jumlah makanan dan minuman atau cairan yang masuk.


43

(2) Menurut Mufdillah (2009:3) pola eliminasi dikaji untuk

mengetahui berapa kali ibu BAB dan BAK. adakah

kaitannya dengan obstipasi atau tidak.

(3) Pola aktivitas pekerjaan, pengkajian pada pola aktifitas

dan istirahat yaitu untuk mengetahui aktifitas ibu

berlebihan atau tidak, adakah trauma atau kecelakaan

kerja yang dialami ibu. Berapa jam ibu tidur siang dan

malam (Mufdillah, 2009:13).

(4) Personal hygiene, dikaji untuk mengetahui bagaimana

klien menjaga kebersihan dirinya terutama daerah

genetalia, karena jika kebersihan genetalia kurang dapat

memicu terjadinya infeksi (Sulistyawati, 2012 : 171).

(5) Pola seksual, untuk mengetahui berapa kali ibu

melakukan hubungan suami isteri dalam seminggu

(Hidayat dan Uliyah, 2006:43).

(6) Kebiasaan yang merugikan kesehatan seperti merokok,

minum alkohol, obat-obatan dan jamu. Konsumsi obat-

obatan untuk penderita epilepsi, hipertensi, psikosis dan

penyakit lain perlu di lakukan kolaborasi dengan dokter.

(Varney, 2006:113).

(7) Psikososial spiritual, dikaji untuk mengetahui respons

ibu dan keluarga terhadap bayinya (Ambarwati.

2008:137).
44

2) Data Obyektif

a) Pemeriksaan Umum terdiri dari: keadaan urnum, untuk

mengetahui keadaan umum pasien apakah baik/cemas atau

cukup/jelek; kesadaran, untuk mengetahui tingkat kesadaran

ibu apakah composmentis, samnolen, dan koma sopor, koma

atau delirium; tanda vital (tensi, pernafasan, suhu tubuh);

tinggi badan, untuk mengetahui tinggi badan ibu kurang dari

145 cm atau tidak, dan termasuk resiko tinggi atau tidak;

berat badan, untuk mengetahui adanya kenaikan berat badan

klien selama hamil, penambahan berat badan rata-rata 0,3-0,5

kg/minggu, tetapi nilai normal untuk pertambahan berat

badan selama hamil 9-12 Kg. f; LILA untuk mengetahui

lingkar lengan ibu 23,5 cm atau tidak, dan termasuk resiko

tinggi atau tidak (Wiknjosastro.2008:134).

b) Pemeriksaan fisik/status present meliputi kepala

(kebersihan,ada benjolan atau tidak); mata (konjungtiva

anernis, sklera, kebersihan,kelainan, gangguan penglihatan);

hidung (sumbatan, polip, alergi debu); mulut (sakit gigi,

perdarahan dan lesi mulut/ gusi/ bibir, kesulitan mengunyah);

telinga (kebersihan, gangguan pendengaran); leher

(pembesaran kelenjar tiroid, pembuluh limfe dan peningkatan

vena jugularis); ketiak; dada (bentuk, kesimetrisan, denyut

jantung, gangguan pernapasan); perut (bentuk, nyeri


45

epigastrium, bekas luka operasi. ibu dengan riwayat SC

mempunyai resiko ruptur uteri); lipat paha (pembengkakan

kelenjar limfe); vulva (varises, luka, jaringan parut, fistula);

ekstremitas (nyeri, udem, pucat, varises, kelengkapan jari);

reflek patella; punggung (deformitas) dan anus (hemoroid)

(Varney, 2006:35-39)

c) Pemeriksaan khusus untuk kebidanan: obstetrik meliputi

inspeksi, palpasi dan auskultasi. Pemeriksaan inspeksi antara

lain (muka, mama; abdomen dan vulva). Auskultasi meliputi

DJJ (frekuensi 120-160 x/menit, irama teratur). Peningkatan

estrogen dan progesteron berperan dalam proses

melanogenesis sehingga menyebabkan cloasma gravidarum,

striae gravidarum, linea nigra/alba, hiperpigmentasi

payudara, dinding vagina bertambah panjang, adanya

peningkatan volume sekresi vagina menyebabkan

pengeluaran fluor, Palpasi uterus, untuk menentukan umur

kehamilan melalui TFU; menentukan letak janin (normal

janin intrauterin dan letak bujur) dan mengukur taksiran berat

janin (normalnya 2500-4000 gram). Palpasi dilakukan dengan

Leopold I-1V untuk menentukan bagian, letak dan presentasi

janin (Manuaba, 2007:160).


46

b. Langkah II: Interperetasi Data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa

atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data yang

dikumpulkan.Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan

sehigga dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.

(Salamah, 2006:158).

c. Langkah III: Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau

diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa

yang sudah di identifikasikan. Langkah ini membutuhkan antisipasi,

bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien

bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial

ini benar-benar terjadi (Mufdillah ,2012:113).

d. Langkah IV: Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan dan

memerlukan penanganan segera.

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/atau

dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota

tim kesehatan yang lain sesuai kondisi klien (Asrinah. 2010: 117).

e. Langkah V: Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh.

yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Rencana asuhan

yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi

dari kondisi klien, tetapi dikerangka pedoman antisipasi terhadap


47

perempuan tersebut seperti. apa yang diperkirakan akan terjadi

berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah

periu merujuk klien. Menurut Kemenkes RI (2013:239), standar

pelayanan antenatal terdiri dari 10T.

f. Langkah VI: Melaksanakan perencanaan

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh

seperti telah diuraikan pada langkah ke-5 dilaksanakan secara efisien

dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan dan

sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan Iainnya

(Salamah, 2006:164).

g. Langkah VII: Evaluasi

Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi efektivitas dari

asuhan yang sudah di berikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan

bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan

sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosa

(Salamah, 2006:165).

Salah satu ketidaknyamanan yang sering timbul pada ibu

hamil terutama pada trimester ke III adalah nyeri punggung. Nyeri

punggung lazim terjadi pada kehamilan. Untuk mengurangi nyeri

punggung pada ibu hamil trimester III dianjurkan untuk mengikuti

senam hamil. Menurut Agnesia (2010) jenis olah tubuh yang paling

sesuai untuk ibu hamil adalah senam hamil. Senam hamil adalah

suatu bentuk latihan guna memperkuat dan mempertahankan


48

elastisitas otot-tot dinding perut, ligamen-ligamen, serta otot dasar

panggul yang berhubungan dengan proses persalinan. Latihan ini

berfungsi untuk memperkuat stabilitas inti tubuh yang kana

membantu memelihara kesehatan tulang belakang. Senam hamil

dapat meringankan keluhan nyeri punggung yang dirasakan oleh ibu

hamil karena didalam senam hamil terdapat gerakan yang dapat

memperkuat otot abdomen (Yosefa, etall.2013).

3. Pengertian Asuhan Kebidanan Komprehensif

Asuhan kebidanan komprehensif adalah asuhan yang biasanya

diberikan dari awal kehamilan (terkadang termasuk asuhan pra konsepsi)

berlanjut ke asuhan persalinan.bayi baru lahir, nifas, sampai akhir masa

nifas yaitu 6 minggu setelah bersalin. (Pratami. 2014;h. 55).

4. Pengertian Asuhan Kebidanan Berkelanjutan

Asuhan kebidanan berkelanjutan (continuity of care)

memberikan kontribusi dalam meningkatkan kualitas dan keamanan

dalam asuhan pada.ibu. Continuity of care memberikan kesempatan pada

ibu untuk menerirna asuhan yang efektif.meningkatkan pengetahuan,

meningkatkan hasil pemeriksaan serta memudahkan ibu mengalami

kesulitan untuk menjangkau tempat pelayanan kesehatan, misalnya

dengan memudahkan komunikasi antara ibu dengan dokter spesialis

kebidanan saat memerlukan konsultasi yang lebih spesifik. Metode

continuity of care memberikan kemudahan untuk deteksi dini terhadap

berbagai faktor resiko maupun resiko tinggi.Selain meningkatkan


49

kualitas asuhan selama hamil dan bersalin, metode ini dapat mengurangi

intervensi selama persalinan termasuk operasi caesaria (Pratami, 2014;h.

56).

5. Dokumentasi Kebidanan

Pendokumentasian asuhan kebidanan dilakukan dengan metode

SOAP. Prinsip dari metode SOAP ini merupakan proses pemikiran

penatalaksanaan dari manajemen kebidanan. Dalam metode SOAP, S

adalah data Subyektif, O adalah data Obyektif, A adalah

Analysis/Assasement dan P adalah Planning yang merupakan catatan

yang bersifat sederhana, jelas, logis dan singkat (Muslihatun, 2009).

Kriteria Pencatatan Asuhan Kebidanan adalah sebagai berikut:

a. Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada

formulir yang tersedia (Rekam medis atau KMS atau status pasien

atau buku KIA).

b. Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP

S adalah data subjektif, mencatat basil anamnesa

O adalah data objektif mencatat hasil pemeriksaan

A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan

P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,

tindakan segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan.

dukungan, kolaborasi, evaluasi dan rujukan (Kepmenkes No.

938/Menkes/SK/VII/2007).
50

6. Catatan Perkembangan: Asuhan Ibu dalam Masa Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan

melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa

bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini dimulai dengan adaya kontraksi

persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara

progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta (Sulistyawati, dkk 2010:

4).

Asuhan Persalinan Normal (APN) adalah persalinan yang bersih

dan aman serta mencegah terjadinya komplikasi.Persalinan yang bersih

dan aman serta pencegahan komplikasi selama dan pascapersalinan

terbukti mampu rnengurangi kesakitan atau kematian ibudan bayi baru

lahir(JNPK-KR. 2011:2).

a. Persalinan Kala 1

1) Subyektif

Menurut Champion dan McCormick dalam Fraser dan

Cooper (2009: 437) pertanyaan awal meliputi kapan kontraksi

dimulai, apakah ketuban sudah pecah, frekuensi gerakan janin,

serta kekuatan his, selain itu pertanyaan yang harus diajukan

adalah apakah mengalami gangguan tidur, dan juga makan terakhir

sangat penting guna menambah tenaga untuk mengejan dan karena

metabohsme yang meningkat disebabkan aktivitas otot rangka saat

persalinan.
51

2) Obyektif

Menurut Parwirohardjo (2014:107) pemantauan yang

dilakukan selama persalinan adalah sebagai berikut:

a) Keadaan ibu: tanda-tanda vital (tekanan darah meningkat

selama kontraksi 15-20 mmhg pada sistol dan 5-10 mmhg

pada diastol, suhu meningkat 0,5-1°C, denyut nadi meningkat

selama kontraksi, pernapasan sedikit meningkat karena

peningkatan proses metabolisme); status kandung kemih.

b) Keadaan janin: pemeriksaan denyut jantung janin.

pemeriksaan selaput ketuban sudah pecah atau belum, periksa

warna cairan (adanya rnekoneum), kepekatan, jumlah cairan,

molase.

c) Kemajuan persalinan: his / kontraksi (frekuensi, lamanya,

kekuatan); pemeriksaan vagina (pembukaan serviks, penipisan

serviks, penurunan bagian terendah, molding/molase;

pemeriksaan abdomen luar (penurunan kepala).

3) Analisa

Diagnosa kebidanan meliputi nama, umur, paritas (G P A),

keadaan janin (tunggal/ ganda, hidup/ mati, intra/ ekstrauterin,

letak bujur/ lintang, presentasi), inpartu kala I dan fase laten/ aktif,

normal/ tidak).
52

4) Penatalaksanaan

Asuhan kebidanan selama persalinan menurut

Prawirohardjo (2014:109), peran petugas kesehatan adalah

memantau dengan seksama dan memberikan dukungan serta

kenyamanan pada ibu baik segi emosi/perasaan maupun fisik.

Tindakan yang dapat dilakukan adalah: menghadirkan orang yang

dianggap penting oleh ibu, seperti suami, keluarga, atau teman

dekat, dukungan yang diberikan dapat berupa mengelap keringat,

menemani/membimbingjalan-jalan, memberikan minum, merubah

posisi, memijat atau menggosok punggung, dll; mengatur aktivitas

dan posisi ibu, ibu diperbolehkan melakukan aktivitas sesuai

kesanggupannya. anjurkan ibu untuk berbaring miring kekiri:

membimbing ibu untuk rileks ketika ada his (dengan relaksasi

nafas dalam): menjaga privasi ibu; menjelaskan kemajuan

persalinan; menjaga kebersihan diri (memperbolehkan ibu untuk

mandi, menganjurkan mernbasuh kemaluan setelah BAK/BAB,

masase, pemberian cukup minum: mempertahankan kandung

kemih tetap kosong, sentuhan.

Partograf dan pengawasan 10. Partograf adalah alat bantu

yang digunakan selama persalinan dengan tujuan diantaranya

mencatat hasil observasi kemajuan persalinan, mendeteksi apakah

proses persalinan berjalan normal, deteksi penyulit dan alat bantu

membuat keputusan klinik. Selama proses persalinan Kala 1


53

dilakukan pengawasan 10 berupa penilaian keadaan umum ibu,

tekanan darah, nadi, suhu, respirasi, his/kontraksi, DA,

pengeluaran pervaginaan, cincin retraksi patologis serta tanda

gejala kala II (Prawirohardjo, 2010: 315).

b. Persalinan kala II

1) Subyektif

Kontraksi (kuat, frekuensi Iebih dari 3 kali dalam 10 menit

40 detik); tandakala II (dorongan meneran. merasa ingin BAB.Hal

ini disebabkan karena penurunan kepala yang sudah sampai di

perineum atau hodge 1V) (JNPK-KR, 2011:75).

2) Obyektif

Dalam Prawirohardjo (2014:111), selama kala dua petugas

kesehatan harus terus memantau kondisi ibu: pemeriksaan tekanan

darah dan nadi setiap 30 menit, respon keseluruhan pada kala II

(keadaan dehidrasi, perubahan sikap, tenaga ibu); kondisi janin:

pemerikasaan detak jantung janin setiap 15 menit atau lebih sering

dilakukan ketika mendekati persalinan, penurunan presentasi dan

perubahan posisi, warna cairan tertentu; kemajuan persalinan:

usaha mengejan, palpasi kontraksi uterus(frekuensi, lama,

kekuatan).

3) Analisa

Diagnosa kebidanan kala II meliputi nama, umur, paritas P

A), keadaan janin (tunggal/ ganda, hidup/ mati, intra/ ekstrauterin,


54

tetak bujur/ lintang, presentasi), inpartu kala II (Marmi, 2012:385).

Masalah yang terjadi adalah khawatir, bingung, nyeri persalinan

yang dialami. Kebutuhannya adalah pendampingan keluarga,

melibatkan keluarga, K1E proses persalinan, dukungan psikologi

membantu ibu memilih posisi. cara meneran, pemberian nutrisi

(Sumarah, dkk, 2009:106),

4) Penatalaksanaan

Penanganan kala II menurut Sarwono Prawirohardjo

(2014:112), yaitu: memberikan dukungan terus menerus:

mendampingi ibu agar merasa nyaman oleh keluarga menawarkan

minum, mengipasi dan memijat; menjaga kebersihan diri;

mengipasi dan massase: menambah kenyamanan bagi memberikan

dukungan mental, untuk mengurangi kecemasan dan ketakutan

ibu, dengan cara menjaga privasi ibu, penjelasan tentang proses

dan kemajuan persalinan, penjelasan tentang prosedur yang akan

dilakukan dan keterlibatan ibu; mengatur posisi ibu, dalam

memimpin mengedan dapat dilihat posisi, seperti jongkok,

menungging, tidur setengah duduk, posisi tegak ada kaitannya

dengan berkurangnya rasa nyeri, mudah mengedan, kurangnya

trauma vagina dan perineum, dan infeksi, menjaga kandung kemih

tetap kososng, kandung kemih yang penuh dapat menghalangi

turunnya kepala dalam rongga panggul; memberikan cukup

minum; memberi tenaga dan mencegah dehidrasi; memimpin ibu


55

mengedan selama his, anjurkan pada ibu untuk mengambil nafas;

bernafas selama persalinan, meminta ibu bernafas lagi selagi

kontraksi ketika kepala akan lahir, untuk menjaga agar perineum

meregang pelan dan mengontrol lahirnya kepala dan mencegah

robekan: pemantauan DJJ, periksa DJJ setelah setiap kontraksi

untuk memastikan janin tidak mengalami brakikardi (< 120).

Selama mengedan yang, lama, akan terjadi pengurangan aliran

darah yangmengandung oksigen ke janin, melahirkan bayi:

menolong kelahiran kepala, periksa tali pusat, melahirkan bahu

dan anggota seluruhnya, bayi dikeringkan dan dihangatkan dari

kepala sampai seluruh tubuh, setelah bayi lahir segera dikeringkan

dan diselimuti dengan menggunakan handuk atau sejenisnya,

letakkan pada perut ibu dan berikan bayi untuk disusui,

merangsang bayi, biasakan dengan melakukan pengeringan, cukup

memberikan bayi rangsangan, dilakukan dengan cara mengusap-

usap pada bagian punggung atau menepuk telapak kaki bayi.

c. Persalinan Kala III

1) Subyektif

Pasien mengatakan bayinya telah lahir, merasa mulas dan

ingin meneran (disebabkan kontraksi uterus yang sempat terhenti 2

menit setelah kala II), plasenta belum lahir (Marmi, 2012: 256).
56

2) Obyektif

Pengkajian awal menurut Prawirohardjo (2014:115) yaitu:

1) Palpasi uterus menentukan apakah ada bayi yang kedua, jika

ada, tunggu sampai bayi kedua lahir, 2) menilai apakah BBL

dalam keadaan stabil,jika tidak bayi segera dirawat.

3) Analisa

Analisa meliputidiagnosa, masalah dan kebutuhan.

Diagnosa kebidanan meliputi nama, umur, P A, inpartu kala III

(Sulistawati, 2010:166).

4) Penatalaksanaan

Penetalaksanaan kala III: jepitdan gunting tali pusat sedini

mungkin, dengan menjepit tali pusat sedini mungkin akan

memulai pelepasan plasenta; memberi oksitosin, oksitosin

merangsang uterus berkontraksi yang juga mempercepat

pelepasan plasenta melakukan peregangan tali pusat terkendali

atau PTT(Controlled Cord Traction), PTT mempercepat kelahiran

plasenta:massase fundus, segera setelah plasenta dan selaputnya

dilahirkan messase fundus agar menimbulkan kontraksi.Hal ini

dapat mengurangi pengeluaran darah dan mencegah perdarahan

post partum (Prawirohardjo,2014:116)


57

d. Persalinan Kala IV

1) Subjektif

Pasien mengatakan bahwa ari-arinya telah lahir, perutnya

mulas(kontraksi uterus),merasa lemas dan bahagia(banyak energy

yang dikeluarkan selama persalinan); gemetar (hilangnya

ketegangan dan sejumlah energi melahirkan) (Varney, 2006:836).

2) Obyektif

Selama kala IV petugas harus memantau/observasi ketat

pada kesadaran pasien, pemeriksaan TTV, kontraksi uterus.

perdarahan, kandung kemih dikosongkan. Observasi tinggi fundus

uteri dan kandung kemih dilakukan selama 2 jam dengan interval

pemeriksaan 15 menit sekali pada jam pertama post partum dan 30

menit sekali pada jam kedua post partum (JNPK-KR.2011 : 117).

3) Analisa

Analisa persalinan kala IV terdiri dari diagnosa, masalah,

kebutuhan. Diagnosa meliputi nama, umur, P A inpartu kala IV

(Marmi, 2012:385).

4) Penatalaksanaan

Penanganan kala IV menurut (Prawirohardjo, 2014:120) :

pemeriksaan fundus dan massase periksa fundus setiap 15 menit

pada jam pertama dan setiap 20-30 menit selama jam kedua;

nutrisi dan hidrasi, anjurkan ibu untuk minum demi mencegah

dehidrasi; bersihkan ibu, bersihkan perineum ibu dan kenakan


58

pakaian ibu yang bersih dan kering; istirahat, biarkan ibu

beristirahat karena telah bekerja keras melahirkan bayinya; bantu

ibu pada posisi yarig nyaman; peningkatan hubungan ibu dan bayi,

biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu

bayi, sebagai permulaan dengan rnenyusui bayinya, memulai

menyusui, bayi sangat siap segera setelah kelahiran (hal ini sangat

tepat untuk memulai memberikan ASI menvusui juga membantu

uterus berkontraksi); menolong ibu ke kamar mandi, pastikan ibu

sudah BAK dalam 3 jam post partum; mengajari ibu dan anggota

keluarga tentang bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan

kontraksi, tanda - tanda bahaya bagi ibu dan bayi.

Bidan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan

khususnya dalam hal lama persalinan. Untuk mencegah kejadian

kala I lama pada ibu bersalin dengancara stimulasi putting susu

pada persalinan kala I. Tujuannya untuk mempersingkat persalinan

kala I. Secara teori payudara yang dirangsang akan melepaskan

hormon oksitosin yang dapat menyebabkan kontraksi. Hormon

oksitosin yang dapat menyebabkan persalinan secara alamiah,

yaitu dengan stimulasi putting susu pada ibu (Chapman.2006 : 99).

Stimulasi putting (niple stimulation) adalah menggosok,

memijat atau melakukan gerakan melingkar di putting susu.

Putting susu disusun oleh urat-urat otot yang lembut dan

merupakan sebuah jaringan yang tebal berupa urat saraf yang


59

berada di ujungnya. Rangsangan yang diberikan pada putting susu

bias membantu proses kelahiran (Mayasara.2011)

7. Catatan Perkembangan: Asuhan Ibu dalam Masa Nifas

Menurut Sulistyawati (2009:1) masa nifas (puerpurium) adalah

masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat - alat

kandungan kembali ke keadaan semula (sebelum hamil).Masa Nifas

herlangsung kira - kira 6 minggu.

Kebijakan nasional dalam kunjungan masa nifas minimal 4

(empat) kali untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah yang

terjadi. Menurut Bahiyatun (2009:3) adalah sebagai berikut :

a. Kunjungan 1 (6-8 jam post partum)

1) Subyektif

Keluhan utama merupakan alasan bagi pasien untuk

datang ke tempat bidan/klinik, yang diungkapkan dengan kata-

katanya sendiri (Varney, 2007:977) Setelah persalinan keluhan

yang akan dirasakan oleh ibu adalah ibu mengalami masih mulas

pada abdomen yang berlangsung sebentar, mirip sekali dengan

mulas waktu periode menstruasi, keadaan ini disebut afterpaints,

yang ditimbulkan oleh karena kontraksi uterus pada waktu

mendorong gumpalan darah dan jaringan yang terkumpul di

dalam uterus. Mulas demikian tadi berlangsung tidak lama dan

bukan merupakan suatu masalah (Maryunani, 2009:10).


60

2) Obyektif

Pemeriksaan kondisi ibu pada masa nifas menurut

Prawirohardjo (2014:124) adalah sebagai berikut: umum: suhu

tubuh, denyut nadi, tekanan darah, tanda-tanda anemia, tanda-

tanda edema/tromboflebitis, reflex, farises; payudara: putting

susu(pecah, pendek, rata), nyeri tekan, abses, pembengkakan,

pengeluaran ASI; perut: tinggi fundus uteri, kontraksi

uterus,kandung kencing; vulva/ perineum: pengeluaran lochia,

penjahitan laserasi atau luka episiotomi, pembengkakan, luka.

hemoroid.

3) Analisa

Analisa nifas 6 jam meliputi diagnosa, masalah dan

kebutuhan. Diagnosa meliputi nama, urnur, P A , nifas berapa

hari, normal/ tidak. Masalah yang biasa ditemukan antara lain

nyeri, cemas, perawatan perineum, masalah payudara, takut buang

air kecil, (Sulistyawati, 2009:126). Kebutuhan masa nifas

meliputi: nutrisi dan cairan, ambulasi, eliminasi, hygiene. istirahat

(Bahiyatun.2009:68)

4) Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada masa nifas 6 jam post partum

adalah mencegah perdarahan masa nifas karna atonia uteri;

mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan; rujuk jika

perdarahan berlanjut; memberikan konseling pada ibu atau salah


61

satu anggota keluarga mengenai bagaimana cara mencegah

perdarahan .masa nifas karena atonia uteri, pemberian ASI awal,

melakukan hubungan antara ibu dengan bayi yang barn lahir,

menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hypotermi, jika

petugas kesehatan menolong persalinan, is harus tinggal dengan

ibu dan bayi yang baru lahir selama 2 jam pertama setelah

kelahiran atau sampai ibu dan bayinya dalam keadaan stabil

(Bahiyatun, 2009:3).

b. Kunjungan 11 (6 hari setelah persalinan)

1) Subyektif

Keluhan utama merupakan alasan bagi pasien untuk

datang ke tempat bidan/klinik, yang diungkapkan dengan kata-

katanya sendiri (Varney, 2007:977). Keluhan utarna biasanya

adalah sembelit; ambeien; kandungan terasa turun; AS1 kurang

lancar (Sulistyawati, 2009:132)

2) Obyektif

Pemeriksaan kondisi ibu pada masa nifas menurut

Prawirohardjo (2014:124) adalah sebagai berikut: umum: suhu

tubuh, denyut nadi. tekanan darah, tanda-tanda anemia, tanda-

tanda edema/tromboflebitis, reflex, farises; payudara: puting

susu(pecah, pendek, rata), nyeri tekan, absespembengkakan,

pengeluaran ASI; perut: tinggi fundus utcri, kontraksi

uterus,kandung kencing; vulva/ perineum: pengeluaran lochia,


62

penjahitan laserasi atau luka episiotomy. pembengkakan, luka,

hemoroid.

3) Analisa

Analisa nifas 6 hari postpartum meliputi diagnosa,

masalah dan kebutuhan. Diagnosa meliputi nama. umur, P A nifas

berapa hari, normal/ tidak. Masalah yang biasa ditemukan antara

lain infeksi luka, perawatan perineum, masalah payudara, rnasalah

ASI eksklusif, gizi, tanda bahaya nifas dan pelaksanaan menyusui

(Dewi, 2011:123).

4) Penatalaksanaan

Penatalaksanaan nifas kunjungan ke II adalah sebagai

berikut: mernastikan involusi uterus berjalan normal: uterus

berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan

abnormal, tidak ada bau; menilai adanya tanda-tanda demam,

infeksi atau perdarahan abnormal; memastikan ibu mendapatkan

cukup makanan, cairan dan istirahat memastikan ibu menyusui

dengan baik dan tidak memperhatikan tanda-tanda penyulit;

memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali

pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

c. Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)

Menurut Bahiyatun (2009:1.29) terdapat beberapa

penyuluhan yang diberikan pada masa nifas: gizi, keluarga.

Berencana, tanda bahaya masa nifas, hubungan seksual, senam nifas.


63

Pengambilan keputusan dan tindakan diperlukan oleh bidan

dalam memberikan asuhan masa nifas sesuai dengan wewenang dan

ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan.

Asuhan kebidanan pada masa nifas diberikan untuk meningkatkan

kesejahteraan fisik dan psikologis ibu. Monitoring ibu nifas terbukti

berhubungan dengan kejadian morbiditas nifas karena dapat

memonitor keluhan atau kejadian morbiditas ibu sehingga dengan

monitoring ibu yang baik dapat dideteksi morbiditas ibu lebih

banyak.

Kunjungan nifas minimal dilakukan sebanyak empat kali

untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah,

mendeteksi dan menangani masalahmasalah yang terjadi. Distribusi

kunjungan dilakukan pada enam sampai delapan jam setelah

melahirkan, hari ke enam postpartum, minggu kedua postpartum, dan

enam minggu postpartum.

Kunjungan postpartum mempunyai keuntungan bagi bidan

agar dapat merencanakan konseling kesehatan sedangkan

keterbatasan kunjungan terletak pada biaya, jumlah bidan dan

keamanan saat berkunjung ke rumah ibu. Efektifitas asuhan masa

nifas dapat diukur dari proses pemulihan fisiologis ibu, pengetahuan

dasar tentang tehnik menyusui yang dimiliki oleh ibu, kemampuan

ibu dalam melakukan perawatan yang tepat untuk diri juga bayinya,
64

dan kemampuan ibu untuk berinteraksi terhadap bayi serta anggota

keluarganya.

Pada masa nifas terjadi perubahan fisiologis pada uterus,

lokia, vagina dan perineum, payudara, sistem gastrointestinal, sistem

renal, sistem hematologi, penurunan berat badan, tanda-tanda vital,

dan dinding abdomen. Ibu nifas membutuhan nutrisi, proses

eliminasi, personal higiene, ambulasi, aktivitas seksual, istirahat dan

latihan/senam nifas agar masa nifas berlangsung baik.

Sebanyak 76% wanita mengalami sedikitnya satu masalah

kesehatan delapan minggu setelah melahirkan. Selama masa nifas ibu

dapat mengalami rasa tidak nyaman seperti nyeri setelah melahirkan,

keringat berlebih, pembengkakan payudara, konstipasi, hemoroid dan

nyeri perineum (Noveri Aisyaroh.2010).

8. Catatan Perkembangan: Asuhan Bayi Baru lahir (BBL)

Menurut Arief & Kristiyanasari (2009:21), bayi bare lahir

adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan

berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram.

a. Bayi Baru Lahir

1) Subyektif

2) Obyektif

a) Penilaian bayi waktu lahir, keadaan umum dinilai satu menit

pertama setelah lahir dengan rnenggunakan nilai APGAR


65

seore. Dari penilaian itu dapat diketahui apakah bayi normal .

(nilai APGAR 7-10) asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6)

asfiksia berat (niali APGAR 0-3) bila sampai 2 menit nilai

APGAR tidak sampai 7 maka bayi harus diresusitasi lebih

lanjut, oleh karena itu bila bayi menderita asfiksia lebih dari 5

menit kemungkinan akan terjadi gejala neurologi lanjutan

dikemudian hari yang lebih besar oleh karena itu penilaian

APGAR dilakukan selain pada umur 1 menit juga pada umur

5 menit. (Wiknjosastro, 2008:712).

b) Tanda-tanda vital, tanda-tanda vital pada bayi normal menurut

Frasser (2009:710) meliputi suhu aksila : 36 - 370E, nadi 120-

160 x/menit, respirasi : 30-60 kali per menit

c) Pemeriksaan Antropometri pada bayi normal menurut

Djitowiyono (2010:61) adalah : berat badan 2500 - 4000

gram, panjang badan 48 - 52 cm, lingkar dada 30-38 cm,

lingkar kepala 33-35 cm. Bayi biasanya mengalami

penurunan berat badan dalam beberapa hari pertama yang

harus kembali normal pada hari ke-10. Bayi dapat ditimbang

pada hari ke-3 atau ke-4 untuk mengkaji jumlah penurunan

berat badan, tetapi bila bayi tumbuh dan minum dengan balk,

hal ini tidak diperlukan.Sebaiknya dilakukan penimbangan

pada hari ke-10 untuk memastikan bahwa berat badan lahir

telah kembali (Johnson, 2005: 277).


66

d) Pemeriksaan fisik, kepala: lihat tampilan normal (sutura lebar

indikasi bayi preterm, fontanel besar indikasi hidrosefalus),

periksa trauma kelahiran (capput), kelainan kongenital

(annensefali, mikrosefali): wajah, normalnya tampak simetris;

mata, periksa jumlah, posisi dan letak mata, strabismus.

secret; hidung, ukuran normal >2.5 cm bernapas dengan

hidung, periksa napas cuping hidung yang menandakan

gangguan pernapasan; ukuran normal >2,5 cm, bernapas

dengan hidung, periksa napas cuping hidung yang

menandakan gangguan pernapasan; leher, simetris/ tidak,

pembesaran kelenjar tiroid/ vena jugularis; klavikula, periksa

kemungkinan fraktur karena trauma persalinan; ekstremitas ,

kesimetrisan, jurnlah jari; dada, gerakan dada saaat bernapas

normal adalah simetris, puting susu tampak simetris;

abdomen, kaji pembengkakan, kembung, kelainan kongenital;

genetalia, jumlah testis ada dua, labia mayora menutupi labia

minora, lubang uretra terpisah dari lubang vagina, tampak

sekret darah normal; anus, kaji atresia ani, mekonium keluar

24 jam pertama; spinal, periksa adanya spina bifida,

pembengkakan dan deformitas; kulit, periksa ruam dan

bercak, pembengkakan (Marmi, 2014: 56)

e) Refleks, menurut (Frasser, 2009:722) yaitu refleks moro:

timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila kepala


67

tiba-tiba digerakkan; refleks rooting: bayi menoleh ke arah

benda yang menyentuh pipi; refleks graphs : refleks

genggaman telapak tangan dapat dilihat dengan meletakkan

pensil atau jari di telapak tangan bayi; refleks sucking terjadi

ketika bayi yang baru lahir secara otomatis rnenghisap Benda

yang ditempatkan di mulut mereka; refleks tonicneck : pada

posisitelentang, ekstremitas di sisi tubuh dimana kepala

menoleh mengalami ekstensi, sedangkan di sisi tubuh lainnya

fleksi.

f) Eliminasi

Pengeluaran pertama pada 24 jam pertama adalah

mekonium dan urin (Maryunani, 2008:97), bayi yang normal

berkemih (6-8 kali sehari) dan buang air besar dalam sehari

(3-4 kali perhari pada hari ke-3 sampai hari ke-4, 4-6 kali

perhari.

3) Analisa

Meliputi diagnosis, rnasalah dan kebutuhan. Diagnosis

dapat ditulis nama bayi, umur, jenis kelamin, tahap Muslihatun.

2010:184).

4) Penatalaksanaan

Asuhan bayi baru lahir menurut Kemenkes RI (2012:20)

meliputi: pencegahan infeksi (PI); penilaian awal untuk

memutuskan resusitasi pada bayi; pemotongan dan perawatan tali


68

pusat; Inisiasi Menyusu Dini (1MD); pencegahan kehilangan

panas melalui tunda mandi selama 6 jam; kontak kulit bayi dan

ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi,pencegahan

perdarahan melaui penyuntikan vitamin K1 dosis tunggal di paha

kiri;pemberian imunisasi Hepatitis B (HB O) dosis tunggal di

pahakanan: pencegahan infeksi mata melalui pemberian salep

mataantibiotika dosis tunggal; pemeriksaan bayi baru Lahir

(yangdijelaskan pada data subyektif), pemberian AS1 ekskilusif.

b. Masa BBL 6 – 8 jam

1) Subyektif

Menurut Sudani dan Fauziah (2010), lnformasi yang

dicatatmencakup identitas, keluhan yang diperoleh dari hasil

wawancaralangsung kepada pasien/klien (anamnesis) atau dari

keluarga dantenaga kesehatan (allo anamnesis).Melakukan

pengkajian denganmengumpulkan semua data yang dibutuhkan

untuk mengevaluasikeadaan bayi baru iahir.

2) Obyektif

Pemeriksaan pada bayi baru lahir dilakukan dalam

keadaan bayitenang (tidak menangis).Pemeriksaan tidak harus

berurutan,dahulukan menilai pernapasan dan tarikan dinding dada

bawah,denyut jantung serta perut (Kemenkes RI, 201022).


69

3) Analisa

Meliputi diagnosis, masalah dan kebutuhan. Diagnosis

dapatditulis nama bayi, umur, jenis kelamin, tahap

(Muslihatun,2010:184).

4) Penatalaksanaan

Kemenkes RI tahun 2013 tentang standar pelayanan

minimal KN, asuhan yang diberikan yaitu pemberian vitamin K1

injeksi dan imunisasi hepatitis Bo bila belum diberikan pada saat

perawatan tali pusat, pencegahan hipotermi, pencegahan infeksi.

c. Masa BBL 6 hari dan 2 minggu

1) Subyektif

Menurut Sudarti dan Fauziah (2010), lnformasi yang

dicatat mencakup identitas, keluhan yang diperoleh dari hasil

wawancara langsung kepada pasien/klien (anamnesis) atau dari

keluarga dan tenaga kesehatan (allo anamnesis).Melakukan

pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang dibutuhkan

untuk mengevaluasi keadaan bayi baru lahir.

2) Obyektif

Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir menurut

Prawirohardjo (2014:138): tanda-tanda vital, berat badan, mandi

dan perawatan kulit, pakaian, perawatan tali pusar.


70

3) Analisa

Meliputi diagnosis, masalah dan kebutuhan. Diagnosis

dapat ditulis nama bayi, umur, jenis kelamin, tahap (Muslihatun,

2010:184).

4) Penatalaksanaan

Kemenkes RI tahun 2013 tentang standar pelayanan

minimal KN asuhan yang diberikan yaitu konseling perawatan

bayi Baru lahir termasuk ASI eksklusif dan perawatan tali pusat,

periksa tanda bahaya infeksi, pencegahan hipotermi.

Keterampilan memandikan dan merawat tali pusat bayi

baru lahir ini merupakan kegiatan yang dapat dipelajari melalui

pelatihan. Pelatihan sebagai bentuk dari proses pendidikan yang

tidak terlepas dari proses belajar. Pelatihan membimbing ibu-ibu

untuk memperoleh keterampilan baru yang dapat mengatasi

permasalahan ibu dalam hal memandikan dan merawat tali pusat

bayi baru lahir secara aman, serta mampu meng- aplikasikannya di

kehidupan sehari-hari dalam merawat bayinya. Pelatihan

perawatan bayi baru lahir memberi kesempatan ibu-ibu untuk

melatih keterampilannya secara berulang-ulang tanpa harus

mengkhawatirkan risiko luka dan ketidaknyamanan bayinya

karena menggunakan model anatomik dari tingkat akuisisi sampai

tingkat kompeten, serta membuat ibu-ibu terampil dalam


71

memandikan dan merawat tali pusat bayinya nantinya sesuai

dengan prosedur yang aman.

Latihan ada dalam proses belajar, latihan adalah

penyempurnaan potensi tenaga yang ada dengan mengulang-ulang

aktivitas tertentu. Latihan adalah suatu perbuatan pokok dalam

kegiatan belajar, sama halnya dengan pembiasaan. Belajar

sebenarnya merupakan suatu usaha untuk memperoleh hal-hal

baru dalam tingkah laku (pengetahuan, kecakapan, keterampilan),

belajar menghasilkan perubahan pada diri individu yang sedang

belajar, baik aktual maupun potensial, perubahan tersebut pada

pokoknya didapatkan karena kemampuan baru yang berlaku untuk

waktu relatif lama, perubahan itu terjadi karena usaha bukan

karena proses kematangan (Isrowiyatun, Daiyah.2010)

Catatan Perkembangan: Asuhan Kebidanan KB

Menurut Kemenkes RI (2011) KB parka persalinan adalah pelayanan

kontrasepsi yang diberikan setelah persalinan sampai kurun waktu 42 hari.

a) Subyektif

Pengkajian pada calon akseptor KB meliputi biodata_

riwayatmenstruasi, riwayatkesehatan, riwayatkehamilan, persalinan, dan

nifas, bio-psiko-sosial-spiritual, serta pengetahuan klien (Syaifuddin, AB,

2006).
72

b) Obyektif

Pemeriksaan fisik pada calon akseptor KB terdiri dari

pemeriksaan umum dan pemeriksaan obstetrik yang meliputi pemeriksaan

payudara, perut atau uterus, dan vulva atau perineum untuk memastikan

calon akseptor KB dalam kondisi tidak hamil (Prawirohardjo, 2014).

c) Analisa

Analisa pada akseptor KB meliputi diagosa, masalah, dan

kebutuhan. Diagnosa meliputi nama,umur, P A. akseptor KB (Syaifuddin,

AB. 2006).

d) Penatalaksanaan

Penatalaksanaan asuhan KB yaitu konseling. Konseling

merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan KB dan

Kesehatan Reproduksi, dengan me1akukan konseling berarti petugas

membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang

akan digunakan sesuai dengan pilihannya. Disamping itu dapat membuat

klien merasa lebih puas. Konseling yang balk juga akan membantu klien

dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan

keberhasilan KB (Syaifuddin. AB, 2006) hal ini dibuktikan dengan hasil

anasilis secara statistik dalam penelitian yang berjudul "Hubungan

Konseling Keluarga Berencana (KB) dengan Pengambilan Keputusan

Pasangan Usia Subur (PUS) dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi" oleh

Sari SK, Suryani ES dan Handayani R (2010) bahwa terdapat hubungan

sangat signifikan antara konseling Keluarga Berencana (KB) dengan


73

pengambilan keputusan Pasangan Usia Subur (PUS) dalarn penggunaan

alat kontrasepsi karena didapatkan hasil p=0,00.

Umur, jumlah anak dan pengetahuan merupakan faktor yang

mempengaruhi rendahnya keikutsertaan pengguna kontrasepsi jangka

panjang di Polindes Tebalo kecamatan Manyar Gresik. Hasil penelitian

pengaruh umur didapatkan responden yang lebih muda mempunyai

peluang lebih kecil menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang

dibandingkan dengan responden yang tua. Responden pengguna non

MKJP sebagian besar memiliki anak banyak, sedangkan pengguna MKJP

sebagian besar memiliki anak sedikit. Pengetahuan responden pengguna

non MKJP sebagian besar berpengetahuan kurang dibandingkan tingkat

pengetahuan responden pengguna MKJP. Tingkat pengetahuan sangat

mempengaruhi seseorang dalam memilih jenis kontrasepsi yang akan

digunakannya.

Disarankan untuk PUS lebih mencari informasi tentang

kontrasepsi jangka panjang dan konsultasi kepada tenaga kesehatan

terdekat, karena metode kontrasepsi jangka panjang merupakan metode

yang sangat efektif bagi PUS yang memiliki anak lebih dari 2 anak

ataupun yang memiliki riwayat penyakit tertentu. Perlunya peran aktif

dari bidan dan kader di desa Tebalo sangat dibutuhkan dalam peningkatan

jumlah pengguna metode kontrasepsi jangka panjang pada PUS, yang bisa

dilakukan dengan pemberian penyuluhan-penyuluhan tentang kontrasepsi

jangka panjang, pemberian informasi lengkap saat kunjungan pertama


74

klien untuk menentukan pilihan berkontrasepsi dan memotivasi setiap

calon akseptor KB baru untuk menggunakan kontrasepsi jangka panjang.

Bagi peneliti selanjutnya untuk lebih detail lagi dalam menyusun

instrumen penelitian khususnya dalam memberikan alternatif jawaban

bagi responden yang benar-benar tidak tahu akan pernyataan tersebut dan

diharapkan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang faktor lain

yang berpengaruh terhadap rendahnya keikutsertaan pengguna MKJP

(Putri Hariyani Candradewi.2014).

C. Kewenangan Bidan

Asuhan kebidanan komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang

dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan laboratorium sederhana

dan konseling. Asuhan kebidanan komperhensif mencakup empat kegiatan

pemeriksaan berkesinambungan diantaranya adalah asuhan kehamilan,

persalinan, bayi baru lahir, dan masa nifas.(Varney,2006)

Bidan memiliki kewenangan dalam memberikan asuhan pada ibu

hamil,dalam pemberian asuhan secara komperhensif yang tercantum dalam

kepmenkes (1464/MENKES/PER/X/2010 pada pasal 9 dan pasal 10) serta

tercantum dalam standar pelayanan dan standar kompetensi bidan sesuai

dengan kasus diambil.

Peran bidan adalah sebagai pelaksana,pengelola,peneliti,dan

pendidik.Untuk tugas mandiri seorang bidan yaitu menetapkan manajemen

kebidanan pada setiap asuhan kebidanan,memberi asuhan kebidanan pada


75

pasien selama kehamilan normal, persalinan normal,bayi baru lahir

normal,dan keluarga berencana.

Pelayanan dikatakan berkualitas bila dilakukan secara komperhensif

dengan mempersiapkan seoptimal mungkin baik fisik maupun mental ibu dan

anak mulai dari kehamilan sampai dengan keluarga berencana demi

terciptanya keluarga yang sehat dan berkualitas (Saifuddin,2009;h.8).

Pada pelaksanaanya persalinan tidak selalu berjalan dengan aman

karena benerapa faktor sehingga menyebabkan adanya kematian ibu.Angka

Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat

kesehatan perempuan.Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target

yang telah ditentukan dalam tujuan millenium yaitu menurunkan resiko

kematian ibu sampai ¾. Angka kematian ibu didefinisikan sebagai banyaknya

kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi

kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan yang disebabkan

karena kehamilannya atau pengelolaannya,dan bukan karena sebab-sebab

lain,per 100.000 kelahiran hidup.

Salah satu keberhasilan untuk menurunkan AKI adalah dengan

melakukan Pelayanan Kehamilan yang berkualitas.Pelayanan kebidanan

dikatakan berkualitas apabila pelayanan tersebut sesuai dengan standar

pelayanan kebidanan yang telah ditetapkan oleh profesi.

Terkait dengan asuhan komperhensif pada ibu hamil, bersalin, bayi

baru lahir, nifas, dan perencanaan keluarga berencana. Bidan memiliki

kewenangan sesuai dengan peraturan mentri kesehatan.Kewenangan bidan


76

terhadap siklus wanita tersebut tercantum dalam pasal 9,10,11,12.13 yaitu

kewenangan untuk memberikan pelayanan kesehatan ibu yang meliputi pra

hamil, kehamilan, persalinan dan nifas.Sedangkan pelayanan kesehatan

terhadap anak meliputi asuhan bayi baru lahir normal,pemberian

imunisasi,dan inisiasi menyusu dini. Sedangkan kewenangan bidan terhadap

kesehatan wanita dan keluarga berencana meliputi pemberian konseling

kesehatan reproduksi dan kewenangan dalam pemberian serta pemasangan

kontrasepsi untuk mencapai keluarga berencana (permenkes 1464; h.5-7).

.
BAB III

METODE

A. Rancangan

Dalam laporan tugas akhir ini, penulis menggunakan rancangan atau

metode studi kasus dengan melakukan asuhan komprehensif (menyeluruh)

mulai dari ibu hamil trimester III, persalinan, masa nifas, dan KB serta bayi

baru lahir.

B. Subyek

Subyek yang digunakan oleh penulis ditentukan dengan

menggunakan teknik populasi dan sampel. Setelah dilakukan penentuan

populasi penulis melakukan pengkajian secara mendalam dan ditarik

kesimpulan, populasi dalam proposal yaitu seluruh ibu hamil Trimester III di

UPTD Puskesmas Todanan dan sampelnya respoden ibu hamil dengan usia

kehamilan kurang lebih 36 minngu dan bayi. Sampel mempunyai dua kriteria

yaitu kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah subyek penulisan

dapat mewakili sampel sehingga memenuhi syarat sebagai sampel penulisan,

bersedia menjadi responden,ibu hamil fisiologis, tidak resiko tinggi, ibu hamil

trimester III, dan berada di wilayah UPTD Puskesmas Todanan Kabupaten

Blora. Sementara kriteria eksklusi yang tidak akan penulis gunakan yaitu ibu

hamil Trimester III jika melahirkan pindah luar kota Blora (Hidayat, 2014).

77
78

C. Metode Pengumpulan Data

1. Sumber data.

Sumber data primer terdiri dari Angket atau kuesoner, Observasi

(pengamatan), Wawancara, Tes, dengan menggunakan data yang telah

ada (dokumentasi). Metode pengumpulan data menggunakan teknik

wawancara merupakan metode penelitian dengan cara mewawancarai

langsung responden dan hasil yang diperoleh lebih real karena pada

dasarnya penulis menemui narasumber secara langsung (Hidayat, 2011).

Selain itu penulis menggunakan metode sumber data sekunder yang

dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang telah ada sebelumnya

biasanya menggunakan data asli berupa rekam medis,buku KIA, kohort

ibu, gambar, tabel/daftar periksa maupun dokumentasi lain berupa catatan

kesehatan pasien yang dapat membantu proses penelitian berlangsung

(Hidayat,2011).

2. Prosedur pengumpulan data

a. Permohonan izin

Permohonan izin dilakukan untuk memberitahu bahwa

dilakukan sebuah penelitian.Permohonan izin dimulai dari institusi

(Ketua Jurusan Program Studi Kebidanan Semarang).selanjutnya izin

dari puskesmas di Kabupaten Blora.


79

b. Menentukan Respoden

Setelah mendapatkan izin dari puskesmas, dan menjelaskan

maksud dari penelitian ini,peneliti mengambil satu ibu hamil trimester

III,dengan umur kehamilan kurang lebih 36 minngu.

c. Permohonan Izin Kepada Responden

Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan peneliti,kemudian

memohon izin kepada responden untuk untuk menjadi subjek, studi

kasus.Setelah responden bersedia,peneliti memberikan lembar

persetujuan responden (informed concent) untuk ditanda tangani

d. Melaksanakan Asuhan Kebidanan

Setelah mendapat persetujuan,peneliti melakukan pengkajian

dengan anamnesa,yakni melakukan wawancara langsung dengan

pasien,keluarga pasien.Selain itu dilakukan juga observasi partisipatif

yakni pengambilan data dengan cara melakukan pemeriksaan fisik

(head to toe) dan pemeriksaan penunjang,melakukan analisa

diagnosa,masalah dan kebutuhan serta melakukan penatalaksanaan.

Dalam melakukan asuhan,dokumen diperlukan untuk

mendukung kelengkapan data yang lain.Pengambilan data melalui

dokumen ini dapat dilihat dari kartu periksa ibu,misalnya buku

KIA,hasil pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan penunjang

lainnya seperti pemeriksaan USG.


80

3. Pengolahan data

Pengelolaan data dilakukan mulai dari pengambilan sampel dan

disajikan dalam bentuk tertulis. Pada penulisan ini, yang pertama penulis

memeriksa data yang telah diperoleh dari hasil studi kasus. Apabila

ditemukan kekurangan data, akan dilakukan studi ulang ke lapangan.

Selanjutnya data dapat diolah menggunakan manajemen kebidanan

Varney yaitu pengumpulan data, interpretasi data, menetapkan kebutuhan

segera, menentukan rencana asuhan kebidanan yang akan diberikan

secara menyeluruh atau komprehensif, pelaksanaan, dan melakukan

evaluasi hasil terhadap implementasi yang telah dilakukan. Setelah itu

melakukan dokumentasi dengan menggunakan metode SOAP (Hidayat,

2014).

4. Analisis data

Pada tahap ini penulis melakukan analisis data dengan cara

mengolah data dengan mengubah data menjadi informasi. Menganalisis

data tidak hanya mendeskripsikan data yang sudah diolah akan tetapi

memperoleh makna atau arti dari hasil penulisan (Hidayat, 2014).

Pada tahap ini penulis melakukan analisis data dengan cara

pengumpulan data terlebih dahulu kemudian melakukan implementasi di

lapangan. Analisis data dilakukan sebelum implementasi asuhan

kebidanan digunakan untuk fokus pada penelitian, namun analisis data

bersifat sementara. Analisis data yang dilakukan dengan cara

mengklasifikasi data yang telah dikumpulkan sebelumnya. Ada waktu


81

pengumpulan dat enulis menentukan masalah kemudian dapat dijadikan

perencanaan tindakan kepada responden. Malukan implementasi terhadap

rencana yang telah ditentukan kemudian melakukan evaluasi terhadap

implementasi yang telah dilakukan. Setelah itu membandingkan antara

studi kasus dengan teori yang telah ada (Hidayat, 2014).

D. Masalah Etika

Masalah etika yang harus diperhatikan dalam penelitian kebidanan, yaitu:

1. Informed consent.

informed concent merupakan bentuk persetujuan antara penulis

dengan responden menggunakan lembar persetujuan. Sebelum melakukan

penulisan studi kasus, penulis mempersiapkan formulir persetujuan

(informed consent) yang harus ditandatangani oleh responden sebagai

bukti bahwa responden bersedia untuk diberikan asuhan kebidanan secara

komprehensif dan mengetahui dampaknya. Lembar persetujuan yang telah

disiapkan oleh penulis terdiri dari: partisipasi pasien, tujuan dilakukannya

tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan,

potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang

mudah dihubungi, identitas responden, pernyataan responden bahwa

bersedia untuk menjadi responden serta tanda tangan responden dan

penulis. Sebelum responden mengisi lembar persetujuan penulis

menjelaskan bahwa identitas responden akan dirahasiakan serta penulis

juga memberikan kebebasan kepada responden untuk memberikan


82

informasi atau tidak memberikan informasi (berpartisipasi) (Hidayat,

2014).

2. Anonymity (tanpa nama)

Anonymity merupakan etika penulisan studi kasus yang

dilakukan dengan pemberian jaminan dalam penggunan subjek, dengan

cara tidak mencantumkan nama dan hanya menuliskan inisial atau kode

pada lembar pengumpulan data dan hasil yang disajikan. Dalam penulisan

studi kasus ini, penulis tidak menyebutkan nama ibu maupun nama

penanggung jawab secara lengkap. Penulis hanya mencantumkan nama

inisial dalam penulisan dokumentasi asuhan kebidanan (Hidayat, 2007)

3. Confidentiality (kerahasian)
Confidentiality merupakan metode etika untuk menjamin

kerahasiaan semua informasi yang telah dikumpulkan, menggunakan

inisial nama pasien dan hanya beberapa kelompok data tertentu yang akan

dicantumkan dalam laporan. Penulis tidak akan menyebarluaskan data

pasien yang bersifat sangat privasi dan dijamin keamanannya. Penulis

menyampaikan informasi pasien sesuai dengan tujuan penulisan studi

kasus dan tidak dilebih-lebihkan ataupun mengurangi data real pasien.

Kemudian hasil penulisan studi kasus tersebut akan disimpan oleh penulis

pribadi dan disimpan di institusi pendidikan untuk dijadikan sebagai

pembelajaran/referensi yang hanya berlingkup pada institusi saja

(Hidayat, 2014).

Anda mungkin juga menyukai